Anda di halaman 1dari 1

NASKAH HIKMAH RAMADAN

Iqra’, Mukjizat Terbesar Alquran?


Oleh: Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D.
(Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)

Umat Islam meyakini Alquran adalah mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw. Sebagai kitab
suci, Alquran diyakini akan senantiasa selaras dengan perkembangan zaman dan sesuai dengan
setiap tempat (salih li kulli zaman wa makan). Demikian juga dengan kemukjizatan Alquran mestinya
juga tak lekang oleh zaman.
Pada awal perkembangan Islam, aspek kemukjizatan Alquran dinilai dari keindahan bahasa
dan ketinggian sastranya. Maklum, Alquran turun pada bangsa Arab yang saat itu sedang gandrung
dengan kefasihan bahasanya. Alquran berhasil membuat bangsa Arab takjub dengan keindahan
bahasa dan sastranya yang tidak mampu mereka tandingi.
Kajian kemukjizatan bahasa Alquran telah melahirkan sebuah cabang ilmu dalam rumpun
‘Ulumul Qur’an yang disebut dengan I’jaz al-Qur’an atau ‘Ilm al-I’jaz. Namun demikian, mukjizat
Alquran dari sisi keindahan bahasanya ini hanya bisa dinikmati oleh orang-orang yang fasih dan ahli
bahasa Arab. Barangkali, sekarang ini sudah hampir tidak ada lagi orang yang masuk Islam karena
terpesona dengan sastra Alquran. Karena itu, mukjizat kebahasaan ini hanya bersifat temporal dan
lokal.
Selanjutnya, kemukjizatan Alquran dipahami dengan munculnya teori seorang tokoh
Muktazilah, Ibrahim an-Nazzam (775-845 M). Ia mengajukan teori Ikhbar bil-Ghaib, yaitu
kemukjizatan Alquran dari sisi informasi hal-hal gaib yang terkandung di dalamnya. Misalnya,
informasi Alquran tentang kehidupan akhirat, surga, dan neraka. Termasuk dalam teori ini adalah
prediksi Alquran tentang kejadian-kejadian di masa yang akan datang. Sejarah telah banyak
membuktikan kebenaran prediksi Alquran, seperti kekalahan bangsa Romawi yang disebut dalam
Surat ar-Rum.
Teori ini semakin diperkuat dengan temuan-temuan sains yang mengkonfirmasi kebenaran
ayat-ayat Alquran secara ilmiah. Dari sini berkembanglah yang namanya I’jaz Ilmi, yaitu kemukjizatan
Alquran dari segi ilmu pengetahuan dan sains. Misalnya, penemuan tubuh Fir’aun (Pharaoh) oleh
para arkeolog yang telah diinformasikan dalam QS. Yunus: 92, "Maka pada hari ini Kami selamatkan
badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan
sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.”
Namun begitu, teori Ikhbar bil-Ghaib dan I’jaz Ilmi juga bersifat temporal. Artinya, pada saat
prediksi atau informasi sains itu terbukti, maka bersamaan dengan itu kemukjizatannya juga selesai.
Karena itu tetap diperlukan sebuah teori kemukjizatan yang bersifat universal. Di sinilah penulis ingin
mengajukan teori Iqra’ sebagai mukjizat Alquran terbesar sekaligus universal. Kata Iqra’ (Bacalah!)
yang merupakan wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad, hemat penulis, adalah
mukjizat terbesar Alquran yang bisa dipakai oleh siapa pun, kapan pun, dan di mana pun.
Ayat “iqra’ bismi rabbika” memberikan 3 pedoman utama kehidupan. Pertama, iqra’ adalah
ilmu yang akan menjadi sains dan teknologi. Siapa pun yang dapat menguasai ini, dia yang mampu
menguasai dunia. Kedua, kata rabb artinya Tuhan yang universal. Belum disebut Allah. Di sini
Alquran masih bersifat hudan lin-nas, belum hudan lil-muttaqien. Ketiga, khalaq, yaitu alam semesta.
Jadi kalau mau berhasil di dunia ini, harus menguasai tiga hal tersebut: Ilmu, Tuhan, dan
Alam. Baru setelah itu dipertegas, Alquran tidak hanya sebagai hudan lin-nas tapi juga hudan lil-
muttaqien. Umat Islam yang diprioritaskan sebagai al-Muttaqun, tetapi tidak membaca, maka dia
akan kalah di dunia ini. Orang yang tidak beragama sekalipun, tetapi membaca, maka ia akan
mengungguli yang lain. Inilah mukjizat yang berlaku sepanjang masa.

Anda mungkin juga menyukai