Anda di halaman 1dari 13

KONSEP DASAR KEORGANISASIAN

Pengertian
Organisasi berasal dari istilah Yunani organon dan istilah Latin organum
yang dapat berarti : alat, bagian, anggota atau badan. Secara sederhana organisasi
dapat diartikan sebagai wadah berkumpulnya sekelompok orang yang memiliki
tujuan bersama, kemudian mengorganisasikan diri dengan bekerja bersama-sama
untuk merealisasikan tujuanya. Menurut James L. Gibson (1986) organisasi adalah
wadah yang memungkinkan masayarakat dapat meraih hasil yang sebelumnya
belum dapat dicapai oleh individu secara sendiri-sendiri.
Dalam pengertian lebih luas lagi, organisasi dapat dinyatakan sebagai suatu
kesatuan sosial dari sekelompok manusia yang saling berinteraksi menurut pola
tertentu, sehingga setiap anggotanya memiliki fungsi dan tugas masing-masing,
utamanya lagi kesatuan tersebut mempunyai batas-batas yang jelas sehingga dapat
dipisahkan secara tegas dari lingkungannya (Lubis dan Martin,1989).
Ada beberapa komponen penting organisasi meliputi: pertama, tujuan.
Merupakan sesuatu yang akan di capai dalam rentang waktu tertentu. Tujuan
berdasarkan rentang dan cakupannya dapat dibagi dalam beberapa karakteristik
antara lain : tujuan jangka panjang, tujuan jangka menengah, dan tujuan jangka
pendek. Kedua, struktur. Struktur Organisasi sangat penting untuk dapat dipahami
oleh semua komponen dalam rangka menciptakan sistem kerja yang efektif dan
efesien. Ketiga, sistem. Sistem organisasi terbagi dalam komponen penyusun yang
saling berkaitan yaitu: Input, Proses, Output, Feedback.
Selain komponen tersebut, ada unsur-unsur lain yang juga terlibat dan besar
peranannya dalam organisasi, yaitu: MEN (manusia), MATERIALS (bahan) materi
dan energi, MACHINES (peralatan), dan MONEY (uang/biaya).

Organisasi Profesi
Organisasi profesi, merujuk pada pendapat William Smith, sebenarnya tak
lain dari bentuk formal pertemanan antara orang-orang seprofesi. Karena
bentuknya yang formal, maka organisasi profesi atau asosiasi profesi biasanya
mempunyai aturan-aturan, kode etik, syarat keanggotaan, bahkan yang lebih serius
lagi mempunyai dewan kehormatan atau dewan pertimbangan yang bertugas untuk
menegakkan disiplin organisasi.
Apa keuntungan kita untuk bergabung dalam satu asosiasi profesi? Jelas
bahwa keuntungannya besar, terutama kalau kita adalah seorang pemula. Manfaat
paling minimal adalah bahwa secara formal kita diakui sebagai salah satu
professional pada bidang tertentu. Contoh organisasi profesi antara lain Ikatan
Dokter Indonesia, Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia, dan Ikatan Advokat Indonesia.
Sekarang kita sedang merancang organisasi antar UKM yang bergerak di bidang Al-
Quran dan seni relijius se-Indonesia. Dengan demikian, baik di antara teman-teman
seprofesi maupun di hadapan masyarakat luas, kita akan diakui sebagai professional
bidang tersebut.
Tetapi yang tak kalah penting sebenarnya justru di luar sisi formal
keanggotaan itu sendiri. Yaitu, bahwa kita masuk dalam kelompok professional
bidang tertentu, yang mempunyai kebiasaan-kebiasaan sendiri (khas), cara berpikir
sendiri, cara berpenampilan sendiri, dan mungkin saja cara hidup sendiri lain. Ingat,
profesi adalah hidup anda sendiri, dengan seluruh seginya, baik menyangkut syarat-
syarat keahlian maupun syarat-syarat non keahlian yang oleh masyarakat dianggap
penting.

Manajemen Organisasi
Manajemen dari kata to manage (mengurus), yang berarti pengurusan suatu
usaha. Istilah ini mengandung mengandung tiga pengertian, yaitu : pertama,
manajemen sebagai suatu proses; kedua, manajemen sebagai kolektivitas orang-
orang yang melakukan aktivitas manajemen, dan ketiga, manajemen sebagai suatu
seni, (art) dan sebagai suatu ilmu.
Manajemen organisasi adalah strategi pengelolaan lembaga untuk mencapai
tujuan organisasi yang efektif dan efesien. Manajemen organisasi meliputi cara
mengurus, mengatur, membimbing, dan memimpin, dengan menggambarkan secara
sistematis tentang hubungan-hubungan, kerjasama dari sumber daya manusia yang
ada dalam rangka usaha mencapai sesuatu tujuan.
Ada beberapa langkah-langkah atau tahapan-tahapan yang menggambarkan
proses manajemen, yaitu:
a) Planning : merupakan fungsi esensial yang pertama-tama harus dilakukan
untuk menetapkan apa (what) yang harus dikerjakan, bila (when)
mengerjakannya, dan bagaimana (how) cara mengerjakannya.
b) Organizing : langkah berikutnya adalah dengan mengadakan allocate
(pembagian) tugas di antara anggota-anggota yang disesuaikan dengan
fasilitas yang tersedia dan didasarkan atas pemakaian tenaga waktu dan
biaya yang minimum.
c) Actuating: setelah kedua hal tersebut diatas sudah dilakukan, adalah mulai
melakukan tindakan yang diikuti oleh semua anggota dalam waktu yang
sudah ditentukan untuk menyelesaikannya.
d) Controlling : melakukan chek-up atau follow up terhadap segala sesuatu
yang sedang dikerjakan, untuk meyakinkan bahwa pekerjaan tersebut
hanyalah sesuai dengan rencana menuju predetermined objective (obyek
yang ditetapkan).

Manajemen Diri
Selain melakukan manajemen organisasi, seorang pelaku organisasi juga
penting melakukan proses manajemen diri. Manajemen diri dapat dimulai dengan
mengenal diri sendiri secara obyektif. Bagian dari mengenal diri adalah bisa
menghargai diri sendiri, jangan memusuhi diri sendiri, berpikir positif dan rasional.
Karena pada dasarnya semua manusia adalah pemimpin yang harus mampu
memanajemen diri sendiri (kullukum rooin wakullukum masulun an roiyyatihi).
Aspek-aspek manajemen diri adalah:

1. Integritas pribadi
Setiap individu merupakan subyek/pelaku yang diharapkan mampu
menggerakkan organisasi. Karena eksistensi organisasi akan sangat bergantung
pada kualitas individu sebagai bagian dari komponen organisasi. Individu yang
diharapkan adalah seorang aktivis dengan kemampuan mengintegrasikan kualitas
personal melalui proses aktualisasi diri sehingga tercipta sinergisitas organisasi
secara optimal dan profesional.
Profesionalitas organisasi akan terwujud jika setiap individu mempunyai
komponen-komponen kompetensi sebagai berikut: pertama, kompetensi spesialis,
yaitu kemampuan dan keterampilan menggunakan perangkat (software dan
hardware) dengan sempurna serta kemampuan mengorganisasikan diri di dalam
menangani masalah. Kedua, kompetensi metodik, yaitu kemampuan mengumpulkan,
menganalisa informasi, berorientasi tujuan kerja/organisasi, dan bekerja secara
sistematis. Ketiga, kompetensi individu, yaitu kemampuan untuk berinovatif, dapat
dipercaya, serta mempunyai motivasi-kreatif. Keempat, kompetensi sosial yaitu
kemampuan berkomunikasi dengan bekerja secara kelompok. Integritas tinggi
sebagai manusia sejati (al-insan kamil) adalah ketika individu mampu menempatkan
kegiatan mental dan fisiknya menjadi satu kesatuan yang utuh. Suatu pekerjaan
dilakukan karena keyakinan akan nilai pekerjaan itu sendiri limashlahatil ummah.

2. Pengetahuan/knowledge
Proses manajemen diri akan berjalan baik bila ditunjang oleh pengetahuan
yang cukup, karena dengan pengetahuan manusia akan mempunyai pijakan (tidak
waton). Pengetahuan dapat meningkatkan power seseorang, demikian juga dalam
hal berorganisasi pun diperlukan individu yang mempunyai power dan right untuk
mampu mentransfer beberapa kewenangan kepada pihak lain bahkan untuk
mempengaruhi (influences) orang lain.

3. Kepekaan sosial
Kehidupan manusia akan berarti apabila telah dinyatakan dalam
kerja/amaliah konkret. Hidup yang penuh arti adalah hidup yang dijalani dengan
sungguh-sungguh yang di dalamnya manusia dapat mewujudkan dirinya dengan
mengembangkan kecakapan-kecakapan untuk memenuhi kebutuhannya. Sebagai
manusia yang utuh, aspek manajemen diri harus mampu berimplikasi pada
kehidupan sosial masyarakat. Sehingga baginya tidak terjadi dikotomi antara kerja
individu dengan kerja komunal, tidak membedakan kegiatan untuk dirinya maupun
untuk masyarakat. Akan lebih ideal jika kerja individu dapat berimplikasi pada
kemanfaatan atau kemaslahatan umum.
Terakhir, marilah kita mulai melakukan pembenahan-pembenahan
manajemen organisasi maupun manajemen diri kita untuk bisa mencapai tujuan
organisasi yang telah kita sepakati bersama. Maju terus Al-Mizan...!

Manajemen Organisasi

1. Pengertian Manajemen Organisasi


Manajemen berasal dari kata to manage (mengurus), yang berarti pengurusan suatu
usaha. Mengurus, mengatur, membimbing, memimpin, agar tujuan suatu usaha itu
tercapai seperti yang dikehendaki. Istilah mengandung mengandung tiga
pengertian, yaitu : pertama, manajemen sebagai suatu proses; kedua, manajemen
sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen dan ketiga,
manajemen sebagai suatu seni, (suatu art) dan sebagai suatu ilmu.
Dalam Encyclopedia of the social sciences dikatakan bahwa manajemen adalah
suatu proses dengan proses mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu
diselenggarakan dan diawasi.
Selanjutnya Haimann mengatakan bahwa manajemen adalah fungsi untuk mencapai
sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk
mencapai tujuan bersama.
George R. Terry mengatakan bahwa manajemen adalah pencapaian tujuan yang
ditetapkan terlebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan orang lain.
Dari berbagai macam devinisi diatas maka dapat disimpulkan devinisi manajemen
adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan
pengawasan dari sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan terlebih dahulu.

1. Sumber-sumber manajemen :
a) Men : manusia atau tenaga kerja
b) Money : Uang atau biaya
c) Materials : Bahan-bahan atau materiil, naik dalam arti teknik (bahan-
bahan baku) maupun non teknik (data-data informasi yang dibutuhkan
untuk perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan).
d) Machines : Mesin dan peralatan (machines dan equipment) baik
dalam artian teknik (seperti traktor, bulldozer, dan sebagainya)
maupunh non teknik (calculator, computer, mesin tik dan sebagainya).
e) Methods : tata kerja atau cara-cara pelaksanaan kerja yang setepat-
tepatnya atas rangkaian kegiatan yang dilakukan.
f) Market (pasar) : tempat untuk usaha-usaha memperluas kegiatan dan
pemasaran.

Keenam sumber tersebut biasa dikenal dengan The Six Ms in


Management, tapi dalam organisasi dan manajemen, methods dan
market tidak termsuk dalam sumber-sumber manajemen.
Fungsi Utama Manajemen
e) Planning : merupakan fungsi esensial yang pertama-tama harus dilakukan
untuk menetapkan apa (what) yang harus dikerjakan, bila (when)
mengerjakannya, dan bagaimana (how) cara mengerjakannya.
f) Organizing : langkah berikutnya adalah dengan mengadakan allocate
(pembagian) tugas diantara anggota-anggota yang disesuaikan dengan
fasilitas yang tersedia dan didasarkan atas pemakaian tenaga waktu dan
biaya yang minimum.
g) Actuating : setelah kedua hal tersebut diatas sudah dilakukan, adalah mulai
melakukan tindakan yang diikuti oleh semua anggota dalam waktu yang
sudah ditentukan untuk menyelesaikannya.
h) Controlling : melakukan chek-up atau follow up terhadap segala sesuatu
yang sedang dikerjakan, untuk meyakinkan bahwa pekerjaan tersebut
hanyalah sesuai dengan rencana menuju predetermined objective (obyek
yang ditetapkan).

COMMUNICATION IN THE ORGANIZATION


Pengertian Komunikasi
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris, berasal dari bahasa
latin communis yang berarti sama, communico, atau communicare yang berarti
membuat sama (to make common).
Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan
dianut secara sama. Komunikasi didefinisikan secara luas sebagai berbagi
pengalaman. Sampai batas tertentu, setiap makhluk dapat dikatakan melakukan
komunikasi dalam pengertian berbagi pengalaman.
Sebagaimana dikemukakan Johr R. Wenburg dan William W. Wilmot juga Kenneth K.
Sereno dan Edward M. Bodaken, setidaknya ada tiga pemahaman mengenai
komunikasi, yakni komunikasi sebagai tindakan satu-arah, komunikasi sebagai in-
teraksi, dan komunikasi sebagai transaksi.
Suatu pemahaman populer mengenai komunikasi manusia adalah komunikasi yang
mengisyaratkan penyampaian pesan searah dari seseorang (atau suatu lembaga)
kepada seseorang (sekelompok orang) baik secara langsung (tatap-muka) ataupun
melalui media (selebaran), surat kabar, majalah, radio, atau televisi.
Komunikasi adalah suatu proses pertukaran pesan.
Dalam organisasi, ada dua komunikasi yang terjadi, yaitu komunikasi organisasi
secara makro dan secara mikro. Komunikasi makro terjadi antara organisasi
tersebut dengan lingkungannya atau dengan organisasi lainnya. Komunikasi mikro
terjadi di dalam organisasi, yaitu komunikasi yang terjadi di antara para anggota
organisasi, antara pengurus dan anggota, antar para pengurus, dan antar kelompok
kerja atau antar divisi. Jadi, komunikasi organisasi secara mikro merupakan
komunikasi interpersonal di dalam organisasi.
Model dan Tujuan Komunikasi
Komunikasi tertulis mempunyai makna yang formal dalam penyampaian informasi
yang berhubungan dengan pekerjaan. Pesan tertulis merupakan sesuatu yang nyata
(tangible). Ia memberikan suatu dokumen tentang tindakan organisasi dan dapat
ditinjau kembali serta dipelajari. Penelitian menunjukkan bahwa pesan yang telah
ditulis dan dikirimkan tidak berarti bahwa orang yang dituju telah membaca dan
memahaminya. Sebagian besar interaksi yang diperlukan dalam organisasi adalah
melalui komunikasi oral/lisan. (tes tulis & interview)
Arah Aliran Informasi
Komunikasi kebawah
Komunikasi kebawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir
dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah.
Adapun jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan,
antara lain :
1. Informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan
2. Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan
3. Informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi
4. Informasi mengenai kinerja pegawai
5. Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas
Informasi yang disampaikan dari seorang atasan kepada bawahan tidaklah begitu
saja disampaikan, utamanya mereka harus melewati pemilihan metode dan media
informasi. Ada enam kriteria yang sering digunakan untuk memilih metode
penyampaian informasi kepada para pegawai, antara lain : Ketersediaan, Biaya,
Pengaruh, Relevansi, Respons, Keahlian
Adapun metode yang sering digunakan para atasan untuk menyampaikan informasi
kepada bawahannya antara lain : Tulisan saja, Lisan saja, Tulisan diikuti lisan, Lisan
diikuti tulisan
Komunikasi ke Atas
Komunikasi keatas dalam sebuah orgaisasi berarti bahwa informasi menngalir dari
tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Beberapa alasan pentingnya
arus komunikasi keatas didasarkan pada :
1. Aliran informasi keatas memberi informasi berharga untuk pembuatan
keputusan oleh mereka yang mengarahkan organisasi dan mengawasi
kegiatan orang-orang lainnya.
2. Komunikasi keatas memberitahukan kepada penyelia kapan bawahan mereka
siap menerima apa yang dikatakan kepada mereka.
3. Komunikasi keatas memungkinkan bahkan mendorong-omelan dan keluh
kesah muncul kepermukaan dehingga penyelia tahu apa yang mengganggu
mereka yang paling dekat dengan operasi-operasi sebenarnya.
4. Komunikasi keatas menumbuhkan apresiasi dan loyalitas kepada organisasi
dengan memberi kesempatan kepada pegawai untuk menentukan apakah
bawahan memahami apa yang diharapkan dari aliran informasi kebawah.
5. Komunikasi keatas membantu pegawai mengatasi masalah pekerjaan mereka
dan dengan organisasi tersebut.
6. Komunikasi keatas mengizinkan penyelia untuk menentukan apakah
bawahan memahami apa yang diharapkan dari aliran informasi ke bawah.
Kebanyakan analisis dan penelitian dalam komunikasi keatas menyatakan bahwa
penyelia dan manejer harus menerima informasi berupa ; informasi yang
memberitahukan apa yang dilakukan bawahan, menjelaskan persoalan-persoalan
kerja, memberi saran atau gagasan untuk perbaikan dalam unit-unit mereka, dan
mengungkapkan bagaimana pikiran dan perasaan bawahan tentang pekerjaan
mereka, rekan kerja mereka, dan organisasi.
Komunikasi keatas dapat menjadi terlalu rumit dan menyita waktu dan mungkin
hanya segelintir manejer organisasi yang mengetahui bagaimana cara memperoleh
informasi dari bawah. Sharma (1979) memberikan alasan mengapa komunikasi
keatas terlihat amat sulit :
1. Kecenderungan bagi pegawai untuk menyembunyikan pikiran mereka.
2. Perasaan bahwa penyelia dan manejer tidak tertarik kepada masalah
pegawai.
3. Kurangnya penghargaan bagi komunikasi keatas yang dilkaukan pegawai.
4. Peraaan bahwa penyelia dan manejer tidak dapat dihubungi dan tidak
tanggap pada apa yang disampaikan pegawai.
Prinsip-prinsip saluran keatas
Planty dan machaver (1952) mengemukakan tujuh prinsip sebagai pedoman
program komunikasi keatas. Prinsip-prinsip tersebut antara lain ;
1. Program komunikasi keatas yang efektif harus direncanakan.
2. Program komunikasi keatas yang efektif berlangsung secara
berkesinambungan.
3. Program komunikasi keatas yang efektif menggunakan saluran rutin
4. Program komunikasi keatas yang efektif menitikberatkan kepekaan dan
penerimaan dalam pemasukan gagasan dari tingkat yang lebih rendah.
5. Program komunikasi keatas yang efektif mencakup mendenngarkan secara
objektif
6. progaranm komunikasi keatas yang efektif mencakup tindakan untuk
menanggapi masalah
7. Progran komunikasi keatas yang efektif menggunakan berbagai media dan
metode untuk meningkatkan aliran informasi.
Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal terdiri dari penyampaian informasi diantara rekan sejawat
dalam unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi individu-individu yang ditempatkan
pada tingkat otoritas yang sama dalam organisasi dan mempuyai atasan yang sama.
Tujuan dari komunikasi horizontal adalah :
1. Untuk mengkordinasikan penugasan kerja
2. Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan
3. Untuk memecahkan masalah
4. Untuk memperoleh pemahaman bersama
5. Untuk mendamaikan, berunding, dan menengahi perbedaan
6. Untuk menumbuhkan dukungan antar pesona
Bentuk komunikasi horizontal yang paling umum mencakkup semua jenis kontak
antar pesona. Bahkan bentuk komunikasi horizontal tertulis cenderung menjadi
lebih lazim. Komunikasi horizontal paling sering terjadi dalam rapat komisi,
interaksi pribadi, selama waktu istirahat, obrolan di telepon, memo dan catatan,
kegiatan social dan lingkaran kualitas.
Komunikasi Lintas Saluran
Merupakan penyampaian informasi rekan sejawat yang melewati batas-batas
fungsional dengan individu yang tidak menduduki posisi atasan maupun bawahan
mereka. Mereka melintasi jalur fungsional dan berkomunikasi dengan orang-orang
yang diawasi dan yang mengawasi tetapi bukan atasan ataupun bawahan mereka.
Mereka tidak melewati otoritas lini untuk mengarahkan orang-orang yang
berkomunikasi dengan mereka dan terutama harus mempromosikan gagasan-
gagasan mereka. Namun mereka memiliki mobilitas tinggi dalam organisasi;
mereka dapat mengunjungi bagian lain atau meninggalkan kantor mereka hanya
untuk terlibat dalam komunikasi informal.
Hubungan
Goldbaher mendefinisikan organisasi sebagai sebuah jaringan hubungan yang saling
bergantung, ini berarti bahwa hal-hal tersebut saling mempengaruhi dan saling
dipengaruhi satu sama lainnya. Pola dan sifat hubungan dalam organisasi dapat
ditentukan oleh jabatan dan peranan yang ditetapkan bagi jabatan tersebut. Namun
individu-individu bertindak diluar struktur peranan, sehingga menciptakan jalinan
komunikasi dan struktur. Hubungan-hubungan dalam organisasi berbeda ditinjau
dari sifat antarpesona hubungan tersebut.
Hubungan Antar Pesona
Hubungan paling intim yang kita miliki dengan orang-orang lain dalam tingkat
pribadi, antar teman, sesame sebaya, biasanya disebut hubungan antar pesona.
Suatu anailisis khusus tentang hubungan antar pesona menyatakan bahwa kita akan
berhasil bila kita melakukan hal-hal berikut ini :
1. Menjaga kontak pribadi yang akrab tanpa menumbuhkan perasaan bermusuhan
2. Menetapkan dan menegaskan identitas kita dalam hubungan dengan orang lain
tanpa membesar-besarkan ketidaksepakatan.
3. Menyampaikan informasi kepada oranglain tanpa menimbulkan kebingunngan,
kesalahpahaman, penyimpangan, atau perubahan lainnya yang disengaja
4. Terlibat dalam pemecahan masalah yang terbuka tanpa menimbulkan sikap
mbertahan atau menghentikan proses
5. Membantu orang-orang lainnya untuk mengembangkan gaya hubungan persona
dan antar pesona yang efektif
6. Ikut serta dalam interaksi social informal tanpa terlibat dalam muslihat atau
gurauan atau hal-hal lainnya yang menggangu komunikasi yang menyenangkan
Hubungan antar pesona cenderung menjadi lebih baik bila kedua belah pihak
melakukan hal-hal berikut :
1. Menyampaikan perasaan secara langsung dan dengan cara yang hangat dan
ekspresif
2. Menyampaikan apa yang terjadi dalam lingkungan pribadi mereka melalui
penyingkapan diri
3. Menyampaikan pemahaman yang positif, hangat kepada satu sama lainnya
dengan memberikan respons-respons yang relevan dan penuh pengertian
4. Bersikap tulus kepada satu sama lain dengan menunjukan sikap menerima secara
verbal maupun non verbal
5. Selalu menyampaikan pandangan positif tanpa syarat terhadap satu sama lainnya
dalam perbincangan yang tidak menghakimi dan ramah
6. Berterus-terang mengapa menjadi sulit atau bahkan mustahil untuk sepakat satu
sama lainnya dalam perbincangan yang tidak menghakimi, cermat, jujur, dan
membangun.
Hubungan posisional
Hubungan posisional ditentukan oleh struktur dan tugas-tugas fungsional anggota
organisasi. Menurut Koontz dan ODonnel (1968) lusinan kesalahan umum yang
merintangi kinerja efektif dan efisien individu dalam organisasi adalah ;
1. Kegagalan untuk merencanakan secara benar
Sebagian dari kegagalan untuk merencanakan dengan benar lebih banyak
terletak pada pengaturan disekitar orang-orang dari pada pengaturan
jabatan.
2. Kegagalan untuk menjernihkan hubungan
Kegagalan untuk menjernihkan hubungan organisasi menimbulkan
kecemburuan, percekcokan, ketidakamanan, ketidakefisienan,dan pelepasan
tanggung jawab lebih banyak dari kesalahan lainnya dalam pengorganisasian
Hubungan Atasan Bawahan
Konsep hubungan atasan-bawahan bersandar kuat pada perbedaan dalam otoritas,
yang diterjemahkan menjadi perbedaan dalam status, hak, dan pengawasan. Sintesa
Jablin tentang komunikasi atasan bawahan memperkenalkan sembilan kategori
masalah :
1. Pola interaksi
2. Keterbukaan
3. Distorsi ke atas
4. Pengaruh ke atas
5. Jarak informasi semantic
6. Atasan efektif versus atasan tidak efektif
7. Sifat-sifat pribadi diad
8. Umpan balik
9. Pengaruh variable-variabel organisasi sistemik pada kualitas komunikasi
atasan bawahan
Hubungan Berurutan
Informasi disampaikan ke seluruh organisasi formal oleh suatu proses; dalam proses
ini orang dipuncak hierarki mengirimkan pesan ; kepada orang kedua yang
kemudian mengirimkannya lagi kepada orang ketiga. Reproduksi pesan orang
pertama menjadi pesan orang kedua, dan reproduksi pesan orang kedua menjadi
pesan orang ketiga. Tokoh kunci dalam system ini adalah pengulang pesan (relayor).

Bagaimana Mendengarkan?
Apa yang terjadi dengan kasus kegagalan Challenger ini? Menemukan penyebab
kendala teknis barangkali bisa dilakukan dengan tidak terlalu susah. Masalah teknis
ini terbukti sudah diketemukan. Jelas masalah besarnya bukan di proses penemuan
kendala teknis ini, tetapi adalah bahwa temuan itu tidak diserap oleh komunikasi
yang tidak berjalan. Ada pihak yang tidak bisa atau belum mampu mendengarkan.
Ketika mendengarkan, singkirkan dulu agenda pikiran kita. Mendengar
dengan penuh perhatian berarti kita sungguh-sungguh mendengarkan lawan bicara
kita.
Saat itu, agenda persoalan-persoalan yang selalu hadir di pikiran kita, kita
singkirkan dan cobalah benar-benar mendengarkan. Pada waktu mendengarkan,
janganlah lebih dulu membuat asumsi, perkiraan atau pendapat apa pun.
Dengarkan saja. Yang sering terjadi adalah ketika orang bicara, kita selalu
membandingkan apa yang dibicarakan orang itu dengan apa yang ada di pikiran
kita.
Otak kita selalu membandingkan pesan yang masuk ke pikiran kita dengan
database memori yang ada di pikiran kita. Akibatnya, kita kelihatan kurang
mempedulikan lawan bicara kita. Begitu kita tatap mata lawan bicara kita,
mengangguk jika perlu, berkomentar sepantasnya, maka kita akan mampu
menyerap informasi yang banyak dari partner bicara kita.
Apalagi sebagai pemimpin, kita harus bisa mendapatkan informasi sebanyak-
banyaknya tentang apa yang sebenarnya terjadi di organisasi kita. Kasus Challenger
di atas telah membuktikan hal itu. Sehebat apa pun kita, masih banyak hal-hal lain
yang tidak kita ketahui. Melalui bawahanlah kita mendapat informasi yang kita
butuhkan untuk mengambil keputusan. Begitu kita mendengarkan dengan penuh
perhatian terhadap bawahan anda, mereka akan merasa dihargai oleh
pemimpinnya. Dengan mendengar seperti itu saja, itu sudah merupakan
penghargaan baginya.
Yang seringkali terjadi adalah, kita mendengarkan bawahan bicara, namun mata
kita sering masih melirik layar komputer kita atau masih sambil mengotak-atik
handphone kita. Semestinya, begitu bawahan ingin bicara kepada anda, jika perlu
matikan komputer anda, dan dengarkan dengan sungguh-sungguh.
Banyak pemimpin gagal karena mereka tidak memperhatikan bawahan yang
sudah mencoba memperingatkan mereka. Namun tanggapan bawahan seringkali
diartikan sebagai bawahan yang tidak mendukung upaya pemimpin.
Sang Pencipta pun selalu mendengarkan
Nampaknya kita harus belajar dari Sang Pencipta yang menciptakan satu mulut
dan dua telinga. Telinga dibuat dua agar kita lebih sering mendengar dibanding kita
bicara. Bahkan Nabi Muhammad SAW lebih banyak diam. Beliau hanya bicara jika
yang dibicarakan itu mendatangkan pahala, atau membuat kebaikan.
Bahkan Sang Pencipta itu mendeklarasikan diri sebagai Yang Maha Mendengar.
Ketika pada sepertiga terakhir dari malam hari, Dia akan turun ke dunia sambil
bersabda, Siapa yang mohon ampun kepadaKu akan aku ampuni, dan siapa
yang berdoa kepadaKu akan aku kabulkan. Pencipta itu mendorong umat
manusia untuk berdoa kepadaNya, dan pasti akan didengar dan dikabulkan.
Sudah sepantasnyalah kita, yang merupakan hasil ciptaanNya, untuk mawas diri
dan mau mendengar orang lain dengan hati tulus.
Ketika mendengar, anda akan menjadi semakin yakin, betapa pun beratnya
beban yang dihadapi, selalu saja ada solusi. Seringkali, solusi itu datang dari
mendengar karyawan anda.
Strategi Komunikasi Dalam Menangani Krisis Organisasi

Tidak ada satupun organisasi di dunia ini yang menginginkan krisis. Tetapi
dalam banyak kejadian, krisis bisa datang tanpa disadari dan secara tiba-tiba
menghentak dan mengguncangkan suatu organisasi. Krisis bisa bersumber dari
internal maupun eksternal organisasi.
Mengulur waktu atau membiarkan suatu krisis berkembang secara
liar, adalah tindakan yang tidak bijaksana, sia-sia dan merugikan organisasi.
Demikian pula halnya dengan berbohong atau berusaha menutup-nutupi
suatu krisis.
Untuk menanggulangi krisis, diperlukan suatu perencanaan khusus yang
dapat merespon, menghadapi dan menangani krisis de-ngan cepat dan tepat, yang
di dalamnya memasukkan faktor komuni-kasi sebagai bagian penting dalam
penyelesaian krisis.
Krisis dapat diartikan sebagai suatu situasi atau kejadian yang lebih banyak
punya implikasi negatif pada suatu organisasi dari-pada sebaliknya.
Dalam 3 tahun terakhir ini, hampir seluruh organisasi di kampus mengalami
krisis. Krisis karena bencana alam, peraturan-peraturan baru, dan berbagai bentuk
kesulitan lainnya.
Apapun penyebabnya, krisis secara potensial dapat mengakibatkan kerusakan
jangka panjang pada citra organisasi, baik kehilangan kepercayaan dari publik
maupun melemahnya motivasi kerja.
Untuk selamat dari krisis adalah memasukkan faktor komunikasi sebagai
bagian penting dalam penyelesaian krisis, sehingga krisis tidak menjadi berlarut-
larut dan bertambah parah.
Mengingat dampak negatif dan kerugian yang sedemikian besar, maka krisis
tidak dapat dibiarkan saja tetapi perlu dikelola dengan baik. Langkah-langkah yang
perlu dilakukan: Identifikasi Krisis. Analisis Krisis. Isolasi Krisis.

Kesalahan umum yang paling sering dilakukan oleh pimpinan organisasi yang
tidak siap menghadapi krisis adalah dalam bidang komunikasi. Komunikasi pada
saat organisasi menghadapi krisis menjadi sangat penting disebabkan antara lain
karena krisis dicirikan oleh adanya ketidakpastian (uncertainty), konflik
kepentingan (conflict of interest), kompleksitas dan keterlibatan emosional.
Keberhasilan komunikasi krisis tergantung dari program komunikasi yang
dibuat oleh sebuah organisasi dalam menghadapi krisis. Program komunikasi perlu
mempertimbangkan beberapa hal seperti khalayak atau publik suatu organisasi,
tujuan kegiatan komunikasi untuk masing-masing publik, pesan yang akan
disampaikan, media komunikasi yang akan digunakan, bentuk informasi, pelaku
komunikasi atau juru bicara atau sumber komunikasi krisis serta dukungan pihak
luar dalam penguatan organisasi
Faktor lain yang perlu diper-timbangkan dalam suatu strategi komunikasi
dalam menghadapi krisis, adalah pemanfaatan pihak ketiga sebagai pendukung
posisi organisasi. Selain itu, tampilnya pimpinan puncak sebuah organisasi untuk
terjun langsung ke lapangan menunjukkan pesan adanya perhatian dan
tanggungjawab organisasi terhadap korban, baik manusia maupun lingkungan yang
dihuni.
Manajemen Konflik Dalam Organisasi
STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK
Kompetisi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau
mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-
lose orientation.
Akomodasi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang
memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha
memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.
3. Sharing
Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan
kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lkain menerima sesuatu. Kedua
kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.
4. Kolaborasi
Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini
adalah pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach) yang
memerlukan integrasi dari kedua pihak.
5. Penghindaran
Menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini menggambarkan
penarikan kepentingan atau mengacuhkan kepentingan kelompok lain.
INTERAKSI WIN WIN
Berpikir Menang-Menang merupakan sikap hidup, suatu kerangka berpikir yang
menyatakan : Saya dapat menang, dan demikian juga Anda, kita bisa menang.
Berpikir Menang-Menang merupakan dasar untuk dapat hidup berdampingan
dengan orang lain. Berpikir Menang-Menang dimulai dengan kepercayaan bahwa
kita adalah setara, tidak ada yang di bawah ataupun di atas orang lain. Hidup
bukanlah kompetisi. Mungkin kita memang menjumpai bahwa dunia bisnis, sekolah,
keluarga, olah raga adalah dunia yang penuh kompetisi, tetapi sebenarnya kita
sendirilah yang menciptakan dunia kompetisi. Hidup sebenarnya adalah relasi
dengan orang lain. Berpikir Menang-Menang bukanlah berpikir tentang Menang-
Kalah, Kalah-Menang, atau pun Kalah Kalah.
1. Win-Lose (Menang - Kalah).
Paradigma ini mengatakan jika saya menang, anda kalah . Dalam gaya ini
seseorang cenderung menggunakan kekuasaan, jabatan, mandat, barang milik, atau
kepribadian untuk mendapatkan apa yang diinginkan dengan mengorbankan orang
lain. Dengan paradigma ini seseorang akan merasa berarti jika ia bisa menang dan
orang lain kalah. Ia akan merasa terancam dan iri jika orang lain menang sebab ia
berpikir jika orang lain menang pasti dirinya kalah. Jika menang pun sebenarnya ia
diliputi rasa bersalah karena ia menganggap kemenangannya pasti mengorbankan
orang lain. Pihak yang kalah pun akan menyimpan rasa kecewa, sakit hati, dan
merasa diabaikan.
Sikap Menang-Kalah dapat muncul dalam bentuk :
Menggunakan orang lain , baik secara emosional atau pun fisik, untuk kepentingan
diri.
Mencoba untuk berada di atas orang lain.
Menjelek-jelekkan orang lain supaya diri sendiri nampak baik.
Selalu mencoba memaksakan kehendak tanpa memperhatikan perasaan orang lain.
Iri dan dengki ketika orang lain berhasil
2. Lose-Win (Kalah - Menang).
Dalam gaya ini seseorang tidak mempunyai tuntutan, visi, dan harapan. Ia
cenderung cepat menyenangkan atau memenuhi tuntutan orang lain. Mereka
mencari kekuatan dari popularitas atau penerimaan. Karena paradigma ini lebih
mementingkan popularitas dan penerimaan maka menang bukanlah yang utama.
Akibatnya banyak perasaan yang terpendam dan tidak terungkapkan sehingga akan
menyebabkan penyakit psikosomatik seperti sesak napas, saraf, gangguan sistem
peredaran darah yang merupakan perwujudan dari kekecewaan dan kemarahan
yang mendalam.
3. lose-Lose (Kalah - Kalah)
Biasanya terjadi jika orang yang bertemu sama-sama punya paradigma Menang-
Kalah. Karena keduanya tidak bisa bernegosiasi secara sehat, maka mereka
berprinsip jika tidak ada yang menang , lebih baik semuanya kalah. Mereka
berpusat pada musuh, yang ada hanya perasaan dendam tanpa menyadari jika
orang lain kalah dan dirinya kalah sama saja dengan bunuh diri.
4. Win (Menang)
Orang bermentalitas menang tidak harus menginginkan orang lain kalah. Yang
penting adalah mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. Orang
bermentalitas menang menjadi egois dan akan mencapai tujuannya sendiri. Jika hal
ini menjadi pola hidupnya maka ia tidak akan bisa akrab dengan orang lain, merasa
kesepian, dan sulit kerja sama dalam tim.
5. Win-Win (Menang-Menang)
Menang-Menang adalah kerangka pikiran dan hati yang terus menerus mencari
keuntungan bersama dalam semua interaksi. Menang-Menang berarti
mengusahakan semua pihak merasa senang dan puas dengan pemecahan masalah
atau keputusan yang diambil. Paradigma ini memandang kehidupan sebagai arena
kerja sama bukan persaingan. Paradigma ini akan menimbulkan kepuasan pada
kedua belah pihak dan akan meningkatkan kerja sama kreatif.
BAGAIMANA BERSIKAP MENANG-MENANG ?
Bagaimana cara berpikir dan bersikap Menang-Menang ? Bagaimana Anda dapat
tetap merasa bahagia ketika teman Anda diterima UMPTN sementara Anda tidak ?
Bagaimana Anda tidak merasa rendah diri ketika melihat teman Anda mempunyai
prestasi gemilang ? Bagaimana Anda dapat menemukan solusi permasalahan yang
membuat Anda dan orang lain merasa Menang ?
Ada dua cara yang dapat dilakukan :
Capailah Kemenangan Pribadi
Berpikir Menang-Menang dimulai dari diri Anda sendiri. Jika Anda merasa sangat
tidak aman dan tidak berusaha untuk mencapai kemenangan pribadi, maka
sangatlah sulit untuk beerpikir Menang-Menang. Anda akan merasa terancam oleh
orang lain, Anda akan sulit menghargai dan mengakui keberhasilan orang lain. Anda
akan merasa kesulitan untuk tetap berbahagia atas keberhasilan orang lain. Orang
yang tidak aman mudah iri pada orang lain.
Hindari Kompetisi dan Perbandingan Tidak Sehat
Ada dua kebiasaan dalam hidup kita yang mirip dengan tumor yaitu yang dapat
menggerogoti tubuh kita perlahan-lahan dari dalam. Kebiasaan itu adalah
berkompetisi dan membandingkan.
Berkompetisi
Kompetisi dapat menyehatkan. Kompetisi mendorong kita untuk menjadi lebih baik
dan berprestasi. Tanpa kompetisi mungkin kita tidak mempunyai kemampuan
mendorong diri kita untuk lebih maju. Kompetisi dapat menyehatkan jika Anda
berkompetisi dengan diri Anda sendiri atau ketika hal itu membuat Anda merasa
tertantang untuk berprestasi atau menjadi yang terbaik. Kompetisi sangatlah tidak
menyehatkan jika Anda hanya berpikir tentang diri kemenangan untuk diri sendiri
atau ketika Anda merasa harus mengalahkan orang lain untuk mencapai
kemenangan. Marilah kita berkompetisi dengan diri sendiri sehingga kita selalu
berkembang dan berhentilah berkompetisi demi memperoleh status, popularitas,
pacar, posisi, perhatian, dan sebagainya dan mulailah menikmati hidup.
Membandingkan
Membandingkan diri dengan orang lain adalah sesuatu yang buruk. Mengapa ?
Sebab masing-masing dari kita mempunyai potensi yang berbeda, baik secara sosial,
mental, maupun fisik. Setiap orang punya kelebihan dan kelemahan yang berbeda.
Kita dapat saling mengembangkan diri dan melengkapi bersama-sama dengan orang
lain . Jadi apa gunanya melihat-lihat orang lain untuk mecari-cari kelemahan atau
kelebihan mereka dan membandingkan dengan diri Anda? Berhentilah berbuat
demikian dan hilangkan kebiasaan ini. Anda tidak perlu tampil secantik peragawati,
Anda tidak perlu sepopuler teman Anda, tampilah sesuai dengan diri Anda yang
sebenarnya karena Anda memang berbeda dengan orang lain, Anda adalah unik dan
berbahagialan dengan keunikan Anda.

Anda mungkin juga menyukai