Anda di halaman 1dari 3

PEMANFAATAN PLASMA NUTFAH MELALUI BIOTEKNOLOGI DALAM

MENINGKATKAN PRODUKSI PERTANIAN

Kekayaan plasma nutfah yang terdapat di alam memiliki potensi untuk dimanfaatkan
dalam industri pertanian. Sebab plasma nutfah banyak dimiliki dalam rangka meningkatkan
produksi pertanian dan penyediaan pangan. Hal ini dilakukan karena plasma nutfah
merupakan sumber gen yang berguna bagi perbaikan tanaman seperti gen untuk ketahanan
terhadap penyakit, serangga, gulma, dan juga gen untuk ketahanan terhadap cekaman
lingkungan abiotik yang kurang menguntungkan seperti kekeringan. Plasma nutfah juga
merupakan sumber gen yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kualitas hasil tanaman
seperti kandungan nutrisi yang lebih baik.

Peningkatan produktivitas pertanian telah dilakukan melalui pembuatan varietas


unggul hasil pemuliaan tanaman konvensional. Pemuliaan tanaman konvensional yang
dilakukan dengan mensilangkan berbagai variasi tanaman melalui proses penyerbukan
memiliki keterbatasan dalam mendapatkan gen-gen yang dikehendaki. Gen-gen yang berasal
dari tanaman yang berkerabat dekat dan kompatibel secara seksual (sexually compatible)
yang dapat dimanfaatkan. Gen yang dapat dimanfaatkan hanya terbatas pada sekelompok
kecil variasi genetik. Pemuliaan tanaman konvensional terjadi penggabungan seluruh genom
dari tanaman yang dikawinkan sehingga gen yang tidak diinginkan dapat ikut terbawa dan
membutuhkan waktu yang panjang untuk menghilangkan gen gen yang tidak diinginkan.

Bioteknologi dapat memanfaatkan semua gen dari organisme hidup tanpa ada batasan
taksonomi. Hal ini disebabkan karena transfer gen pada bioteknologi tidak dilakukan dengan
melalui penyerbukan silang. Bioteknologi memiliki peluang untuk mengakses kekayaan
plasma nutfah yang tidak dapat dilakukan melalui pemuliaan tanaman secara konvensional.
Sehingga bioteknologi diharapkan dapat digunakan sebagai pelengkap pemuliaan tanaman
konvensional.

Tanaman transgenik merupakan hasil pemanfaatan plasma nutfah melalui


bioteknologi. Saat ini lebih dari 70 varietas tanaman transgenik telah terdaftar dan
dikomersialisasi secara luas di dunia. Menurut data dari ISAAA, hampir 54% dari tanaman
transgenik di dunia merupakan kedelai transgenik, 28% merupakan jagung transgenik, 9%
kapas transgenik dan lainnya. Pemanfaatan plasma nutfah melalui bioteknologi dalam
industri pertanian Plasma nutfah merupakan bahan baku yang penting untuk pembangunan
industri pertanian. Penggunaan bioteknologi dibutuhkan untuk pemanfaatan plasma nutfah
dalam pertanian secara luas.

Contoh pemanfaatan plasma nutfah untuk menanggulangi masalah-masalah pertanian antara


lain:

1. Tanaman transgenik tahan terhadap garam di India Dalam rangka memperluas area
pertanian di daerah pesisir pantai, saat ini di India telah dikembangkan varietas
tanaman padi dan varietas tanaman lainnya yang tahan terhadap garam (salinitas).
Organisme donor yang memberikan ketahanan terhadap garam adalah tanaman
mangrove dari famili Rhizophoraceae. Gen yang toleran terhadap kadar garam tinggi
dari tanaman mangrove dipindahkan ke dalam tanaman padi maupun tembakau,
sehingga tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik di daerah pesisir pantai.

2. Program Bioteknologi Padi di Costa Rica

Beras merupakan makanan pokok yang dikonsumsi oleh lebih dari setengah jumlah
penduduk dunia. Di Costa Rica seperti juga di Indonesia konsumsi beras per kapita
cukup tinggi sehingga diperlukan produksi padi yang tinggi. Namun demikian karena
sempitnya dasar genetika (narrow genetic base) varietas-varietas padi yang dibudi
dayakan, maka varietas-varietas tersebut menjadi rentan terhadap hama belalang,
virus hoja blanca (RHBV, rice hoja blanca virus, jamur padi Magnaporthe grisea,
juga cekaman lingkungan abiotik. Karena tidak adanya varietas yang resisten terhadap
cekaman-cekaman tersebut maka penggunaan insektisida dan fungisida telah
meningkatkan biaya budi daya padi yang menyebabkan budidaya padi di Costa Rica
menjadi tidak kompetitif dibanding pasar internasional dan juga hasil yang rendah
yang menjadikan Costa Rica tergantung pada beras impor. Untuk mengurangi
penghambat produksi padi di Costa Rica program Bioteknologi Padi (Rice
Biotechnology Program) menggunakan pendekatan bioteknologi dalam
memanfaatkan plasma nutfah untuk memperbaiki varietas padi yang ada. Strategi
yang digunakan adalah mengkarakterisasi secara molekuler plasma nutfah padi liar
yang ada di Costa Rica yang mungkin memiliki kumpulan gen untuk perbaikan sifat-
sifat agronomis. Penelitian pada Program Bioteknologi Padi Costa Rica meliputi
penelitian untuk mengidentifikasi dan mengkarakterisasi secara molekuler kerabat
dekat padi yang asli dari Costa Rica.

3. Tanaman tahan serangga

Tanaman tahan serangga merupakan hasil penyisipan gen Bacillus thuringiensis (Bt)
yang diketahui bersifat sebagai insektisida alami ke dalam tanaman pertanian. Bt
memiliki kemampuan untuk menghancurkan dinding pencernaan jenis serangga
Lepidoptera dan aman terhadap serangga lainnya, burung, mamalia dan manusia. Saat
ini telah di budidayakan tanaman jagung, kapas, kedelai, kentang dan berbagai jenis
tanaman hortikultura yang mengandung gen Bt. Selain itu juga penelitian sedang
dikembangkan untuk mendapatkan tanaman padi dan berbagai tanaman keras yang
mengandung gen Bt.

4. Tanaman transgenik dengan gen perlindungan terhadap gulma

Pengendalian gulma dalam pertanian merupakan salah satu cara untuk mendapatkan
hasil yang maksimal. Gulma bersaing dengan tanaman pertanian untuk mendapatkan
air, nutrisi, dan cahaya matahari. Selain itu gulma merupakan tempat dari sumber
penyakit dan sarang dari hama tanaman. Penggunaan herbisida telah digunakan dan
sangat efektif dalam mengendalikan gulma. Gen ketahanan terhadap herbisida glifosat
dan glufosinat telah dikarakterisasi dan gen-gen tersebut telah disisipkan pada
berbagai tanaman budi daya seperti kedelai, jagung, kapas, dan padi.
Analisa keamanan tanaman transgenik sebelum suatu tanaman transgenik dapat
dikomersialisasikan, tanaman-tanaman tersebut harus terlebih dahulu dikaji keamanan
hayatinya dengan menggunakan pedoman pengkajian yang telah diakui oleh badan-
badan independen seperti Organization for Economic Cooperation and Development
(OECD), Food and Health Organization (FAO) dan World and Health Organization
(WHO) dari PBB serta International Life Science Institute (ILSI).

Anda mungkin juga menyukai