Anda di halaman 1dari 11

TINJAUAN PUSTAKA TANAMAN JAHE

Jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman rempah asli
Indonesia. Bagian tanaman jahe yang dikonsumsi adalah rimpangnya. Rimpang jahe berserat
lembut, beraroma tajam dan berasa pedas. Rimpang jahe memiliki kandungan 58% pati, 8%
protein, 3-5% oleoresin dan 1-3% minyak atsiri. Permasalahan dalam budidaya jahe di
Indonesia adalah rendahnya produktivitas dan mutu jahe. Rendahnya produktivitas jahe
selain disebabkan oleh cara budidaya yang belum optimal juga disebabkan oleh penggunaan
bahan tanam yang kurang bermutu (Abdillah et al 2015).

Tanaman jahe paling cocok ditanam pada tanah yang subur, gembur dan banyak
mengandung humus. Tekstur tanah yang baik adalah lempung berpasir, liat berpasir dan tanah
laterik. Tanaman jahe dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH) sekitar 4,3-7,4.Keasaman
tanah (pH) optimum untuk jahe adalah 6,8 -7,0. Jahe tumbuh baik di daerah tropis dan
subtropis dengan ketinggian 0-2.000 m dpl. Di Indonesia pada umumnya ditanam pada
ketinggian 200 -600 m dpl. Jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan
warna rimpangnya yaitu jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak
rimpangnya lebih besar dan gemuk dan berwarna putih, ruas rimpangnya lebih
menggembung dari kedua varietas lainnya (Hadiyanto, 2011).

Bahan tanam jahe adalah bibit yang berasal dari perbanyakan vegetatif hasil panen
sebelumnya. Bibit jahe yang berupa rimpang harus diproses dan disimpan sebaik mungkin
agar mutunya dapat dipertahankan lebih lama dengan menghambat laju kemunduran bibit.
Kriteria bibit yang baik untuk bahan baku obat menurut SNI adalah bentuk rimpang utuh,
rimpang segar yang tidak keriput dan tidak busuk dengan kadar air 75-85%, rimpang sehat
yaitu tidak terluka, tidak terserang hama dan patogen yang membahayakan. Budidaya
tanaman jahe jika semakin berat bobot bibit yang digunakan akan diperoleh pertumbuhan dan
produksi yang semakin baik (Sukarman dan Melati, 2011).

Rempah-rempah yang mempunyai efek sebagai antimikroba salah satunya adalah


jahe. Berbagai penelitian membuktikan bahwa jahe mempunyai sifat antimikroba. Beberapa
komponen utama dalam jahe yaitu gingerol, shogaol dan zingeron. Komponen tersebut
merupakan senyawa metabolit sekunder yang terdiri dari golongan fenol, flavonoid,terpenoid
dan minyak atsiri yang terdapat pada ekstrak jahe diduga merupakan golongan senyawa
bioaktif yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Komponen yang terkandung dalam
rimpang jahe selain sebagai pengawet juga mempunyai banyak kegunaan, diantaranya
sebagai rempah-rempah, industri farmasi dan obat tradisional, industri parfum, industri
kosmetika dan lain-lain (Purwani dan Setyo, 2011).

Jahe mempunyai kegunaan yang cukup beragam antara lain sebagai rempah,
minuman penghangat tubuh, minyak atsiri, pemberi aroma ataupun sebagai obat. Senyawa
antioksidan alami dalam jahe cukup tinggi dan sangat efisien dalam menghambat radikal
bebas superoksida dan hidroksil yang dihasilkan oleh selsel kanker dan bersifat
antikarsinogenik, non toksik, dan non mutagenik pada konsentrasi tinggi. Antioksidan dari
jahe berasal dari gingerol turunan dari fenol (Amir, 2014).

TINJAUAN PUSTAKA PELESTARIAN SECARA IN SITU

Konservasi in-situ adalah konservasi flora fauna dan ekosistem yang dilakukan di
dalam habitat aslinya agar tetap utuh dan segala proses kehidupan yang terjadi berjalan secara
alami. Konservasi in-situ dilakukan dalam bentuk kawasan suaka alam (cagar alam, suaka
marga satwa), zona inti taman nasional dan hutan lindung. Tujuan konservasi in-situ untuk
menjaga keutuhan dan keaslian jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya secara alami
melalui proses evolusinya (Leunufna, 2014)

Faktor alam seperti mutasi dan seleksi dapat mengubah bentuk dan penampilan
tanaman dalam konservasi in situ serta petani juga dapat mengembangkan varietas tersebut di
samping melestarikannya. Sifat dinamis konservasi in situ yang kemudian menjadi sumber
keragaman genetik terbaru dan berkelanjutan serta terjaga kelestariannya karena berada pada
habitat aslinya. Konservasi in situ ataupun konservasi on farm merupakan strategi yang
potensial untuk mempertahankan keragaman genetik (Sastrapradja dan Widjaja, 2010)

Konservasi tanaman obat dapat dilakukan dengan secara in-situ (dalam habitat
alaminya) dan ex-situ (diluar habitat alaminya). Upaya konservasi in-situ lebih efektif
dibandingkan dengan konservasi ex-situ karena dalam pelindungan dilakukan di habitat
aslinya sehingga tidak diperlukan proses adaptasi lingkungan. Konservasi in-situ memiliki
kelemahan jika suatu jenis yang dikonservasi memiliki penyebaran yang
sempit,kemudian tanpa diketahui terjadi perubahan habitat, terjadi bencana atau
kebakaran maka akan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup jenis tersebut
dan akan terancam musnah serta tidak ada yang dapat dicadangkan lagi
(Zulfahmi, 2010)
Strategi terbaik bagi pelestarian jangka panjang keanekaragaman hayati adalah
perlindungan populasi dan komunitas alami di habitat alami masing-masing. Perlindungan di
lokasi dikenal sebagai pelestarian in-situ (atau dalam kawasan/habitatnya). Program in-situ
merupakan strategi penanganan yang penting bagi spesies yang sukar diselamtkan dalam
penangkaran dan berpotensi menjadi pemasok persediaan spesies bagi kebun binatang dan
kabun raya (Indrawan, 2008)

Konservasi yang dilakukan secara in-situ di dalam ekosistemnya dan habitat aslinya
misal taman nasional, cagar alam, hutan lindung dan suaka marga satwa. Indonesia telah
melakukan cara ini sejak jaman kolonial Belanda dengan adanya UU kolonial Belanda
mengenai perburuan dan konservasi 1938. Tahun 1990 UU diperbarui menjadi UU No 5/90
tentang Konservasi Alam Hayati dan Ekosistemnya (KAHE). Indonesia telah mempunyai
kawasan konservasi seluas 18,8 juta ha yang mencangkup suaka alam, taman nasional, suaka
marga satwa, taman burung, hutan wisata, taman hutan raya, suaka marga laut dan taman
nasional laut (Mangunjaya, 2007)

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Hasil Pengamatan
Tabel 2 Pengamatan Pelestarian In-Situ Tanaman Obat

N Nama
Kegunaan Habitat Syarat Budidaya
o Tanaman
Memberikan rasa Pengolahan lahan
nyaman di perut Membajak tanah,
Menurunkan membuat bedengan,
demam memupuk tanah serta
Mengurangi mengatur keasaman
gangguan tanah yang dilakukan
pernapasan dua minggu sebelum
Mengurangi resiko penanaman.
kanker Pembibitan
Menurunkan Memilih bibit dari
resiko rematik pohon lengkuas yang
Mengobati bekas sudah cukup tua serta
luka bakar bebas dari gangguan
Membersihkan Dataran hama maupun
bekas jerawat rendah penyakit
Mengatasi sampai Penyemaian bibit
kerusakan pada Penyemaian
dataran
rambut tinggi dilakukan di dalam
1 Lengkuas peti dengan
Menghilangkan kurang
ketombe lebih 1200 mematahkan bibit
lengkuas masing-
M diatas
permukaa masing 4 mata ruas.
Penanaman
n laut
Memasukkan bibit ke
lubang tanam lalu
ditimbun dengan
tanah serta dirawat
dengan diberi pupuk
dan disiram secara
teratur.

Panen
Lengkuas dipanen
ketika telah
memasuki umur
sekitar 11 bulan.

2 Kunyit Meningkatkan
antioksidan Pembibitan
Meningkatkan Memilih bibit yang
fungsi hati
Mengurangi resiko berasal dari pemecah
leukimia rimpang karena
Pencegahan mudah tumbuh
kanker Pengolahan Lahan
Menghilangkan Mengemburkan tanah
noda bekas dengan mencangkul
jerawat hingga kedalaman
Mengobati 20-30 cm. Membuat
bengkak akibat jarak tanam antara
serangan serangga 30-50cm dan
atau ulat bulu membuat bedengan
Mengatasi yang diberi pupuk
masalah sembelit kandang sebanyak
Mengatasi 15-20 ton/ha.
peradangan Penanaman
Mencegah dan Bibit kunyit yang
mengurangi gejala telah di siap ditanam
arthritis kedalam lubang
Meredakan maag berdiamter 5 10 cm
Meredakan stres yang dibuat di
dan depresi bedengan lahan
Menurangi kadar tanam dengan arah
kolestrol mata tunas.
Meningkatkan Pemeliharaan
Penyulaman
fungsi otak
dilakukan ketika
adanya rimpang
kunyit yang mati atau
Dataran tidak tumbuh,
rendah penyiangan
dengan dilakukan untuk
ketinggian menghilangkan
1300-1600 gulma atau tanaman
m dpl yang tidak
dikehendaki,
Panen
Cara pemanenan bisa
dilakukan dengan
membongkar
rimpang. Caranya
dengan memakai
cangkul atau garpu.
3 Jahe Melancarkan Dataran Pembibitan
Bibit dipilih dari
tanaman yang sudah
tua berumur 9-10
bulan serta kulit
rimpang tidak luka
maupun lecet.
Pengolahan lahan
Menggemburkan
tanah serta
membersihkan
tanaman
pengganggu,
pembuatan bedengan
peredaran darah dengan ukuran tinggi
Mengobati migran 20-30 cm.
Perut kembung Penanaman
Menurunkan Dilakukan dengan
tekanan darah meletakkan rimpang
Mencegah perut secara rebah di dalam
rendah
buncit lubang
dengan
Menurunkan berat Pemeliharaan
ketinggian Penyulaman
badan
0-1500 m
Mencegah siklus dilakukan 2-3
dpl minggu setelah
menstruasi yang
tidak teratur tanam, penyiangan
Obat mabuk dilakukan jahe
perjalanan berumur 2-4 minggu,
Memerangi sel pemupukan,
kanker penyiraman
dilakukan tidak
sesering karena
sebaiknya jahe
ditanam diawal
musim hujan.
Penen
Pemanenan
dilakukan pada umur
jahe 10-12 bulan
dengan cara
membongkar tanah
dengan garpu secara
hati-hati.
4 Kencur Obat untuk masuk Dataran Persiapan lahan
angin rendah Pengolahan
dilakukan dengan
menggarpu dan
mencangkul tanah
sedalam 30 cm dan
memberi pupuk
kandang 20-30/ha 2
minggu sebelum
tanam.
Penanaman
Membuat lubang
dengan jarak tanam
20x15 cm,
memasukkan bibit
dengan posisi tunas
tegak kemudian
Mengobati radang
menutupi dengan
lambung
tanah
Mengobati keseleo
Pemeliharaan
Mengobati mulas
dengan Melakukan
pada perut penyulaman pada
ketinggian
Mengobati
50-600 M tunas muncul,
peradangan usus
dpl penyiangan
Melancarkan
dilakukan pada umur
peredaran darah
6-7 bulan dan
Membuang racun
pemberian pupuk
dalam tubuh
buatan pada tanaman
berumur 3 bulan.
Pemanenan
Pemanenan
dilakukan pada umur
10-12 bulan dengan
cara menggali tanah
secara hati-hati serta
membersihkan
rimpang dari tanah
dengan di cuci serta
menyimpan rimpang
di tempat bersih dan
kering.

5 Temu Ireng Menambah nafsu Dataran Persiapan lahan


makan rendah Membersihkan gulma
Membantu dengan di lahan, memberi
mengatasi ketinggian pupuk kandang
penyakit kulit sebanyak 15-20 ton
Meredakan batuk per hektar, membuat
dan sesak nafas bedengan dengan
Menghilangkan jarak 30-50 cm
racun dalam tubuh Pembibitan
Mengobati Menyemai rimpang
cacingan dengan menutupi
Penambah darah tanah sedalam 10-15
Mengobati malaria cm serta menyiram
Menurunkan kadar persemaian pagi dan
kolesterol tinggi sore.
Penanaman
Membuat lubang
dengan jarak tanam
25x45 cm,
memasukkan bibit
dengan posisi tunas
tegak kemudian
menutupi dengan
400-1750 tanah
m dpl Pemeliharaan
Melakukan
penyulaman 2
minggu setelah
tanam, penyiangan
secara hati-hati dan
pemupukan setelah
berumur 6 bulan.
Pemanenan
Pemanenan
dilakukan pada umur
9 bulan dengan cara
menggali tanah
secara hati-hati serta
membersihkan
rimpang dari tanah
dengan di cuci serta
menyimpan rimpang
di tempat bersih dan
kering.
Sumber : Laporan Sementara
2. Pembahasan
Menurut Suryono (2010) konservasi in situ merupakan pemeliharaan spesies
atau populasi plasma nutfah di habitat aslinya. Upaya-upaya dalam pelestarian
keanekaragaman hayati telah banyak dilakukan karena konservasi in situ dalam
pelaksanaannya tidak membutuhkan banyak biaya dibandingkan dengan konservasi
ex situ. Salah satu contoh dari hasil pengamatan yang dilakukan pelestarian
keanekaragaman hayati yang dilakukan petani tanaman obat di Jumantono,
Karanganyar yang membudidayakan tanaman obat di habitat aslinya diantaranya
jahe,kunyit, kencur, lengkuas dan temu ireng dengan luas tanah 1200 m.
Pembudidayaan tanaman obat yang dilakukan memiliki keuntungan selain
melestarikan plasma nutfah dari kelangkaan juga dapat memiliki nilai jual yang
ekonomis
Syarat tumbuh dalam melestarikan tanaman kunyit, lengkuas, jahe, kencur dan
temu ireng hampir sama yaitu dapat tumbuh pada tanah yang subur dan banyak
mengandung humus, bertekstur tanah lempung dan berpasir. Hal ini membuktikan
bahwa tanaman kunyit, kencur, jahe, temu ireng dan lengkuas sangat cocok ditanam
didaerah Jumantono yang memiliki tanah lempung. Berdasarkan hasil pengamatan
petani di Jumantono syarat dalam pertumbuhan kunyit, kencur, lengkuas, temu ireng
dan jahe yaitu pertama mempersiapkan lahan pada awal musim hujan dengan
memberikan pupuk kandang secukupnya. Pupuk yag digunakan antara lain pupuk
kandang 2 ton 4 kwintal dan 15 kg pupuk kimia dengan luas lahan 1200 m. Pemberian
pupuk dilakukan saat awal penanaman dan pertengahan penanaman. Perawatan yang
dilakuka dengan mencabuti rumput liat yang mengganggu tanaman serta dalam proses
pemanenan hanya dilakukan dengan mencabut tanaman. Kendala yang dialami petani
pada saat pasca panen yaitu dalam penjualan karena dalam 1 kg kunyit, kencur, temu
ireng, lengkuas dijual Rp 1.300 dan jahe 1 kg dijual Rp 1500. Permasalahan ini terjadi
karena petani langsung menjual pada tengkulak karena belum ada koperasi yang
menampung.
Hubungan tanaman obat dengan habitat tempat tumbuh tanaman sangat
berkaitan karena tempat tumbuh tanaman mempengaruhi kualitas, kuantitas dan
kandungan tanaman obat. Tanaman obat yang baik harus ditanam dengan habitat yang
tepat karena perawatan untuk tanaman obat cukup sulit dilihat dan cara tanam, waktu
penanaman serta jangka waktu dalam panen sehingga tempat tumbuh sangat
mempengaruhi hasil. Tempat tumbuh jika kurang baik maka hasil panen akan buruk
misalnya tempat tumbuh terlalu panas dan sulit menyerap air akan menyebabkan
kekeringan dan kelebihan air akan menyebabkan tanaman akan cepat busuk.
Pengolahan tanaman kunyit, kencur, lengkuas, temu ireng dan jahe setelah
panen dilakukan sortasi basah. Menurut Suharmiati (2007) sortasi basah bertujuan
membersihkan dari bahan lain yang tidak berguna atau berbahaya. Langkah
selanjutnya pencucian berguna membersihkan dari tanah atau kotoran yang melekat.
Perajangan tipis-tipis untuk mempermudah dalam proses pengeringan sehingga dapat
disimpan dalam waktu yang lama. Pengeringan dilakukan dengan meletakkan
rajangan kunyit, kencur, temu ireng, lengkuas dan jahe pada wadah yang ditutupi kain
hitam yang berfungsi untuk menghindari dari bakteri.
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah R H, Rohlan R, Setyastuti P. 2015. Pengaruh Bobot Rimpang dan Tempat


Penyimpanan terhadap Mutu Bibit Rimpang Jahe (Zingiber officinale Rosc.). J
Vegetalika 4(4): 57-67.

Amir A A. 2014. Pengaruh Penambahan Jahe (Zingiber officinalle Rosc.) dengan Level yang
Berbeda terhadap Kualitas Organoleptik dan Aktivitas Antioksidan Susu
Pasteurisasi. [Skripsi]. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar.

Hadiyanto D K. 2011. Pengaruh Komposisi Media Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tiga Varietas Jahe (Zingiber officinale Rosc.). [Skripsi]. Fakultas Pertanian
Universitas Jember. Jember.

Indrawan M. 2008. Biologi Konservasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Leunufna S. 2014. Kriopreservasi untuk Konservasi Plasma Nutfah Tanaman: Peluang


Pemanfaatannya di Indonesia. J Agro Biogen 3(2):80-88.

Mangunjaya F M. 2007. Hidup Harmonis dengan Alam: Esai-esai Pembangunan


Lingkungan, Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Indonesia. Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.

Purwani E, Setyo W N H. 2011. Pengaruh Ekstrak Jahe (Zingiber officinale) Terhadap


Penghambatan Mikroba Perusak pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus). J
Kesehatan 4(1): 80-91.
Sastrapradja S D dan Widjaja. 2010. Keanekaragaman Hayati Pertanian Menjamin
Kedaulatan Pangan. LIPI Press: Jakarta.

Suharmiati. 2007. Khasiat & Manfaat Jati Belanda Pelangsing Tubuh dan Peluruh Kolestrol.
Depok : Agromedia Pustaka.

Sukarman dan Melati. 2011. Prosessing dan Penyimpanan Benih Jahe (Zingiber officinale
Rosc.). J Balitro. Bogor.

Suryono. 2010. Keanekaragaman Hayati Indonesia. J Buana Sains 10(2): 101-106

Zulfahmi. 2010. Eksplorasi Tanaman Obat Potensial di Kabupaten Kampar. J Agroteknologi


1(1): 31-38

Anda mungkin juga menyukai