Anda di halaman 1dari 3

ACARA I

BUDIDAYA SAMBILOTO ()

1. Morfologi
Klasifikasi
Tanaman sambiloto diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Solanaceae
Famili : Acanthaceae
Genus : Andrographis
Spesies : Andrographis paniculata Ness

Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) merupakan tanaman asli india dan


cina. Menurut Erni (2013) Sambiloto merupakan tanaman terna yang tumbuh di
berbagai habitat seperti pinggiran sawah dan kebun. Tanaman sambiloto memiliki
tinggi 50-90 cm. Sambiloto memiliki batang berkayu, berbentuk bulat dan memiliki
banyak cabang. Daunnya memiliki panjang 2-8 cm dan lebar 1-3 cm, berbentuk
pedang (lanset) dengan tepi rata, permukaan halus, pangkal dan ujung daun
meruncing.
Bunga sambiloto berwarna putih keunguan berbentuk tabung serta pangkal bunga
lancip. Buah kapsul berbentuk jorong dengan panjang 1,5cm dan lebar 0,5 cm. Buah
sambiloto akan pecah secara membujur menjadi empat keping. Bijinya gepeng, kecil
dan berwarna cokelat muda. Bagian tanaman sambiloto yang digunakan sebagai
bahan obat yaitu seluruh bagian tanaman. Senyawa aktif utama dari sambiloto adalah
andrografolid hal ini dinyatakan Srijanto dkk (2015).

2. Cara Budidaya
a. Persiapan benih
Tanaman sambiloto pada praktikum menggunakan perbanyakan dengan biji.
Kekurangan perbanyakan dengan biji yaitu membutuhkan waktu yang lama dan
pertumbuhan yang tidak seragam. Benih sebelum digunakan terlebih dahulu
direndam dalam air panas selama 5 menit. Perlakuan perendaman biji setiap
kelompok berbeda-beda. Tujuan perendaman biji untuk mengetahui pengaruh
suhu dan mempercepat proses kecambah.
b. Persiapan media tanam
Menurut Fatimah dkk (2008) media yang baik untuk pertumbuhan tanaman
mempunyai sifat fisik yang baik. Media yang digunakan pada praktikum yaitu
tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1. Penggunaan tanah dan pupuk
kandang untuk menyerap air yang tinggi dan memperbaiki drainase media.
c. Penanaman
Benih yang telah direndam dalam air panas kemudian ditanam pada polybag yang
telah diisi campuran tanah dan pupuk. Sebelum menanam media dilubangi
sebanyak 3 lubang kemudian memasukkan benih sambiloto. Setiap lubang diisi 5
benih sambiloto karena jika terdapat benih yang tidak tumbuh maka masih
terdapat benih lain yang akan berkecambah. Langkah terakhir menutup lubang
dengan tanah dan membasahi media dengan air.
d. Penyiraman
Penyiraman tanaman sambiloto dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore.
Penyiraman dilakukan bertujuan untuk menjaga kelembapan dan mencegah
tanaman agar tidak layu. Pemberian air cenderung mempengaruhi suhu dan
kelembaban tanah media tanam.
e. Penyulaman
Penyulaman dilakukan jika terdapat benih yang mati atau tumbuh tidak normal.
Tumbuhan pengganti yang digunakan harus berumur sama dengan tanaman lama
agar pertumbuhannya sama.
f. Pemupukan
Pupuk yang digunakan pada budidaya sambiloto saat praktikum yaitu pupuk
kandang. Penggunaan pupuk kandang dalam pertumbuhan tanaman obat sangat
dianjurkan karena mengandung unsur hara yang lengkap dan mencegah timbulnya
residu. Pemberian dosis pupuk harus tepat sehingga dapat membuat pertumbuhan
tanaman sambiloto memberikan hasil yang baik.
g. Panen
Pemanenan dilakukan saat tanaman berbunga yaitu sekitar 3 bulan. Panen
dilakukan dengan cara memangkas batang utama sekitar 10 cm diatas permukaan
tanah.
h. Pasca panen
Batang, akar maupun daun sambiloto setelah dipanen dilakukan penyortiran dan
pencucian untuk membersihkan kotoran atau debu yang masih menempel.
Selanjutnya batang, akar dan daun dikeringkan dengan sinar matahari atau oven
selama 3-5 hari sampai kadar airnya dibawah 8%. Pengeringan dalam oven
dilakukan pada suhu 50-60oc. Batang,akar dan daun sambiloto yang telah kering
kemudian disimpan dalam kantong plastik transparan yang kedap air dan ditutup
rapat. Kemasan diberi label tanggal pengemasan dan disimpan di tempat kering.

Pengolahan simplisia sambiloto selain digunakan sebagai simplisia juga dapat


digunakan dalam bentuk kapsul. Pembuatannya ekstrak kental sambiloto
ditimbang dan digerus dengan bahan pengering pengembang amilum manihot dan
sakarum laktis hingga diperoleh massa yang sama kemudian dibuat grandul
dengan mengayak massa tersebut dan dikeringkan selama 2-3 hari hingga grandul
kering. Diayak kembali dan dicampur amilum maydis dan mg-strearat hingga
bobot sesuai kemudian dimasukkan dalam kapsul dengan alat.
3. Manfaat
Menurut Sudarmi (2015) manfaat simplisia sambiloto sebagai obat anti demam, anti
biotik, antiperitrik, antiradang, anti bengkak, anti diare, anti tumor dan
hepatoprotektor. Ekstrak sambiloto juga dapat digunakan untuk menghambat
pertumbuhan sel kanker. Kemampuan ini diakibatkan kandungan senyawa
andrografolida sambiloto yang mampu memblokir aktivitas enzim DNA
topoisomerasi II yang berperan dalam penggandaan sel kanker. Andrografolida
bekerja semakin kuat karena mengaktifkan kerja protein p53 dan bax yang merupakan
protein pemicu apoptosis.
Sambiloto juga digunakan sebagai pestisida alami bersama mimba untuk mencegah
hama dan penyakit tanaman. ekstrak sambiloto bersifat moluscosida terhadap hama
keong mas dan bakterisida terhadap Escherichia coli. Senyawa bio aktif yang
berperan dalam ekstrak sambiloto adalah saponin dan andrografolid yang bersifat
insektisida.
Sambiloto bermanfaat sebagai imunostimulan, pengobatan leukimia dan antidiabetes.
Senyawa andrografolid berperan dalam pengobatan peningkatan penggunaan glukosa
darah sehingga menurunkan kadar glukosa dalam darah. Sambiloto juga digunakan
dalam pengobatan penyakit hati yang dilakukan oleh aktivitas andrographolide yang
menghasilkan diterpen laktone yang menghambat aktivitas karbon tetraklorida
(sebagai pemicu penyakit hati).

DAFTAR PUSTAKA

Erni H. 2013. Diabetes Kandas Berkat Herbal. Jakarta. F Media.

Fatimah S, Budi M H. 2008. Pengaruh Komposisi Media Tanam terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata). Embriyo 5(2): 133-148.

Srijanto B, Olivia B, Lely K, Eriawan R. 2015. PEMURNIAN EKSTRAK ETANOL


SAMBILOTO (ANDROGRAPHIS PANICULATA) DENGAN TEKNIK EKSTRAKSI
CAIR-CAIR. PROSIDING InSINas. JAKARTA.

Sudarmi. 2015. PENGARUH TINGKAT NAUNGAN TERHADAP HASIL DAN


KANDUNGAN ANDROGRAPHOLIDE SAMBILOTO (NAMA LATIN). Magistra No 92
th xxvii.

Anda mungkin juga menyukai