Anda di halaman 1dari 49

http://parfumlawang.blogspot.co.id/2012/05/askep-hipertensi.

html

ADE COPA GABANA PARFUM PARIS MODE

http://adeparfum.indonetwork.co.id/

Sabtu, 26 Mei 2012

ASKEP HIPERTENSI

ASKEP HIPERTENSI

A. Konsep Penyakit
1. Pengertian Hipertensi
Definisi atau pengertian hipertensi banyak dikemukakan oleh para ahli. WHO
mengemukakan bahwa hipertensi terjadi bila tekanan darah diatas 160/95
mmhg, sementara itu Smelttzer & Bare (2002:896) mengemukakan bahwa
hipertensi merupakan tekanan darah persisten atau terus menerus sehingga
melebihi batas normal dimana tekanan sistolik diatas 140 mmhg dan tekanan
diastole diatas 90 mmhg. Pendapat yang sama juga diutarakan oleh doenges
(2000:42). Pendapat senada juga disampaikan oleh TIM POKJA RS Harapan Kita,
Jakarta (1993:199) dan Prof. Dr. dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007), yang
menyatakan bahwa hipertensi adalah kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari
150 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.

Terdapat perbedaan tentang batasan tentang hipertensi seperti diajukan oleh


kaplan (1990:205) yaitu pria, usia kurang dari 45 tahun, dikatakan hipertensi bila
tekanan darah waktu berbaring diatas atau sama dengan 130/90mmhg,
sedangkan pada usia lebih dari 45 tahun dikatakan hipertensi bila tekanan darah
diatas 145/95 mmhg. Sedangkan pada wanita tekanan darah diatas sama
dengan 160/95 mmhg. Hal yang berbeda diungkapkan TIM POKJA RS Harapan
Kita (1993:198) pada usia dibawah 40 tahun dikatakan sistolik lebih dari 140
mmhg dan untuk usia antara 60-70 tahun tekanan darah sistolik 150-155 mmHg
masih dianggap normal. Hipertensi pada usia lanjut didefinisikan sebagai
tekanan sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik lebih
besar dari 90 mmHg ditemukan dua kali atau lebih pada dua atau lebih
pemeriksaan yang berbeda. (JNC VI, 1997).

Untuk usia kurang dari 18 tahun dikatakan hipertensi bila dua kali kunjungan
yang berbeda waktu didapatkan tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih,
atau apabila tekanan darah sistolik pada beberapa pengukuran didapatkan nilai
yang menetap diatas 140mmHg (R. P. Sidabutar dan Waguno P, 1990).

Berdasarkan pengertian pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa


hipertensi merupakan kenaikan tekanan darah dimana tekanan sistolik lebih dari
140 mmhg dan atau diastolik lebih dari 90 mmhg.

2. Klasifikasi hipertensi
Klasifikasi hipertensi juga banyak diungkapkan oleh para ahli, diantaranya WHO
menetapkan klasifikasi hipertensi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat I tekanan
darah meningkat tanpa gejala-gejala dari gangguan atau kerusakan sistem
kardiovaskuler. Tingkat II tekanan darah dengan gejala hipertrofi kardiovaskuler,
tetapi tanpa adanya gejala-gejala kerusakan atau gangguan dari alat atau organ
lain. Tingkat III tekanan darah meningkat dengan gejala gejala yang jelas dari
kerusakan dan gangguan faal dari target organ. Sedangkan JVC VII, Klasifikasi
hipertensi adalah :

Kategori Tekanan sistolik (mmHg) Tekanan Diastolik (mmHg)


Normal < sbp = Sistole pressure = DBP>= 160 dan DBP >= 100. mm Hg.)

Sedangkan menurut TIM POKJA RS Harapan Kita, Jakarta, membagi hipertensi 6


tingkat yaitu hipertensi perbatasan (borderline) yaitu tekanan darah diastolik,
normal kadang 90-100mmHg. Hipertensi ringan, tekanan darah diastolik 90-
140mmHg. Hipertensi sedang, tekanan darah diastolik 105-114 mmHg.
Hipertensi berat tekanan darah diastolik >115mmHg. Hipertensi maligna/ krisis
yaitu tekanan darah diastolik lebih dari 120 mmHg yang disertai gangguan
fungsi target organ. Hipertensi sistolik yaitu tekanan darah sistolik lebih dari 160
mmHg.

Pada hipertensi krisis dibagi lagi menjadi 2, menurut melalui TIM POKJA RS
Harapan Kita (2003:63) yaitu: hipertensi emergensi akut, membahayakan jiwa,
hal ini terjadi karena disfungsi atau kerusakan organ target. Yang kedua adalah
hipertensi urgensi yaitu hipertensi berat tanpa ada gangguan organ target akan
tetapi tekanan darah perlu diturunkan dengan segera atau secara bertahap
dalam waktu 24-48 jam, sebab penurunan tekanan darah dengan cepat akan
menimbulkan efek ischemik pada organ target.
3. Etiologi
Penyebab terjadinya hipertensi adalah terdiri dari berbagai faktor, diantaranya
Reeves& lockhart(2001:114) mengemukakan bahwa Faktor-faktor resiko yang
dapat menyebabkan hipertensi adalah stress, kegemukan, merokok,
hipernatriumia). Sedang Long (1995:660), TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:63)
dan Yayasan jantung Indonesia (2007) menambahkan bahwa Penyebab
hipertensi dapat dibedakan menurut jenis hipertensi yaitu hipertensi primer
(essensial) merupakan tekenan darah tinggi yang disebabkan karena retensi air
dan garam yang tidak normal, sensitifitas terhadap angiotensin, obesitas,
hiperkolesteroemia, emosi yang tergannggu /stress dan merokok. Sedangkan
hipertensi sekunder merupakan tekanan darah tinggi yang disebabkan karena
penyakit kelenjar adrenal, penyakit ginjal, toxemia gravidarum, peningkatan
tekanan intra cranial, yang disebabkan tumor otak, dan pengaruh obat tertentu
missal obat kontrasepsi.

Dari uraian pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa penyebab hipertensi


beragam diantaranya adalah: stress, kegemukan, merokok, hipernatriumia,
retensi air dan garam yang tidak normal, sensitifitas terhadap angiotensin,
obesitas, hiperkolesteroemia, penyakit kelenjar adrenal, penyakit ginjal, toxemia
gravidarum, peningkatan tekanan intra cranial, yang disebabkan tumor otak,
pengaruh obat tertentu missal obat kontrasepsi, asupan garam yang tinggi,
kurang olah raga, genetik, Obesitas, Aterosklerosis, kelainan ginjal, tetapi
sebagian besar tidak diketahui penyebabnya.

4. Patofisiologi
Menurut Smeltzer & Bare (2002:898) mengatakan bahwa Mekanisme yang
mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor
pada medulla oblongata di otak dimana dari vasomotor ini mulai saraf simpatik
yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolomna medulla ke
ganglia simpatis di torax dan abdomen, rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system syaraf
simpatis . Pada titik ganglion ini neuron prebanglion melepaskan asetilkolin yang
merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
melepaskannya nere frineprine mengakibatkan konskriksi pembuluh darah.

Factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh


darah terhadap rangsang vasokonstriktif yang menyebabkan vasokonstriksi
pembuluh darah akibat aliran darah yang ke ginjal menjadi berkurang /menurun
dan berakibat diproduksinya rennin, rennin akan merangsang pembentukan
angiotensai I yang kemudian diubah menjadi angiotensis II yang merupakan
vasokonstriktoryang kuat yang merangsang sekresi aldosteron oleh cortex
adrenaldimana hormone aldosteron ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh tubulus ginjal dan menyebabkan peningkatan volume cairan intra vaskuler
yang menyebabkan hipertensi.

TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:63) menyebutkan patofisiologis hipertensi


adalah: pada hipertensi primer perubahan patologisnya tidak jela didalam tubuh
dan organ-organ. Terjadi secara perlahan yang meluas dan mengambil tempat
pada pembuluh darah besar dan pembuluh darah kecil pada organ organ
seperti jantung, ginjal dan pembuluh darah otak. Pembuluh seperti aorta, arteri
koroner, arteri basiler yang ke otak dan pembuluh darah perifer di ekstremitas
menjadi sklerotik dan membengkak. Lumen-lumen menjepit, aliran darah ke
jantung menurun, bergitu juga ke otak dan ekstremitas bawah bisa juga terjadi
kerusakan pembuluh darah besar.

5. Manifestasi Klinik
Menurut TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:64) mengemukakan bahwa
manifestasi klinik yang sering tidak tampak. Pada beberapa pasien mengeluh
sakit kepala, pusing, lemas, sesak nafas, kelelahan, kesadaran menurun, mual,
gelisah, muntah, kelemahan otot,epitaksis bahkan ada yang mengalami
perubahan mental.

Sedangkan menurut FKUI (1990:210) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007)
hipertensi esensial kadang tampa gejala dan baru timbul gejala setelah terjadi
komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung. Namun
terdapat pasien yang mengalami gejala dengan sakit kepala, epitaksis.

6. Penatalaksanaan
Terdapat 2 cara penanggulangan hipertensi menurut FKUI (1990: 214-219) yaitu
dengan non farmakologis dan dengan farmakologis. Cara non farmakologis
dengan menurunkan berat badan pada penderita yang gemuk, diet rendah
garam dan rendah lemak, mengubah kebiasaan hidup, olah raga secara teratur
dan kontrol tekanan darah secara teraut. Sedangkan dengan cara farmakologis
yaitu dengan cara memberikan obat-obatan anti hipertensi seperti diuretik
seperti HCT, Higroton, Lasix. Beta bloker seperti propanolol. Alfa bloker seperti
phentolamin, prozazine, nitroprusside captapril. Simphatolitic seperti hidralazine,
diazoxine. Antagonis kalsium seperti nefedipine (adalat).

Pengobatan hipertensi harus dilandasi oleh beberapa prinsip menurut FKUI


(1990) yaitu pengobatan hipertensi sekunder harus lebih mendahulukan
pengobatan kausal, pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan
tekanan darah dengan harapan memperpanjang umur dan mengurangi
timbulnya komplikasi, upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan
menggunakan obat anti hipertensi, pengobatan hipertensi adalah pengobatan
jangka panjang bahkan mungkin seumur hidup, pengobatan dengan
menggunakan standard triple therapy (STT) menjadi dasar pengobatan
hipertensi.

Tujuan pengobatan dari hipertensi adalah menurunkan angka morbiditas


sehingga upaya dalam menemukan obat anti hipertensi yang memenuhi
harapan terus dikembangkan.

7. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi menurut TIM
POKJA RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007) adalah
diantaranya : penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak,
transient ischemic attack (TIA). Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina
pectoris, infark miocard acut (IMA). Penyakit ginjal seperti gagal ginjal. Penyakit
mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil.

8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut FKUI (2003:64) dan Dosen Fakultas kedokteran
USU, Abdul Madjid (2004), meliputi pemeriksaan laboratorium rutin yang
dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan
organ dan factor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya
diperiksa urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium,
kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, HDL, LDL dan pemeriksaan EKG.
sebagai tambahan dapat dilakukan pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin,
protein, asam urat, TSH dan ekordiografi.

Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose (DM)


kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang meningkat), kalsium
serum (peningkatan dapat menyebabkan hipertensi: kolesterol dan tri gliserit
(indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkan vasokonstrisi),
urinanalisa protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal), asam urat (factor
penyebab hipertensi) EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP (dapat
mengidentifikasi hipertensi.

9. Pengkajian Fokus
Menurut Doenges, (2004:41-42) dan mengemukakan bahwa pengkajian pasien
hipertensi meliputi:
a. Aktifitas & istirahat meliputi kelemahan, keletihan, nafas pendek, frekwensi
jantung meningkat, perubahan irama jantung,
b. Sirkulasi meliputi adanya riwayat hipertensi, penyakit jantung coroner,
episodepalpitasi, kenaikan tekanan darah, tekhicardi, kadang bunyi jantung
terdengar S2 pada dasar ,S3dan S4.
c. Integritas ego meliputi cemas, depresi, euphoria, mudah marah ,otot muka
tegang, gelisah, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi meliputi Riwayat penyakit ginjal
e. Makanan /cairan meliputi makanan yang disukai terutama yang mengandung
tinggi garam, linggi lemak, dan kolesterol, mual, muntah, perubahan berat
badan, riwayat penggunaan obat diuritik, adanya edema.
f. Neurosensori meliputi keluhan kepala pusing, berdenyut , sakit kepala sub
oksipital, kelemahan pada salah satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (diplopia,
pandangan kabur) ,epitaksis.
g. Nyeri /ketidak nyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada tungkai,sakit
kepala sub oksipital berat, nyeri abdomen, nyeri dada.
h. Pernafasan meliputi sesak nafas sehabis aktifitas, batuk dengan atau tanpa
sputum, riwayat merokok, penggunaan obat Bantu pernafasan, bunyi nafas
tambahan ,sianosis
i. Keamanan meliputi gangguan cara berjalan, parestesia, hipotensi postural.
j. Pembalajaran/penyuluhan dengan adanya factor- factor resiko keluarga yaitu
arteriosclerosis, penyakit jantung, DM, penyakit ginjal.
10. Diagnosa keperawatan (Doengoes, 2004)
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload/
vasokonstriksi/ iskemi miokard/ hipertrophi ventrikel
b. Ketidakmampuan melakukan aktifitas berhubungan dengan kelemahan
menyeluruh/ suplai dan kebutuhan oksigen tidak seimbang
c. Gangguan rasa nyaman sakit kepala berhubungan dengan kenaikan terkanan
pada pembuluh darah cerebral
d. Gangguan nutrisi lebih dari kebutuhan berhubungan dengan intake makanan
berlebihan/ gaya hidup sedentary
e. Koping pasien tidak efektif berhubungan dengan krisis situasional/ maturitas/
perubahan hidup yang multiple/ kurang relaksasi/ tidak melakukan olah raga/
nutrisi krisis buruk/ harapan tidak tidak terpenuhi/ beban kerja berlebihan/
persepsi tidak realistis/ metode koping tidak adekuat.

B. Konsep Keluarga
1. Pegertian Keluarga
Banyak ahli menguraikan pengertian tentang keluarga. Terdapat pengertian yang
berbeda dalam hal mendefinisikan tentang keluarga. UU. No. 10 tahun 1992
mendefinisikan keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
suami-istri, atau suami-istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan
anaknya. Pakar konseling dari yogyakarta, Sayekti (1994) mendefinisikan
keluarga adalah suatu ikatan/ persekutuan hidup atas dasar perkawinan antar
orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki
atau perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya
sendiri atau adopsi yang tinggal dalam sebuah rumah tangga.

Dep.Kes. RI (1988) mendefinisikan keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat


yang terdiri atas kepala keluarga beserta beberapa orang anggotanya yang
terkumpul dan tinggal dalam satu tempat karena pertalian darah, ikatan
perkawinan, atau adopsi yang satu sama lainnya saling tergantung dan
beriteraksi. Friedman (1998) mendefinisikan keluarga adalah kumpulan dua
orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional
dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari
keluarga. Bailon dan Maglaya (1989) mendefiniskan keluarga adalah dua atau
lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan di dalam peranannya masing- masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. Effendy (2005),
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu
atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Pengertian yang disampaikan para ahli terdapat beberapa persamaan antara lain
antara Sayekti (1994), Dep. Kesehatan. RI (1988), Bailon dan Maglaya (1989)
dan Effendi (2005) yaitu keluarga tergabung karena adanya hubungan
perkawinan. namun terdapat perbedaan pandangan yaitu pandangan dari
Friedman (1998) yang tidak menyebutkan secara spesifik adanya hubungan
perkawinan dalam rumah tangga, hanya menyebutkan adanya keterikatan
aturan dan emosional, tetapi pada prinsipnya sama yaitu adanya perkumpulan
dua orang atau lebih yang hidup bersama, adanya aturan didalamnya, dan
adanya interaksi antar anggota keluarga.

Dari beberapa pengertian tentang keluarga tersebut di atas maka dapat


disimpulkan bahwa keluarga adalah :
1) Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi.
2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain.
3) Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai
peran social

a. Tujuan dasar keluarga


Bergabungnya dua orang atau lebih yang membentuk keluarga, mempunyai
suatu tujuan. Menurut Friedman (1998) tujuan utama keluarga adalah sebagai
perantara yaitu menanggung semua harapan dan kewajiban-kewajiban
masyarakat serta membentuk dan mengubah sampai taraf tertentu hingga
dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingan setiap individu dalam keluarga.

b. Struktur keluarga
Struktur keluarga menurut Effendy (1998:33) terdiri dari bermacam-macam,
diantaranya: patrilineal, matrilineal, matrilokal, patrilokal dan keluarga kawinan.

Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah,
sedangkan matrilineal adalah sama dengan patrilineal hanya hubungan disusun
berdasarkan garis ibu. Matrilokal merupakan sepasang suami-istri yang tinggal
dengan keluarga sedarah istri berbeda dengan patrilokal merupakan kebalikan
dari matrilokal yang tinggal dengan keluarga sedarah suami. Sedangkan
keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri.

c. Ciri ciri struktur keluarga


Struktur keluarga mempunyai ciri-ciri khusus, menurut Effendy (1998:33) yang
mengutip dari Anderson Carter, ciri-ciri struktur keluarga adalah: terorganisasi
dimana antar anggota keluarga saling ketergantungan antara anggota keluarga.
Kedua, ada keterbatasan yaitu setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka
juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-
masing. Kektiga. Ada perbedaan dan kekhususan yaitu setiap anggota keluarga
mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.

d. Type-type keluarga :
Tipe atau bentuk keluarga berbeda menurut pandangan dan keilmuan serta
orang yang mengelompokkannya. Menurut Suprajitno, SKp (2004:2), tipe
keluarga dibagi menjadi 2 kelompok yaitu : 1. kelompok tradisional, 2. Kelompok
non tradisional.
Kelompok tradisional dibagi menjadi 2 yaitu : Keluarga inti (Nuclear Family) yaitu
keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari
keturunannya atau diadopsi atau keduanya. dan keluarga besar (Extendeed
Family) yaitu keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih
mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi).

Sedangkan kelompok kedua (Non Traditional) yaitu kelompok tradisional dengan


perkembangannya ditambah dengan kelompok lain yaitu: keluarga bentukan
kembali (Dyadic Family) yaitu keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang
telah bercerai atau kehilangan pasangannya, orang tua tunggal (Single Parent
Family) yaitu keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-
anaknya akibat perceraian atau ditinggal pasangannya, ibu dengan anak tanpa
perkawinan yang sah (The unmarried teenage mother), orang dewasa laki-laki
atau perempuan yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (The single adult
living alone), keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (The non
marital heterosecual cohabiting family) dan keluarga yang dibentuk oleh
pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and lesbian family).

Terdapat perbedaan dengan teori lain seperti yang disampaikan oleh Effendy
(1998:33) yang membagi tipe keluarga menjadi 6 tipe/ bentuk keluarga, yaitu:
Keluarga inti (Nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan
anak-anak. Keluarga besar (Exstended family) yaitu keluarga inti ditambah
dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu,
paman, bibi dan sebagainya.

Berbeda dengan keluarga berantai (Serial family) yaitu keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga
inti. Keluarga duda/janda (single family) yaitu keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian, jika suami meninggal maka yang ada adalah keluarga
janda dan bila istri meninggal maka yang terbentuk adalah keluarga duda, bila
bentuk keluarga yang terjadi kerena perceraian maka akan terbentuk dua
keluarga yaitu keluarga duda dan keluarga janda. Keluarga berkomposisi
(Composite) yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara
bersama, poligami yaitu satu orang pria dengan lebih dari satu istri dan masih
hidup bersama. Keluarga kabitas (Cahabitation) yaitu dua orang menjadi satu
tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

e. Tahap dan tugas perkembangan keluarga


Setiap keluarga mempunyai tahap perkembangan dan tugas perkembangan
sendiri dan mempuyai ciri yang berbeda dengan yang lain. Terdapat beberapa
teori tentang tahap dan tugas perkembangan keluarga, yaitu: menurut Carter
dan McGoldrick (1989), tahap perkembangan terdiri dari : keluarga antara masa
bebas (pacaran) dewasa muda, terbentuknya keluarga baru melalui suatu
perkawinan, keluarga yang memiliki anak usia muda (anak usia bayi sampai
sekolah), keluarga yang memiliki anak dewasa, keluarga yang mulai melepaskan
anaknya untuk keluar rumah, keluarga lansia.

Sedangkan menurut Duvall (1989), tahap perkembangan keluarga dibagi dalam


8 tahap perkembangan yaitu: keluarga baru menikah, keluarga dengan anak
baru lahir (usia anak tertua sampai 30 tahun), keluarga dengan anak prasekolah
(usia anak tertua 2 tahun -5 tahun), keluarga dengan anak usia sekolah (usia
anak tertua 6-12 tahun), keluarga mulai melepaskan anak sebagia dewasa
(anak-anaknya mulai meninggalkan rumah), keluarga yang hanya terdiri dari
orang tua saja/ keluarga usia pertengahan (semua anak meninggalkan rumah),
keluarga lansia.

Tahap perkembangan keluarga baru menikah, tahap ini dimulai dari pernikahan
yang dilanjutkan dalam membentuk rumah tangga. Dalam tahap ini keluarga
mempunyai tugas perkembangan yaitu membina hubungan intim yang
memuaskan pasangannya, membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan
keluarga sosial.

Tahap perkembangan yang kedua, keluarga keluarga dengan anak baru lahir.
Yaitu ditandai dengan kelahiran anak pertama sampai dengan 30 bulan. Tugas
perkembangan keluarga ini adalah mempersiapkan menjadi orang tua, adaptasi
dengan perubahan adanya anggota keluarga, interaksi keluarga, hubungan
seksual dan kegiatan, mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan
pasangannya.

Tahap perkembangan selanjutnya adalah keluarga dengan anak usia pra sekolah.
Pada tahap ini mempunyai tugas perkembangan memenuhi kebutuhan anggota
keluarga, misal kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman, membantu
anak untuk bersosialisasi, beradaptasi dengan anak yang beru lahir, sementara
kebutuhan anak yang lain yang lebih tua juga harus terpenuhi, mempertahankan
hubungan yang sehat baik didalam maupun diluar keluarga, pembagian waktu
untuk individu, pasangan dan anak, pembagian tanggung jawab anggota
keluarga, merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan
dan perkembangan anak.

Tahap perkembangan yang keempat adalah keluarga dengan anak usia sekolah.
Tugas perkembangan pada tahap ini adalah membantu sosialisasi anak terhadap
lingkungan luar rumah, sekolah dan lingkungan lebih luas ( yang tidak diperoleh
dari sekolah atau masyarakat ), tugas yang lain adalah mempunyai keintiman
pasangan, memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan
kesehatan anggota keluarga.

Tahap perkembangan selanjutnya adalah keluarga dengan anak remaja. Tugas


perkembangan pada tahap ini adalah memberikan kebebasan yang seimbang
dan bertanggung jawab mengingat anak remaja adalah sorang dewasa muda
dan mulai memiliki otonomi, mempertahankan hubungan intim dalam keluarga,
mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua,
mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan (anggota) keluarga
untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.

Tahap perkembangan yang keenam adalah keluarga mulai melepaskan anak


sebagai dewasa. Tugas dalam tahap ini adalah memperluas jaringan keluarga
dari keluarga inti menjelaskan keluarga besar, mempertahankan keintiman
pasangan, membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat,
penataan kembali peran orang tua dan kegiatan dirumah.

Tahap perkembangan selanjutnya adalah keluarga dengan usia pertengahan.


Pada tahap ini mempunyai tugas perkembangan mempertahankan kesehatan
individu dan pasangan usia pertengahan, mempertahankan hubungan yang
serasi dan memuaskan dengan anak-anaknya dan sebaya, meningkatkan
keakraban pasangan.

Tahap perkembangan yang terakhir atau yang kedelapan adalah keluarga usia
tua. Tugas pada perkembangan ini adalah mempertahankan suasana kehidupan
rumah tangga yang saling menyenangkan pasangan, adaptasi dengan
perubahan yang akan terjadi, kehilangan pasangan, kekuatan fisik dan
penghasilan keluarga, mempertahankan keakraban pasangan dan saling
merawat dan melak life review masa lalu.

f. Pemegang kekuasaan dalam keluarga


Pemegang kekuasaan dalam tiap keluarga berbeda dalam mengatur kehidupan
dalam keluarga. Effendy (1998:34) membagi pemegang kekuasaan dalam rumah
tangga atau keluarga dengan tiga jenis yaitu keluarga patriakal, yang dominan
dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ayah. Sementara pada
keluarga matriakal pihak ibu lebih dominan dan sebagai pemegang kekuasaan.
Dan yang ketiga adalah equalitarian yaitu keluarga yang dalam keluarga ayah
dan ibu sama-sama memegang kekuasaan.

g. Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Effendy (1998: 34) membagi peranan keluarga dalam tiga peranan yaitu peranan
ayah, peranan ibu dan juga peranan anak. Peranan ayah adalah sebagai suami
dari istri dan ayah dari anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota
dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungan.

Peranan ibu adalah sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-anaknya, ibu
mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan
pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari
peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, di
samping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarga, Apabila dalam keluarga sudah mempunyai anak, maka selain ada
peranan ayan, peranan ibu, juga ada peranan anak.

Sedangkan Peranan anak adalah melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai


dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spriritual.

h. Fungsi keluarga
Terbentuknya keluarga mempunyai berbagai fungsi dalam menunjang kehidupan
dalam Keluarganya. Beberapa ahli mempunyai perbedaan dalam menyebutkan
fungsi dalam keluarga.
Friedman ( 1998:13 ) mengidentifikasikan lima fungsi dasar keluarga, yaitu:
Fungsi afektif. Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga,
yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif
tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap
anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif. Komponen yang
perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah; saling
mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menrima, saling mendukung, saling
menghargai, dan ikatan antar anggota keluarga dikembangkan melalui proses
identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga.

Dari aspek fungsi afektif dapat disimpulkan bahwa fungsi afek merupakan
sumber energi yang menentukan kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga,
kenakalan anak atau masalah keluarga timbul karena fungsi afektif yang tidak
terpenuhi.

Fungsi sosialisasi. Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang


dilalui individu, yang menghasilkan interaksi social dan belajar berperan dalam
lingkungan social (Friedman, 1998:13). Keberhasilan perkembangan individu dan
keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang
diwujudkan dalam sosialisasi.

Fungsi Reproduksi. Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan


keturunan dan menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program
keluarga berencana maka fugsi ini sedikit terkontrol.

Fungsi Ekonomi. Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi


kebutuhan seluruh anggota keluarga, seperti kebutuhan akan makan, pakaian,
dan tempat untuk berlindung (rumah).
Fungsi Perawatan Kesehatan. Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan
praktek asuhan kesehatan yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan
kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga
dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhai status kesehatan
keluarga. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.

Berdasarkan fungsi perawatan keluarga inilah yang kemudian dikembangkan


menjadi tugas keluarga dibidang kesehatan. Adapun tugas kesehatan keluarga
(Friedman, 1998) adalah; mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan
tindakan kesehatan yang tepat, memberi perawatan pada anggota keluarga
yang sakit, mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat dan
mempertahankan hubungan dengan (menggunakan ) fasilitas kesehatan
masyarakat.

Fungsi keluarga menurut ahli yang lain yaitu Effendy (1998:35), membagi fungsi
keluarga menjadi fungsi biologis, fungsi psikologis, fungsi sosialisasi, fungsi
ekonomi dan fungsi pendidikan. Fungsi biologis keluarga adalah untuk
meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak. Memenuhi
kebutuhan gizi keluarga dan memelihara serta merawat anggota keluarga juga
merupakan fungsi biologis yang dapat dijalankan keluarga (Effendy, 1998:35).

Fungsi psikologis yang dapat dijalankan keluarga adalah memberikan kasih


sayang dan rasa aman, memberikan perhatian di antara anggota keluarga,
membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga serta memberikan
identitas keluarga. Adapun fungsi sosialisasi keluarga yaitu membina sosial pada
anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak dan yang krusial adalah menaruh nilai-nilai budaya keluarga
(Effendy, 1998:35).

Keluarga juga mempunyai fungsi ekonomi yaitu mencari sumber-sumber


penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan pengaturan penggunaan
penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Kebutuhan keluarga
tidak hanya sesaat, tetapi terus berlanjut sehingga keluarga perlu dapat
mengatur ekonomi keluarga sehingga dapat menunjang kehidupan baik
sekarang maupun yang akan datang. Untuk mempersiapkan kebutuhan yang
akan datang, keluarga dapat menabung yang berguna untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan datang, misalnya pendidikan
anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya (Effendy, 1998:35).

Memasuki taraf anak sekolah dan dewasa, keluarga mempunyai fungsi


pendidikan. Dalam hal ini fungsi keluarga adalah menyekolahkan anak untuk
memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai
dengan bakat dan minat yang dimiliki dan berguna untuk mempersiapkan anak
dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa. Keluarga juga
melaksanaan fungsi pendidikan baik di rumah maupun diluar rumah dengan cara
mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya (Effendy,
1998:35).

Dari berbagai fungsi di atas, Effendy (1998:36) menyebutkan tiga fungsi pokok
keluarga terhadap anggotanya yaitu asih, asuh dan asah. Asih adalah
memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan kepada anggota
keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia
dan kebutuhannya.

Asuh adalah memenuhi kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar


kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan mereka anak-
anak yang sehat baik fisik, mental, sosial dan spiritual. Sedangkan asah adalah
memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi manusia dewasa
yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya, misalnya dengan
menyekolahkan anak-anak (Effendy, 1998:36).

Indonesia dalam fungsi keluarga membagi menjadi delapan (UU No. 10. tahun
1992 jo PP No.21 tahun 1994:14) yaitu: fungsi keagamaan. Keluarga berfungsi
dalam membina, menerjemahkan, memberi contoh konkret dalam kehidupan
sehari-hari, melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar keagamaan dan
membina rasa, sikap dan praktik kehidupan keluarga beragama. Hal ini dalam
keluarga sebagai fondasi menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
Keluarga sebagai fungsi budaya yaitu membina dalam meneruskan norma dan
budaya masyarakat dan bangs, membina dalam menyaring budaya asing yang
tidak sesuai, membina dalam pemecahan masalah dari pengaruh negatif
globalisasi, membina agar berperilaku positif dan membina budaya yang sesuai
dengan kebutuhan Indonesia yang selaras, sesuai dan seimbang.

Dalam fungsi cinta kasih didalam keluarga, dengan menumbuhkembangkan


potensi kasih sayang, membina tingkahlaku, membina praktik kecintaan
terhadap kehidupan ukhrowi dan mampu memberi dan menerima kasih sayang
sebagai pola hidup yang ideal.

Fungsi perlindungan, dengan memberi rasa aman keluarga baik fisik maupun
psikis dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga. Fungsi reproduksi,
membina sebagai wahana reproduksi sehat dengan memberikan contoh kaidah
kaidah pembentukan keluarga baik yang berkaitan dengan melahirkan, jarak
anak, jumlah ideal anak dalam keluarga sebagai modal kondusif keluarga. Fungsi
sosialisasi, membina proses sosialisasi dalam meningkatkan kematangan dan
kedewasaan anak sehingga dapat bermanfaat positif.

Keluarga berfungsi ekonomi, melakukan kegiatan ekonomi, mengelola, mengatur


hasil kegiatan ekonomi sebagai modal dalam mewujudkan keluarga kecil bahagia
dan sejahtera. Fungsi pelestarian lingkungan, dengan membina kesadaran,
sikap, praktik perilaku pelestarian lingkungan.

Dari berbagai literatur diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga mempunyai


bermacam fungsi yang bertujuan dalam mewujudkan keluarga yang penuh
dengan sifat asah, asih dan asuh sehingga dapat terpenuhi tujuan dalam
pembentukan keluarga yang sejahtera.

i. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan


Keluarga dalam masalah kesehatan mempunyai tugas pemeliharaan kesehatan
para anggotanya dan saling memelihara. Suprajitno (2004:16) membagi 5 tugas
kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga yaitu mengenal gangguan atau
masalah perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga, setelah mengenal
keluarga diharapkan mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
yang tepat. keluarga juga bertugas memberi keperawatan kepada anggota
keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya karena cacat
atau usia yang terlalu muda.

Dalam hal lingkungan untuk menjamin kesehatan, keluarga diharapkan dapat


memodifikasi lingkungan sehingga tidak terjadi dampak dari lingkungan yang
tidak sehat baik didalam maupun diluar rumah. Suprajitno (2004:18)
menambahkan keluarga memannfaatkan dengan baik fasilitas-fasilitas
kesehatan dalam menjamin kondisi yang sehata didalam keluarga.

2. Proses Keperawatan Keluarga


Menurut Bailon dan Maglaya (1978:2) dalam proses keperawatan keluarga
terdapat berbagai bentuk proses keperawatan kesehatan dimana perawatan
kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang
ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit terkecil d\atau satu
kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagi tujuannya dan melalui perawatan
kesehatan sebagai sarananya. Sedangkan menurut Effendi (1998:46) Proses
keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistematis untuk
mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga,
merencanakan asuhan keperawatan dan melaksanakan intervensi terhadap
keluarga sesuai dengan rencana yang telah disusun dan mengevaluasi mutu
hasil asuhan keperawatan yang dilaksanakan terhadap keluarga.

Proses keperawatan merupakan pusat bagi semua tindakan keperawatan, yang


dapat diaplikasikan dalam situasi apa saja, dalam kerangka referensi tertentu,
konsep tertentu, teori atau falsafah (Yora & Walsh, 1979 dikutip oleh Friedman,
1998:54).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan keluarga


dipusatkan pada keluarga dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan
keluarga dalam status kesehatan keluarga.

Proses keperawatan keluarga terdapat beberapa langkah yang disusun secara


sistematis untuk menggambarkan perkembangan dari tahap ke tahap. Menurut
Friedman (1998: 55) membagi proses keperawatan kedalam lima tahap yang
terdiri dari pengkajian terhadap keluarga, identifikasi masalah keluarga dan
individu atau diagnosa keperawatan, rencana perawatan, implemntasi rencana
pengerahan sumber-sumber dan evaluasi perawatan.

Effendi (1998:45) menambahkan, dalam melakukan asuhan keperawatan


kesehatan keluarga dengan melalui membina hubungan kerjasama yang baik
dengan keluarga yaitu dengan mengadakan kontrak dengan keluarga,
menyampaikan maksud dan tujuan, serta minat untuk membantu keluarga
dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga, menyatakan kesediaan untuk
membantu memenuhi kebutuhan kebutuhan kesehatan yang dirasakan
keluarga dan membina komunikasi dua arah dengan keluarga.

a. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan
informasi secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya (Suprajitno,
2004:29). Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan
keluarga. Agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan
keadaan keluarga, perawat diharapkan menggunakan bahasa ibu (bahasa yang
digunakan sehari-hari), lugas dan sederhana (Suprajitno: 2004).

Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan informasi


dengan cara sistematis dengan menggunakan suatu alat pengkajian keluarga,
diklasifikasikan dan dianalisa (Friendman, 1998: 56)

a.1. Pengumpulan data


1) Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat tinggal, dan
tipe keluarga.
Pada umumnya penderita hipertensi merupakan penyakit yang dipengaruhi oleh
pola hidup terutama pola hidup yang salah, pola hidup yang berhubungan
dengan emosi yang negative seperti emosi yang tidak terkendali atau
temperamental, ambisius, pekerja kerasyang tidak tenang, takut dan kecemasan
yang berlebihan (Indomedia, 2002).

2) Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga


a. Kebiasaan makan
Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan yang dikosumsi oleh Keluarga. Pada
keluarga dengan hipertensi sering dijumpai pola makan yang tidak benar seperti
mengkosumsi makanan yang banyak mengandung zat pengawet ,makanan yang
asin serta emosi yang negatif

b. Pemanfaatan fasilitas kesehatan


Perilaku keluarga didalam memanfaatkan fasilitas kesehatan merupakan faktor
yang penting dalam penggelolaan penyakit hipertensi. Adanya sumber
pelayanan kesehatan digunakan untuk upaya pencegahan dan pengobatan dini
karena dapat mencegah timbulnya komplikasi (Rokhaeni,2001:115).

c. Pengobatan tradisional
Keluarga dapat mengobati hipertensi dengan pengobatan tradisional, yaitu
minum sari bawang putih yang ditumbuk halus dan diberi air secukupnya di
minum pagi dan sore (Hariadi, 2001:26). Hipertensi akan menjadi parah dan
menimbulkan komplikasi bila pasien tidak memilih pengobatan tradisional
hipertensi yang benar dan tepat justru akan memperparah dan bahkan akan
menimbulkan gangguan pada organ lain seperti hati, ginjal dan lambung.

3) Status Sosial Ekonomi


a. Pendidikan
Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga dalam mengenal hipertensi
beserta pengelolaannya. berpengaruh pula terhadap pola pikir dan kemampuan
untuk mengambil keputusan dalam mengatasi masalah dangan tepat dan benar.

b. Pekerjaan dan Penghasilan


Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh terhadap keluarga dalam
melakukan pengobatan dan perawatan pada angota keluarga yang sakit salah
satunya disebabkan karena hipertensi. Menurut (Effendy,1998) mengemukakan
bahwa ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit
salah satunya disebabkan karena tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada
pada keluarga.

4) Tingkat perkembangandan riwayat keluarga


Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini. termasuk riwayat perkembangan
dan kejadian serta pengalaman kesehatan yang unik atau berkaitan dengan
kesehatan yang terjadi dalam kehidupan keluarga yang belum terpenuhi
berpengaruh terhadap psikologis seseorang yang dapat mengakibatkan cemas
stres(friedmen, 1998:125).
5) Aktiftas
aktifitas fisik yang keras dapat menambah terjadinya peningkatan tekanan
darah. Serangan hipertensi dapat timbul sesudah atau waktu melakukan
kegiatan fisik, seperti olah raga.

6) Data Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti lantai rumah,
penerangan dan fentilasi yang baik dapat mengurangai factor penyebab
terjadinya hipertansi dan juga ketenangan dalam rumah tangga dapat
memperkecil serangan hipertensi.

b. Karakteristik Lingkungan
Menurut (friedman,1998 :22) derajad kesehatan dipengaruhi oleh lingkungan.
Ketenangan lingkungan sangat mempengaruhi derajat kesehatan tidak terkecuali
pada hipertensi

c. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Masalah dalam keluarga dapat menjadi salah satunya faktor pencetus terjadinya
hipertensi dimana akan menyebabkan cemas merupakan factor resiko hipertensi

7) Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi
Menurut (Nursalam, 2001:26) Semua interaksi perawat dengan pasien adalah
berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi teurapetik merupakan suatu tekhnik
diman usaha mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan
perasaan. Tekhnik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal maupun non
verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.

b. Struktur Kekuasaan
Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi kesehatan, kekuasaan
yang otoriter dapat menyebabkan stress psikologik yang mempengaruhi dalam
hipertensi.

c. Struktur peran
Bila anggota keluarga menerima dan konsisten terhadap peran yang dilakukan,
maka ini akan membuat anggota keluarga puas atau tidak ada konflik dalam
peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan tidak sesuai dengan
harapan maka akan mengakibatkan ketegangan dalam keluarga (Friedman,
1998).

<!--[if !vml]--> <!--[endif]-->Fungsi Keluarga

a. Fungsi afektif
Keluarga yang tidak menghargai anggota keluarganya yang menderita
hipertensi, maka akan menimbulkan stressor tersendiri bagi penderita. Hal ini
akan menimbulkan suatu keadaan yang dapat menambah seringnya terjadi
serangan hipertensi karena kurangnya partisipasi keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sakit (Friedman, 1998).
b. Fungsi sosialisasi .
Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga yang menderita
hipertensi dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak
memberikan kebebasan pada anggotanya, maka akan mengakibatkan anggota
keluarga menjadi sepi. Keadaan ini mengancam status emosi menjadi labil dan
mudah stress.

c. Fungsi kesehatan
Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penanganannya

a) Mengenal masalah kesehatan


Ketidaksanggupan keluarga mengenal masalah kesehatan pada keluarganya,
salah satunya adalah disebabkan karena kurang pengetahuan (Effendy,
1998:50). Bila keluarga tidak mampu mengenali masalah hipertensi yang disertai
anggota keluarganya, maka hipertensi akan berakibat terjadinya komplikasi.

b) Mengambil keputusan.
Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan
yang tepat, disebabkan karena tidak memahami mengenai sifat, berat dan
luasnya masalah tidak begitu menonjol (Eendy, 1998:50).

c) Merawat anggota keluarga yang sakit


Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit disebabkan karena tidak
mengetahui keadaan penyakit, misalnya komplikasi, progrfosis, cara perawatan
dan sumber-sumber yang ada dalam keluarga.

d) Memelihara lingkungan rumah yang sehat


Keluarga diharapkan mengetahui keuntungan atau manfaat pemeliharaan
lingkungan yang sehat, dan menyadarinya sebagai salah satu media perawatan
bagi anggota keluarga yang sakit.
Lingkungan rumah yang berdebu dan asap rokok bisa menjadi pemicu serangan
hipertensi (Sundaru, 2001). Dengan melihat hal tersebut, keluarga harus mampu
memodifikasi lingkungan yang sehat dan nyaman bagi penderita hipertensi.

e) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada


Pengetahuan keluarga tentang keberadaan dan keuntungan yang didapat dari
fasilitas-fasilitas kesehatan, sangat berpengaruh terhadap penderita hipertensi.
Fasilitas kesehatan di masyarakat sangat berperan daiam hal ini, juga saat
penderita hipertensi memerlukan pengobatan.

9) Pola istirahat tidur


Istirahat tidur seseorang akan terganggu manakala sedang mengalami masalah
yang belum terselesaikan. Pada penderita hipertensi, gangguan istirahat tidur
sering diakibatkan oleh sesak nafas dan batuk. Tidak terpenuhinya kebutuhan
istirahat tidur beresiko memperburuk keadaan hipertensi.

10) Pemeriksaan fisik anggota keluarga


Sebagaimana prosedur pengkajian yang komprehensif, pemeriksaan fisik juga
dilakukan menyeluruh dari ujung rambut sampai kuku. Setelah ditemukan
masalah kesehatan, pemeriksaan fisik lebih difokuskan lagi pada pemeriksaan
sistem pernafasan terutama pada penderita hipertensi dikarenakan dengan
adanya hipertensi dapat terjadi peningkatan tekanan intra kranial yang dapat
menyebabkan kelainan pada syaraf yang mempersyarafi pada pernafasan.

11) Koping keluarga


Bila ada stressor yang muncul dalam keluarga, sedangkan koping keluarga tidak
efektif, maka ini akan menjadi stress anggota keluarga yang berkepanjangan.
Salah satu pencegahan agar serangan hipertensi tidak sering muncul adalah
dengan mencegah timbulnya stress (Tanjung, 2003).

b. Diagnosa keperawatan
Menurut pendapat Friedman (1998:59) diagnosa keperawatan keluarga
merupakan perpanjangan dari diagnosa-diagnosa keperawatan terhadap sistem
keluarga dan merupakan hasil dari pengkajian. Diagnosa keperawatan keluarga
di dalamnya termasuk masalah-masalah kesehatan yang aktual dan potensial.

Doenges (1999) mendefinisikan diagnosa keperawatan adalah cara


mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan pasien serta respon
terhadap masalah aktual dan resiko tinggi.
Carpenito (1998:5) mendefinisikan diagnosa keperawatan sebagai berikut :

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon


manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi potensial dan aktual dari
individu atau kelompok dimana perawat dapat secara legal mengidentifikasi dan
untuk itu pula perawat dapat menyusun intervensi-intervensi definitif untuk
mempertahankan status kesehatan atau untuk mengurangi, menghilangkan,
atau mencegah.

Dengan pengertian diatas yang telah disampaikan para ahli, keluarga


merupakan satu tipe kelompok dimana diagnosa keperawatan dapat
diberlakukan, meskipun demikian, diagnosa keperawatan masih berorientasi
pada individu. Diagnosa yang mungkin muncul dalam keluarga dengan penyakit
hipertensi menurut Doenges (2000:152) antara lain nyeri kepala, insomnia, gang
perfusi jaringan, penurunan curah jantung, intoleransi aktifitas, nyeri dada dan
resti injuri (diplopia).

1) Prioritas masalah
Menurut Effendy (1998:52) hal-hal yang perlu diperhatikan dala penyusunan
prioritas masalah adalah tidak mungkin masalah-masalah kesehatan dan
keperawatan yang ditemukan dalam keluarga diselesaikan sekaligus, perlu
mempertimbangkan masalah-masalah yang dapat mengancam kesehatan
seperti masalah penyakit.

Mempertimbangkan respon dan perhatian keluarga terhadap asuhan


keperawatan keluarga yang diberikan, keterlibatan anggota keluarga dalam
memecahkan masalah yang mereka hadapi, sumber daya keluarga yang dapat
menunjang pemecahan masalah kesehatan atau keperawatan keluarga serta
yang tidak kalah pentingya adalah pengetahuan dan kebudayaan keluarga.
2) Kriteria prioritas masalah
penyusunann prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga,
didasarkan pada beberapa kriteria. Menurut Effendy (1998:52-54), kriteria yang
menjadi dasar prioritas masalah adalah sifat masalah, kemungkinan masalah
dapat diubah, potensial masalah untuk dicegah dan menonjolnya masalah.

Sifat masalah dikelompokkan menjadi ancaman kesehatan, tidak atau kurang


sehat, dan krisis. Dalam menentukan sifat masalah, bobot yang paling besar
diberikan pada keadaan sakit atau yang mengancam kehidupan keluarga, yaitu
keadaan sakit kemudian baru diberikan kepada hal-hal yang mengancam
kesehatan keluarga dan selanjutnya pada situasi krisis dalam keluarga di mana
terjadi situasi yang menuntut penyesuaian dalam keluarga (Efiendy, 1998:54).

Sedangkan kemungkinan masalah hipertensi dapat diubah, adalah kemungkinan


keberhasilan mengurangi atau mencegah masalah yang berhubungan dengan
hipertensi jika dilakukan intervensi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
masalah hipertensi dapat diubah adalah faktor pengetahuan dan tindakan untuk
menangani masalah hipertensi, sumber daya keluarga, di antaranya adalah
keuangan, tenaga, sarana dan prasarana. Selain itu sumber daya perawatan,
diantaranya adalah pengetahuan dan keterampilan dalam penanganan masalah
keperawatan serta waktu dan sumber daya masyarakat, dapat dalam bentuk
fasilitas, organisasi seperti posyandu, polindes, dan sebagainya juga menjadi
faktor yang mempengaruhi kemungkinan masalah hipertensi untuk diubah
(Effendy, 1998:54).

Potensial masalah hipertensi untuk dicegah, adalah sifat dan beratnya masalah
berhubungan dengan hipertensi yang timbul dan dapat dikurangi atau dicegah
melalui tindakan keperawatan, misalnya dengan memberikan informasi tentang
hipertensi, cara mencegah terjadinya serta menganjurkan penderita hipertensi
untuk memeriksakan kesehatannya ke tempat palayanan kesehatan (puskesmas,
rumah sakit, dan dokter).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melihat potensi pencegahan masalah


hipertensi adalah kepelikan atau kesulitan masalah hipertensi hal ini berkaitan
dengan beratnya penyakit atau hipertensi yang dialami oleh keluarga. Kedua
perhatikan tindakan yang sudah dan sedang dilaksanakan, yaitu tindakan untuk
mencegah dan mengobati masalah hipertensi dalam rangka meningkatkan
status kesehatan keluarga (Effendy, 1998:54).

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam melihat potensi pencegahan masalah
hipertensi berhubungan dengan jangka waktu terjadinya masalah hipertensi.
Keadaan ini erat hubungannya dengan beratnya masalah hipertensi pada
keluarga dan potensi masalah untuk dicegah. Dan yang tidak kalah pentingnya
adalah adanya keiompok resiko tinggi dalam keluarga atau kelompok yang
sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah hipertensi (Effendy,
1998:54).
Menonjolnya masalah hipertensi adalah cara keluarga melihat dan menilai
masalah yang berhubungan dengan masalah hipertensi dalam hal berat dan
mendesak masalah hipertensi untuk diatasi melalui intervensi keperawatan.

c. Rencana Asuhan Keperawatan


Effendy (1998: 54), mendefinisikan: rencana keperawatan keluarga adalah
sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaksanakan, dalam
memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah didefinisikan.

Rencana keperawatan keluarga mencakup tujuan umum dan tujuan khusus yang
didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan standar yang
mengacu pada penyebab (Suprajitno, 2004:49). Sedangkan Friedman (1998:65)
menyatakan ada beberapa tingkat tujuan. Tingkat pertama meliputi tujuan-
tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat diukur, langsung dan spesiflk.
Sedangkan tingkat kedua adalah tujuan jangka panjang yang merupakan
tingkatan terakhir yang menyatakan maksud-maksud luas yang yang diharapkan
oleh perawat maupun keluarga agar dapat tercapai.

Dalam menyusun kriteria evaluasi dan standar evaluasi, disesuaikan dengan


sumber daya yang mendasar dalam keluarga pada umumnya yaitu biaya,
pengetahuan, dan sikap dari keiuarga, sehingga dapat diangkat tiga respon yaitu
respon verbal, kognitif, afektif atau perilaku, dan respon psikomotor untuk
mangatasi masalahnya. Tujuan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah
hipertensi dapat dibedakan menjadi dua yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan
jangka panjang (Effendy, 1998:57).

Tujuan jangka pendek pada penderita hipertensi antara lain : setelah diberikan
informasi kepada keluarga mengenai hipertensi keluarga mampu mengambil
keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat untuk anggota keluarga yang
menderita hipertensi dengan respon verbal keluarga mampu menyebutkan
pengertian, tanda dan gejala, penyebab serta perawatan hipertensi. Respon
afektif, keluarga mampu menentukan cara penanganan atau perawatan bagi
anggotanya yang menderita hipertensi secara tepat. Sedangkan respon
psikomotor, keluarga mampu memberikan perawatan secara tepat dan
memodifikasi lingkungan yang sehat dan nyaman bagi penderita hipertensi.
Standar evaluasi yang digunakan adalah pengertian, tanda dan gejala,
penyebab, perawatan, komplikasi dan pengobatan hipertensi (Effendy, 1998:57-
60).

Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai dalam perawatan hipertensi adalah
masalah dalam keluarga dapat teratasi atau dikurangi setelah dilakukan tindakan
keperawatan. Tahap intervensi diawali dengan menyelesaikan perencanaan
perawatan. Seperti pendapat Friedman (1998:67) bahwa:
.selama pelaksanaan intervensi perawatan, data-data baru secara terus-
menerus mengalir masuk. Karena informasi ini (respon pada klien, perubahan
situasi dan lain-lain) dikumpulkan, perawat perlu cukup fleksibel dan dapat
beradaptasi untuk mengkaji ulang situasi dengan keiuarga dengan membuat
modifikasi-modifikasi tanpa rencana terhadap perencanaan.
Dalam memilih tindakan keperawatan tergantung pada sifat
masalah dan sumber-sumber yang tersedia untuk pemecahan. Intervensi
keluarga dengan masalah hipertensi menurut Doengoes (1999) antara lain
mengkaji tekanan darah, menganjurkan kepada keluarga menciptakan
lingkungan yang nyaman, segar, bebas polusi pertahankan pembatasan
aktivitas, seperti istirahat di tempat tidur dan menghindari stres.

Selain itu juga perlu dikaji pemahaman klien tentang hipertensi kemudian
mendiskusikan dengan keluarga tentang hipertensi (pengertian, penyebab,
tanda dan gejala, perawatan, pengobatan, serta komplikasi hipertensi).
Menganjurkan pada klien agar manghindari makan makanan yang mengandung
banyak Natrium (garam/asin). Kaji keefektifan strategi koping dengan
mengobservasi perilaku klien dan keluarga, misal kemampuan menyatakan
perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan.
Berikan informasi tentang sumber-sumber di masyarakat dan dukungan anggota
keluarga (Doengoes, 1999).

d. Implementasi
Implementasi dapat dilakukan oleh banyak orang seperti klien (individu atau
keluarga), perawat dan anggota tim perawatan kesehatan yang lain, keluarga
luas dan orang-orang lain dalam jaringan kerja sosial keluarga (Friedman,
1998:67). Hal senada juga diutarakan Suprajitno (2004). Implementasi terhadap
keluarga dengan masalah hipertensi didasarkan kepada rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun.

Hal yang perlu diperhatikan dalam tindakan keperawatan keluarga dengan


hipertensi menurut Effendy (1998:59) adalah sumber daya dan dana keluarga,
tingkat pendidikan keluarga, adat istiadat yang berlaku, respon dan penerimaan
keluarga serta sarana dan prasarana yang ada dalam keluarga.

Sumberdaya dan dana keluarga yang memadai diharapkan dapat menunjang


proses penyembuhan dan penatalaksanaan penyakit hipertensi menjadi lebih
baik. Sedangkan tingkat pendidikan keluarga juga mempengaruhi keluarga
dalam mengenal masalah hipertensi dan dalam mengambil keputusan mengenai
tindakan kesehatan yang tepat terhadap anggota keluarga yang terkena
hipertensi.

Adat istiadat dan kebudayaan yang berlaku dalam keluarga akan mempengaruhi
pengambilan keputusan keluarga tentang pola pengobatan dan penatalaksanaan
penderita hipertensi, seperti pada suku pedalaman lebih cenderung
menggunakan dukun daripada pelayanan kesehatan.
Demikin juga respon dan penerimaan terhadap anggota keluarga yang sakit
hipertensi akan mempengaruhi keluarga dalam merawat anggota yang sakit
hipertensi.

Sarana dan prasarana baik dalam keluarga atau masyarakat merupakan faktor
yang penting dalam perawatan dan pengobatan hipertensi. Sarana dalam
keluarga dapat berupa kemampuan keluarga menyediakan makanan yang sesuai
dan menjaga diit atau kemampuan keluarga, mengatur pola makan rendah
garam, menciptakan suasana yang tenang dan tidak memancing kemarahan.
Sarana dari lingkungan adalah, terjangkaunya sumber-sumber makanan sehat,
tempat latihan, juga fasilitas kesehatan (Effendy, 1998:59).

e. Evaluasi
Komponen kelima dari proses keperawatan ini adalah evaluasi. Evaluasi
didasarkan pada bagaimana efektifnya tindakan keperawatan
yang dilakukan oleh keluarga, perawat, dan yang lainnya. Evaluasi merupakan
proses berkesinambungan yang terjadi setiap kali seorang perawat
memperbaharui rencana asuhan keperawatan (Friedman, 1998:7).
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi
dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilannya.

Evaluasi dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif (Suprijatno, 2004:57) yaitu dengan SOAP, dengan pengertian S
adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh
keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan, O adalah keadaan
obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan penagamatan. A
adalah merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon keluarga secara
subjektif dan objektif, P adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat
melakukan tindakan.

Dalam mengevaluasi harus melihat tujuan yang sudah dibuat sebelumnya. Bila
tujuan tersebut belum tercapai, maka dibuat rencana tindak lanjut yang masih
searah dengan tujuan.

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes. M. E, Et. All. Nursing Care Plans Guidelines for Planning and
Documenting Patient Care, Edisi 3. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Et. All. 2000.
Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne, and Bare. (2001), Buku Saku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC

Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC.


Carpenito, L. J. Handbook of Nursing Diagnosis. Edisi 8, Alih Bahasa Monica Ester.
(2001). Jakarta: EGC

Carpenito, L. J. (1999) Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 7, Alih Bahasa


Monica Ester. Jakarta: EGC

Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3. alih


Bahasa: Debora R. L & Asy. Y, Jakarta: EGC

Effendy. N (1998). Dasar- dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2.


Jakarta; EGC
Long. Barbara. C. Essential of Medical Surgical Nursing, Penerjemah. Karnaen R,
Et. All, Edisi ke 3. 1996. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Padjajaran.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Mengenal Hipertensi,


(Online), (http:// depkes.co.id/stroke.html)

Tim POKJA RS Jantung Harapan Kita. (2003). Standar Asuhan Keperawatan


Kardiovaskuler. Direktorat Medik dan Pelayanan RS Jantung dan pembuluh darah
Harapan kita. Jakarta

FKUI. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

DIKLIT RS Jantung Harapan Kita. (1993). Dasar-dasar Keperawatan


Kardiovaskuler. RS Jantung Harapan Kita. Jakarta

Diposkan oleh ADE RAMA MALANG di 14.48

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan


ke Pinterest

Reaks
i:

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

KONSUMEN

168842

Ade Rama Kamanjaya,Amd,Kep


Hp.085649654913 Pin BB 7DA47292

ARTIKEL POPULER

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. L AKSEPTOR KB DEPO PROGESTIN DENGAN


SPOTTING DI BPS MUHARTIK, AMD. KEB KANDANGAN, KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pelayanan KB yang merupakan


salah satu didalam paket pelayanan kesehatan...

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELAURGA Tn. S TERHADAP Ny. S


DENGAN MASALAH KURANGNYA PEMAHAMAN TENTANG ASI EKSLKUSIF DI DSN.
KEDUNG BETIK, DESA KEDUNG BETIK KECAMATAN KESAMBEN JOMBANG

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT dengan
segala rahmat dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan...
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA Tn T DENGAN MASALAH
KESEHATAN PADA Ny Q P10001 DENGAN KURANGNYA PENGETAHUAN
MENGENAI METODE KONTRASEPSI YANG DIPAKAI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah keluarga berencana


bukan merupakan masalah baru, tapi...

Mengenai Saya

ADE RAMA MALANG

Lihat profil lengkapku

JUAL WEBSIDE TOKO ONLINE

Order Ke 085 649 654 913 Ade

JUAL SKRIPSI KEPERAWATAN


Order lngsung sms ke 085649654913 Ade

DOWNLOAD PROPOSAL BUKA USAHA REFILL PARFUM 1 - 5 JUTA

Klik Gambar Untuk Download

DOWNLOAD PROPOSAL BUKA USAHA RUMAH SEHAT GRIYA AURA DETOKS

Klik Gambar Untuk Download / Buka www.obatchina.blogspot.com (Katalok


Prodak)

JUAL OBAT HERBAL SEGALA PENYAKIT


Klik Gambar / Buka Website : /www.obatchina.blogspot.com

DOWNLOAD PROMO PARFUM

COPA GABANA PARFUME

DOWNLOAD KATALOK PARFUM

HARGA KHUSUS RESELLER

ADE PARFUME GROSIR MURAH

website : ADEPARFUM.BLOGSPOT.COM

PEMESANAN BISA HUBUNGI KAMI, HP: ADE 085649654913.


SILAKAN PILIH MODEL BOTOL YANG ANDA SUKAI DI BAWAH INI. (harga yang kami
tampilkan sudah termasuk botol+parfumnya, aroma bisa pilih2)

BOTOL ROLL ON 7ML

HARGA Rp.10.000,-/pcs, KHUSUS RESELLER HARGA Rp.6.000,-/pcs

BOTOL SPRAY KACA 10ML

HARGA Rp.8.000,-/pcs

BOTOL SPRAY PLASTIK 10ML


HARGA Rp.8.000,-/pcs

BOTOL EXTREME 15ML

HARGA Rp.13.000,-/pcs

BOTOL ULIR 15ML SPRAY

HARGA Rp.13.000,-/pcs

BOTOL 15ML TABUNG POLOS


HARGA Rp.13.000,-/pcs

BOTOL SPRAY TABUNG 15ML

HARGA Rp.13.000,-/pcs

BOTOL SPRAY01 15ML

HARGA Rp.13.000,-/pcs

BOTOL SPRAY02 15ML

HARGA Rp.13.000,-/pcs

BOTOL SPRAY03 15ML


HARGA Rp.13.000,-/pcs

BOTOL SPRAY04 15ML

HARGA Rp.13.000,-/pcs

BOTOL SPRAY05 15ML

HARGA Rp.13.000,-/pcs

BOTOL SPRAY MAWAR 15ML

HARGA Rp.13.000,-/pcs
BOTOL ORIF 20ML WARNA

HARGA Rp.18.000,-/pcs

BOTOL 20ML PLINTIR

HARGA Rp.18.000,-/pcs

BOTOL AMOUR 20ML

HARGA Rp.18.000,-/pcs

BOTOL BALOK 20ML POLOS


HARGA Rp.18.000,-/pcs

BOTOL SPRAY KACA 20ML

HARGA Rp.18.000,-/pcs

BOTOL SPRAY KACA02 20ML

HARGA Rp.18.000,-/pcs

BOTOL SPRAY03 KACA 20ML


HARGA Rp.18.000,-/pcs

BOTOL SPRAY04 20ML

HARGA Rp.18.000,-/pcs

BOTOL SPRAY WARNA01 KACA 20ML

HARGA Rp.18.000,-/pcs

BOTOL SPRAY TABUNG WARNA KACA 20ML

HARGA Rp.18.000,-/pcs
BOTOL BELAGIO 25ML

HARGA Rp.20.000,-/pcs

BOTOL 25ML OVAL

HARGA Rp.20.000,-/pcs

BOTOL 25ML PLASTIK WARNA

HARGA Rp.20.000,-/pcs

BOTOL SPRAY APEL KACA 25ML


HARGA Rp.20.000,-/pcs

BOTOL SPRAY KACA 25ML

HARGA Rp.20.000,-/pcs

BOTOL SPRAY KACA02 25ML

HARGA Rp.20.000,-/pcs

BOTOL SPRAY KACA03 25ML


HARGA Rp.20.000,-/pcs

BOTOL SPRAY KACA 30ML

HARGA Rp.25.000,-/pcs

BOTOL SPRAY01 KACA 30ML

HARGA Rp.25.000,-/pcs

BOTOL SPRAY02 KACA 30ML


HARGA Rp.25.000,-/pcs

BOTOL SPRAY03 KACA 30ML

HARGA Rp.25.000,-/pcs

BOTOL 30ML GRANAT

HARGA Rp.25.000,-/pcs

BOTOL PLASTIK 30ML


HARGA Rp.23.000,-/pcs

BOTOL SPRAY KACA 35ML

HARGA Ro.30.000,-/pcs

BOTOL SPRAY KACA01 35ML

HARGA Rp.30.000,-/pcs

BOTOL SPRAY PELURU 35ML


HARGA Ro.30.000,-/pcs

BOTOL WARNA 35ML TABUNG

HARGA Ro.30.000,-/pcs

BOTOL 35ML TABUNG POLOS

HARGA Ro.30.000,-/pcs

BOTOL SPRAY TANGAN 40ML


HARGA Rp.30.000,-/pcs

BOTOL 40ML MAN

HARGA Rp.30.000,-/pcs

BOTOL SPRAY DOP 40ML

HARGA Rp.30.000,-/pcs

BOTOL SPRAY BALOK WARNA 50ML

HARGA Rp. 45.000,-/pcs

BOTOL SPRAY KACA 50ML


HARGA Rp.45.000,-/pcs

BOTOL SPRAY01 50ML

HARGA Rp.45.000,-/pcs

BOTOL SPRAY KACA 55ML

HARGA Ro.45.000,-/pcs

BOTOL SUSUN 55ML

HARGA Rp.45.000,-/pcs

BOTOL 55ML ORIFLIM


HARGA Rp.45.000,-/pcs

BOTOL SEXY 55ML

HARGA Rp.45.000,-/pcs

BOTOL 55ML GARIS

HARGA Rp.45.000,-/pcs

BOTOL 55ML KOTAK POLOS

HARGA Rp.45.000,-/pcs
BOTOL SPRAY PLASTIK 60ML

HARGA Ro.40.000,-/pcs

BOTOL SPRAY PLASTIK01 60ML

HARGA Rp.40.000,-/pcs

BOTOL SPRAY KACA WARNA 60ML

HARGA Rp.45.000,-/pcs

BOTOL 60ML KENZO FLOWER


HARGA Rp.45.000,-/pcs

BOTOL 100ML

HARGA Rp.65.000,-/pcs

BIBIT AROMA PARFUM MURNI 100ML

HARGA Rp.40.000,- sampai Rp.65.000,- (price lish harga dapat di kirim ke email
anda)

APEL JIN (aroma ritual)

HARGA Rp.250.000,-/pcs
MAU ORDER PARFUM, KUNJUNGI ADEPARFUM.BLOGSPOT.COM

SUPPORT BY: EXPEDISI TIKI

ORDER LANGSUNG HUB ADE, HP : 085649654913

SUPPORT BY: EXPRESS JNE

Blog Archive

2015 (23)

November (7)

Agustus (8)

April (7)

Januari (1)

2014 (44)

Juni (2)

Mei (4)

April (14)

Maret (24)

2013 (4)

September (1)

April (1)

Maret (2)
2012 (355)

Desember (7)

November (39)

Oktober (3)

Agustus (24)

Juli (21)

Juni (15)

Mei (30)

PARFUM WANGI by copa gabana paris mode

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA Tn T DE...

ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK N UMUR 7 BULAN DENGA...

ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK F UMUR 13 TAHUN DENG...

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI P UMUR 3 BULAN DENGAN...

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELAURGA Tn. S ...

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. L AKSEPTOR KB DEPO PRO...

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. L AKSEPTOR KB DEPO PRO...

ASUHAN KEBIDANAN PADA By Ny M BBL POSTERM DENGAN...

askeb asfikia berat poltekkes malang

budaya sebagai suatu konstruksi sosial dan pola si...

ASKEP Menarik Diri

tugas b.inggris dalam keperawatan komunikasi pada ...

ASKEP IUD KEPERAWATAN

ASKEP HIPERTENSI

PARFUM WANGI LAWANG

KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKKES MALANG PRODI LAWAN...

Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget

Teori Nativisme

Implikasi Teori Kognitif Piaget Dalam Pembelajaran...


Gaya Presentasi diri Self-Monitoring (Pemantauan D...

Mengatasi Kecemasan: Apa Aku Khawatir? (1)

Self-Disclosure (Pengungkapan Diri)

SIKAP (Attitude)

Kepribadian

Interaksi Sosial

Umpan Balik yang Efektif bagi Siswa

Kontribusi Psikologi terhadap Pendidikan

PENDIDIKAN NASIONAL YANG BERMORAL

Ciri-Ciri Sekolah yang Melaksanakan Pembelajaran A...

Maret (14)

Februari (93)

Januari (109)

2011 (237)

Desember (118)

November (50)

Oktober (37)

September (31)

Agustus (1)

Facebook Badge
Ade Rama

Create Your Badge

RAMALAN JODOH

ADE RAMA KAMANJAYA, AKPER POLTEKES KEMENKES MALANG. NOMER HP


085649654913. Tema PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai