Disusun oleh :
NIM : P27820716011
JURUSAN KEPERAWATAN
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami telah dapat menyelesaikan makalah Kebijakan
Pemerintah Dalam Pelayanan Kesehatan Lansia.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kesalahan pada makalah ini. Untuk
itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun
demi kesempurnaan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kami khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar
Daftar isi
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hukum Perlindungan Lansia
2.2 Pembinaan Lansia
2.3 Kebijakan Depkes dalam Pembinaan Lansia
2.4 Kegiatan-kegiatan dalam Pembinaan Lansia
2.5 Perawatan fisioterapi
2.6 Posyandu Lansia
2.7 Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia
2.8 Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
BAB I
PENDAHULUAN
` Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor
yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu kesehatan
perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya. Untuk mewujudkan hal tersebut
pemerintah telah mencanangkan visi Indonesia sehat 2010 yaitu gambaran
masyarakat Indonesia di masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan
perilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, merata,
serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi tingginya. Keperawatan sebagai
bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan nasional turut serta ambil bagian
dalam mengantisipasi peningkatan jumlah populasi lansia dengan menitikberatkan
pada penanganan di bidang kesehatan dan keperawatan.
Alasan lain mengapa pada tahun 2020 ada kecenderungan jumlah penduduk
Lansia yang tinggal di perkotaan menjadi lebih banyak karena para remaja yang saat
ini sudah banyak mengarah menuju kota, mereka itu nantinya sudah tidak tertarik
kembali ke desa lagi, karena saudara, keluarga dan bahkan teman-teman tidak banyak
lagi yang berada di desa. Sumber penghidupan dari pertanian sudah kurang menarik
lagi bagi mereka, hal ini juga karena pada umumnya penduduk desa yang pergi
mencari penghidupan di kota, pada umumnya tidak mempunyai lahan pertanian untuk
digarap sebagai sumber penghidupan keluarganya.
Selain itu bahwa di masa depan sektor jasa mempunyai peran yang penting
sebagai sumber penghidupan. Oleh karena itu suatu negara yang tidak mempunyai
sumber daya alam yang cukup maka di era globalisasi akan beralih kepada sektor jasa
sebagai sumber penghasilannya, contoh negara Singapura. Pada hal sektor jasa dapat
berjalan dan hidup hanya di daerah perkotaan.
PRINSIP-PRINSIP ETIKA KEPERAWATAN
Etika merupakan kata yang berasal dari Yunani, yaitu Ethos, yang menurut
Araskar dan David (1978) berarti kebiasaan atau model prilaku, atau standar yang
diharapkan dan kriteria tertentu untuk sesuatu tindakan, dapat diartikan segala sesuatu
yang berhubungan dengan pertimbangan pembuatan keputusan, benar atau tidaknya
suatu perbuatan. Dalam Oxford Advanced Learners Dictionary of Curret English, AS
Hornby mengartikan etika sebagai sistem dari prinsip-prinsip moral atau aturan-
aturan prilaku. Moral adalah suatu kegiatan/prilaku yang mengarahkan manusia
untuk memilih tindakan baik dan buruk, dapat dikatakan etik merupakan kesadaran
yang sistematis terhadap prilaku yang dapat dipertanggung jawabkan. Beberapa
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa etika merupakan pengetahuan moral dan
susila, falsafah hidup, kekuatan moral, sistem nilai, kesepakatan, serta himpunan hal-
hal yang diwajibkan, larangan untuk suatu kelompok/masyarakat dan bukan
merupakan hukum atau undang-undang. Dan hal ini menegaskan bahwa moral
merupakan bagian dari etik, dan etika merupakan ilmu tentang moral sedangkan
moral satu kesatuan nilai yang dipakai manusia sebagai dasar prilakunnya. Maka
etika keperawatan (nursing ethics) merupakan bentuk ekspresi bagaimana perawat
seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika keperawatan diatur dalam kode etik
keperawatan.
KONSEP ETIK
Perawat harus mempunyai kemampuan yang baik untuk pasien maupun dirinya
didalam menghadapi masalah yang menyangkut etika. Seseorang harus berpikir
secara rasional, bukan emosional dalam membuat keputusan etis. Keputusan tersebut
membutuhkan ketrampilan berpikir secara sadar yang diperlukan untuk
menyelamatkan keputusan pasien dan memberikan asuhan.
Teori dasar/prinsip-prinsip etika merupakan penuntun untuk membuat keputusan etis
praktik profesional. Teori-teori etik digunakan dalam pembuatan keputusan bila
terjadi konflik antara prinsip-prinsip dan aturan-aturan. Para ahli falsafah moral telah
mengemukakan beberapa teori etik, yang secara garis besar dapat diklasifikasikan
menjadi teori teleologi dan deontologi.
1.Teleologi.
Teleologi berasal dari bahasa Yunani telos yang berarti akhir. Pendekatan ini sering
disebut dengan ungkapan the end fustifies the means atau makna dari suatu tindakan
ditentukan oleh hasil akhir yang terjadi. Teori ini menekankan pada pencapaian hasil
dengan kebaikan maksimal dan ketidakbaikan sekecil mungkin bagi manusia.Contoh
penerapan teori ini misalnya bayi-bayi yang lahir cacat lebih baik diizinkan
meninggal daripada nantinya menjadi beban di masyarakat.
2.Deontologi.
Deontologi berasal dari bahasa Yunani deon yang berarti tugas. Teori ini berprinsip
pada aksi atau tindakan. Contoh penerapan deontologi adalah seorang perawat yang
yakin bahwa pasien harus diberitahu tentang apa yang sebenarnya terjadi, walaupun
kenyataan tersebut sangat menyakitkan. Contoh lain misalnya seorang perawat
menolak membantu pelaksanaan abortus karena keyakinan agamanya yang melarang
tindakan membunuh.
3.Keadilan (justice)
Prinsip keadilan ini menyatakan bahwa mereka yang sederajat harus diperlakukan
sederajat, sedangkan yang tidak sederajat harus diperlakukan tidak sederajat sesuai
dengan kebutuhan mereka. Ini berarti bahwa kebutuhan kesehatan dari mereka yang
sederajat harus menerima sumber pelayanan kesehatan dalam jumlah sebanding.
Ketika seseorang mempunyai kebutuhan kesehatan yang besar, maka menurut prinsip
ini ia harus mendapatkan sumber kesehatan yang besar pula.Keadilan berbicara
tentang kejujuran dan pendistribusian barang dan jasa secara merata. Fokus hukum
adalah perlindungan masyarakat, sedangkan fokus hukum kesehatan adalah
perlindungan konsumen.
4.Kejujuran (veracity)
Prinsip kejujuran menyatakan hal yang sebenarnya dan tidak bohong. Kejujuran
harus dimiliki perawat saat berhubungan dengan pasien. Kejujuran merupakan dasar
terbinanya hubungan saling percaya antara perawat dan pasien. Perawat sering kali
tidak memberitahukan kejadian sebenarnya kepada pasien yang sakit parah.
Kejujuran berarti perawat tidak boleh membocorkan informasi yang diperoleh dari
pasien dalam kapasitasnya sebagai seorang profesional tanpa persetujuan pasien.
Kecuali jika pasien merupakan korban atau subjek dari tindak kejahatan, maka
perbuatan tersebut dapat diajukan ke depan pengadilan dimana perawat menjadi
seorang saksi.
5.Ketaatan (fidelity)
Prinsip ketaatan merupakan tanggung jawab untuk tetap setia pada suatu kesepakatan.
Tanggung jawab dalam konteks hubungan perawat-pasien meliputi tanggung jawab
menjaga janji, mempertahankan konfidensi dan memberikan perhatian/kepedulian.
Peduli pada pasien merupakan salah satu aspek dari prinsip ketaatan. Peduli kepada
pasien merupakan komponen paling penting dari praktik keperawatan, terutama pada
pasien dalam kondisi terminal.
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis
dan memutuskan. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan
membuat keputusan sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan
yang dihargai. Prinsip otonomi ini adalah bentuk respek terhadap seseorang, juga
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.Otonomi
merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.
Praktek profesioanal merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak hak pasien
dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
Beneficience (Berbuat Baik)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan . Nilai ini direfleksikan
dalam praktek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai
hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas
pelayanan kesehatan .
Fidelity (loyalty/ketaatan)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi tentang klien harus
dijaga privasi-nya. Apa yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya
boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tak ada satu orangpun dapat
memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijin kan oleh klien dengan bukti
persetujuannya. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikannya pada
teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dicegah.
Akuntabilitas (accountability)
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa tanggung jawab pasti
pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk menilai orang lain. Akuntabilitas
merupakan standar pasti yang mana tindakan seorang professional dapat dinilai
dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
Jenis-jenis kelalaian
Bentuk Bentuk dalam kelalaian perawat.