DISAINBLOKKAPAL
MODULAJARDFKIKAPAL 1
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
A. Beban yang diterima kapal pada arah memanjang secara garis besar
seperti digambarkan sebagai berikut :
A.1. Gaya lintang (shear force)
Pada saat kapal berlayar diair tenang, gaya total keatas akan sama dengan berat
kapal. Tetapi bila dilihat pada setiap tempat, keseimbangan tersebut tidak akan
terealisasi disebabkan kapal tidak berbentuk obyek yang homogen seperti
balok. Perbedaan pada setiap lokal antara gaya keatas dan berat kapal akan
menimbulkan gaya lintang (shear force), selanjutnya akan menimbulkan
tegangan normal/longitudinal. Gaya lintang adalah gaya yang bekerja pada
penampang melintang kapal, yang menggeser penampang melintang satu
dengan lainnya. Bagian kapal yang terbenam diair secara jelas menunjukkan
perbedaan ukuran volume antara bagian tengah kapal dan diujung-ujung depan
dan belakang, hal ini akan mengakibatkan perbedaan gaya tekan keatas.
Tegangan normal/longitudinal terjadi disebabkan karena :
a. Beban/berat kapal tidak homogen sepanjang kapal dari depan sampai
belakang.
b. Tekanan keatas tidak sama besarnya sepanjang kapal disebabkan karena
bentuk bagian kapal yang terbenam diair tidak sama.
Pada gambar M.1.1. akan dihitung besarnya gaya lintang pada sekat kamar mesin,
besarnya gaya lintang pada sekat kamar mesin adalah 400 t 200 t = 200 t, gaya
MODULAJARDFKIKAPAL 2
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
kebawah akan menyebabkan hogging moment 400t * 6m dan gaya keatas akan
menyebabkan sagging moment sebesar 200t * 3m, sehingga momen lengkung pada
sekat kamar mesin adalah 2400 tm 600 tm = 1800 tm hogging.
Gambar M.1.2. Distribusi gaya merata menunjukkan tekanan keatas dan berat kapal,
panah menunjukkan resultannya tiap seksi kapal
(Courtesy of Ship Knowledge a modern encyclopedia by K Van Dokkum)
Gambar M.1.3. Menunjukkan berbagai seksi kapal seharusnya terapung, garis putus-
putus menunjukkan sarat kapal sebenarnya
(Courtesy of Ship Knowledge a modern encyclopedia by K Van Dokkum)
Gambar M.1.4. Gaya Q menunjukkan resultan dari gaya lintang (shearing force)
diantara seksi kapal, panah menunjukkan resultannya tiap seksi kapal
(Courtesy of Ship Knowledge a modern encyclopedia by K Van Dokkum)
Gambar dibawa akan menjelaskan bagaimana gaya lintang dan momen lengkung
secara terus menerus selalu berubah.
MODULAJARDFKIKAPAL 3
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Gambar M.1.5. adalah pontoon yang terdiri dari 3 kompartemen, pada gambar 1, 2
dan 3 kompartemen sebelah kiri dan kanan terisi muatan, sedangkan yang tengah
kosong.
MODULAJARDFKIKAPAL 4
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Gambar M.1.6. Pontoon dengan 3 kompartemen, kompatemen sebelah kiri dan kanan
tidak terisi muatan
(Courtesy of Ship Knowledge a modern encyclopedia by K Van Dokkum)
Gambar M.1.6. adalah pontoon yang terdiri dari 3 kompartemen, pada gambar 4, 5
dan 6 kompartemen sebelah kiri dan kanan kosong, sedangkan yang tengah terisi
muatan.
Gambar 2 dan 5 pontoon berada pada puncak gelombang dan gambar 3 dan 6
pontoon berada pada lembah gelombang. Gaya keatas berubah ubah disebabkan
bentuk gelombang juga berubah ubah. Gaya kebawah selalu sama. Gaya keatas dan
kebawah dari kompartemen ditunjukkan dengan vektor gaya.
Kurva beban berasal dari selisih antara gaya keatas dan gaya kebawah yang disebar
tiap meter pada tiap titik pada garis dasar (base line). Jumlah luas diatas garis dasar
dan dibawah garis dasar sama besarnya.
MODULAJARDFKIKAPAL 5
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Kurva gaya lintang (shear force) diperoleh dengan menjumlah gaya lintang dari
bagian kiri kebagian kanan. Jika arah gaya berubah (dari atas kebawah atau
sebaliknya), gaya lintang akan berubah dari naik keturun atau sebaliknya. Gaya
lintang akan mencapai harga terbesar pada titik dimana gayanya berubah arah.
Jumlah luasan diatas garis dasar sama dengan luasan dibawah garis dasar. Gaya
lintang satuannya Newton.
Momen lengkung didapatkan dengan menjumlah gaya lintang dari kiri kekanan.
Momen lengkung dinyatakan dalam Newton meter. Jika kurva gaya lintang berubah
dari naik keturun atau sebaliknya, kurva momen lengkung akan tertekuk dari
cekungan kebulatan atau sebaliknya. Saat kurva gaya lintang memotong garis dasar,
garis momen lengkung akan berubah dari naik keturun atau sebaliknya. Keadaan
gambar 2 dan 5 disebut kondisi hogging dan kondisi gambar 3 dan 6 disebut kondisi
sagging. Sekitar tengah-tengah tinggi pontoon terdapat daerah netral, disini tegangan
tarik dan tekan tidak ada.
MODULAJARDFKIKAPAL 6
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
MODULAJARDFKIKAPAL 7
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
MODULAJARDFKIKAPAL 8
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Gambar M.1.11. Beban hidrostatik dan beban statis internal dikapal diair tenang
(Courtesy of EN358 Ship Structures, Notes for an Undergraduate Course, Naval
Architecture Program US Navy Academy, Maryland)
Gambar M.1.12. Beban dinamis yang diterima kapal (Courtesy of EN358 Ship
Structures, Notes for an Undergraduate Course, Naval Architecture Program US
Navy Academy, Maryland)
MODULAJARDFKIKAPAL 9
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
MODULAJARDFKIKAPAL 10
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
MODULAJARDFKIKAPAL 11
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
MODULAJARDFKIKAPAL 12
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Gambar M.1.17. Torsi akibat gelombang yang datang dari arah lambung kanan pada
sudut tertentu
(Courtesy of Ship Knowledge a modern encyclopedia by K Van Dokkum)
MODULAJARDFKIKAPAL 13
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Gambar M.1.18. Torsi akibat gelombang yang datang dari arah lambung kiri pada
sudut tertentu
(Courtesy of Ship Knowledge a modern encyclopedia by K Van Dokkum)
a. Panting stresses.
Sering terjadi dihaluan kapal akibat gerakan pitching. Perubahan secara tetap tekanan
air akan menambah tegangan pada pelat kulit dan penegarnya. Panting stress bukan
sebagai akibat tekanan hidrostatis, tetapi lebih kearah akibat tekanan hidrodinamis.
Untuk mengurangi pengaruh panting stress, ditambahkan panting beam kearah
melintang dan ditambahkan senta untuk memperkuat pelat kulit kapal, kedua penguat
ini ditambahkan diceruk haluan dan ceruk buritan.
MODULAJARDFKIKAPAL 14
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Gambar M.1.19. Gaya/beban pada haluan kapal jika kapal berada pada puncak
gelombang (sebelah kiri) dan bila pada lembah gelombang (sebelah kanan)
(Courtesy of Ship Knowledge a modern encyclopedia by K Van Dokkum)
b. Pitching load.
Pitching load terjadi pada alas kapal yang rata pada haluan kapal sebagai akibat
gerakan pitching kapal. Pitching stress dapat dikurangi dengan dengan menambah
tebal pelat alas, merapatkan jarak gading dan wrang.
MODULAJARDFKIKAPAL 15
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Gambar M.1.21. Beban pitching yang besar pada kapal penangkap ikan
(Courtesy of Ship Knowledge a modern encyclopedia by K Van Dokkum)
c. Diagonal load.
Keadaan ini terjadi jika kapal mengalami beban asimetris pada saat gerakan rolling
pada laut yang bergelombang. Pengaruh beban diagonal ini dapat dikurangi dengan
menambahkan bracket pada gading, bracket pada balok geladak dan sekat melintang.
Gambar M.1.22. Beban diagonal sebagai akibat geralkan rolling dilaut yang
bergelombang
(Courtesy of Ship Knowledge a modern encyclopedia by K Van Dokkum)
d. Beban getaran.
Beban getaran disebabkan oleh :
Getaran mesin.
Gaya pada buritan kapal disebabkan oleh putaran baling-baling.
e. Docking load.
Beban saat pengedokan disebabkan gaya vertikal keatas dari keel block dan gaya
vertical kebawah antara keel block dan side block.
MODULAJARDFKIKAPAL 16
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
A.5. Penegar.
a. Tujuan dipasangnya penegar.
Untuk mempertahankan bidang pelat kapal terhadap distorsi akibat pengaruh gaya
lintang, momen lengkung dan beban local, pelat harus diberi penegar. Misalnya pelat
sisi, pelat geladak, sekat dan inner bottom plating. Dibandingkan dengan ukuran
kapal, tebal pelat tidak cukup tebal (sekitar 20 mm). Sehingga penegar perlu
dipasang, penegar juga berperan mengurangi tarikan dan mencegah bucking local.
Gambar M.1.23. Gaya tekan pada pelat dapat menyebabkan pelat mengalami
buckling
(Courtesy of Ship Knowledge a modern encyclopedia by K Van Dokkum)
MODULAJARDFKIKAPAL 17
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Gambar M.1.24. Penegar vertikal pada pelat dapat mengurangi buckling pada pelat
dan mengurangi lengkungan pada pelat akibat beban tekuk
(Courtesy of Ship Knowledge a modern encyclopedia by K Van Dokkum)
Pelat sisi yang diberi penguatan melintang, artinya pelat sisi dipasang gading
melintang, gading akan lemah terhadap beban yang arahnya tegak lurus gading,
untuk mengurangi kondisi ini, pelat sisi dipasang penegar horizontal yang disebut
senta (stringer), untuk gading bujur dipasang gading besar (web frame).
Gambar M.1.25. Pelat sisi diperkuat gading melintang mendapat beban memanjang
(Courtesy of Ship Knowledge a modern encyclopedia by K Van Dokkum)
MODULAJARDFKIKAPAL 18
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
MODULAJARDFKIKAPAL 19
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
B. Teori balok
Teori balok berlaku pada balok, jika sumbu balok tegak lurus arah beban aksi pada
balok.
Macam-macam balok :
Sifat tumpuan :
1. Engsel, gaya lintang (shear force) 0 dan momen lengkung (bending moment) =
0.
2. Rol, gaya lintang (shear force) 0 dan momen lengkung (bending moment) = 0.
3. Jepit, gaya lintang (shear force) 0 dan momen lengkung (bending moment) 0.
4. Bebas, gaya lintang (shear force) = 0 dan momen lengkung (bending moment) =
0.
MODULAJARDFKIKAPAL 20
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Tegangan normal kearah sumbu x ( x ) dan tegangan geser pada penampang yang
BM * y
x =
Iz
SF * Q
xy =
Iz * t
Dimana :
BM : momen lengkung (bending moment), Nm.
Y : jarak suatu titik pada penampang balok yang tegak lurus sumbu x
kesumbu netral penampang balok tersebut, m.
Q : momen statis suatu luasan bidang yang diukur mulai dari titik teratas atau
titik terbawah dari penampang balok yang tegak lurus sumbu x terhadap sumbu
netral penampang balok tersebut, m.
Iz : momen inersia penampang balok yang tegak lurus sumbu x terhadap
sumbu netral penampang balok (sumbu z), m.
MODULAJARDFKIKAPAL 21
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
t : tebal dari penampang balok diukur searah sumbu netral penampang balok
(sumbu z), m.
Gambar distribusi tegangan normal dan tegangan geser pada penampang CC dengan
bentuk penampang balok empat persegi panjang adalah :
Gambar M.1.29. Distribusi tegangan normal dan tegangan geser pada penampang
melintang balok
Berikut ini adalah gambaran sketsa hubungan antara beban pada balok sampai
dengan bentuk lenturan yang terjadi sepanjang balok akibat pembebanan tersebut :
MODULAJARDFKIKAPAL 22
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
MODULAJARDFKIKAPAL 23
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Lingkaran Mohr.
Suatu elemen balok mengeluarkan tegangan reaksi antara lain, tegangan normal
tarik 50 MPa , tegangan normal tekan 10 MPa dan tegangan geser 40 MPa .
Akan digambar lingkaran Mohr, dihitung tegangan normal maksimal dan tegangan
geser maksimal.
x + y 50 + ( 10)
ave = = = 20 MPa
2 2
MODULAJARDFKIKAPAL 24
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
min = OB = OC BC = 20 50 = - 30 MPa .
maks = R = 50 MPa .
Balok overhanging ABCD dibebani gaya tersebar tiap satuan panjang sebesar 3.2
kips/ft (kips = kilo pounds/ kilo lbs, 1 lb = 4.448 N) dan gaya terpusat di C sebesar
20 kips. Bahan balok dari baja, besarnya tegangan normal yang diizinkan, all = 24
ksi (ksi = kilo pound per square inch, 1 lb / inch 2 (1 psi) = 6.895 kPa) dan tegangan
geser yang diizinkan sebesar all = 14.5 ksi. Pilihlah penampang profil wide flange
MODULAJARDFKIKAPAL 25
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
MODULAJARDFKIKAPAL 26
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Gambar diagram gaya lintang dan diagram momen lengkung dari balok diatas adalah
:
MODULAJARDFKIKAPAL 27
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
W 24 x 68 154
W 21 x 62 127
W 18 x 76 146
W 16 x 77 134
W 14 x 82 123
W 12 x 96 131
4 3 4 3
Iz ( inch ) Wz ( inch ) rz ( inch ) Iy ( inch ) Wy ( inch ) r y ( inch )
MODULAJARDFKIKAPAL 28
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Besarnya tegangan geser dari bahan, all = 14.5 ksi, jadi xy < all .
yb 9.88 inch
b = a * = (22.6 ksi) * = 21.3 ksi
c 10.5 inch
MODULAJARDFKIKAPAL 29
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Jari-jari lingkaran = CD = CA 2 + AD 2 =
CD = 10.748 ksi
Disini terlihat bahwa maks < all , jadi penampang balok masih kuat.
MODULAJARDFKIKAPAL 30
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Berikut ini adalah contoh perhitungan modulus penampang pada bentuk kapal yang
paling sederhana, yaitu pontoon. Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut :
1. Menghitung luas tiap-tiap komponen dari penampang melintang pontoon
( A i ).
2. Menghitung titik berat tiap-tiap komponen dari penampang melintang
pontoon terhadap base line ( y i ).
3. Menghitung first moment tiap-tiap komponen dari penampang melintang
pontoon terhadap base line ( A i * y i ).
4. Menghitung moment inersia (second moment dari luas) dari tiap-tiap
komponen dari penampang melintang pontoon terhadap base line ( A i * y i2 ).
5. Menghitung momen inersia dari tiap-tiap komponen dari penampang
melintang pontoon terhadap titik beratnya yang melewati garis horizontal,
misalkan pelat secara horizontal dan vertikal (dengan lebar b dan tinggi h),
b*h3
I0 = .
12
MODULAJARDFKIKAPAL 31
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
I NA = I BL A * y 2NA = I 0 + A i * y i2 ( A i ) * y 2NA =
I BL
= 1,123,457.5 in + 7,557,175.5 in 4 - (460 in 2 ) * (99.66 in) 2 = 4,111,860 in 4
4
MODULAJARDFKIKAPAL 32
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
I NA 8,223,720 in 4
Wdeck = = = 58,741 in 3
y deck 140 in
Gambar M.1.38. Diagram gaya lintang dan momen lengkung pada pontoon
(Courtesy of EN358 Ship Structures, Notes for an Undergraduate Course, Naval
Architecture Program US Navy Academy, Maryland)
Saat kapal berada diair, dianggap balok dengan tumpuan diujung-ujungnya adalah
bebas, bebannya adalah beban terdistribusi merata yang merupakan selisih antara
gaya tekan keatas (buoyancy) dengan berat konstruksi + muatan kapal.
Berikut akan digambarkan bagaimana gaya lintang (shear force) pada penampang
kapal menjadi tegangan geser (shear stress). Seperti halnya pada balok yang
mempunyai penampang persegi, distribusi tegangan gesar tidak konstan pada
penampang melintang. Konstruksi kapal kenyataannya adalah berbentuk thin walled
structure, sedikit lebih rumit dibandingkan dengan penampang balok yang pejal.
MODULAJARDFKIKAPAL 33
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
MODULAJARDFKIKAPAL 34
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
E. Sketsa penampang melintang ruang muat dan kamar mesin kapal niaga.
Berikut akan ditunjukkan beberapa sketsa penampang melintang general cargo ship,
bulk cargo ship dan oil tanker.
E.1. General Cargo Ship.
1. Konstruksi alas.
MODULAJARDFKIKAPAL 35
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Gambar M.1.40. Sketsa 3 D konstruksi alas konstruksi melintang (sebelah atas) dan
konstruksi memanjang (sebelah bawah) dari General Cargo Ship (Courtesy of Ship
Construction by D. J. Eyres)
MODULAJARDFKIKAPAL 36
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Gambar M.1.41. Sketsa 2 D wrang pelat (solid floor) dan wrang terbuka
(bracket/open floor) dari konstruksi alas, konstruksi melintang General Cargo Ship
(Courtesy of Ship Construction by D. J. Eyres)
Gambar M.1.42. Sketsa 2 D wrang pelat (solid floor) dan wrang terbuka
(bracket/open floor) dari konstruksi alas, konstruksi memanjang General Cargo Ship
(Courtesy of Ship Construction by D. J. Eyres)
MODULAJARDFKIKAPAL 37
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Gambar M.1.43. Sketsa berbagai konstruksi pelat tepi (margin plate) konstruksi
campuran General Cargo Ship (Courtesy of Ship Construction by D. J. Eyres)
Gambar M.1.44. Sketsa 2 D wrang pelat (solid floor) dan wrang terbuka
(bracket/open floor) dari konstruksi alas, konstruksi memanjang Bulk Carrier
(Courtesy of Ship Construction by D. J. Eyres)
Pada umumnya Bulk Carrier (Bulk Cargo Ship) konstruksinya memanjang, jarang
yang melintang, yang sering konstruksi campuran, yaitu alas dan geladak konstruksi
memanjang, sedangkan lambung konstruksi melintang.
MODULAJARDFKIKAPAL 38
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
MODULAJARDFKIKAPAL 39
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
MODULAJARDFKIKAPAL 40
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Kamar mesin.
Gambar M.1.49. Sketsa 2 D konstruksi alas kamar mesin pada nomor gading 10
(Courtesy of Ship Knowledge a modern encyclopedia by K Van Dokkum)
MODULAJARDFKIKAPAL 41
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Gambar M.1.50. Sketsa 2 D konstruksi konstruksi alas kamar mesin pada gading
nomor 3
(Courtesy of Ship Knowledge a modern encyclopedia by K Van Dokkum)
MODULAJARDFKIKAPAL 42
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
MODULAJARDFKIKAPAL 43
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Gambar M.1.54. Sketsa 2D konstruksi melintang pondasi mesin induk pada nomor
gading 23
(Courtesy of Ship Knowledge a modern encyclopedia by K Van Dokkum)
Gambar M.1.55. Sketsa 2D konstruksi memanjang kamar mesin tepat pada bidang
centre line
(Courtesy of Ship Knowledge a modern encyclopedia by K Van Dokkum)
MODULAJARDFKIKAPAL 44
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Gambar M.1.56. Sketsa 2D konstruksi melintang kamar mesin pada gading nomor 23
(Courtesy of Ship Knowledge a modern encyclopedia by K Van Dokkum)
MODULAJARDFKIKAPAL 45
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
15. Wrang.
16. Web frame
Gambar M.1.48. Sketsa 3 D konstruksi lambung General Cargo ship yang diperkuat
penegar secara melintang (Courtesy of Ship Construction by D. J. Eyres)
MODULAJARDFKIKAPAL 46
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Gambar M.1.49. Sketsa 2 D konstruksi sekat melintang (water tight bulkhead) yang
diperkuat penegar secara melintang/vertikal
(Courtesy of Ship Construction by D. J. Eyres)
MODULAJARDFKIKAPAL 47
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Gambar M.1.51. Sketsa 3 D konstruksi sekat kedap (water tight bulkhead) dan wrang
kedap (water tight floor) pada konstruksi melintang General Cargo Ship (Courtesy of
Merchant Ship Construction by H. J. Pursey)
MODULAJARDFKIKAPAL 48
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
3. Konstruksi geladak.
Gambar M.1.52. Sketsa 3 D konstruksi geladak tepat pada lubang palka (hatchway)
konstruksi melintang dilengkapi topang (pillar, gambar atas) dan konstruksi
campuran (gambar bawah)
(Courtesy of Ship Construction by D. J. Eyres)
MODULAJARDFKIKAPAL 49
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Gambar M.1.53. Sketsa 2 D konstruksi melintang General Cargo Ship tepat pada
lubang palka (hatch coaming), tepat dicantilever
(Courtesy of Merchant Ship Construction by H. J. Pursey)
MODULAJARDFKIKAPAL 50
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Gambar M.1.54. Sketsa 3 D dan 2D konstruksi geladak tepat pada tepi lubang palka
(hatchway)
(Courtesy of Ship Construction by D. J. Eyres)
MODULAJARDFKIKAPAL 51
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Gambar M.1.55. Sketsa 2D konstruksi melintang cargo tank Coastal Oli Tanker yang
diperkuat secara kombinasi, dengan 1 sekat bujur
(Courtesy of Ship Construction by D. J. Eyres)
Gambar M.1.56. Sketsa 2D konstruksi melintang cargo tank Oli Tanker yang
diperkuat secara kombinasi dengan 2 sekat bujur
(Courtesy of Ship Construction by D. J. Eyres)
MODULAJARDFKIKAPAL 52
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Gambar M.1.57. Sketsa 3D konstruksi melintang cargo tank Oli Tanker yang
diperkuat secara kombinasi dengan 2 sekat bujur
(Courtesy of Ship Construction by D. J. Eyres)
MODULAJARDFKIKAPAL 53
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Gambar M.1.58. Sketsa 3D konstruksi melintang cargo tank Oli Tanker yang
diperkuat secara memanjang dengan 2 sekat bujur
(Courtesy of Ship Construction by D. J. Eyres)
MODULAJARDFKIKAPAL 54
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Gambar M.1.59. Sketsa 3D konstruksi melintang cargo tank Oli Tanker yang
diperkuat secara memanjang dengan 2 sekat bujur, dilengkapi double hull, dilihat
dari lambung kiri
(Courtesy of Ship Knowledge a modern encyclopedia by K Van Dokkum)
MODULAJARDFKIKAPAL 55
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Gambar M.1.60. Sketsa 3D konstruksi melintang cargo tank Oli Tanker yang
diperkuat secara memanjang dengan 2 sekat bujur, dilengkapi double hull, dilihat
dari alas kiri
(Courtesy of Ship Knowledge a modern encyclopedia by K Van Dokkum)
Keterangan gambar :
Tabel M.1.5. Keterangan nama bagian konstruksi
Pelat Penegar pada pelat Pelat yang Tangki
dipertegar
1.Shell 8. Side longitudinal 13. Tie beam/cross 20. Wing ballast
2. Longitudinal 9. Longitudinal tie tank
bulkhead Bottom frame 14. Stringer 21. Double bottom
3. Transverse 10. Inner bottom 15. Stringer deck 22. Cargo oil tank
bulkhead longitudinal 16. watertight floor
4. Longitudinal 11. Bulkhead 17. Solid/plate/full
bulkhead stiffener floor
5. Lower hopper 12. Stiffener with 18. Side girder
6. Tank top bracket 19. Web frame
7. Bottom
MODULAJARDFKIKAPAL 56
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Gambar M.1.61. Konstruksi melintang cargo tank Oli Tanker yang diperkuat secara
memanjang dengan 1 sekat bujur bergelombang, dilengkapi double hull, dilihat dari
lambung kiri
(Courtesy of Ship Knowledge a modern encyclopedia by K Van Dokkum)
Gambar M.1.62. Konstruksi melintang cargo tank Oli Tanker yang diperkuat secara
memanjang dengan 1 sekat bujur bergelombang, dilengkapi double hull, dilihat dari
lambung kanan
(Courtesy of Ship Knowledge a modern encyclopedia by K Van Dokkum)
MODULAJARDFKIKAPAL 57
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
MODULAJARDFKIKAPAL 58
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
MODULAJARDFKIKAPAL 59
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
MODULAJARDFKIKAPAL 60
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
MODULAJARDFKIKAPAL 61
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
MODULAJARDFKIKAPAL 62
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
MODULAJARDFKIKAPAL 63
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
MODULAJARDFKIKAPAL 64
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
MODULAJARDFKIKAPAL 65
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
MODULAJARDFKIKAPAL 66
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
MODULAJARDFKIKAPAL 67
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
MULAI
SELESAI
MODULAJARDFKIKAPAL 68
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Untuk memudahkan dalam menghitung ukuran blok konstruksi kapal, bisa dipelajari
tahapan pekerjaan seperti digambarkan dalam diagram alir sebagai berikut :
MODULAJARDFKIKAPAL 69
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
MULAI
MENGHITUNG BEBAN PADA GELADAK CUACA DAN BEBAN PADA SISI KAPAL
DARI LUNAS SAMPAI RUMAH GELADAK, SESUAI DENGAN BAB 4 BKI VOLUME II
SELESAI
MODULAJARDFKIKAPAL 70
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
M x = 46 1 1
0.7 < x/L < 1 1.0 + c/3 [x/L - 0.7] 1+ 20/Cb [x/L - 0.7]2
x/L = 0.92 c = 0.15. L - 10 2.37
x = 84.65 Lmin = 100 m
diambil L = 100 m
F maka c = 0.15 L-10
c= 5
Shg cD = 1.36
MODULAJARDFKIKAPAL 71
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
= 22.80 20 * 5 1,05
(10 +8.120 - 5) 8 pDA =
= 22.81 kN/m2 22.81
pDM = po 20 * T CDM kN/m2
(10 +z - T)H
= 22.80 20 * 5 1,0
(10 + 8.123 -5) 8 pDM =
= 21.71 kN/m2 21.71
pDF = po 20 * T CDF kN/m2
(10 +z - T)H
= 22.80 20 * 5 1,36
(10 + 8.064 - 5) 8 pDF =
= 29.76 kN/m2 29.76
kN/m2
B2.1.1 Beban pada Sisi Kapal
* Untuk Daerah A
*Rencana lebar plat sisi
Direncanakan : Plat 1 lebar = 1500 mm
Plat 2 lebar = 1500 mm
Plat 3 lebar = 1500 mm
Plat 4 lebar = 800 mm
z1 = 3.28 m z3 = 5.67 m
z2 = 4.38 m z4 = 6.39 m
MODULAJARDFKIKAPAL 72
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
* Untuk Daerah M
*Rencana lebar plat sisi
Direncanakan : Plat 1 lebar = 1500 mm
Plat 2 lebar = 1500 mm
Plat 3 lebar = 1500 mm
Plat 4 lebar = 800 mm
z1 = 1.71 m z3 = 4.71 m
z2 = 3.21 m z4 = 5.88 m
* Untuk Daerah F
*Rencana lebar plat sisi
Direncanakan : Plat 1 lebar = 1500 mm
Plat 2 lebar = 1500 mm
Plat 3 lebar = 1500 mm
Plat 4 lebar = 800 mm
z1 = 2.8 m z3 = 5.72 m
z2 = 4.26 m z4 = 6.48 m
MODULAJARDFKIKAPAL 73
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
MODULAJARDFKIKAPAL 74
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
@ Navigation Deck
Tinggi Nav. Deck = 2.4 m
- Plat 1 = 1500 mm z1 = 16.8 m
- Plat 2 = 900 mm z2 = 17.7 m
MODULAJARDFKIKAPAL 75
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
B
2.2 Beban pada Struktur depan Kapal
Beban pada Struktur depan Kapal dibawah Sarat maksimum ialah :
pe = 0,8 [0.20 vo + 0,6 L]2
= 0,8 [0.20 . 15 + 0,6 92.15]2 pe =
= 61.39 kN/m2 61.39
kN/m2
B 3. Beban pada Dasar Kapal
Beban pada Alas Kapal dirumuskan sbb :
pB = 10 . T + po . cF
Sehingga
: pBA = 10 . T + po . cFA
= 10 . 5 + 22.80 . 1.36 pBA =
= 80.98 kN/m2 80.98
pBM = 10 . T + po . cFM kN/m2
= 10 . 5 + 22.80 . 1 pBM=
= 72.80 kN/m2 72.80
pBF = 10 . T + po .cFF kN/m2
= 10 . 5 + 22.80 . 2.37 pBF =
= 103.92 kN/m2 103.92
kN/m2
B
Beban pada Geladak Bangunan Atas dan Rumah Geladak
5.1
Untuk Bangunan Atas beban dirumuskan sbb:
pDA +pD . n (kN/m2)
Dimana : n = 1 - z - H nmin = 0,5
10 n = 1 (untuk forecastle deck)
pD = Beban Geladak Cuaca
Untuk Rumah Geladak hasilnya dikalikan dengan faktor sbb :
[0,7 b'/B' + 0,3] (b' = Lebar rumah geladak)
(B' = lebar setempat)
* Beban pada Poop Deck
- Lebar Poop Deck = 18.5 m
- Tinggi Poop Deck = 2.4 m
- Rencana lebar plat :
- Plat 1 = 1500 mm z= H + 2.5
- Plat 2 = 900 mm z= 10.5
Sehingga n = 1 - ( 12.9 - 8 )
10
n= 0.75
pD = pDA . n pD =
= 22.81 . 0.75 = 17.11 kN/m2 17.11
kN/m2
MODULAJARDFKIKAPAL 76
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
MODULAJARDFKIKAPAL 77
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
kN/m2
Beban pada Plat Alas Dalam (Inner Bottom Plate)
pi = 9,81 . G/V .h (1 + av)
Dimana : - h = H - hdb = 8 - 1.2 = 6.8 m
G = Berat Muatan di R.Muat
= 6238.24 ton
V = Volume Ruang Muat
= 7699.54 m3
G/V = 0.81
MODULAJARDFKIKAPAL 78
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
kN/m2
C1.1 Beban pada Geladak 2nd Deck Kamar Mesin
pL = pc (1 + av) h= 2.9
Dimana : pc = 7. h ; h = Tinggi second deck
pc = 20.30
pL = pc (1 + av) pL =
pL = 24.38 kN/m2 24.38
kN/m2
F.2.PERHITUNGANKONSTRUKSIDIRUANGMUAT
KonstruksiyangterdapatdiRuangMuatantaralain:
9 KostruksiAlas
PembujurAlas PembujurAlasDalam
CenterGirder SideGirder
WrangPlat WrangKedap
9 KostruksiLambung
PembujurSisi
Cantilever
9 KostruksiGeladak
PembujurGeladak
DeckCenterGirder
MODULAJARDFKIKAPAL 79
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
MODULAJARDFKIKAPAL 80
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
B7.3.2 Wrang Plat dipasang pada setiap gading- gading dibawah motor
induk, pada sekat melintang,dan pada Ruang Muat.
MODULAJARDFKIKAPAL 81
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
W= 83,3/pr x m x a x l2 x p W=
= 83,3/252,747 x 0,99 x 0,65 x 6,5^2 x 72,8 192.230
= 192.23 cm3 cm3
12 B2.1 * Tebal Plat Wrang Kedap air tidak boleh kurang dari :
Dipilih yang terbesar antara
- t1 = 1.1. a. p. k + tk atau
- t2 = 0.9.a. p2. k + tk
Dimana : # p = pl = 9.81. .[h1. Cos + (0.3b + y) Sin] + 100 pv
Sedangkan : = berat jenis fluida = 1 t/m3
= 20o (normal)
h1 = 1/3(H - hDB) = 1/3.6.8= 2.27 m
b = lebar tanki = lebar double bottom
= 18.31 m
y = h1 + 1/2. hDB = 2.26 +
2.87
0.6= m
pv = 0.2 bar (minimum)
maka : p = 9.81.1[ 1.9. Cos20o + (0.3. 13.5 +2.85). Sin 20o] +100. 0.2
= 9,81 . [ 1,78 + (2,36) ] + 20 kN/m2 pl =
= 68.7847 kN/m2 68.78467
# p2 = 9.81. h2 kN/m2
Dimana : h2 = Jarak pusat beban dari titik 2.5 m
diatas Tank top atau ke pipa limpah
Diambil pada plat 1( yang terbesar )
pusat beban = 1/3 hDB = 1/3. 1.1 = 0.4 m
maka : h2 = (hDB + 2.5) - 0.4 = 3.3 m
(H + 1) - 0.4 = 8.6 m
Jadi diambil h2 = 8.6 m
Sehingga : p2 = 9.81. 8,82 p2 =
= 84.37 kN/m 2 84.37
Maka : - t1 = 1.1 . 0.65. 68.7847 . 0.91 + tk kN/m2
= 7.15682 ~ 8 mm
MODULAJARDFKIKAPAL 82
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
= 6.62578 ~ 7 mm
t=
Sehingga diambil tebal Plat Wrang Kedap = 8 mm 8
mm
B3.1 * Modulus Penegar Wrang Kedap
Modulus Penegar dipilih yang terbesar antara :
W1 = 0.55. a. l2.p. k atau Dimana : l = hDB = 1.2 m
2
W2 = 0.44. a. l .p2. k
maka : W1=0.55. 0.65(1,2)2. 68,78.0.91= 32.22 cm3 W=
32.22
W2=0.44. 0.65(1,2)2.84.37.0.91= 31.62 cm3 cm3
W=
Untuk Simply Supported ditambah 50% 48.34
W = 32.22 + ( 50/100 x 32.22 ) = 48.34 cm3 cm3
Berdasarkan Tabel pada BKI '06 maka dipakai profil : Ukrn Profil
L dengan ukuran 75 x 55 x 9 75 x 55 x9
MODULAJARDFKIKAPAL 83
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
KONSTRUKSILAMBUNG
W= 83,3/pr x m x a x l2 x p
= 83,3/252,747 x 0,99 x 0,65 x 6,5^2 x 72,8 W=
= 228.67 cm3 228.67
cm3
Ukuran Profil : Profil L 150 x 90 x 12
Ukuran Bracket : 260 x 7.5
PERHITUNGAN CANTILEVER
B
NV .602
13 ZNN = K. Pn.ln
f
Dimana : K = 0.09
ln direncanakan = 1.2 m
Sn = lebar palka = 15.528 m
gn direncanakan = 0.286 m
un = jarak cantilever = 6.5 m
hDN = 1.19
Maka : ZNN = 0.09. 350 ( 4.8 + 3.2 + 0.9 ). 3. 1.19. 3.2 ZNN =
0.91 7569.136
= 7569.136 cm3 cm3
Perhitungan Profil T
* l/e = 0.13
dari interpolasi, diperoleh : em1/e = 0.445
em1 = 4.005 cm
* tebal plat ikut = 9 mm
*F= em1 . t = 360.45 cm2
* Perencanaan plat web :
h= 50 cm t= 14 mm
l= 40 cm
* fs = 25 x 0.7= 70 cm2
*f = 15 x 0.7= 56 cm2
MODULAJARDFKIKAPAL 84
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
MODULAJARDFKIKAPAL 85
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
W= 83,3/pr x m x a x l2 x p
= 83,3/252,747 x 0,99 x 0,65 x 6,5^2 x 72,8 W=
= 196.42 cm3 196.4195
cm3
Ukuran Profil : Profil L 150 x 100 x 10
Ukuran Bracket : 245 x 7
MODULAJARDFKIKAPAL 86
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
W= c . e .l2 . P . K W=
= 0.75 . 0.26 . (2.6)2 . 72.80 . 0.91 3296.6
= 3296.6 cm3 cm3
Perhitungan Profil T
* l/e = 3.56
dari interpolasi, diperoleh : em1/e = 0.8704
em1 = 2.263 cm
* tebal plat ikut = 9 mm
*F= em1 . t = 203.674 cm2
* Perencanaan plat web :
h= 33 cm t= 9 mm
l= 25 cm
* fs = 33 x 0.9= 29.7 cm2 * fs/F = 29.7/203 0.15
*f = 25 x 0.9= 22.5 cm2 * f/F = 22.5/203 0.11
* Sehingga, harga W :
W= w.F.h
= 0.745 . 203.674 . 55
= 3259.8 cm3
Gambar M.1.82. Sebagian konstruksi geladak diruang muat pada nomor gading 62
MODULAJARDFKIKAPAL 87
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
F.3.PERHITUNGANKONSTRUKSIDIKAMARMESIN
KonstruksiyangterdapatdiRuangMuatantaralain:
9 KostruksiAlas
TopPlate DokIntercostal
CenterGirder WrangPlat
9 KostruksiLambung
GadingUtamafirstDeck GadingUtamaSecondDeck
GadingBesarfirstDeck GadingBesarSecondDeck
BalokGeladak
9 KostruksiBangunanAtas
GadingUtamaBangunanAtas
BalokGeladakBangunanAtas
MODULAJARDFKIKAPAL 88
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
KONSTRUKSIALAS
Tabel M.1.10. Perhitungan konstruksi alas
Bab Ayat Rumus, ketentuan Hasil
8 C1.1 * Pada Kapal ini di Kamar Mesin dipakai Konstruksi Single Bottom
Modulus Wrang Plat :
W = c. T. a. l2
Dimana :c = 7.5 (untuk kamar mesin)
l = 0.7 B (minimal) = 0,7.18,5 = 12.95
Maka : W = 7.5. 5. 0.6. ( 12,95)2 W=
= 4545.6 cm3 4545.6
* Tinggi Wrang Plat cm3
h = 55. B - 45 h=
= 55. 18,5-4.5= 1200 mm 1200
mm
C
1.2 * Tebal Web Wrang Plat
t = h/100 + 4 dimana : h = tinggi wrang plat = 1200 mm
t=
maka t = 1200/100 + 4 = 16 ~ 16 mm 16
mm
C
1.3 * Tebal Plat Bilah (longitudinal foundation girder)
t = P/750 + 14 dimana : P = 1820 kw
= 1820 / 750 + 14 t=
= 16.4267 ~ 17 mm 17
mm
C
1.4 * Luas Area Dok Intercostal
Aw = 10 + 0.2 L Aw =
2
= 10 + 0.2.92.15 = 28.43 cm 28.43
cm2
C
1.2 * Tebal Web Wrang Plat
t = h/100 + 4 dimana : h = tinggi wrang plat = 1200 mm
MODULAJARDFKIKAPAL 89
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
t=
maka t = 1200/100 + 4 = 16 ~ 16 mm 16
mm
C
1.3 * Tebal Plat Bilah (longitudinal foundation girder)
t = P/750 + 14 dimana : P = 1820 kw
= 1820 / 750 + 14 t=
= 16.4267 ~ 17 mm 17
mm
C
1.4 * Luas Area Dok Intercostal
Aw = 10 + 0.2 L Aw =
= 10 + 0.2.92.15 = 28.43 cm2 28.43
cm2
KONSTRUKSILAMBUNG
Tabel M.1.11. Perhitungan konstruksi lambung
Bab Ayat Rumus, ketentuan Hasil
A.
9 * Gading Utama di 1st Deck Ruang Mesin
2.1
Wr = n . c . a . l2 . ps . cr . k
Dimana :
n= 0.58 ps = 68.50
c= 0.6 cr = 0.75
a= 0.65 k= 0.91
l= 5.5
Maka Wr = 0.64. 0.65. 0.6. ( 3.15 )2. 44.75. 0.75. 0.91 Wr =
= 318.4871 cm3 318.487
cm3
Ukuran Profil : Profil L 180 x 90 x 14
Ukuran Bracket : 290 x 8
MODULAJARDFKIKAPAL 90
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
0.55 ps = 54.39
cr = 0.75
a= 0.65 k= 0.91
l= 2.9
Maka Wr = 0.64. 0.65. 0.6. ( 3.15 )2. 44.75. 0.75. 0.91 Wr =
= 111.6105 cm3 111.611
cm3
Ukuran Profil : Profil L 130 x 65 x 10
Ukuran Bracket : 200 x 6.5
Perhitungan Profil T
* l/e = 2.12
dari interpolasi, diperoleh : em1/e = 0.661
em1 = 1.719 cm
* tebal plat ikut = 10 mm
*F= em1 . t = 171.86 cm2
* Perencanaan plat web :
h= 25 cm t= 8 mm
l= 15 cm
* fs = 25 x 0.8= 40 cm2
*f = 15 x 0.8= 30 cm2
* fs/F = 17.5/104 0.23
* f/F = 10.5/104 0.17
MODULAJARDFKIKAPAL 91
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
e= 4.a
2.6 k= 0.91
l= 3
Maka Wr = 0.64. 0.65. 0.6. ( 3.15 )2. 44.75. 0.75. 0.91
= 2125.404 cm3
Perhitungan Profil T
* l/e = 2.12
dari interpolasi, diperoleh : em1/e = 0.661
em1 = 1.719 cm
* tebal plat ikut = 10 mm
*F= em1 . t = 171.86 cm2
* Perencanaan plat web :
h= 25 cm t= 7 mm
l= 15 cm
* fs = 25 x 0.7= 40 cm2
*f = 15 x 0.7= 30 cm2
* fs/F = 17.5/104 0.23
* f/F = 10.5/104 0.17
10 B1 * Balok Geladak
Modulus balok geladak : W = c. a. p. l2. k
Dimana : c= 0,75 b= lebar setempat
a= 0,6 m k= 0,91
MODULAJARDFKIKAPAL 92
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Gambar M.1.85. Penampang melintang tepat dimesin induk
F.4.KONSTRUKSIBANGUNANATAS
MODULAJARDFKIKAPAL 93
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
A
3.2.1 * Gading Utama untuk Bangunan Atas
W = 0.55. a. l2. ps. cr. k
Untuk Main Deck
l = 2.4 m : ps1 = 46.16kN/m2
W = 0.55. 0.6.(2.4)2. 46.16. 0.75. 0.91 W =
= 73.56 cm 3 73.56
Diperoleh Ukuran Profil : L 100 x 50 x 10 cm3
Ukuran Bracket : 170 x 6.5
MODULAJARDFKIKAPAL 94
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Gambar M.1.86. Penampang bangunan atas pada nomor gading 15 dan 16
MODULAJARDFKIKAPAL 95
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
F.5.SEKATKEDAPAIR
Tinggi Sekat
- Sekat R. Muat I = ( H - hDB) + 1/50 B' B' = 9.6 m
= 8 + ( 1/50 .9.6 ) = 7.4 m
- Sekat R. Muat II = ( H - hDB) + 1/50 B' B' =9.6 m
= 7.4 m
- Sekat R. Mesin = ( H - hDB) + 1/50 B' B' =9.6 m
= 7.4 m
- Sekat buritan = ( H - hDB) + 1/50 B' B' = 9.6 m
'= 7.15 + ( 1/50 .
13.2 ) = 7.4 m
- Sekat Tubrukan = ( H - hDB) + 1/50 B' B' = 6.2 m
'= 7.15 + ( 1/50 .
6.2 ) = 7.27 m
MODULAJARDFKIKAPAL 96
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
= 5.55 m
h3 = H + 1 - (hDB + 1.8 + 1.6 + 1/2. 1.5)
= 4.1 m
h4 = H + 1 - (hDB + 1.8 + 1.6 + 1.5 + 1/2. 1.5)
= 2.6 m
h5 = H + 1 - (hDB + 1.8 + 1.6 + 1.5 + 1.5 + 1/2. 1)
= 1.35 m
Sehingga : p1 = 9.81.h1
= 9.81. 7.25 = 71.12 kN/m2
p2 = 9.81.h2
= 9.81. 5.55 = 54.45 kN/m2
p3 = 9.81.h3
= 9.81. 4.1 = 40.22 kN/m2
p4 = 9.81.h4
= 9.81. 2.6 = 25.51 kN/m2
p5 = 9.81.h5 `
= 9.81. 1.35 = 13.24 kN/m2
b Sekat Tubrukan
- Plat 1 lebar = 1600 mm
- Plat 2 lebar = 1500 mm
- Plat 3 lebar = 1500 mm
- Plat 4 lebar = 1500 mm
- Plat 5 lebar = 1000 mm
Maka : h1 =( H + 1) - ( 1.2 + 1/2. 1.6 )
= 7.15 m
h2 = ( H + 1 ) - ( 1.2 + 1.6 + 1/2. 1.5 )
= 5.6 m
h3 = ( H + 1 ) - ( 1.2 + 1.6 + 1.5 + 1/2. 1.5 )
= 4.1 m
h4 = ( H + 1 ) - ( 1.2 + 1.6 + 1.5 + 1.5 + 1/2. 1.5 )
= 2.6 m
MODULAJARDFKIKAPAL 97
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
b.Sekat Tubrukan
t1 = Cp. a. p1 + tk t1 = 6 mm
= 1.04. 0.6 70.14 + tk
= 5.23 + 1.5 = 5.38 ~ 6 mm t2 = 7 mm
t2 = Cp. a. p2 + tk
= 1.04. 0.6 54.94 + tk t3 = 8 mm
= 5.63 + 1.5 = 6.13 ~ 7 mm
t3 = Cp. a. p3 + tk
= 1.04. 0.6 40.22 + tk
= 6.96 + 1.5 = 7.46 ~ 6 mm
B
3.1 * Modulus Penegar Sekat
Modulus Penegar Sekat tidak boleh kurang dari :
W = cs.a. l2. p
Untuk Sekat
Dimana : cs = 0.45.f Tubrukan
= 0.45. 0.89 = 0.4
cs = 0.36.f Untuk Sekat non Tubrukan
= 0.6. 0.89 = 0.32
p = p1 (yang terbesar)
l = 3.6 m
MODULAJARDFKIKAPAL 98
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Gambar M.1.87. Sekat kedap air pada nomor gading 62 dan pada sekat tubrukan
F.6.PERHITUNGANTEBALPLAT
9 TebalPelatLunas(KeelPlate)
9 TebalPelatDasar(BottomPlate)
9 TebalPelatBilga(BilgePlate)
9 TebalPelatSisi(SidePlate)
9 TebalPelatSheerstrake(SheerstrakePlat)
9 TebalPelatBulwark
9 TebalPelatGeladak
9 TebalPelatAlasDalam
9 TebalPelatPoopDeck
9 TebalPelatForecastle
MODULAJARDFKIKAPAL 99
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Gambar M.1.88. Susunan dan ukuran pelat sisi
Keterangan gambar :
A. Keel plate.
B. Bottom plate.
C. Bilge plate.
D. Shell plate.
E. Sheer strake.
F. Bulwark plate.
MODULAJARDFKIKAPAL 100
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
1.21 . a . PB . k +
tB2 =
tk
= 1.21 . 0.65 . 72.80 . 0.91 + 1.5
= 9.14839 ~ 10 mm
B
* Tebal dan Lebar Plat Lunas (Keel)
5.1
Untuk Daerah 0.7 L amidship tKM =
tfkm = t + 2(mm) t = tebal plat alas = tBM = 10 mm 10
Maka tfkm = 10 + 2 = 12 mm mm
MODULAJARDFKIKAPAL 101
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
tKA =
Untuk Daerah 0.15 L dari AP dan FP 11
Tebal Keel boleh dikurangi 10 % mm
tfk = tfk - ( t x 10%) = tKF =
tfk = 12 - ( 12 x 10%) = 10.8 ~ 11 mm 11
Lebar Plat Lunas diambil b = 1500 mm mm
C
* Tebal Plat Sisi
1.2
Daerah M
Tebal plat dasar tidak boleh kurang dari nilai yang terbesar antara :
tB1 = 18.3 . nf . a . PB/pl + tk , atau
tB2 = 1.21 . a . PB . k + tk
dimana
:
[untuk konstruksi
nf = 0.83 PS1M = 63.49
memanjang]
k= 0.91 [faktor material]
tk = 1.5 [laju korosi]
pl = perm - 3 . tL2 - 0.89 . LS LS = 100.214
252.74 - 3 . 0 - 0.89 . 131.86 tL = 60.44
140.851
sehingga :
tS1 = 18.3 . nf . a . PS1M/pl + tk
= 18.3 . 0.83 . 0.65 . 63.49/140.851 + 1.5
= 8.12856 ~ 9 mm
MODULAJARDFKIKAPAL 102
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Daerah A
tS1A = 18.3 . nf . a . PS1A/pl + tk PS1A = 68.50
= 18.3 . 0.83 . 0.65 . 68.50/140.851 + 1.5
= 8.38488 ~ 9 mm ts2M =
maka, dipilih plat sisi dengan tebal = 10 mm 10
mm
tS2A = 18.3 . nf . a . PS2A/pl + tk PS2M = 64.31
= 18.3 . 0.83 . 0.65 . 64.31/140.851 + 1.5
= 8.17122 ~ 8 mm ts2M =
maka, dipilih plat sisi dengan tebal = 9 mm 9
mm
tS3A = 18.3 . nf . a . PS3A/pl + tk PS2M = 59.40
= 18.3 . 0.83 . 0.65 . 59.40/140.851 + 1.5
= 7.9116 ~ 8 mm ts3M =
maka, dipilih plat sisi dengan tebal = 9 mm 9
mm
tS4A = 18.3 . nf . a . PS4A/pl + tk PS2M = 54.39
= 18.3 . 0.83 . 0.65 . 54.39/140.851 + 1.5
= 7.6352 ~ 8 mm ts4M =
maka, dipilih plat sisi dengan tebal = 9 mm 9
mm
Daerah F
tS1F = 18.3 . nf . a . PS1F/pl + tk PS1A = 106.12
= 18.3 . 0.83 . 0.65 . 106.12/140.851 + 1.5
= 10.0695 ~ 11 mm ts2M =
maka, dipilih plat sisi dengan tebal = 12 mm 12
mm
tS2F = 18.3 . nf . a . PS2F/pl + tk PS2M = 107.26
= 18.3 . 0.83 . 0.65 . 107.26/140.851 + 1.5
= 10.1156 ~ 11 mm ts2M =
maka, dipilih plat sisi dengan tebal = 12 mm 12
mm
tS3F = 18.3 . nf . a . PS3F/pl + tk PS2M = 108.41
= 18.3 . 0.83 . 0.65 . 108.41/140.851 + 1.5
= 10.1614 ~ 11 mm ts3M =
maka, dipilih plat sisi dengan tebal = 12 mm 12
mm
tS4F = 18.3 . nf . a . PS4F/pl + tk PS2M = 93.94
= 18.3 . 0.83 . 0.65 . 93.94/140.851 + 1.5
= 9.56278 ~ 10 mm ts4M =
maka, dipilih plat sisi dengan tebal = 11 mm 11
mm
MODULAJARDFKIKAPAL 103
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
MODULAJARDFKIKAPAL 104
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Superstructures
Untuk non effective Superstructures tebal plat sisinya diambil
yang terbesar antara :
ta = 1.26. a ps. k + tk atau
tb = 0.8 . t2 dimana t2 = t min =
Lk Dimana t2 = tmin = L . K = 8.92
dengan L = Lmax = 12. H
= 12. 8 = 96.0
tb = 0.8 . t2 dimana t2 = t min = L k
= 0.8 . 8.92 = 7.13 ~ 8 mm
MODULAJARDFKIKAPAL 105
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
# Untuk Poop
Deck
t1 = 1.26 .0.65 17.11 . 0.91 + 1.5 pDA = 17.11 kN/m2
= 4.73 ~ 5 mm
t2 = 7 mm tD =
Maka diambil tD = 7 mm 7
mm
# Untuk Boat
Deck
t1 = 1.26 .0.65 9.28 . 0.91 + 1.5 pDA = 9.28 kN/m2
= 3.88 ~ 6 mm
t2 = 6 mm tD =
Maka diambil tD = 7 mm 7
mm
# Untuk Bridge, Navigation, dan Top Deck
Akibat beban pada geladak Bridge, Navigation dan Top Deck
( Pda ) lebih kecil dari Poop dan Boat Deck maka dengan
sendirinya tebal plat geladaknya ( t1) juga makin mengecil
( t1 < t2 ) sehingga plat geladak yang diambil t2 = 7mm.
MODULAJARDFKIKAPAL 106
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
MODULAJARDFKIKAPAL 107
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
MODULAJARDFKIKAPAL 108
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
1.3. Rangkuman
A. Beban yang diterima kapal pada arah memanjang, hal. 1
A.1. Gaya lintang, hal. 2
A.2. Momen lengkung, hal. 3
A.3. Beban torsi, hal. 13
A.4. Beban lokal, hal. 14
A.5. Penegar, hal. 17
B. Teori balok, hal. 20
C. Perhitungan modulus penampang geladak dan alas, hal. 31
D. Penerapan teori balok pada kapal, hal. 33
E. Sketsa penampang melintang ruang muat, ceruk dan kamar mesin pada kapal
niaga, hal. 35
E.1. General Cargo Ship, hal. 35
E.2. Bulk Cargo Ship/Bulk Carrier, hal. 38
E.3. Oil Tanker, hal. 51
E.4. Ceruk haluan, hal. 58
E.5. Ceruk buritan, hal. 64
E.6. Bangunan atas, hal. 67
F. Menentukan ukuran konstruksi, hal. 68
F.1. Perencanaan beban, hal 71
F.2. Perhitungan konstruksi ruang muat, hal. 79
F.3. Perhitungan konstruksi kamar mesin, hal. 88
F.4. Perhitungan konstruksi bangunan atas, hal. 93
F.5. Perhitungan konstruksi sekat kedap air, hal. 96
F.6. Perhitungan tebal pelat kulit, hal. 99
MODULAJARDFKIKAPAL 109
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
1.4. Referensi
MODULAJARDFKIKAPAL 110
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
MODULAJARDFKIKAPAL 111
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
1.7. Jawaban
Untuk menghitung ukuran konstruksi penampang melintang, aliran prosedurnya
sebagai berikut :
DIAGRAM ALIR PENENTUAN UKURAN KONSTRUKSI
PENAMPANG MELINTANG KAPAL
MULAI
MEMBUAT SKETSA
PENAMPANG MELINTANG
MENENTUKAN BEBAN
DIKAPAL
MENENTUKAN UKURAN
KONSTRUKSI ALAS
MENENTUKAN UKURAN
KONSTRUKSI LAMBUNG
MENENTUKAN UKURAN
KONSTRUKSI GELADAK
MERENCANAKAN UKURAN
DAN SUSUNAN PELAT KULIT
MENGHITUNG TEBAL
PELAT KULIT
SELESAI
MODULAJARDFKIKAPAL 112
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
MODULAJARDFKIKAPAL 113
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
f = 1 (untuk kons.luar)
Maka po = 2.1* ( 0.7 + 0.7 )* 7.75* 1 *1*1 Po =
= 22.80 kN/m2 22.80
kN/m2
M x = 46 1 1
0.7 < x/L < 1 1.0 + c/3 [x/L - 0.7] 1+ 20/Cb [x/L - 0.7]2
x/L = 0.92 c = 0.15. L - 10 2.37
x = 84.65 Lmin = 100 m
diambil L = 100 m
F maka c = 0.15 L-10
c= 5
Shg cD = 1.36
= 22.80 20 * 5 1,05
MODULAJARDFKIKAPAL 114
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
z1 = 3.28 m z3 = 5.67 m
z2 = 4.38 m z4 = 6.39 m
MODULAJARDFKIKAPAL 115
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
* Untuk Daerah F
*Rencana lebar plat sisi
Direncanakan : Plat 1 lebar = 1500 mm
Plat 2 lebar = 1500 mm
Plat 3 lebar = 1500 mm
Plat 4 lebar = 800 mm
z1 = 2.8 m z3 = 5.72 m
z2 = 4.26 m z4 = 6.48 m
Sehingga
: pBA = 10 . T + po . cFA
MODULAJARDFKIKAPAL 116
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
MODULAJARDFKIKAPAL 117
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
B7.3.2 Wrang Plat dipasang pada setiap gading- gading dibawah motor
induk, pada sekat melintang,dan pada Ruang Muat.
MODULAJARDFKIKAPAL 118
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
mm
B6.2.2 * Penampang Bilah Wrang Plat tidak boleh kurang dari :
Aw = . T. l. e (1 - 2y/l) k (cm2)
W= 83,3/pr x m x a x l2 x p W=
= 83,3/252,747 x 0,99 x 0,65 x 6,5^2 x 72,8 192.230
= 192.23 cm3 cm3
MODULAJARDFKIKAPAL 119
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
W= 83,3/pr x m x a x l2 x p
= 83,3/252,747 x 0,99 x 0,65 x 6,5^2 x 72,8 W=
3
= 228.67 cm 228.67
cm3
Ukuran Profil : Profil L 150 x 90 x 12
Ukuran Bracket : 260 x 7.5
MODULAJARDFKIKAPAL 120
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
p= 21.71
W= 83,3/pr x m x a x l2 x p
= 83,3/252,747 x 0,99 x 0,65 x 6,5^2 x 72,8 W=
= 196.42 cm3 196.4195
cm3
Ukuran Profil : Profil L 150 x 100 x 10
Ukuran Bracket : 245 x 7
Gambar M.1.93. Konstruksi penampang melintang diruang muat pada nomor gading
yang tidak dipasang cantilever
MODULAJARDFKIKAPAL 121
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Gambar M.1.94. Susunan dan ukuran pelat sisi
Keterangan gambar :
A. Keel plate.
B. Bottom plate.
C. Bilge plate.
D. Shell plate.
E. Sheer strake.
F. Bulwark plate.
MODULAJARDFKIKAPAL 122
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
1.21 . a . PB . k +
tB2 =
tk
= 1.21 . 0.65 . 72.80 . 0.91 + 1.5
= 9.14839 ~ 10 mm
C
* Tebal Plat Sisi
1.2
Daerah M
Tebal plat dasar tidak boleh kurang dari nilai yang terbesar antara :
tB1 = 18.3 . nf . a . PB/pl + tk , atau
tB2 = 1.21 . a . PB . k + tk
dimana
:
[untuk konstruksi
nf = 0.83 PS1M = 63.49
memanjang]
k= 0.91 [faktor material]
tk = 1.5 [laju korosi]
MODULAJARDFKIKAPAL 123
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
Daerah A
tS1A = 18.3 . nf . a . PS1A/pl + tk PS1A = 68.50
= 18.3 . 0.83 . 0.65 . 68.50/140.851 + 1.5
= 8.38488 ~ 9 mm ts2M =
maka, dipilih plat sisi dengan tebal = 10 mm 10
mm
tS2A = 18.3 . nf . a . PS2A/pl + tk PS2M = 64.31
= 18.3 . 0.83 . 0.65 . 64.31/140.851 + 1.5
= 8.17122 ~ 8 mm ts2M =
maka, dipilih plat sisi dengan tebal = 9 mm 9
mm
tS3A = 18.3 . nf . a . PS3A/pl + tk PS2M = 59.40
= 18.3 . 0.83 . 0.65 . 59.40/140.851 + 1.5
= 7.9116 ~ 8 mm ts3M =
maka, dipilih plat sisi dengan tebal = 9 mm 9
mm
MODULAJARDFKIKAPAL 124
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
MODULAJARDFKIKAPAL 125
MODUL1.DISAINBLOKKAPAL
MODULAJARDFKIKAPAL 126