Anda di halaman 1dari 19

Oleh : dr Budiman, SpPK(K)

LE KO S IT
Lekosit terbagi menjadi dua kelompok : fagosit ( granulosit , monosit ) dan limfosit.
Granulosit dibuat di dalam sumsum tulang, sedangkan limfosit dibuat di limpa dan jaringan
limfoid lainnya, tetapi sebagian kecil dibentuk di sumsum tulang.
Di dalam darah tepi dikenal 5 jenis lekosit yaitu:
1. Basofil
2. Eosinofil
3. Netrofil
4. Monosit
5. Limfosit
1. B A S O F I L
Di dalam tubuh terdapat dua macam basofil yaitu:
1.1.Basofil darah biasanya hanya ditulis basofil
Di dalam darah basofil - 1 % dari jumlah lekosit seluruhnya, dan jika hanya
dihitung 100 lekosit kemungkinan besar belum akan terlihat satu basofilpun. Pada
peristiwa alergi granula basofil luluh dalam sel dan bahan-bahan pencetus alergi yang
terkadung di dalamnya keluar menembus membran dan beredar dalam aliran darah.
Jumlah basofil meningkat (basofilia) antara lain terdapat pada :
Lekemia mielositik kronik
Polisitemia vera
Mielofibrosis
1.2.Basofil jaringan ( Mastosit = Mast cells )
Mastosit berperan lebih besar dalam pencetusan alergi, karena pada sitoplasmanya
mengandung banyak granula yang kaya dengan pelbagai bahan yang dapat
mencetuskan reaksi alergi dari yang ringan sampai yang berat.Bahan yang terkadung
dalam granula basofil maupun mastosit antara lain:
1. Histamin (terutama), heparin, prostaglandin
2. SRS-A (slow reacting substance of anaphylactic)
3. NFC (Netrophyl chemotactic factor)
4. PAF (Platelet actifating factor)
5. ECF-A (Eosinophyl chemotactic factor of anaphylactic)

1
Membran mastosit sangat banyak mengandung reseptor IgE, dan membran tadi
terselubungi oleh lapisan IgE yang siap berikatandengan suatu alergen tertentu yang
cocok.Jika terjadi ikatan antara alergen dengan IgE, mastosit mengadakan reaksi
dengan mengeluarkan granulanya. Di luar selmastosit granula yang kaya akan
bahan-bahan tersebut pecah dan akan timbul reaksi alergi seperti asma bronkeale,
urtikaria, rinitis alergika, atau jika menyeluruh dapat terjadi syok anafilaksis.
Seperti juga basofil, kehadiran mastosit bukan sengaja untuk menyiksa individu
dengan reaksi alerginya, tetapi juga berperan dalam metabolisme lemak dan
pembentukan serat kolagen.

1. E O S I N O F I L
Di dalam sirkulasi darah jumlah eosinofil berkisar 1 3% dari seluruh lekosit.
Jumlahnyameningkat pada keadaan alergi, penyakit Hodgkin, cacingan, lekemia
mielositik kronik (CML).
Eosinofil memegang peranan besar dalam meringankan reaksi alergi dengan
cara menetralkan bahan - bahan aktip yang dikeluarkan oleh mastosit. Eosinofil
juga mampu memfagosit granula mastosit yang keluar dari sel. Kedatangan eosinofil
ketempat alergi karena pengaruh ECF-A yang dikeluarkan oleh mastosit.
Netralisasi tersebut terjadi karena eosinofil melepaskan granulanya ( degranulasi) yang
kaya dengan bahan-bahan aktip, seperti antihistamin, peroksidase, aminopeptidase,
plasminogen, antibradikinin.
Karena reksi alergi umumnya terjadi di dalam jaringan, maka ditempat tersebut terjadi
peningkatan eosinofil, demikian pula dalam cairan yang terbentuk karena adanya reaksi
alergi tersebut (ingus atau dahak pada rinitis alergika atau asma bronkeale). Oleh karena
eosinofil berfungsi di dalam jaringan maka keberadaannya di dalam aliran darah boleh
dikatakan hanya numpang lewat saja.
Mobilisasi eosinofil dari sumsum tulang ke tempat reaksi alergi dapat dilihat adanya
peningkatan jumlah eosinofil di darah tepi, dan bila reaksi alergi sudah hilang maka
jumlah eosinofilnya akan menjadi normal kembali.
Peningkatan eosinofil ( Eosinofilia ) antara lain terdapat pada:
Infeksi parasit : Ankilostomiasis, Askariasis

2
Penyakit alergi : Rinitis alergika, Asma, Urtikaria
Keganasan : Limfoma, CML.
3. N E T R O F I L
Netrofil merupakan jenis lekosit yang terbanyak di dalam darah dan sumsum
tulang.Sebagai suatu sel yang fungsi utamanya untuk fagositosis, netrofil terutama
berfungsi di dalam jaringan, dan di dalam aliran darah dianggap sebagai dalam perjalanan
saja. Deret netrofil terdiri atas mieloblas, promielosit, mielosit, metamielosit, batang dan
segmen. Kemampuan berproliferasi hanya tedapat sampai mielosit sedangkan maturasi
sudah sempurna pada tahap batang dan segmen.
Pada keadaan normal di sirkulasi darah hanya ditemukan batang dan segmen, sedangkan
yang lebih muda terdapat dalam sumsum tulang.Dalam beberapa keadaan di sirkulasi
darah dapat ditemukan tahap yang lebih muda, disebut shift to the left .
Pada orang dewasa jumlah absolut netrofil dalam darah berkisar antara 2.500 7.000 / uL
dan dalam hitung jenis berkisar 50 -70 %.
Beberapa keadaan dapat meningkatkan jumlah netrofil ( netrofilia ) atau menurunkan
jumlah netrofil ( netropenia ). Netropenia potensial berbahaya karena memudahkan
infeksi, sehingga pada netropenia yang berat memerlukan antibiotika dan isolasi
penderita.
Tabel 2. Beberapa penyebab netrofilia dan netropenia

Netrofilia terdapat pada Netropenia terdapat pada

Infeksi bakteri Anemia aplastik


Proses radang Post Radiasi
CML Hipersplenisme
Perdarahan mendadak Lupus eritrematosus
Post splenektomi Artritis rematoid
Terapi kortikosteroid Terapi sitostatika
Kehamilan Penyakit virus

3
Pada beberapa keadaan bentuk netrofil dapat mengalami perubahan ukuran, bentuk dan
warna granulanya.
Netrofil berukuran besar seperti giant metamielosit , giant stab atau bersegman
banyak ( > 5 lobi = hipersegmentasi ) terdapat pada anemia megaloblastik dan prelekmia
( Myelodysplastic syndrome = MDS )
Di dalam sitoplasma netrofil jumlah granula dapat meningkat ( hipergranulasi ) seperti
yang terdapat pada penyakit infeksi bakteri, tetapi jumlahnya juga dapat turun
(hipogranulasi) seperti yang terlihat pada MDS.

Tabel 3. Harga normal hitung jenis dan jumlah absolut lekosit

Hitung jenis Jumlah absolut

Rata - rata Rata-rata


Jumlah absolut / L
Jenis sel Range (%) (%) jumlah absolut / L
Eo 1-5 3 50 - 500 200
Ba 0-1 0,5 0 - 100 40
St 0-5 3 0 - 500 250
Seg 50 - 70 60 2.500 7.000 4.500
Ly 20 -40 30 1.000 4.000 3.000
Mo 1-6 4 50 - 600 300

4. MONOSIT
Deret monosit terdiri dari monoblas promonosit monosit makrofag.
Monoblas dan promonosit terdapat di dalam sumsum tulang, monosit di dalam sirkulasi
darah dan makrofag di dalam jaringan seluruh tubuh.
Pada setiap jaringan tubuh makrofag mempunyai nama yang berbeda, seperti berikut:
Hati Kupffer cell
Limpa Reticulum scell
Tulang Osteoclast
Jaringanikat Histiocyte
Paru - paru Alveolar macrophage
Sumsum tulang Macrophage
Otak Microglia

4
Dalam hematologi biasanya digunakan nama makrofag untuk keseluruhannya, kecuali
pada beberapapenyakit seperti malignant histiocytosis, reticulum cell leukemia.
Fungsi makrofag:
1. Sebagai fagosit
2. Sebagai sel penyantun dalam perkembangan eritrosit membentuk erythroblastic
island , dan dalam perkembangan sel plasma membentuk plasmacytic island .
3. Berperan dalam proses imunologi
Monositosis antara lain terdapat pada:
Malaria
Lekemia monositik akut
Subacute bacterial endocarditis
Tuberkulosa aktip
Myelodysplastic Syndrome

4. L I M F O S I T
Limfosit dibagi menjadi limfosit T dan limfosit B, yang sangat berbeda fungsinya dalam
proses imunologi, tetapi berkaitan erat.
Sebagian besar limfosit di darah tepi adalah limfosit T yang berciri:
Terdiri atas limfosit kecil
Berumur panjang ( bulan sampai tahun )
Mengalami resirkulasi berulang
Dengan rangsangan antigen akan mengalami transformasi imunoblastik menjadi
limfosit atipik.
Limfosit B merupakan kira - kira 15 20% dari jumlah limfosit dalam darah dan
terutama termasuk limfosit yang berumur pendek. Bila limfosit B mendapat rangsangan
antigen, dia akan berubah menjadi sel Plasma guna membuat antibodi.
Limfositosis antara lain terdapat pada :
Anak-anak, dalam keadaan normal jumlah limfosit lebih tinggi dibanding orang
dewasa.
Infeksi virus ( Hepatitis, Morbilli, Influenza )

5
Setelah vaksinasi
Pada infeksi virus, dapat terjadi perubahan morfologi limfosit menjadi limfosit atipik
(limfosit plasma biru).
Limfopenia jarang ditemukan dalam praktek sehari-hari, kecuali pada penderita yang
mendapat pengobatan dengan kortikosteroid.
Di luar hal tersebut, limfopenia dapat timbul pada beberapa penyakit / keadaan yang
disebut immunodeficiency states baik bawaan seperti DiGeorge Syndrome dan Wiscott
Aldrich Syndrome, maupun didapat seperti Acquired Immunodeficiency Syndrome
( AIDS ).

LEKEMIA
Lekemia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi maligna sel induk
hematopoitik (SIH) atau sel induk limfoid. Peristiwa ini terjadi karena adanya mutasi gen
sebuah SIH yang kemudian berkembang biak membentuk sekelompok sel-sel lekemia.
Beberapa perubahan genetik yang berperan dalam memicu timbulnya perubahan
malignansi antara lain hilangnya fungsi gen penekan kanker. Perubahan genetik ini seringkali
akibat perubahan besar pada kromosom dalam sebuah sel yang dapat dilihat secara
mikroskopik pada saat sel-sel bermitosis.
Lekemia dapat dibagi menjadi :
1. Lekemia akut, yang bila tidak diobati pasien akan mati dalam beberapa
minggu sampai bulan.
2. Lekemia kronik, yang bila tidak diobati pasien akan mati dalam beberapa
bulan sampai tahun.
Lekemia akut ditandai oleh adanya proliferasi luar biasa dan gangguan maturasi SIH atau sel
induk limfoid, dan akan terjadi ketidak-keseimbangan antara proliferasi dan maturasi,
akibatnya sel-sel lekemia hanya akan berproliferasi saja tanpa mengalami proses maturasi,
yang mana maturasi pada hakekatnya akan mengantarkan sel-sel tersebut menuju apoptosis
(kematian sel secara fisiologis).
Bahkan sel-sel lekemia tersebut selalu berekspansi membentuk kelompok sel-sel lekemia
terutama terdiri atas sel-sel muda dan menumpuk di dalam sumsum tulang serta dapat
menginfiltrasi jaringan lainnya.

6
Di darah tepi bisa jadi hanya terlihat mieloblas dan segmen saja tanpa disertai sel-sel
promielosit, mielosit, metamielosit, keadaan ini disebut hiatus leukemicus
Lekemia kronik ditandai oleh adanya proliferasi luar biasa dari SIH atau Sel induk
limfoid tetapi masih memiliki daya berdiferensiasi dan maturasi untuk menjadi sel-sel yang
lebih tua dan akan diakhiri oleh kematian sel-sel tersebut.
Gejala klinik lekemia timbul akibat dari proliferasi dan infiltrasi sel-selnya. Adanya
proliferasi sel-sel lekemia akan menimbulkan gangguan metabolisme seperti fever (panas)
yang berkepanjangan, banyak berkeringat, badan kurus, sedangkan infiltrasi sel-sel lekemia
kedalam jaringan akan menimbulkan gangguan fungsinya (misalnya anemia, netropenia dan
trombositopenia adalah akibat adanya infiltrasi ke dalam sumsum tulang dengan segala
manifestasi kliniknya seperti perdarahan dan infeksi).
Lekemia limfoid seperti ALL ( Acute lymphoblastic leukemia) dan CLL (Chronic
lymphocytic leukemia) dibedakan dengan limfoma walaupun mereka berasal dari sel limfoid
yang sama.
Walaupun kadangkala terjadi tumpang tindih diantara keduanya, tetapi umumnya manifestasi
lekemia limfoid lebih terlihat di dalam darah dan sumsum tulang, sedangkan manifestasi
limfoma lebih terlihat di dalam lomfonodi atau organ limfoid lainnya.
Lekemia akut dibagi menjadi :
1. ANLL (Acute non lymphocytic leukemia)
2. ALL (Acute lymphocytic leukemia)
Kemudian keduanya masih dibagi lagi menurut subtipe masing-masing, dimana diagnose
lekemia akut sampai subtipenya akan sangat menentukan protokol terapi dan prognose
penyakitnya.
Klasifikasi lekemia akut ini berdasarkan :
- Morfologi sel, yaitu dengan pengecatan Romanovsky sel-selnya
diidentifikasi.
- Cytochemistry (Sitokimiawi), yaitu dengan pengecatan khusus akan lebih mudah untuk
mengidentifikasi jenis sel-sel lekemianya.
- Immunophenotyping, yaitu secara imunologis memeriksa jenis marker
atau CD (Clusters of differentiation) yang terdapat pada sel-sel blast (lekemia).
- Cytogenetic, yaitu memeriksa kelainan kromosom pada sel-sel blast.

7
Pada klasifikasi lekemia akut menurut FAB biasanya cukup berdasarkan morfologi sel
dan pengecatan sitokimiawi, sedangkan klasifikasi menurut WHO memerlukan ke-empat
pemeriksaan lengkap seperti di atas.
Etiologi
Beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab lekemia adalah sebagai berikut :
1. Faktor lekemogenik,
Yaitu bahan-bahan yang mengandung gugusan benzene. Zat ini mudah menguap dan
masuk tubuh melalui paru dan kulit dan tertimbun di dalam lemak dan saraf.
Dari 1.000 orang yang tewrpapar benzene 10 ppm selama 30 tahun 50 orang mati
karena lekemia.
2. Radiasi,
Marie Curie meninggal karena lekemia. Dan setelah jatuhnya bom atom di Nagashaki
dan Hirosima, pada korban yang hidup terjadi kenaikan jumlah penderita lekemia.
Pada penderita ankilosing spondilitis yang diterapi radiasi, resiko mengidap lekemia
naik menjadi 5 kali.
3. Infeksi virus,
Retro-virus dapat memicu kejadian lekemia melalui beberapa mekanisme yang
menyebabkan perubahan struktur DNA sel dan selanjutnya tumbuh menjadi sel yang
abnormal.

KLASIFIKASI LEKEMIA AKUT


Klasifikasi menurut FAB (French-American-British)
1. Lekemia Non Limfositik Akut (ANLL)
M0 : Lekemia mielositik akut dengan diferensiasi minimal
M1 : Lekemia mielositik akut tanpa maturasi
M2 : Lekemia mielositik akut dengan maturasi
M3 : Lekemia promielositik akut
M4 : Lekemia mielomonositik akut
M5 : Lekemia monositik akut
M6 : Eritrolekemia akut
M7 : Lekemia megakariositik

8
2. Lekemia Limfositik Akut (ALL)
L1 : sel kecil, dinding inti rata dan berlekuk, nukleoli tidak terlihat, sitoplasma sedikit.
L2 : sel besar, dinding inti tidak rata dan berlekuk,nukleoli jelas, sitoplasma sedang.
L3 : sel besar, inti bulat berdinding rata, nukleoli jelas, sitoplasma biru dan bervakuol.
Gejala klinik
Gambaran klinik semua lekemia akut hampir sama dengan sedikit perbedaan yaitu insiden
AML lebih sering terdapat pada dewasa muda, sedangkan ALL lebih sering terdapat pada
anak berumur 3-4 tahun.
Penderita terlihat pucat, napas pendek, lemah, nadi cepat akibat dari anemia.
Fever (panas) disebabkan oleh infeksi akibat netropenia, timbul ptechiae, purpura dan
perdarahan gusi akibat dari trombositopenia.
Dapat disertai hepatomegali, splenomegali, nyeri tulang, hipertrofi gingiva, pharingitis.
Diagnosis.
Berdasarkan gejala klinis disertai pemeriksaan darah tepi dan sumsum tulang, dimana di
dalam sumsum tulang minimal terdapat 30% sel blast (sel lekemia).
Gambaran hematologi
A. AML(lekemia mielositik akut)
1. Anemia normokrom-normositik
2. Jumlah lekosit di darah tepi dapat normal / meningkat / turun.
3. Trombositopenia
4. Pada hapusan darah lekosit terlihat monoton artinya sebagian besar terdiri satu macam sel
yaitu mieloblas. Pada sitoplasmanya dapat terlihat Auer rod (suatu bentukan menyerupai
jarum berwarna merah).
5. Hiatus lekemikus adalah suatu keadaan dimana pada hapusan darah selnetrofil hanya
terlihat mieloblas dan segmen / stab saja, sedangkan netrofil stadium intermediet seperti
promielosit, mielosit, metamielosit jarang terlihat. Keadaan ini menunjukkan telah terjadi
gangguan maturasi (maturation arrest) pada deret netrofil.
6. Pada M3 (Lekemia promielositik akut) sering disertai gejala DIC (Dessiminated
Intravascular Coagulation) karena granula promielosit banyak mengandung bahan
semacam tromboplastin yang dapat memicu reaksi faktor-faktor pembekuan darah dan
menimbulkan koagulasi di dalam sirkulasi.

9
7. Sumsum tulang hiperseluler, granulopoisis meningkat dan > 30% terdiri atas sel-sel
mieloblas, aktifitas eritropoisis dan trombopoisis sangat turun.
B. ALL (Lekemia limfoblastik akut)
1.Anemia normokrom-normositik
2. Jumlah lekosit dapat normal/meningkat/turun
3. Trombositopenia
4. Pada hapusan darah lekosit terlihat monoton artinya sebagian besar terdiri atas limfoblas.
5. Sumsum tulang hiperseluler akibat infiltrasi oleh sel-sel limfoblas.
Aktifitas eritropoisis, granulopoisis, dan trombopoisis sangat turun.
Terapi antara ALL dan AML sangat jauh berbeda, oleh karena itu bila timbul kesulitan
dalam membedakan antara ALL dan AML secara mikroskopik dengan pengecatan
Romanovsky sitokimiawi.

LEKEMIA KRONIK
Atas dasar jenis selnya lekemia kronik dibagi menjadi 2 macam yaitu, Lekemia limfositik kronik
dan Lekemia mielositik kronik.
1. Lekemia limfositik kronik ( CLL )
CLL adalah suatu kelainan dimana terjadi penurunan fungsiprogram apoptosis sel limfosit
yang menimbulkan penimbunan sel-sel limfosit tua didalam sumsum tulang, darah tepi,
limfonodi dan limpa. Sebagian besar terdiri atas limfosit B (CD5+). Penyakit ini sering
(30%) terdapat di Amerika Utara dan Eropah tetapi sangat jarang di Timur.
Insiden laki-laki : wanita = 2 : 1, sering pada usia 50 55 tahun.
The International CLL Workshop menetapkan kriteria diagnose CLL sebagai berikut :
1. Jumlah absolut limfosit darah tepi > 10.000/cmm dan sebagian besar terdiri atas
limfosit tua.
2. Dalam sumsum tulang terdapat limfosit > 30% (dari sel-sel berinti)
3. Limfosit darah tepi terdiri atasmonoclonal B cells
Diagnosis CLL ditegakkan bila :
- terdapat kriteria 1 + 2 atau 3
- jumlah absolut limfosit < 10.000 + kriteria 2 dan 3
Perkembangan CLL dibagi menjadi 5 stadium yaitu :

10
S0 : limfositosis
SI : limfositosis + limfadenopati
S II : limfositosis + splenomegali +/- limfadenopati
S III : limfositosis + anemia +/- limfadenopati dan splenomegali
S IV : limfositosis + trombositopenia +/- anemia +/- splenomegali +/- limfadenopati
Komplikasi
Komplikasi hematologi meliputi : anemia, trombositopenia dan netropenia. Pada 2/3 (66,6%)
kasus timbul hipogama globulinemia yang menyebabkan terjadi recurrent sinopulmonary
infection dan 10% penderita mengalami Immune haemolytic anemia (IHA) atau Immune
thrombocytopenic purpura (ITP).
2. Lekemia mielositik kronik ( CML )
CML adalah kelainan mieloproliferatip, dimana terjadi proliferasi sel-sel mieloid tetapi
daya maturasinya tetap baik. Oleh karena itu didalam darah tepi akan terdapat peningkatan
jumlah granulosit yang sangat tinggi yang terdiri atas semua jenis deret mieloid.
Gejala klinik.
Perjalanan penyakit ini sangat lambat. Gejala klinik yang terlihat adalah anemia,
splenomegali, priapismus, hipermetabolisme yang ditandai panas, badan kurus, kulit basah.
CML akan mengalami Blast crisis bila terjadi transformasi blas menjadi:
a. AML
b. ALL (20%).
Gambaran laboratorium
Darah tepi
1. Anemia ringan sampai sedang
2. Trombosit normal atau meningkat
3. Lekositosis 50.000 300.000/uL, terutama terdiri atas mielosit, metamielosit, stab dan
segmen sedikit promielosit dan mieloblas. Hampir semua kasus menunjukkan basofilia
dan > 90% eosinofilia.
4. Netrophil alkaline phosphatase (NAP) turun pada 95% kasus, ini yang membedakan
dengan lekositosis jenis lain.
5. Hiperuricemia, akibat peningkatan turn over lekosit.

11
6. Kadar vit.B12 serum meningkat akibat dari peningkatan produksi B12-binding protein
oleh lekosit.
Sumsum tulang
Hiperseluler, Rasio M:E > 10:1 (meningkat), tampak hiperplasia netrofil, eosinofil dan
basofil, distribusi netrofil seperti pada darah tepi.
Diagnosis banding :
Mielofibrosis dan Reaksilekemoid
Pada blastic transformation atau blast crisis, terjadi perubahan berikut :
1. jumlah mieloblas dan sel muda lain (limfoblas) meningkat
2. jumlah basofil meningkat
3. jumlah trombosit turun
4. jumlah lekosit meningkat
5. kadar hemoglobin turun drastis
6. Penderita tampak sakit keras, limpa bertambah besar dan suhu tubuh naik. Kelenjar-
kelenjar limfa juga sering membesar, disertai rasa nyeri tulang.
CML perlu dibedakan dengan reaksi lekemoid.
Reaksi lekemoid suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah netrofil cukup tinggi yang
terjadi pada penyakit keradangan seperti Pneumonia, Vasculitis, Necrotic tumor. Pada reaksi
lekemoid biasanya terdiri atas netrofil matur, stab kurang 10%, neutrophil alkali phosphatase
(NAP) normal atau meningkat
Tabel 2 : Perbedaan CML dan Reaksi lekemoid
CML Reaksi lekemoid
NAP negatip positip
Basofil naik normal
Eosinofil naik normal
Trombosit Naik / turun Normal
Netrofil naik naik
Kadar Hb turun Normal / turun
Splenomegali +++ 0
Tanda infeksi 0 ++
Dysgranulopoisis + -

AGNOGENIC MYELOID METAPLASIA ( AMM )


( MIELOFIBROSIS )

12
Mielofibrosis suatu kelainan myeloproliferative kronik, dimana terjadi proliferasi
maligna sel-sel fibroblas yang mensekresi collagen dan ditimbun dalam ruang ekstraseluler
sumsum tulang, disertai adanya hematopoisis ekstrameduler.
Mielofibrosis terdapat 2 jenis yaitu :
1. Primer (Idiopatik) mielofibrosis, didasari oleh kelainan SIH
2. Sekunder mielofibrosis, didasari oleh penyakit lain (mis. Carsinoma, terapi Radiasi).
Pada mielofibrosis idiopatik menunjukkan peningkatan jumlah progenitor cell (SIH) di dalam
sirkulasi sebanyak 10-20 kali normal, mielofibrosis sekunder peningkatan hanya 3 kali. Oleh
karena itu mielofibrosis dapat berakhir dengan ALL atau AML.
Gejala klinik :
Sangat sering ( > 50% ):
- Slenomegali
- Hepatomegali
- Fatigue
- Anemia
- Lekositosis
- Trombositosis
Sering ( 10 50% ):
- Asymptomatic
- Berat badan turun
- Keringat malam
- Perdarahan
- Nyeri splenik
- Lekopenia
- Trombositopenia
Gambaran laboratorium :
Darah tepi :
- Gambaran sangat khas yang dapat dilihat pada hapusan darah tepi adalah terdapat
teardrop cell , selain itu juga akan dijumpai normoblas, netrofil muda ( mieloblas
, promielosit, mielosit, metamielosit ) dan trombosit besar-besar.

13
Jumlah teardrop cell turun setelah splenektomi menunjukkan bahwa sel ini
meningkat akibat terdapat hematopoisis ekstrameduler.
- Kadar Hb < 10 g/dl
- Kadar asam urat meningkat
Sumsum tulang :
Aspirasi sumsum tulang sering gagal ( dry tap ), pada biopsi terlihat fibrosis (proliferasi
retikulin).
Diagnosis
Diagnosis Banding:
1. Myelosclerosis akut
2. CML
MIELOMA MULTIPEL
(Multiple myeloma = MM)
Mieloma multipel adalah neoplasma sel plasma mature atau imature. Neoplasma sel
plasma berasal dari cikalbakal (progenitor) sel limfosit B yang berubah struktur gen-
imunoglobulinnya dan mengalami transformasi maligna, maka sel ini akan berproliferasi
membentuk satu clone sel-sel (sel-sel yang identik) dan membuat protein monoclonal (M) yang
disebut juga sebagai para protein dan terlihat berupa spike pada elektroforese serum.
Etiologi :
1. Faktor keturunan
2. Terpapar bahan asing, misalnya : Benzena, Radiasi
3. Stimulasi kronik oleh antigen, misalnya pada rematoid artritis insiden MM meningkat.
4. Kelainan kromosom, terdapat pada sebagian besar MM.
Pada MM kelainan kromosom yang paling sering adalah monosomy 13, Trisomy atau Tetrasomy
pada kromosom 9.

Gejala klinik :
1. Puncak insiden pada usia 70 tahun
2. Nyeri pinggang atau dada dan lebih sakit waktu digerakkan( pada 75% kasus ).
3. Proliferasi sel-sel mieloma didalam sumsum tulang akan menimbulkan kerusakan tulang
(osteolitik) dan gangguan hematopoisis seperti anemia, lekopenia dan trombositopenia.

14
4. Mudah infeksi karena kekebalan tubuh turun akibat dari produksi imunoglobulin sel
plasma normal tertekan oleh proliferasi sel-sel plasma patologik.
5. Sindroma hiperviskositas atau gangguan hemostasis akibat adanya protein M.
6. Gagal ginjal terutama disebabkan adanya monoclonal light chain yang mengganggu
fungsi tubuli ginjal.
Gambaran laboratorium :
Kadar Hb : 7 10 g/dl LED : 120 mm/jam (sangat tinggi)
Hapusan darah:
Eri : normokrom-normositik, rouleaux formation (++)
Leko : kesan jumlah normal, bisa terlihat sel plasma
Trombo: normal
Total protein : meningkat, disertai rasio Albumin : Globulin = turun, atau
terbalik (mis. 1:2 ).Dalam keadaan normal rasio Albumin : Globulin = 2 : 1
Bence Jones proteinuria : + (positip)
Elektroforese serum : terlihat bentuk spike pada gamma globulin
Kriteria diagnostik menurut Durie dan Salmon
Mayor :
1. Terdapat plasmasitoma pada biopsi
2. Sel plasma dalam sumsum tulang > 30%
3. Tampak spike monoclonal globulin pada elektroforese serum IgG > 35 g/L, IgA > 20
g/L, pada elektroforese urine light chain > 1 g/24 jam
Minor :
1. Sel plasma dalam sumsum tulang 10-30%
2. Terdapat spike monoclonal globulin, tetapi kadarnya kurang dari yang diatas
3. Lesi osteolitik
4. Normal IgM < 500 mg/L, IgA < 1 g/L atau IgG < 6 g/L

Diagnose MM bila didapatkan gabungan kriteria mayor dan minor sebagai berikut :
1. Minimum terdapat kriteria 1 mayor + 1 minor (selain no. 1 mayor + no. 1 minor)
2. Terdapat 3 kriteria minor (kriteria 1 & 2 harus masuk)

15
MYELODYASPLASTIC SYNDROME (MDS)

Mielodisplastik sindrome atau prelekemia adalah salah satu malignansi stem cell (SIH)
yang ditandai oleh pembuatan sel-sel darah (seri eritroid, mieloid, megakariosit) yang dysplastic
dan ineffective di dalam sumsum tulang serta dapat berubah menjadi lekemia akut.
Insiden : kejadian MDS enam kali AML , kira-kira 0,75 /1.000/ tahun pada usia diatas 60tahun.
Patogenesis
MDS terjadi akibat adanya transformasi maligna SIH multipoten yang dapat
menimbulkan gangguan pertumbuhan pada seri eritrosit, granulosit, monosit maupun
megakariosit.
Gambaran hematologi mencerminkan tidak serasinya program proliferasi dan diferensiasi pada
SIH, dengan akibat terjadi ineffective hematopoisis di dalam sumsum tulang (hiperseluler,
kematian dini sel-selnya) sehingga di darah tepi akan dijumpai pansitopenia.
Gejala klinik
Seringkali asimptomatik dan terjaring pada pemeriksaan rutin. Bila terdapat gejala klinik
biasanya akibat dari anemia yang tidak jelas sebabnya.
Gambaran laboratorium
Darah tepi
- Anemia, trombositopenia, netropenia
- Eritrosit makro-ovalosit
- Netrofil tampak Pseudo Pelger Huet atau hipogranulasi
- giant trombosit
Sumsum tulang :
- normoseluler atau hiperseluler
- dyserythropoisis ( normoblas terlihat megaloblastik, nuclear budding,
multi nucleated, inter nuclear bridging dan vakuolisasi sitoplasma ).
- Dysgranulopoisis ( Pseudo Pelger Huet, hipogranulasi ).
- Dysmegakariopoisis ( mikro-megakariosit, hipolobulasi inti ).
Diagnosis
Tanda displastik hematopoisis tidak hanya dijumpai pada MDS tetapi juga terdapat pada
keadaan lain seperti terapi Metotrexate, keracunan obat, infeksi HIV, anemia megaloblastik

16
( defisiensi Vit.B12 atau asam folat ). Oleh karena itu untuk menegakkan diagnose MDS harus
menyingkirkan keadaan tersebut diatas.
Kelainan hematologik yang boleh dianggap patognomonis untuk MDS adalah bila terdapat
Acquired Pelger-Huet anomaly dan hipogranulasi netrofil serta micromegakaryocytes , karena
prosentase kejadian kedua tanda tersebut sangat tinggi pada penyakit ini.

Klasifikasi MDS menurut FAB terdiri atas :


1. Refractory anemia (RA) ( 30 - 40% kasus MDS )
2. RA with ring sideroblast
3. RA with excess blasts
4. RA with excess blasts in tranformation
5. Chronic myelomonocytic leukemia

Polisitemia Vera ( PV )
Polisitemia vera adalah salah satu dari kelainan mieloproliferatip yang disebabkan
adanya kelainan SIH pluripoten yang menyebabkan proliferasi tanpa kendali dan berakibat
terjadi peningkatan jumlah eritrosit, netrofil, dan trombosit.
Insiden: usia puncak kejadian 50 60 tahun
Gejala Klinik:
1. Gejala yang disebabkan oleh gangguan pelepasan oksigen di jaringan seperti pusing,
sakit kepala, tinnitus, gangguan visus, angina pectoris.
2. Trombosis vena atau tromboembolisme
3. Perdarahan seperti epistaksis, perdarahan gusi, ekimoses
4. Nyeri perut karena ulcus peptikum
5. Pruritus disebabkan oleh peningkatan pelepasan histamin oleh netrofil.
6. Hipertensi
7. Splenomegali 75%
8. Hepatomegali 30%
9. Hipertensi
10. Facial plethora
Gambaran laboratorium

17
1. Peningkatan red cell mass merupakan tanda utama.
2. Hb : 18 24 g/dl
3. Eritrosit : 7 10 juta / l
4. Lekosit : > 12.000 / l
5. Trombosit : 0,5 1 juta / l
6. Total blood volume : meningkat
Kriteria diagnosis ( Polycythemia Vera Study Group )
Mayor :
M1 : Red cells mass
Laki-laki > 36 ml/kg, Wanita > 32 ml/kg
M2 : Arterial O2 saturation > 92%
M3 : Splenomegali
Minor :
m1 : Trombositosis > 400.00/ l
m2 : Lekositosis > 12.000/ l
m3 : NAP (LAP) > 100 (tidak ada fever/infeksi)
m4 : Serum B12 > 900 pg/ml
Diagnose PV bila :
I. Terdapat M1 + M2 + M3
II. Terdapat 2M + 2m
Komplikasi :
1. Ulkus peptikum
2. Tromboembolik
3. AML
4. Perdarahan
5. Mielofibrosis

Kepustakaan :
1. Bain B.J.; Leukaemia Diagnosis, 2nd Ed , Blackwell Science, United Kingdom, 1999.
2. Lichtman.M.A et al ; Williams Manual of Hematology, 6th Ed, Mc Graw-Hill, Singapore,
2003.

18
3. Mazza J.J ; Manual of Clinical Hematology, 2nd Ed, Little, Brown and Company, Boston,
2002.
4. Setiawan.L, Dharma. R ; Gamopati monoclonal. In Wirawan R , editor. Kumpulan
Ekspertis, Departemen Patologi Klinik FKUI 2005, p 15.
5. Pine J.W Jr Edit.: Wintrobes Clinical Hematology, 10th Ed, William & Wilkins,
Baltimore, Maryland, 1999.
ooOoo

19

Anda mungkin juga menyukai

  • Referat Hipertensi
    Referat Hipertensi
    Dokumen34 halaman
    Referat Hipertensi
    Aristya Ekaputra
    Belum ada peringkat
  • Buat Naroi
    Buat Naroi
    Dokumen1 halaman
    Buat Naroi
    jauharotun nafisah
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus
    Laporan Kasus
    Dokumen12 halaman
    Laporan Kasus
    jauharotun nafisah
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus
    Laporan Kasus
    Dokumen12 halaman
    Laporan Kasus
    jauharotun nafisah
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus
    Laporan Kasus
    Dokumen12 halaman
    Laporan Kasus
    jauharotun nafisah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen8 halaman
    Daftar Pustaka
    jauharotun nafisah
    Belum ada peringkat
  • BAB I Thalasemia
    BAB I Thalasemia
    Dokumen2 halaman
    BAB I Thalasemia
    jauharotun nafisah
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen20 halaman
    Bab Ii
    jauharotun nafisah
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    jauharotun nafisah
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    jauharotun nafisah
    Belum ada peringkat
  • Lapsus TF Efis
    Lapsus TF Efis
    Dokumen38 halaman
    Lapsus TF Efis
    jauharotun nafisah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    jauharotun nafisah
    Belum ada peringkat
  • Dapus
    Dapus
    Dokumen1 halaman
    Dapus
    jauharotun nafisah
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    jauharotun nafisah
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    jauharotun nafisah
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen11 halaman
    Bab Iii
    jauharotun nafisah
    Belum ada peringkat
  • BAB III Thalasemia
    BAB III Thalasemia
    Dokumen14 halaman
    BAB III Thalasemia
    jauharotun nafisah
    Belum ada peringkat
  • Referat Sinusitis
    Referat Sinusitis
    Dokumen34 halaman
    Referat Sinusitis
    jauharotun nafisah
    Belum ada peringkat
  • Referat Sinusitis
    Referat Sinusitis
    Dokumen36 halaman
    Referat Sinusitis
    jauharotun nafisah
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    jauharotun nafisah
    Belum ada peringkat
  • Kriteria Checklist
    Kriteria Checklist
    Dokumen2 halaman
    Kriteria Checklist
    jauharotun nafisah
    Belum ada peringkat
  • Kriteria Checklist Word 2003
    Kriteria Checklist Word 2003
    Dokumen5 halaman
    Kriteria Checklist Word 2003
    jauharotun nafisah
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    jauharotun nafisah
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Capsulitis Adhesiva
    Lapsus Capsulitis Adhesiva
    Dokumen13 halaman
    Lapsus Capsulitis Adhesiva
    jauharotun nafisah
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Kel.6 PPT Baru
    Jurnal Kel.6 PPT Baru
    Dokumen12 halaman
    Jurnal Kel.6 PPT Baru
    jauharotun nafisah
    Belum ada peringkat
  • Hiperuresemia 1
    Hiperuresemia 1
    Dokumen1 halaman
    Hiperuresemia 1
    jauharotun nafisah
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen11 halaman
    Bab Iii
    jauharotun nafisah
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Capsulitis Adhesiva
    Lapsus Capsulitis Adhesiva
    Dokumen13 halaman
    Lapsus Capsulitis Adhesiva
    jauharotun nafisah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    jauharotun nafisah
    Belum ada peringkat