DOSEN PEMBIMBING:
Dra.Ani Thuraidah, Apt., M.Si.
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Adelya Rahmah P07131215081
Binti Maulina Putri P07131215089
Meylan Indah Puspitasari P07131215104
Ni Wayan Leni Laolia Rianti P07131215110
Rahmat Hidayat P07131212113
Sekar Oktaviana Prabaningrum P07131215120
Penulis
(Kelompok 4)
BAB I
PENDAHULUAN
dalam ilmu kesehatan.Sering kali kita melihat para dokter terutama dari bagian
ilmu kesehatan kulit, rheumatologis, pulmonologis dan dari bagian lain juga
kepada dosis dan lama pemakaian obat ini (Brett T.S, dkk, 2006).
Efek samping yang dapat kita jangkakan adalah terjadinya kehilangan massa
tulang yang cepat. Ini telah dibuktikan dalam satu penelitian, pada penderita yang
lemah dan tidak mampu untuk menyokong berat tubuh penderita dan akhirnya
mencapai 12% pada tahun pertama penggunaan kortikosteroid, dan diikuti 2-5%
setiap tahunnya. 30 50% pasien yang menggunakan kortikosteroid menderita
kurang dari 50% pasien yang diberikan obat golongan corticosteroid di evaluasi
untuk risiko terjadi osteoporosis dan kurang 25% telah dirawat apabila terjadi
1.3 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kortikosteroid
2.1.1 Definisi
Kortikosteroid adalah hormon yang tergolong dalam kelompok hormon
steroid yang dihasilkan oleh kelenjar korteks adrenal. Pada kondisi fight & fight,
emosi(Dorlan,2002).
Gambar 2.2.1
Kelenjar korteks adrenal dapat dibagikan kepada tiga bagian, yaitu zona
zona fasikulata yang berada di tengah, dan terkakhir, hormon androgen diproduksi
pada zona paling dalam yaitu zona retikularis (Goodman & Gilman, 2006).
dan protein, juga bersifat anti inflamasi dengan cara menghambat pelepasan
berfungsi mengatur kadar elektrolit dan air, dengan cara penahanan garam di
menunjukkan kedua jenis aktivitas tersebut dalam beberapa derajat, dan lainnya
glukokortikoid.
disease, serta sarcoidosis. Selain sediaan oral, terdapat pula sediaan dalam bentuk
obat luar untuk pengobatan kulit, mata, dan juga inflammatory bowel disease.
dosis lebih besar untuk pengobatan berbagai kelainan peradangan dan imunologi.
menurun, hipotensi, dan tidak ada kemampuan untuk memelihara kadar gula
cushing. Dengan tes supresi deksametason, obat ini diberikan sejumlah 1 mg per
oral pada jam 11 malam, dan sampel plasma diambil pada pagi hari. Pada individu
sindrom chusing kadarnya biasanya lebih besar daripada 10 g/dl. Namun hasil
ini tidak dapat dipercaya pada keadaan depresi, ansietas, penyakit, dan kondisi
Selain itu, maturasi paru-paru pada janin diatur oleh sekresi kortisol janin.
Ibu dengan pengobatan glukokortikoid dalam dosis besar akan dapat menurunkan
insiden sindroma gagal nafas pada bayi yang dilahirkan secara premature, contoh
untuk menekan respon peradangan dan respon imun. Pada keadaan yang respons
dalam inti, dimana akan hormon reseptor kompeks ini akan berikatan pada bagian
DNA yang dikenal sebagai elemen hormon reseptor sehingga terjadi transkirpsi
protein tertentu yang mengawal efek dari kortikosteroid ( Clive P. dkk, 2002,
Chapter 15)
efektif
banyaknya efek pada setiap bagian organism ini. Efek utama yang tidak
cushing iatrogenik.
dan gangguan kulit umum yang menerima glukokortikoid sintetik sebagai agen
anti inflamasi.
urine dalam keadaan basal; pada sindrom iatrogenik pada kadar ini merupakan
rendah secara sekunder akibat penekanan dari aksis adrenal pituari. Keparahan
dari iatrogenic Cushings syndrome terkait dengan dosis steroid total, steroid
aktif, dan akan mengikat DNA serta meningkatkan sintesis messenger RNA
(mRNA). Messenger RNA ini akan menimbulkan sintesis protein yang baru.
Protein baru ini akan menghambat fungsi sel-sel limfoid dengan penghambatan
uptake glukosa10.
yang resisten terhadap kortikosteroid adalah manusia dan kera sedangkan yang
teoritis limfositopeni dapat terjadi melalui dua mekanisme yaitu: migrasi hebat
keluar dari pembuluh darah dan blok perifer. Mekanisme blok perifer ini ditunjang
oleh penemuan bahwa aktifitas fisik pada orang normal menyebabkan limfositosis
akibat mobilisasi cadangan perifer, tetapi hal ini tidak ditemukan setelah
24 jam. Berat dan lamanya limfositopeni tidak berbeda apabila dosis prednison
beredar dalam darah (monosit) maupun yang terfiksir dalam jaringan (sel
limfokin yang dilepaskan oleh sel-T sensitif pada makrofag, karena tempat kerja
netrofil di tempat radang adalah akibat kerja kortikosteroid mengurangi daya lekat
suprafarmakologik.
orang sehat sudah cukup untuk meningkatkan netrofil dan menurunkan jumlah
limfosit, monosit dan eosinofil dalam darah, sesuai dengan yang dilaporkan oleh
netrofil muda dari sumsum tulang ke sirkulasi.Di samping itu kortikosteroid juga
akumulasi netrofil pada hari bebas pemberian obat, tetapi akumulasi makrofag
pada hari tersebut masih rendah.Hal ini menunjukkan bahwa makrofag lebih
reseptornya pada fagosit mononuklear, dan penghambatan pengaruh C3a, C5a dan
C567 pada lekosit PMN.Pengaruh non-spesifik ini hanya terjadi pada pemberian
berpengaruh terhadap sistem imun. Pengaruh tersebut berupa atrofi kulit sehingga
kulit tampak tipis, mengkilat dan keriput seperti kertas sigaret.Hal ini dapat
mekanisme pertahanan kulit. Beberapa efek samping lain yang mungkin terjadi
penderita harus diawasi dengan teliti untuk menghindari kecelakaan serius bila
berhubungan dengan timbulnya mual, pusing dan penurunan berat badan pada
beberapa penderita4.
Psikosis juga dapat terjadi, terutama pada penderita yang mendapat dosis
dosis 45 mg/m2/hari atau lebih, dapat terjadi retardasi pertumbuhan pada anak-
anak.
Jika diberikan dalam jumlah lebih besar dari jumlah fisiologi, steroid
penyakit hati, dapat terjadi edema.Pada penderita penyakit jantung, tingkat retensi
BAB III
PEMBAHASAN
3. Peningkatan glukoneogenesis
Pembentukan glukosa ditingkatkan, penggunaan di jaringan perifer
dikurangi dan penyimpanannya sebagai glikogen ditingkatkan.
4. Efek katabolisme
Menghalangi pembentukan protein dari asam amino sedangkan
pengubahannya menjadi glukosa dipercepat, sehingga mengakibatkan
terjadinya osteoporosis, atrofi otot dan kulit dengan terbentuknya striae,
menghambat pertumbuhan tulang pada anak- anak.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
limfe, penghancuran jaringan dengan akibat pengecilan masa jaringan otot, pada
tulang terjadi osteoporosis (pengurangan matriks protein tulang yang diikuti oleh
negatif.
sintesis glukosa.
DAFTAR PUSTAKA
4. Walsh LJ, dkk, 1996. Use of oral corticosteroid in the community and the prevention
6. Clive P. dkk, 2002, Chapter 15;Drug and the endocrine and metabolic system,
www.ncbi.nlm.gov/pubmed/18791344.
9. Katzung B.G, 2007. Basic and Clinical Pharmacology 10th edition. Mc Graw hill.
Graw Hill.
jam 1500.
12. Kanis JA (2007) WHO Technical Report, University of Sheffield, UK: 66.
https://dahroji.wordpress.com/2009/10/18/kortikosteroid-dan-kortisol-2/