Anda di halaman 1dari 9

TANDA GEJALA DAN KEMAMPUAN MENGONTROL PERILAKU KEKERASAN

DENGAN TERAPI MUSIK DAN RATIONAL EMOTIVE COGNITIF BEHAVIOR THERAPY


(Sign and Symptom and Ability to Control Violent Behaviour with Music Therapy and Rational
Emotive Cognitive Behaviour Therapy)

Heri Setiawan*, Budi Anna Keliat**, Ice Yulia Wardani**


*Mahasiswa Magister Ilmu Keperawatan Kekhusussan Keperawatan Jiwa Kampus FIK UI, Jl.
Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok, Jawa Barat-16424
**Kelompok Keilmuan Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Email: herirsjs09@yahoo.com

ABSTRAK
Pendahuluan: Angka perilaku kekerasan cukup tinggi pada klien gangguan jiwa yang dirawat di rumah sakit jiwa.
Dampak perilaku kekerasan dapat berakibat mencederai orang lain. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas terapi
musik dan rational emotive cognitive behaviour therapy (RECBT) terhadap perubahan tanda gejala dan kemampuan
klien mengontrol perilaku kekerasan. Metode: Desain penelitian quasi eksperimental, jumlah sampel 64 responden
dengan purposive sampling. Hasil: penelitian menunjukkan penurunan tanda gejala perilaku kekerasan dan peningkatan
kemampuan mengontrol perilaku kekerasan lebih besar pada kelompok yang mendapatkan terapi daripada yang tidak
mendapatkan. Diskusi: Terapi Musik dan RECBT direkomendasikan sebagai terapi keperawatan pada klien perilaku
kekerasan.

Kata kunci: kemampuan, perilaku kekerasan, tanda gejala, terapi musik, RECBT

ABSTRACT
Introduction: Prevalence of violence is highly occur in mental disorders clients at psychiatric hospitals. The impact is
injure to others. This research aims to examine the effectiveness of music therapy and RECBT to sign and symptom and
ability to control violent behaviour. Methods: Quasi-experimental research design with a sample of 64 respondents.
Results: The study found a decrease symptoms of violent behaviour, ability to control violent behavior include relaxation,
change negative thingking, irational belief, and negative behavior have increased significantly than the clients that did
not receiving therapy. Discussions: Music therapy and RECBT is recommended as a therapeutic nursing at the clients
violent behaviour.

Keywords: violent, sign and simptom, ability, music therapy, RECBT

PENDAHULUAN prevalensi gangguan jiwa berat nasional


Data yang didapatkan dari WHO (2015) sebesar 1,7 per mill, sedangkan gangguan jiwa
menunjukkan jumlah orang yang mengalami berat di provinsi jawa tengah yaitu 2,3 per mill.
Skizofrenia di seluruh dunia adalah 7 dari Jumlah rasio penderita Skizofrenia dengan
1000 penduduk di dunia yaitu sebesar jumlah penduduk di Indonesia masih di bawah
21 juta orang, tiga dari empat kasus gejala jumlah rasio penderita skizofrenia di dunia,
yang muncul terjadi pada usia 15 dan akan tetapi masih tergolong cukup tinggi.
34 tahun (Stuart, 2013). Data RISKESDAS Sebagian kasus skizofrenia terjadi antara
tahun 2007 menunjukkan prevalensi nasional 2025 tahun, di mana tahap kehidupan.
gangguan jiwa berat yaitu skizofrenia sebesar S e s e o r a n g m e n c a p a i ke m a n d i r i a n ,
0,46%, atau sekitar 1,1 juta orang atau 5,2% m e n g e mb a n g k a n h u b u n g a n d e n g a n
dari jumlah penderita skizofrenia di seluruh pasangan, mulai mengejar karir atau tujuan
dunia. Prevalensi skizofrenia di Provinsi Jawa hidup akan berdampak pada keberhasilan
Tengah yaitu 0,33% penduduk, masih di bawah sosial dan pekerjaan sehingga dapat
prevalensi skizofrenia di Indonesia. Data riset meng hancu rkan kehid upan (Elaine,
kesehatan dasar (2013) dengan responden yang et al, 2005). Prevalensi Skizofrenia cukup
diteliti adalah 1.027.763 ART menunjukkan tinggi dan terjadi pada usia produktif.

233
Jurnal Ners Vol. 10 No. 2 Oktober 2015: 233241

Penelitian yang telah dilakukan menimbulkan penilaian bahwa gangguan jiwa


menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara identik dengan perilaku kekerasan. Orang
penderita skizofrenia dengan perilaku lain menganggap bahwa klien gangguan
kekerasan, meskipun tidak semua skizofrenia jiwa berbahaya sehingga tidak mau untuk
melakukan perilaku kekerasan. Sistematik mendekati klien gangguan jiwa yang pernah
review untuk melihat adanya risiko perilaku melakukan tindakan perilaku kekerasan.
kekerasan pada penyakit psikotik yaitu Up aya ya ng d i la k u k a n u nt u k
terdapat 20 studi termasuk 18.423 individu menurunkan tanda gejala dan peningkatan
dengan gangguan skizofrenia menunjukkan kemampuan mengontrol perilaku kekerasan
peningkatan risiko perilaku kekerasan, adalah dengan terapi musik dan RECBT.
perilaku kekerasan yang dilakukan oleh klien Kombinasi terapi musik dan RECBT akan
dengan skizofrenia adalah 13,2% dibandingkan memberikan dampak yang lebih luas pada
dengan populasi pada umumnya yaitu sebesar tanda gejala yang dialami oleh klien perilaku
5,3% (Fazel, et al., 2009). Prevalensi perilaku kekerasan. Terapi musik memberikan
kekerasan yang dilakukan oleh orang dengan kenyamanan pada klien dan mengalami
skizofrenia adalah 19,1% (Swanson, 2006). proses relaksasi. Terapi musik juga dapat
Penelitian lain menunjukkan bahwa Data menurunkan stimulus yang mengakibatkan
klien perilaku kekerasan pada berbagai seting, tanda gejala perilaku kekerasan masih muncul
menunjukkan adanya perbedaan dari tiap (Chlan, 2011). Terapi musik dan RECBT
negara. Australia 36,85%, Kanada 32,61%, memberikan efek yang saling mendukung
Jerman 16,06%, Italia 20,28%, Belanda untuk menurunkan tanda gejala kognitif,
24,99%, Norwegia 22,37%, Kanada 32,61%, afektif, fisiologis dan perilaku. Dampak pada
Swedia 42,90%, Amerika Serikat 31,92% dan tanda gejala sosial adalah dampak sekunder
Inggris 41,73%. Studi dilakukan di berbagai dari pemberian terapi musik dan RECBT,
setting mulai dari unit akut, unit forensik dan apabila klien mempunyai kemampuan
pada bangsal dengan tipe yang berbeda beda. menurunkan tanda gejala dengan relaksasi,
Penelitian dilakukan dengan jumlah total mengubah pikiran negatif, keyakinan irasional
69.249 klien dengan rata-rata sampel 581,9 dan perilaku negatif, maka akan berdampak
klien (Bowers, et al., 2011). Angka tersebut pada kemampuan dalam hal sosialisasi dengan
tergolong cukup tinggi di berbagai negara di orang lain dengan menunjukkan perilaku yang
dunia. positif.
Perilaku kekerasan dilakukan karena Penelitian dilakukan di RSJ Prof Dr
ketidakmampuan dalam melakukan koping Soerojo Magelang. Rumah sakit ini merupakan
terhadap stres, ketidakpahaman terhadap situasi rumah sakit vertikal tipe A kementerian
sosial, tidak mampu untuk mengidentifikasi kesehatan yang khusus merawat klien dengan
stimulus yang dihadapi, dan tidak mampu gangguan jiwa dan NAPZA sebagai salah
mengontrol dorongan untuk melakukan satu pusat rujukan klien gangguan jiwa
perilaku kekerasan (Volavka & Citrome, di Indonesia. Kapasitas tempat tidur yang
2011). Dampak dari perilaku kekerasan yang tersedia adalah 720 dan 680 tempat tidur
muncul pada skizofrenia dapat mencederai diantaranya untuk klien dengan gangguan
atau bahkan menimbulkan kematian, pada jiwa. Jumlah klien yang dirawat di RSJ Prof
akhirnya dapat memengaruhi stigma pada Dr Soerojo Magelang bulan September 2104
klien skizofrenia (Volavka, 2012). Stigma yang yaitu 249 klien, bulan Oktober yaitu 231 klien,
berkembang di masyarakat dan penolakan bulan November 2014 yaitu 224 klien dan
terhadap orang dengan skizofrenia dan bulan Desember 2014 yaitu 306 klien, dengan
gangguan mental lainnya menjadi penghalang rata-rata BOR 40,5%. Nilai BOR menurun
dalam proses pemulihan, integrasi di dalam dikarenakan kebijakan lama rawat yang lebih
masyarakat, dan peningkatan kualitas hidup singkat yaitu 35 hari. Studi pendahuluan yang
klien gangguan jiwa (Ahmed, et al.,2014). dilakukan pada 51 dokumen menunjukkan
Stigma yang berkembang di masyarakat klien skizofrenia sebanyak 80,34% dengan

234
Tanda Gejala dan Kemampuan Mengontrol Perilaku Kekerasan (Heri Setiawan, dkk.)

diagnosa keperawatan perilaku kekerasan Peng u k u ran per ilak u kekerasan


sebanyak 46,34% (19 klien). Selama bulan menggunakan kuesioner B dan lembar
Januari, rata-rata klien masuk dengan perilaku observasi. Kuesioner B untuk mengukur
kekerasan 2-3 klien di bangsal putra dan 12 perubahan gejala perilaku kekerasan pada
klien di bangsal putri. Angka tersebut cukup klien yang meliputi kognitif, emosi, perilaku,
tinggi. Upaya yang dilakukan di RSJ Prof Dr fisiologis dan sosial. Pengukuran perilaku
Soerojo Magelang adalah pemberian terapi kekerasan menggunakan instrument yang
generalis, REBT dan assertiveness training dapat mengukur perubahan perilaku pada
dan hasilnya belum optimal. klien (responden) yang meliputi kognitif,
Berdasarkan latar belakang di atas afektif (emosi), perilaku, fisiologis dan sosial.
maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Instrumen yang digunakan untuk mengukur
pengaruh efektivitas terapi musik dan RECBT perubahan tanda gejala perilaku kekerasan
terhadap tanda gejala dan kemampuan yaitu Kuesioner B yang terdiri dari respons
mengontrol perilaku kekerasan. kognitif, emosi, sosial dan perilakunya.
Instrumen yang digunakan adalah Kuesioner
Pengungkapan Kemarahan yang digunakan
BAHAN DAN METODE
terdiri atas 8 pernyataan untuk respons
Desain penelitian yang digunakan pada kognitif, 12 pernyataan untuk respons emosi,
penelitian ini adalah quasi experiment with 7 pernyataan untuk respons sosial, 6 pernyataan
control group dengan perbandingan satu untuk respons perilaku klien terhadap situasi
kelompok intevensi dan satu kelompok kontrol. yang dihadapinya, dan 6 pernyataan untuk
Dua kelompok intervensi yang mendapat respons fisiologis.
Terapi Musik dan RECBT tersebut antara lain: Instrumen ini menggunakan skala
kelompok yang diberikan terapi kombinasi Likert yaitu 4: Selalu; 3: Sering; 2: Jarang; 1:
terapi musik dan RECBT, dan kelompok Tidak Pernah. Instrumen ini akan diisi oleh
kontrol yang tidak mendapat terapi musik responden langsung dan bila ada yang tidak
dan RECBT. Metode pengambilan sampel dimengerti maka peneliti akan menjelaskannya
dengan teknik purposive sampling. Penelitian (Putri, Keliat, Nasution & Susanti, 2010). Uji
dilakukan untuk membandingkan perbedaan validitas 26 item pernyataan valid yaitu r hasil
penurunan tanda dan gejala perilaku kekerasan > r table (0,413). Uji reliabilitas: instrumen
serta kemampuan mengontrol perilaku dinyatakan reliabel jika koefisien Alpha
kekerasan (relaksasi, mengubah pikiran Cronbach lebih besar dari nilai standar 0,6
negatif, keyakinan irasional, dan perilaku (Alpha = 0,6). Hasil uji ditemukan nilai r Alpha
negatif ) pada kelompok intervensi yang (0,765) lebih besar dibandingkan dengan nilai
mendapat terapi musik dan RECBT dengan 0,6 maka 26 pernyataan dinyatakan reliable.
kelompok kontrol. Instrumen yang digunakan kemudian
Pengukuran terdiri dari Data demografi dikembangkan menjadi 36 item pertanyaan,
responden merupakan kuesioner untuk item kuesioner tambahan pada respons
mendapatkan gambaran faktor-faktor yang kognitif 2 item, respons emosi/ afektif 5 item,
memengaruhi perilaku kekerasan pada klien respons sosial 2 item, dan respons perilaku 1
yang terdiri dari usia, pendidikan, jenis item, dan aspek (Fontaine, 2009; Stuart, 2013).
kelamin, pekerjaan, status perkawinan, Tambahan item pada instrumen penelitian
riwayat gangguan jiwa, frekuensi dirawat, akan lebih memberikan gambaran tanda gejala
terapi medik, anggota keluarga dengan yang muncul pada klien perilaku kekerasan.
gangguan jiwa, pengobatan sebelumnya dan Pelaksanaan terapi musik dan RECBT
putus obat < 6 bulan. Pengambilan data ini adalah sebagai berikut pertemuan pertama:
menggunakan lembar kuesioner A yang terdiri terapi musik, identifikasi kejadian dan respons
dari 11 pertanyaan dengan cara mengisi pada terhadap kejadian: perasaan yang muncul,
pilihan jawaban yang tersedia terkait dengan mengukur perasaan dg menggunakan
karakteristik responden. termometer perasaan, mengidentifikasi

235
Jurnal Ners Vol. 10 No. 2 Oktober 2015: 233241

pikiran dan perilaku negatif. Latihan melawan Karakteristik klien berdasarkan riwayat
keyakinan irasional terhadap kejadian yang putus obat menunjukkan sebagian besar
pertama. Pertemuan kedua: Terapi musik, mengalami putus obat yaitu sebanyak 48 orang
diskusi dan latihan melawan keyakinan (75%). Berdasarkan usia rata-rata klien berusia
irasional terhadap kejadian yang kedua. 32,26 tahun, Analisis mengenai frekuensi
Pertemuan ketiga: Terapi musik, diskusi dan dirawat klien dengan perilaku kekerasan rata-
latihan melawan pikiran negatif yang pertama. rata klien dirawat sebanyak 3,21 kali, rata-
Pertemuan keempat: Terapi Musik, diskusi dan rata klien mengalami gangguan jiwa selama
latihan melawan pikiran negatif yang kedua. 2,53 tahun.
Pertemuan kelima: terapi musik, diskusi dan Per ubahan tanda gejala perilaku
mengubah perilaku negatif yang pertama. kekerasan pada kelompok intervensi yang
Pertemuan keenam: terapi musik, diskusi dan mendapat Terapi Musik dan RECBT yang
mengubah perilaku negatif yang kedua. mendapat terapi musik dan RECBT dengan
Analisis data menggunakan komputer, kelompok kontrol yang tidak mendapat terapi
analisis univariat digunakan untuk menganalisis musik dan RECBT dapat dilihat dari tabel 1.
variabel-variabel yang ada secara deskriptif Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dengan menghitung distribusi frekuensinya total rata-rata komposit tanda gejala perilaku
untuk data kategori dan tendensi sentral untuk kekerasan pada kelompok intervensi yang
data numerik. Analisis bivariat adalah analisis mendapat Terapi Musik dan RECBT sebelum
untuk menguji hubungan antara dua variabel. dilakukan terapi Musik dan RECBT adalah
Uji yang digunakan adalah chi square untuk 100,84 (67,32%) dan setelah dilakukan sebesar
analisis kesetaraan pada data kategori dan 46,06 (30,71%) sehingga diketahui selisih
data kategori, independent t test pada data komposit tanda gejala perilaku kekerasan
numerik dan data numerik, independent t test sebesar 54,78 (36,52%). Hasil uji statistik
pada uji hipotesis skala numerik dan korelasi menunjukkan ada perubahan yang bermakna
pearson untuk mengetahui hubungan antara tanda gejala kognitif sebelum dan sesudah
skala numerik. diberikan Terapi Musik dan RECBT (p value
< 0,05). Sedangkan pada kelompok kontrol
diketahui bahwa total rata-rata komposit
HASIL
tanda gejala klien perilaku kekerasan pada
Karakteristik klien dengan perilaku kelompok kontrol sebelum dilakukan terapi
kekerasan dalam penelitian ini lebih musik dan RECBT pada kelompok intervensi
banyak laki-laki 49 orang (76,6%). Pada yang mendapat terapi musik dan RECBT
jenjang pendidikan, sebagian besar jenjang adalah 98,72 (65,81%) dan setelah dilakukan
pendidikannya adalah SMA 38 orang (59,4%). sebesar 70,75 (47,17%) sehingga diketahui
Pada status pekerjaan, sebagian besar tidak selisih komposit tanda gejala sebesar 27,97
bekerja 44 orang (68,8%). Pada status (18,14%). Hasil uji statistik menunjukkan ada
pernikahan klien menunjukkan sebagian perubahan yang bermakna komposit tanda
besar sudah menikah 30 orang (46,9%). Pada gejala pada kelompok kontrol sebelum dan
pemberian terapi medis yang diberikan saat sesudah kelompok intervensi yang mendapat
ini, sebagian besar adalah golongan typikal terapi musik dan RECBT diberikan terapi
25 orang (39,1%). musik dan RECBT (p value < 0,05).
Berdasarkan riwayat anggota keluarga Perubahan kemampuan mengontrol
yang mengalami gangguan jiwa sebagian besar perilaku kekerasan pada kelompok intervensi
56 (87,5%) orang tidak ada riwayat anggota dan kelompok kontrol yang mendapat
keluarga yang mengalami gangguan jiwa 56 terapi musik dan RECBT2, didapatkan data
orang (87,5%). Karakteristik berdasarkan bahwa total rata-rata komposit kemampuan
keberhasilan pengobatan sebelumnya sebagian mengontrol perilaku kekerasan sebelum
besar tidak berhasil yaitu sebesar 41 orang dilakukan terapi musik dan RECBT adalah
(64,1%). 53,20 (28,91%) dan setelah dilakukan sebesar

236
Tanda Gejala dan Kemampuan Mengontrol Perilaku Kekerasan (Heri Setiawan, dkk.)

139,94 (73,33%) sehingga diketahui selisih hanya pemberian terapi musik atau RECBT.
komposit kemampuan mengontrol perilaku Terdapat perbedaan dalam tindakan
kekerasan sebesar 86,84 (44,42%). Hasil uji pada penelitian pemberian terapi musik yang
statistik menunjukkan ada perubahan yang dilakukan di RSJD Soerakarta di mana terapi
bermakna komposit kemampuan mengontrol musik yang dilakukan terdiri dari 4 sesi,
perilaku kekerasan sebelum dan sesudah perubahan tanda gejala yang diukur yaitu
diberikan terapi musik dan RECBT (p value kognitif, perilaku, sosial dan fisik, penelitian
< 0,05). Total rata-rata komposit kemampuan dilakukan di ruang akut sampai dengan
mengontrol perilaku kekerasan pada kelompok maintenance (Sulistyowati, Keliat, Hastono,
kontrol sebelum dilakukan terapi musik dan 2009). Pada penelitian tersebut belum ada suatu
RECBT pada kelompok intervensi yang proses untuk melatih klien mengubah pikiran
mendapat terapi musik dan RECBT adalah negatif, dan keyakinan irasional pada klien
52,33 (34,89%) dan setelah dilakukan sebesar yang terjadi pada klien. Sedangkan penelitian
80,06 (53.37%) sehingga diketahui selisih yang dilakukan mengenai efektivitas CBT
kemampuan mengontrol perilaku kekerasan dan REBT di RSJ Marzoeki Mahdi Bogor,
sebesar 27,78 (18,48%). Hasil uji statistik diberikan latihan untuk mengubah pikiran
menunjukkan ada perubahan yang bermakna negatif, keyakinan irasional dan perilaku
kemampuan mengontrol perilaku kekerasan negatif, penelitian dilakukan di ruangan
pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah maintenance (Lelono, Keliat, & Besral, 2011).
diberikan Terapi Musik dan RECBT pada Pada penelitian tersebut tidak diberikan
kelompok intervensi yang mendapat Terapi terapi musik yang dapat memberikan manfaat
Musik dan RECBT (p value < 0,05). terutama pada tanda gejala fisiologis klien
Hu b u n g a n a nt a r a ke m a m p u a n perilaku kekerasan.
mengontrol perilaku kekerasan dengan tanda Pada penelitian ini pemberian terapi
gejala perilaku kekerasan di RSJ Prof Dr musik dilakukan terlebih dahulu kemudian
Soerojo Magelang tahun 2015 menunjukkan dilanjutkan dengan RECBT. Kombinasi
bahwa ada hubungan yang kuat antara terapi musik dan RECBT akan memberikan
kemampuan mengontrol perilaku kekerasan dampak yang lebih luas pada tanda gejala yang
dengan tanda gejala perilaku (p value < 0,05) dialami oleh klien perilaku kekerasan. Terapi
semakin tinggi kemampuan maka tanda gejala musik memberikan kenyamanan pada klien
perilaku kekerasan semakin menurun tanda ketika dilakukan RECBT, klien mengalami
gejala perilaku kekerasan (r= 0,908). proses relaksasi selama pemberian RECBT.
Terapi musik juga dapat menurunkan stimulus
yang mengakibatkan tanda gejala perilaku
PEMBAHASAN
kekerasan masih muncul (Dunn, 2010).
Hasil penelitian yang dilakukan Terapi musik yang dikombinasikan dengan
untuk mengetahui efektivitas terapi musik psikoterapi efektif untuk meningkatkan hasil
berpengaruh terhadap tanda gejala perilaku dari psikoterapi yang dilakukan.
kekerasan, terjadi penurunan tanda gejala Terapi musik dan RECBT memberikan
kognitif 34,15%, perilaku 13,5%, sosial efek yang saling mendukung untuk menurunkan
13,5%, fisiologis 25,8% (Sulistyowati, Keliat, tanda gejala kognitif, afektif, fisiologis dan
Hastono, 2009). Sedangkan hasil penelitian perilaku. Dampak pada tanda gejala sosial
yang dilakukan untuk mengetahui efektifitas adalah dampak sekunder dari pemberian terapi
RECBT terhadap tanda gejala perilaku musik dan RECBT, apabila klien mempunyai
kekerasan, terjadi penurunan tanda gejala kemampuan menurunkan tanda gejala dengan
tanda gejala kognitif: 30,00% emosi 28,12%, relaksasi, mengubah pikiran negatif, keyakinan
perilaku 28,33%, sosial 34,28%, fisiologis. irasional dan perilaku negatif, maka akan
30,00% (Lelono, Keliat, & Besral, 2011). Hasil berdampak pula pada kemampuan dalam
penelitian menunjukkan pengaruh terapi musik hal sosialisasi dengan orang lain dengan
dan RECBT lebih besar dibandingkan dengan menunjukkan perilaku yang positif.

237
Jurnal Ners Vol. 10 No. 2 Oktober 2015: 233241

Terapi Musik pada akhirnya akan Latihan adalah penyempurnaan potensi


berdampak pada kondisi relaksasi pada klien, tenaga-tenaga yang ada dengan mengulang-
sedangkan RECBT berdampak pada kognitif, ulang aktivitas tertentu. Latihan merupakan
emosi, dan perilaku klien. Terapi musik adalah kegiatan yang nantinya diharapkan menjadi
metode terapeutik dengan menggunakan musik suat u pembiasaan atau pembudayaan
yang membantu seseorang dengan gangguan (Notoatmojo, 2003). Pembudayaan akan
jiwa berat untuk membangun suatu hubungan. membuat klien menjadi mandiri ketika
Aspek dari skizofrenia yang berkaitan dengan menghadapi kejadian atau peristiwa yang tidak
kehilangan untuk mengembalikan kreativitas, menyenangkan termasuk kejadian yang dapat
ekspresi emosi, hubungan sosial dan motivasi mencetuskan perilaku kekerasan. Buku kerja
mungkin menjadi penting ketika dihubungkan yang diberikan kepada klien dapat berguna
dengan terapi musik. (Gold, 2009 dalam untuk mengevaluasi kemampuan klien dalam
Mossler, 2013). Sedangkan RECBT secara mengatasi masalahnya.
signifikan dapat mengurangi kemarahan, Pada kemampuan relaksasi, klien
perasaan bersalah dan harga diri yang rendah. mampu relaks ketika mendengarkan musik
Aaron T. Beck pada tahun 1960an juga yang sudah disiapkan oleh peneliti dan mampu
menemukan bahwa kognisi klien memiliki menceritakan mengenai apa yang dirasakan
dampak yang luar biasa terhadap perasaan setelah mendengarkan musik, dampak pada
dan perilakunya. Beck menyatakan bahwa fisiologis, kognitif, emosi, perilaku dan sosial.
kesulitan emosional dan perilaku yang dialami Musik berpengaruh pada impuls yang berada
seseorang dalam hidupnya disebabkan oleh di otak dan dapat meningkatkan status relaks
cara mereka menginterpretasikan berbagai pada klien (Chlan, 2011). Diketahui bahwa
peristiwa yang dialami. Sehingga terapi aktifitas mental dan emosi dipengaruhi
musik dan RECBT berdampak pada relaksasi, oleh sistem syaraf autonom, sistem syaraf
mengubah keyakinan irasional, pikiran negatif autonom berdampak pada kardiovaskuler,
dan perilaku negatif pada klien perilaku neuroendokrin dan sistem imun. Imunosupresi
kekerasan. memengaruhi emosi yang negatif seperti
Ha si l p e nel it ia n me nu nju k k a n kemarahan.
kemampuan mengontrol perilaku kekerasan Musik dapat memengaruhi mood
pada kelompok intervensi yang mendapat dan status emosional seseorang, di mana
terapi musik dan RECBT sebesar 74,15% akan terjadi perubahan pada sistem imun
sedangkan pengaruh tindakan keperawatan dan hormonal. Pada kondisi relaks terjadi
sesuai dengan SAK Rumah Sakit dalam penurunan tekanan darah, nadi, dan ketegangan
meningkatkan kemampuan mengontrol otot. Tanda tanda kenaikan tekanan darah,
perilaku kekerasan pada kelompok kontrol nadi, dan ketegangan otot merupakan tanda
sebesar 10,32%. Kemampuan klien dalam gejala fisiologis pada klien perilaku kekerasan
mengont rol per ilak u kekerasan pada (Chanda & Levitin, 2013). Kondisi relaks dapat
kelompok yang diberikan terapi musik dan meningkatkan kenyamanan pada seseorang.
RECBT lebih tinggi dibandingkan dengan Pada kemampuan mengubah keyakinan
kelompok kontrol. Kemampuan klien dalam irasional, klien mencatat kejadian yang tidak
relaksasi dilakukan selama sesi berlangsung menyenangkan dan perasaan yang muncul
sedangkan kemampuan mengubah pikiran dari kejadian tersebut, keyakinan yang
negatif, keyakinan irasional, dan perilaku tidak rasional akan membawa individu pada
negatif selama proses pelaksanaan terapi selalu emosi dan perilaku negatif yang tidak sehat
dimotivasi untuk melakukan latihan secara seperti perilaku amuk (agresif ) dan rasa
mandiri yang menjadi tugas rumah (home bersalah (Jensen, 2010). Dari hasil penelitian
work) yang dievaluasi secara terus menerus menunjukkan kemampuan yang dimiliki oleh
dengan menggunakan jadwal kegiatan harian klien dalam mengubah keyakinan irasional
dan buku kerja. Latihan merupakan hal yang dapat menurunkan tingkat perasaan klien.
sangat penting dalam proses pembelajaran. Pada kemampuan mengubah keyakinan

238
Tanda Gejala dan Kemampuan Mengontrol Perilaku Kekerasan (Heri Setiawan, dkk.)

irasional diawali dengan menuliskan peristiwa sesuai dengan pikiran negatif yang muncul
yang tidak menyenangkan dan perasaan yang atau perasaan negatif yang muncul, sehingga
muncul. Terdapat satu klien menolak untuk muncul perilaku yang negatif pada individu.
menuliskan mengenai peristiwa yang tidak Dalam meningkatkan kemampuan
menyenangkan dan terjadi perubahan emosi meng ubah per ilak u negatif, peneliti
pada klien. menerapkan prinsip-prinsip teori perilaku
Kemampuan klien dalam mengubah dengan memberikan penguatan (reinforcement)
keyakinan irasional menggunakan prinsip positif terhadap perilaku positif yang
ABC, A-Activating Event: persepsi individu dilakukan klien dan memberikan umpan
dan membuat kesimpulan dari peristiwa yang balik negatif terhadap perilaku yang tidak
berdampak pada individu. B-Beliefs: keyakinan diinginkan. Videbeck (2008) menyatakan
rasional dan irasional pada individu yang modifikasi perilaku merupakan suatu metode
yang menunjang pada peristiwa yang aktif, yang dapat digunakan untuk menguatkan
C- Consequence, Emotional and behavior perilaku atau respons yang diinginkan
consequence, konsekuensi emosi dan perilaku melalui pemberian umpan balik baik positif
yang diakibatkan oleh peristiwa yang terjadi maupun negatif. Peneliti juga menerapkan
(Ellis, 2000). prinsip tocen economy berupa memberikan
Kemampuan mengubah pikiran negatif, hadiah sesuai dengan keinginan klien, jika
tindakan keperawatan untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan dilakukan oleh
kemampuan berfokus pada masalah klien, klien setelah mengumpulkan minimal 50%
berorientasi pada tujuan dan aktual saat poin bintang selama 3 hari. Hal tersebut dapat
ini. Fokus dari tindakan untuk memberikan meningkatkan motivasi klien untuk mengubah
kemampuan berpikir adalah pendidikan dan perilaku yang negatif, dan pada kontrak awal
membangun keterampilan klien. Hubungan klien dan perawat membuat kesepakatan
yang terapeutik klien dan perawat sangat bahwa reinforcement yang diberikan tidak
penting untuk meningkatkan efektivitas dari selamanya didapatkan oleh klien. Klien akan
tindakan keperawatan yang dilakukan (Stuart, tetap mengubah perilaku negatif walaupun
2013). sudah tidak diberikan reinforcement.
Klien menuliskan pikiran otomatis Analisis hubungan antara kemampuan
negatif yang muncul. Klien juga menuliskan mengontrol perilaku kekerasan dengan tanda
latihan mengubah pikiran dan perilaku gejala perilaku kekerasan menunjukkan
negatif menjadi pikiran dan perilaku positif. bahwa koefisien korelasi antara kemampuan
Latihan mandiri yang dilakukan oleh klien mengontrol perilaku kekerasan dengan tanda
dan dituliskan dalam buku kerja akan gejala perilaku kekerasan adalah 0,908
meningkatkan kemampuan mengontrol Uji statistik menggunakan korelasi Pearson
perilaku kekerasan. Dengan mengubah status menghasilkan nilai sebesar 0,003 (p value
pikiran dan perasaannya, klien diharapkan < 0,05) yang menunjukkan adanya hubungan
dapat mengubah perilaku negatif menjadi yang bermakna dan negatif antara kemampuan
positif (Oemarjoedi, 2003). Buku kerja mengontrol perilaku kekerasan dengan tanda
dijadikan sebagai alat untuk melatih klien gejala perilaku kekerasan. Nilai r menunjukkan
dalam kemampuan mengubah pikiran negatif negatif artinya semakin tinggi kemampuan
klien menjadi sebuah pembudayaan atau maka tanda gejala perilaku kekerasan semakin
kebiasaan. menurun, dengan keeratan hubungan yang
Kemampuan yang keempat adalah kuat (r > 0,5).
kemampuan dalam mengubah perilaku negatif, Hasil penelitian menunjukkan adanya
banyak perilaku yang digunakan sebagai perubahan tanda gejala komposit yang lebih
koping pada saat muncul perasaan atau pikiran tinggi pada kelompok intervensi yang mendapat
yang negatif yang membuat individu merasa terapi musik dan RECBT dibandingkan
lebih baik dalam waktu jangka pendek (Stuart, dengan kelompok kontrol, di mana rata rata
2013). Perilaku yang ditunjukan seringkali kemampuan dalam mengontrol perilaku

239
Jurnal Ners Vol. 10 No. 2 Oktober 2015: 233241

kekerasan yang dimiliki oleh kelompok yang SIMPULAN DAN SARAN


diberikan terapi musik dan RECBT lebih Simpulan
tinggi dibandingkan dengan kelompok yang
tidak diberikan terapi musik dan RECBT. Terapi Musik dan RECBT efektif
Ketika klien mempunyai kemampuan yang meningkatkan kemampuan mengontrol
lebih tinggi dalam mengontrol perilaku perilaku kekerasan (relaksasi, mengubah
kekerasan, tanda gejala perilaku kekerasan pikiran negatif, keyakinan irasional dan
lebih minimal. perilaku negatif) sebesar 73,33%.
Terapi musik dan RECBT merupakan Analisis hubungan antara kemampuan
suatu bentuk psikoterapi. Psikoterapi adalah mengontrol perilaku kekerasan dengan tanda
interaksi yang sistemik antara klien dan terapis gejala perilaku kekerasan menunjukkan bahwa
yang menerapkan prinsip untuk membantu adanya hubungan yang bermakna dan negatif
klien ketika mengalami perubahan pada antara kemampuan mengontrol perilaku
perilaku, perasaan dan pikiran. Teknik yang kekerasan dengan tanda gejala perilaku
digunakan pada RECBT dengan memberikan kekerasan. Nilai r menunjukkan negatif artinya
homework tujuannya adalah memampukan semakin tinggi kemampuan maka tanda gejala
klien dalam kemampuan mengontrol perilaku perilaku kekerasan semakin menurun, dengan
kekerasan (Stuart, 2013). Dalam proses keeratan hubungan yang kuat (r > 0,5).
psikoterapi terdapat proses pembelajaran
terhadap keterampilan yang baru dalam SARAN
hal ini relaksasi, mengubah pikiran negatif,
keyakinan irasional dan perilaku negatif. Perawat jiwa di rumah sakit diharapkan
Tujuan dari tindakan terapi musik dan RECBT selalu memotivasi klien dan mengevaluasi
adalah terciptanya perilaku yang baru dalam kemampuan-kemampuan yang telah dipelajari
hal mengontrol perilaku kekerasan. dan dimiliki oleh klien sehingga latihan
Perbedaan pemberian psikofarmaka yang diberikan membudaya. Apabila terjadi
dan psikoterapi adalah pada psikofarmaka kemunduran pada klien hendaknya perawat
berfokus pada penurunan tanda gejala saja, ruangan mengkonsultasikan perkembangan
tanpa memperhatikan mengenai kemampuan kliennya yang telah mendapat terapi spesialis
yang dimiliki oleh klien ketika muncul stressor kepada perawat spesialis yang dimiliki rumah
yang dihadapi yang mengakibatkan perubahan sakit.
dalam pikiran, perasaan, perilaku, sosial dan Hasil penelitian ini hendak nya
fisiologis. digunakan sebagai evidence based dalam
Fokus tindakan pada terapi musik dan mengembangkan Terapi Musik dan RECBT
RECBT adalah self control di mana klien baik pada individu maupun kelompok,
membangun sendiri keterampilan dalam sehingga menjadi modalitas terapi keperawatan
mengontrol perilaku kekerasan. Respons jiwa yang efektif dalam mengatasi masalah
maladaptif yang muncul disebabkan karena kesehatan jiwa dan meningkatkan derajat
terjadinya perubahan dalam pikiran, perasaan kesehatan jiwa.
dan perilaku (Stuart, 2013). Ketika pikiran Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan
yang negatif, perasaan yang irasional dan pada klien dengan perilaku kekerasan dengan
perilaku negatif dapat dikontrol secara mandiri cohort untuk melihat pencapaian kemampuan
oleh klien maka perilaku kekerasan akan dapat dalam menurunkan gejala dan meningkatkan
terkontrol dan tidak muncul lagi. kemampuan mengontrol perilaku kekerasan
(relaksasi, mengubah pikiran negatif,
keyakinan irasional dan perilaku negatif).

240
Tanda Gejala dan Kemampuan Mengontrol Perilaku Kekerasan (Heri Setiawan, dkk.)

Pe rlu nya d i la k u k a n p e nel it ia n theory: an analysis of the relationship


lanjutan yang melihat pengaruh peningkatan between irrational thinking an guilt,
kemampuan klien setelah terapi Musik dan Thesis of Science in Psychology. The
RECBT terhadap penurunan tanda gejala Faculty of Department Psychology
perilaku kekerasan pada klien skizofrenia. Villanova University. United State.
Perlu dilakukan penelitian mengenai ProQuest LLC.
kombinasi psikoterapi individu dengan Lelono, SK, Keliat, BA dan Besral. 2011.
Pengaruh cognitif behaviour therapy
psikoterapi yang diberikan pada keluarga.
dan rational emotive behaviour
therapy terhadap klien dengan perilaku
KEPUSTAKAAN kekerasan, halusinasi dan isolasi sosial
di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor,
Ahmed, AO. et al. 2014. Cognition and Other Tesis tidak dipublikasikan, Tahun
Targets for the Treatment of Aggression 2011.
in People with Schizophrenia. Scimed Mozzler K, et al. 2013. Music therapy for
central. people with schizophrenia and
Balitbang Depkes R.I 2008. Hasil Riset schizophrenia-like disorders (Review).
Kesehatan Dasar 2007, Jakarta: Depkes Wiley.
RI. Oemarjoedi, A,K,. 2003. Pendekatan Cognitive
Balitbang Depkes RI. 2013. Hasil Riset Behavioral dalam Psikoterapi. Jakarta:
Kesehatan Dasar 2013, Jakarta: Depkes Kreativ Media.
RI. Sulistyowati, Keliat, Hastono dan Susanti.
Chanda, ML and Levitin, DJ. 2013. The 2011. Pengaruh terapi musik terhadap
neurochemistry of music. Trends in klien perilaku kekerasan di RSJD
Cognitive Sciences April 2013, Vol. 17, Surakarta. Tesis tidak dipublikasikan.
No. 4. FIK. UI.
Chlan, L, 2011. Music helps reduce stress Swanson, et al., 2006. A National Study
and anxiety. Ventilator living assisted of Violent Behavior in Persons With
journal vol. 25. Schizophrenia. Arch Gen Psychiatry/
Dunn, B. 2010. Psychotherapy and music Vol. 63, May 2006.
therapy. Reprinted from victory review Stuart, GW. 2013. Principles and practice
magazine. of psychiatric nursing. (9 th edition).
Ellaine, JS, et al, 2005. Schizophrenia: etiology St Louis: Mosby.
and course. A journal annualreviews. Videback, SL. 2008. Buku Saku Keperawatan
org. Jiwa. EGC: Jakarta.
Ellis, A. 2000. Rational emotive behavioral Volavka, J., 2012. Violence in schizophrenia
approaches to childhood disorders and bipolar disorder. Psychiatria
theory, practice and research. Springer danubina, 2013; vol. 25, no. 1, pp. 2
Science+Business Media, Inc. 433.
Fazel, S, et al. 2009. Schizophrenia and Volavka, J & Citrome, L. 2011. Pathways to
Violence: Systematic Review and Meta- Aggression in Schizophrenia Affect
Analysis. Plos Medicine. Results of Treatment. Oxford Journal.
Fontaine, Kareen Lee. 2009. Mental Health World Health Organization. 2015. Improving
Nursing 6th edition. New Jersey: Pearson health systems and services for mental
Education, Inc. health (Mental health policy and
Jensen, 2010. Evaluating the ABC models service guidance package), Geneva 27,
of rational emotive behaviour therapy Switzerland: WHO Press.

241

Anda mungkin juga menyukai