Anda di halaman 1dari 7

MODEL ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS UNTUK PERCEPATAN MDGs

SEKTOR PERILAKU SANITASI KESEHATAN


(Model of Community Health Nursing Care to Accelerate MDGs on Health Sanitation Behavior
Sector)

Martono*, Satino*
*Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta
Jl. Letjend Sutoyo Mojosongo, Surakarta
Email: must_ton@ymail.com

ABSTRAK
Pendahuluan: Upaya promosi kesehatan memiliki peran penting dalam proses untuk meningkatkan kemandirian
masyarakat dalam kesehatan dan hidup sehat yang juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sosial budayanya. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi keaktifan kader kesehatan, pemberdayaan keluarga, dan persepsi
budaya sehat pada sektor perilaku sanitasi kesehatan, sehingga dapat mempercepat pencapaian MDGs. Metode: Penelitian
berdesain explanatory research dengan pendekatan cross sectional. Sejumlah 99 orang direkrut menjadi sampel
penelitian. Variabel independen dalam penelitian ini meliputi keaktifan kader kesehatan, pemberdayaan keluarga, dan
persepsi budaya sehat. Sementara, variabel terikatnya yaitu perilaku sanitasi kesehatan. Alat ukur yang digunakan untuk
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner. Data dianalisis dengan teknik analisis regresi. Hasil: Hasil uji
statistik menunjukkan bahwa secara bersama-sama keaktifan kader kesehatan, pemberdayaan keluarga, dan persepsi
budaya sehat memiliki kontribusi positif terhadap perilaku sanitasi kesehatan (25,4%). Sementara, secara parsial hasil
keaktifan kader (0,2%), pemberdayaan keluarga (15,3%), dan persepsi budaya sehat (9,9%). Diskusi: Kesuksesan sanitasi
kesehatan di masyarakat memerlukan partisipasi dan kesadaran dari keluarga serta masyarakat itu sendiri. Perawat
kesehatan komunitas harus melakukan upaya promosi kesehatan untuk meningkatkan pemahaman individu, keluarga,
dan masyarakat dalam berperilaku hidup sehat.

Kata kunci: posdaya, keaktifan kader kesehatan, pemberdayaan keluarga, persepsi budaya sehat

ABSTRACT
Introduction: Health promotion have an important role in order to improve communitys independency on health and
healthy lifestyle which influenced by socio-cultural around them. The purpose of this study was to examine the contribution
of health volunteer activeness, family empowerment, and healthy lifestyle perception on health sanitation behavior sector,
so that can help to accelerate MDGs acheivement. Methods: This was explanatory research with cross sectional approach.
Ninety nine people were recruited as research samples. Independent variables were health volunteers activeness, family
empowerment, and health lifestyle perception. While, the dependent variable was health sanitation behavior. Data were
collected by using questionnaire. Data were then analyzed by using regression technique. Results: Result had showed that
together health volunteers activeness, family empowerment, and healthy lifestyle perception have positive contribution to
health sanitation behavior (25.4%). While partially, health volunteers activeness has result (0.2%), family empowerment
(15.3%), and healthy lifestyle perception (9.9%). Discussions: The successfullness of health sanitation on community
needs participation from family and community itself. Community health nurses should conduct health promotion as an
effort to improve communitys knowledge about health behavior.

Keywords: posdaya, health volunteers activeness, family empowerment, and healthy lifestyle perception

PENDAHULUAN Development Goals (MDGs) tahun 2015


tersebut, maka telah dicanangkan gerakan
Kesepakatan global yang telah
pembangunan berwawasan kesehatan yaitu
dituangkan dalam Millenium Development
dengan kegiatan operasional, yaitu Program
Goals (MDGs) tidak dapat dipisahkan dengan
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
arah pembangunan kesehatan nasional, yang
(Depkes RI, 2008).
membuat di setiap sektor pelayanan kesehatan
Studi Indonesia Sanitation Sector
harus bekerja lebih efektif dan efisien untuk
Development Program (ISSDP) tahun 2006,
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
menunjukkan bahwa perilaku masyarakat
yang optimal. Sejalan dengan komitmen
dalam mencuci tangan dilakukan setelah
pemerintah untuk mencapai Millenium

301
Jurnal Ners Vol. 10 No. 2 Oktober 2015: 301307

buang air besar 12%, setelah membersihkan diawali dari rumah tangga atau keluarga.
tinja bayi dan balita 9%, sebelum makan Perilaku dan kualitas kesehatan keluarga yang
14%, sebelum memberi makan bayi 7%, dan tinggi merupakan jembatan dalam menjawab
sebelum menyiapkan makanan 6% (Depkes jaminan kualitas pelayanan kesehatan dasar
RI, 2008). Kondisi tersebut berkontribusi di tingkat desa.
terhadap tingginya angka kejadian penyakit Perilaku sanitasi kesehatan dasar
akibat sanitasi lingkungan di Indonesia. Hal ini terhadap lingkungan kesehatan sesorang
terlihat dari angka kejadian diare nasional pada dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor tersebut
tahun 2006 sebesar 423 perseribu penduduk dapat berasal dari orang itu sendiri, orang
pada semua umur dan 16 provinsi mengalami lain yang dapat mendorong untuk berperilaku
Kejadian Luar Biasa (KLB) diare dengan Case baik atau buruk, maupun kondisi lingkungan
Fatality Rate (CFR) sebesar 2,52. sekitar yang dapat mendukung terhadap
Strategi untuk mengubah perilaku berubahnya perilaku. Selama ini upaya yang
tersebut, pemerintah telah memberikan dilakukan masyarakat untuk mengatasi
perhatian di bidang hygiene dan sanitasi dasar masalah kesehatan, masih berorientasi pada
dengan menetapkan Open Defecation Free dan penyembuhan penyakit yang artinya apa
peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat. yang dilakukan masyarakat dalam bidang
Hal tersebut membuat Propinsi Jawa Tengah kesehatan hanya untuk mengatasi penyakit
berupaya lebih meningkatkan kesejahteraan yang telah terjadi atau menimpanya, di mana
masyarakat terutama dalam hal kesehatan, hal ini dirasa kurang efektif karena banyak
dengan dibentuknya Pos Pemberdayaan mengeluarkan biaya. Upaya promosi kesehatan
Keluarga (Posdaya) sesuai wewenang dan mempunyai peran yang sangat penting dalam
tanggung jawab masing-masing kota atau proses pemberdayaan masyarakat yaitu
kabupaten. melalui pembelajaran dari, oleh dan bersama
Berdasarkan studi pendahuluan yang masyarakat sesuai dengan lingkungan sosial
dilakukan pada Juli 2014, diketahui bahwa budaya setempat, agar masyarakat dapat
perilaku masyarakat dalam cuci tangan setelah menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan.
buang air besar 18%, setelah membersihkan Pelaksanaan pemberdayaan warga masyarakat
tinja bayi dan balita 12%, sebelum makan di bidang kesehatan memerlukan kerja sama
16%, sebelum memberi makan bayi 6%, dan dari beberapa pihak terkait diantaranya
sebelum menyiapkan makanan 11%, perilaku perangkat desa, tokoh masyarakat, kader
buang air besar sembarangan 10%, perilaku kesehatan, pemuda, LSM, dan seluruh warga
pengelolaan air minum rumah tangga merebus masyarakat pada umumnya. (Syafrudin,
air untuk mendapatkan air minum 13%, Hamidah, 2009). Upaya tersebut diharapkan
perilaku mengelola limbah rumah tangga dapat mewujudkan perilaku sanitasi dasar
dengan aman 12%, dan perilaku membuang kesehatan untuk mencegah penyakit akibat
sampah dengan benar 2%. Keadaan tersebut sanitasi lingkungan.
mendorong masyarakat Kauman Polanharjo Unt u k mew ujud k a n kom it me n
Kabupaten Klaten berkomitmen untuk pemerintah dalam mencapai target Millennium
memelihara dan meningkatkan derajat Development Goals (MDGs) tahun 2015,
kesehatan melalui Posdaya dengan kegiatan betapa pentingnya menaruh perhatian yang
salah satunya sanitasi kesehatan dasar. lebih serius terhadap perilaku sanitasi
Keluarga semakin penting setelah kesehatan dasar, agar tercapainya derajat
lahirnya Posdaya sebagai salah satu bentuk kesehatan masyarakat yang optimal.
upaya kesehatan bersumber daya keluarga
yang merupakan wujud nyata peran serta
BAHAN DAN METODE
keluarga dalam pembangunan kesehatan.
Posdaya merupakan salah satu alternatif untuk Penelitian ini menggunakan rancangan
mendorong terciptanya perilaku dan kualitas explanatory research dengan pendekatan cross
kesehatan keluarga di bidang kesehatan yang sectional yang bertujuan untuk menjelaskan

302
Model Asuhan Keperawatan Komunitas untuk Percepatan (Martono dn Satino)

prediksi besarnya kontribusi variabel bebas Tabel 3. Distribusi frekuensi persepsi budaya
yang meliputi keaktifan kader kesehatan, sehat
pemberdayaan keluarga, dan persepsi budaya
Persepsi Frekuensi %
sehat. Sementara, variabel terikatnya yaitu Rendah 0 0
perilaku sanitasi kesehatan. Sejumlah Sedang 10 10,1
99 responden direkrut menjadi sampel Tinggi 89 89,9
penelitian. Alat ukur yang digunakan untuk Jumlah 99 100
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
kuesioner. Untuk memprediksi besarnya Tabel 4. Distribusi frekuensi klasifikasi
variasi, dan menentukan arah dan besarnya perilaku sanitasi responden
kontribusi antara variabel bebas dengan Perilaku Frekuensi Persentase
variabel terikat menggunakan teknik analisis Rendah 0 0
regresi. Nilai keyakinan yang dipahami dalam Sedang 2 2,0
uji statistik pada penelitian adalah 95%. Tinggi 97 98,0
Jumlah 99 100

HASIL
Hasil penelitian menunjukkan dari 99 Berdasarkan perhitungan uji normalitas
responden, sebagian besar keaktifan kader sampel menggunakan Uji Jarque Bera
kesehatan dikategorikan sedang yaitu sebesar diperoleh nilai probability Jarque Bera
47 (47,5%), kategori rendah sebesar 35 orang sebesar 0,160 dengan tingkat signifikansi
(35,4%), dan tinggi sebesar 17 orang (17,1%) 95%. Dengan mendasarkan pada kaidah data
(lihat tabel 1). Sebagian besar pemberdayaan dinyatakan normal, jika nilai probability
keluarga dikategorikan tinggi yaitu 54 Jarque Bera > 0,05, maka perbandingan 0,160
(54,5%), kategori sedang sebesar 45 (45,5%) adalah lebih besar dari 0,05. Dengan demikian
dan kategori rendah sebesar 0 (0%) (lihat data penelitian yang diperoleh berdistribusi
tabel 2). Sebagian besar persepsi budaya sehat normal.
dikategorikan tinggi yaitu 89 (89,9%), kategori Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh
sedang sebesar 10 (10,1%) dan kategori rendah perbandingan > 0,05, sehingga data
sebesar 0 (0%) (lihat tabel 3). Sebagian besar penelitian yang diperoleh dinyatakan linier.
perilaku sanitasi kesehatan dikategorikan Hasil perhitungan uji linieritas dijelaskan pada
tinggi yaitu 97 (98,0%), kategori sedang tabel 5.
sebesar 2 (2,0%) dan kategori rendah sebesar Berdasarkan hasil Uji Multikolinieritas,
0 (0%) (lihat tabel 4). dapat dijelaskan bahwa nilai yang diperoleh
R Square model complete > dari R Square
Tabel 1. Distribusi frekuensi keaktifan kader
Auxilary regressive, dengan demikian data
kesehatan
yang diperoleh tidak terjadi multikolinieritas.
Keaktifan Frekuensi % Hasil perhitungan Uji Kleins dapat dijelaskan
Rendah 35 35,4 pada tabel 6.
Sedang 47 47,5 Hasil uji heterokedastisitas pada tabel
Tinggi 17 17,1 7, dapat dijelaskan bahwa nilai Spearmans
Jumlah 99 100 Rho > dari 0,05. Dengan demikian data
penelitian ini tidak terjadi heterokedastisitas.
Tabel 2. Distribusi frekuensi pemberdayaan Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan
keluarga bahwa ada pengaruh yang positif variabel
Pemberdayaan Frekuensi % pemberdayaan keluarga sebesar 0,304, variabel
Rendah 0 0 keaktifan kader kesehatan sebesar 0,239, dan
Sedang 45 45,5 variabel persepsi budaya sehat sebesar 0,503
Tinggi 54 54,5 terhadap perilaku sanitasi kesehatan.
Jumlah 99 100

303
Jurnal Ners Vol. 10 No. 2 Oktober 2015: 301307

Tabel 5. Rangkuman hasil uji linieritas simultan variabel keaktifan kader kesehatan,
pemberdayaan keluarga, dan persepsi budaya
Variabel Kriteria Ket
sehat dapat menjelaskan perilaku sanitasi.
X1Y 0,134 > 0,05 Linier
Berdasarkan uji statistik, diperoleh
X2Y 0,640 > 0,05 Linier
perbandingan harga t1hitung =1.973>t tabel=1.6
X3Y 0,124 > 0,05 Linier
60; t2hitung =3.421>t tabel =1.660; dan t3 hitung =
3.106>ttabel=1.660 dengan derajat kepercayaan
Tabel 6. R a n g k u m a n hasil uji 95%, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima
multikolinieritas atau keaktifan kader kesehatan, pemberdayaan
R Square keluarga, dan persepsi budaya sehat secara
Variabel Ket parsial memberikan pengaruh yang signifikan
R mc R2 ar
2

tidak ada terhadap perilaku sanitasi. Hasil uji t dapat


X1*X3 X2 0,223 0,105 dilihat pada tabel 9.
multikolinieritas
tidak ada
X2* X1 X3 0,223 0,053 Tabel 9. Rangkuman hasil uji t
multikolinieritas
tidak ada Harga t
X3*X2 X1 0,223 0,066 Variabel Keterangan
multikolinieritas t-Hitung t-tabel
X1Y 1.973 1.660 Signikan
X2Y 3.421 1.660 Signikan
Tabel 7. Hasil uji heterokedastisitas X3Y
Absolut = 0.05: 3.106 1.660 Signikan
Variabel Kriteria Keterangan N = 99
Residual
tidak ada
X1 0,569 > 0,05 heterokedas- Nilai Hasil uji statistik regresi (keaktifan
tisitas kader kesehatan, pemberdayaan keluarga,
tidak ada dan persepsi budaya sehat) menunjukkan
X2 0,402 > 0,05 heterokedas- nilai R 2 sebesar 0,254 yang artinya sebesar
tisitas
25,4% variabel keaktifan kader kesehatan,
tidak ada
pemberdayaan keluarga, dan persepsi budaya
X3 0,054 > 0,05 heterokedas-
sehat menjelaskan perilaku kesehatan. Sisanya
tisitas
sebesar 74,6% diterangkan oleh variabel lain di
luar model yang digunakan. Untuk mengetahui
Tabel 8. Hasil analisis regresi berganda besar variasi masing-masing variabel
independen dalam menerangkan perilaku
Variabel Koef Regresi t hitung sanitasi, perlu dilakukan penghitungan R 2
X1 0.239 1.973 masing-masing variabel independen (keaktifan
X2 0.304 3.421 kader kesehatan, pemberdayaan keluarga,
X3 0.503 3.106 dan persepsi budaya sehat) terhadap perilaku
Konstanta 45.182 3.204 sanitasi. Hasil perhitungan statistik diperoleh
R 0.504 R 2 total dari prediktor keaktifan kader
R2 0.254 kesehatan (X1), pemberdayaan keluarga (X2)
F 10.768
dan persepsi budaya sehat (X3) = 25,4%. R 2
dari prediktor variabel persepsi budaya sehat
(X3) = 9,9% dan R 2 dari prediktor variabel
Berdasarkan hasil perhitungan uji F,
keaktifan kader kesehatan dan persepsi budaya
diperoleh nilai Fhitung=10.768 dan Ftabel(0,01;3;
sehat (X1 dan X3) = 10,1%, maka R 2 masing-
95) =4.04. Karena nilai F hitung =10,768 lebih
masing variabel independen terhadap perilaku
besar dari nilai Ftabel =4.04, maka harga
sanitasi adalah R 2 X3,Y = 9,9%, R 2 X1,Y =
F hitung =10.768 berada di daerah penolakan
10,1%9,9% = 0,2% dan R 2 X 2,Y = 25,4%
Ho atau menerima Ha, yang artinya secara
10,1% = 15,3%.

304
Model Asuhan Keperawatan Komunitas untuk Percepatan (Martono dn Satino)

PEMBAHASAN pemberdayaan warga masyarakat di bidang


kesehatan memerlukan kerja sama dari
Keaktifan pemberdayaan keluarga,
beberapa pihak terkait diantaranya perangkat
persepsi budaya sehat, dan kader kesehatan
desa, tokoh masyarakat, kader kesehatan,
secara simultan berpengaruh positif dan
pemuda, LSM, dan seluruh warga masyarakat
signifikan terhadap perilaku sanitasi sebesar
pada umumnya. Dengan upaya tersebut
25,4%. Sedangkan besarnya pengaruh masing-
diharapkan dapat mewujudkan perilaku
masing variabel pemberdayaan keluarga,
sanitasi dasar kesehatan untuk mencegah
persepsi budaya sehat, dan kader kesehatan
penyakit akibat sanitasi lingkungan.
dalam menjelaskan variabel perilaku sanitasi
Keaktifan kader kesehatan merupakan
adalah besarnya pengaruh variabel keaktifan
salah satu daya dukung untuk mewujudkan
kader kesehatan sebesar 0,2%, pemberdayaan
pelaksanaan pengembangan program sanitasi
sebesar keluarga 15,3%, dan persepsi budaya
total berbasis masyarakat baik secara internal
sehat sebesar 9,9%. Dengan demikian variabel
di dalam desa sendiri ataupun antar desa. Upaya
yang paling tinggi pengaruhnya terhadap
ini dapat memantapkan kerja sama dan sebagai
perilaku sanitasi adalah variabel pemberdayaan
wahana untuk menumbuhkan kesadaran
keluarga sebesar 15,3%, kemudian variabel
warga akan pentingnya sanitasi kesehatan,
persepsi budaya sehat sebesar 9,9% dan
dan bertukar pengalaman memecahkan
keaktifan kader kesehatan 0,2%. Variabel
masalah yang dihadapi masyarakat secara
pemberdayaan keluarga memiliki pengaruh
bersama termasuk sanitasi kesehatan warga.
yang lebih besar terhadap perilaku sanitasi
Berdasarkan hasil uji statistik variabel
dibandingkan dengan variabel keaktifan kader
keaktifan kader kesehatan terhadap perilaku
kesehatan maupun variabel persepsi budaya
sanitasi diperoleh nilai koefisien regresi
sehat.
sebesar 0.239 artinya setiap kenaikan 5%
Hal ini menggambarkan bahwa perilaku
keaktifan kader kesehatan dengan menganggap
kesehatan di lingkungannya lebih dominan
bahwa variabel pemberdayaan keluarga dan
dipengaruhi oleh pemberdayaan keluarga.
persepsi budaya sehat dikendalikan, maka
Keberhasilan masyarakat untuk melakukan
diikuti dengan kenaikan perilaku sanitasi
sanitasi kesehatan di lingkungannya tidak
kesehatan sebesar 23,9%. Faktor keaktifan
lepas dari peran dan partisipasi keluarga
kader kesehatan dalam penelitian ini secara
sebagai unsur dari masyarakat. Dengan
parsial terbukti mampu memberikan kontribusi
pemberdayaan keluarga diharapkan unsur
yang signifikan dalam mempengaruhi perilaku
yang ada dalam keluarga tersebut mendapat
sanitasi kesehatan yaitu sebesar 0,2%.
kontrol internal dari kepala keluarga yang
Hal ini berarti dapat dijelaskan bahwa
mengarahkan untuk berperilaku kesehatan di
aspek-aspek keaktifan kader kesehatan yang
lingkungannya. Kontrol perilaku dari kepala
meliputi kesiapan dan keyakinan kader
keluarga bila didukung dengan persepsi yang
kesehatan terhadap kemampuan menguasai
baik tentang budaya sehat dan keaktifan kader
tugasnya, keaktifan kader kesehatan dalam
kesehatan masyarakat akan lebih mengarahkan
kegiatan, dan kedisiplinan kader kesehatan
untuk mencapai tujuan. Berdasarkan hasil
mampu membentuk perilaku yang positif dan
penelitian di atas, bahwa untuk meningkatkan
mempunyai kontribusi dalam meningkatkan
kontribusi warga dalam rangka berperilaku
perilaku sanitasi kesehatan.
untuk melakukan sanitasi di bidang kesehatan
Hasil penelitian ini sesuai dengan
seyogyanya diikuti oleh pengembangan
pendapat yang di sampaikan Syafrudin dan
sumber daya manusia (warga) itu sendiri. Hal
Hamidah (2009), yang menjelaskan bahwa
ini dapat dipahami bahwa semua kegiatan
Keaktifan kader kesehatan merupakan salah
masyarakat untuk mencapai tujuannya adalah
satu kunci keberhasilan dalam pengembangan
sangat tergantung sumber daya manusianya.
program pelaksanaan UKBM (upaya Kesehatan
Hal i n i sesu ai pend apat ya ng
Berbasis Masyarakat). Kader kesehatan
disampaikan Syafrudin dan Hamidah (2009),
diberi kesempatan dalam mengembangkan
yang menjelaskan bahwa pelaksanaan

305
Jurnal Ners Vol. 10 No. 2 Oktober 2015: 301307

kreativitasnya dan melakukan pemantauan stimulus, kemudian diorganisasikan, diartikan,


serta evaluasi. Dalam hal ini, kader kesehatan dievaluasi dan ditanggapi dengan tindakan.
terlibat secara langsung pengelolaan Dengan demikian faktor persepsi budaya sehat
pengembangan program sanitasi total berbasis mempunyai kontribusi dalam meningkatkan
masyarakat). Kegiatan yang dilakukan perilaku sanitasi kesehatan di masyarakat.
oleh kader kesehatan salah satunya adalah Berdasarkan hasil uji statistik variabel persepsi
penyuluhan perilaku hidup bersih sehat). budaya sehat terhadap perilaku sanitasi
Dengan demikian, semakin banyak kader diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.503
kesehatan yang aktif berperan serta dalam artinya setiap kenaikan 5% persepsi budaya
kegiatan STBM di desa, maka semakin tinggi sehat dengan menganggap bahwa variabel
pula perilaku sanitasi kesehatan masyarakat. pemberdayaan keluarga dan keaktifan kader
Pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan dikendalikan, maka diikuti dengan
kesehatan menghasilkan peningkatan kenaikan perilaku sanitasi kesehatan sebesar
ke m a m p u a n t e r m a s u k ke m a m p u a n 50,3%. Faktor persepsi budaya sehat dalam
keluarga dalam mengidentifikasi masalah penelitian ini terbukti secara parsial mampu
kesehatan yang ada di masyarakat dan memberikan kontribusi yang signifikan dalam
cara pemecahannya. Dengan demikian mempengaruhi perilaku sanitasi kesehatan
pemberdayaan keluarga dapat memberikan yaitu sebesar 9,9%. Hal ini berarti aspek-
kontribusi terhadap perilaku sanitasi kesehatan aspek persepsi budaya sehat yang meliputi
dalam meningkatkan derajat kesehatan tanggung jawab terhadap buang air besar,
masyarakat. Berdasarkan hasil uji statistik mencuci tangan sebelum dan sesudah makan,
variabel pemberdayaan keluarga dalam mengelola air minum dan makanan yang aman,
memprediksi perilaku sanitasi kesehatan mengelola sampah dengan benar, mengelola
diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.304 limbah cair rumah tangga dengan aman
artinya setiap kenaikan 5% pemberdayaan mampu membentuk perilaku yang positif dan
keluarga dengan menganggap bahwa variabel mempunyai kontribusi dalam meningkatkan
keaktifan kader kesehatan, dan persepsi kinerja.
budaya sehat dikendalikan, maka diikuti Hasil penelitian ini sesuai dengan
dengan kenaikan perilaku sanitasi kesehatan pendapat yang disampaikan Gibson (1997),
sebesar 30.4%. Hal ini berarti aspek-aspek menjelaskan bahwa perilaku seseorang
yang meliputi sense of self determination, sense dipengaruhi oleh faktor psikologis yang salah
of meaning, sense of competence, dan sense satunya adalah persepsi seseorang. Persepsi
of impact telah membentuk pemberdayaan individu akan mempengaruhi proses dalam
keluarga yang baik. pengambilan suatu keputusan, dan dengan
Hasil penelitian ini sesuai dengan adanya suatu keputusan seseorang akan
penelitian yang dilakukan Sulistiyani (2004), terdorong untuk melakukan suatu kegiatan
yang menjelaskan bahwa keluarga merupakan untuk mencapai tujuannya. Dengan tindakan
faktor paling mendukung dalam pelaksanaan yang didasarkan atas persepsi tersebut, akan
perilaku hidup bersih dan sehat. Hal ini juga menimbulkan sebuah perilaku yang nyata
diperkuat hasil penelitian yang dilakukan yaitu perilaku sanitasi kesehatan.
oleh Sinaga, Marhaeni, dan Mubasyir (2004),
yang menjelaskan bahwa rendahnya cakupan
SIMPULAN DAN SARAN
perilaku hidup sehat disebabkan oleh belum
optimalnya pemberdayaan keluarga. Dengan Simpulan
demikian, perilaku sanitasi kesehatan dapat Aspek pemberdayaan keluarga, persepsi
tercapai bila dilakukan dengan pendekatan budaya sehat, dan keaktifan kader kesehatan
individu, keluarga, kelompok sampai secara simultan memberikan kontribusi yang
masyarakat. positif dalam mengubah perilaku sanitasi-
Persepsi adalah terjadinya tanggapan sanitasi kesehatan sebesar 25,4%. Secara
yang didahului oleh penginderaan terhadap parsial pemberdayaan keluarga memberikan

306
Model Asuhan Keperawatan Komunitas untuk Percepatan (Martono dn Satino)

kontribusi sebesar 15,3%, persepsi budaya yang lebih luas kepada warga untuk bertindak
sehat sebesar 9,9%, dan keaktifan kader atas inisiatif sendiri sesuai kemampuannya.
kesehatan sebesar 0,2%.

Saran KEPUSTAKAAN

Saran yang diberikan dalam rangka Depkes RI. 2008. Buku paket pelatihan kader
kesehatan dan tokoh masyarakat dalam
upaya percepatan MDGs sektor sanitasi
pengembangan desa siaga. Klaten:
kesehatan di masyarakat adalah dengan
Depkes RI.
memfungsikan Posdaya (Pos Pemberdayaan
Gibson, JL., Ivancevich, JM, dan Donelly, Jr.
Keluarga) sebagai wadah yang representatif 1997. Organizations behavior structure
untuk duduk bersama dalam rangka urun processes. United States Of America:
rembug mengenal, mengidentifikasi, dan Van Hoffmann Press.
memecahkan masalah perilaku kesehatan Kemenkes RI. 2008. Strategi nasional sanitasi
untuk meningkatkan derajat kesehatan dengan total berbasis masyarakat. Jakarta:
memberdayakan masyarakat khususnya Kemenkes RI.
keluarga, sehingga terbentuk perilaku Sulistiyani, T. 2004. Kemitraan dan model-
yang dapat membawa anggota keluarganya model pemberdayaan. Yogyakarta:
berkreativitas dan mempunyai pengetahuan Gava Media.
dan sikap dalam berperilaku sanitasi kesehatan Syafrudin dan Hamidah. 2009. Kebidanan
sesuai yang diharapkan, dan melibatkan warga komunitas. Jakarta: EGC.
masyarakat serta memberikan kesempatan

307

Anda mungkin juga menyukai