Anda di halaman 1dari 5

MODEL PEMBELAJARAN REPRODUKSI SEHAT MELALUI KELOMPOK

SEBAYA PADA REMAJA PUTRI


(Reproductive Health Learning Model Through Adollecent Peer)

Awatiful Azza*, Cipto Susilo*


*Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember.
Email: awatiful.azza@yahoo.com
ABSTRAK
Pendahuluan: Masalah remaja merupakan kondisi yang perlu diperhatikan dalam pembangunan nasional di Indonesia.
Masalah remaja terjadi, karena mereka tidak dipersiapkan mengenai pengetahuan tentang aspek yang berhubungan dengan
masalah peralihan dari masa anak ke dewasa. Salah satu masalah yang dihadapi oleh remaja saat ini adalah tentang kesehatan
remaja terutama terkait dengan kesehatan reproduksi. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif pra
eksperimen dengan pendekatan pre post test design, dengan tujuan menyusun model pembelajaran reproduksi sehat melalui
kelompok sebaya di pesantren tradisional dan menganalisis aplikasi dari pembelajaran melalui kelompok sebaya terhadap
pengetahuan santriwati tentang reproduksi sehat. Sampel penelitian ini adalah santriwati yang ada di pesantren Gunung
Sepikul berjumlah 50 santriwati, dengan tehnik purposive sampling. Hasil analisis dengan menggunakan uji Spearmans rho
didapatkan nilai P value 0,00 dimana nilai tersebut < lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
pembelajaran reproduksi sehat melalui kelompok sebaya terhadap pemahaman santriwati. Diskusi: Pondok pesantren perlu
memberikan kurikulum tentang kesehatan reproduksi agar meningkatkan pemahaman santriwati dalam berperilaku hidup
sehat terkait dengan organ reproduksinya.
Kata kunci: pesantren, tutor sebaya, kesehatan reproduksi

ABSTRACT
Introduction: Teen problems are conditions that need to be considered in national development in Indonesia. Teenagers
problems occur, because they are not prepared regarding knowledge of aspects related to the problem of transition from
childhood to adulthood. One of the problems faced by teenagers today is about the health of adolescents, especially related
to reproductive health. Method: This study uses a quantitative approach pre experiment with pre - post test design, the
purpose of research, construction of models of healthy reproductive learning through peer groups in traditional schools and
analyze the application of learning through peer group against knowledge female students about reproductive health. The
sample was female students in pesantren Gunung Sepikul amounted to 50 female students, with purposive sampling
technique. Result: of analysis using Spearman's rho test ,P value of 0.00 obtained value where the value is < less than 0.05
so it can be concluded that there is a learning effect of reproductive health through peer groups for knowledge female
students. Discussion: Boarding schools need to provide curriculum on reproductive health in order to improve the
understanding of female students in healthy living behavior associated with reproductive organs.
Keywords: boarding school, peer tutors, reproductive health
_______________________________________________________________________________________________

PENDAHULUAN nikah karena jadi bahan gunjingan masyarakat)


dibanding resiko seksual, khususnya menyangkut
Permasalahan kesehatan reproduksi
kesehatan reproduksi dan kesehatan seksualnya
remaja saat ini menjadi acuan standar tentang
(Iriyanti 2003). Padahal kelompok usia remaja
perilaku remaja dalam menjaga reproduksinya.
merupakan usia yang paling rentan terinfeksi
Data menunjukkan bahwa kondisi remaja saat
HIV/AIDs dan Penyakit Menular Seksual
ini baik di perkotaan maupun perdesaan tidak
(PMS) lainnya. Bahkan, dalam jangka waktu
jauh berbeda terkait dengan peningkatan
tertentu, ketika remaja putri menjadi ibu hamil,
perilaku negative terutama dalam hal kesehatan
maka kehamilannya dapat mengancam
reproduksi. Perilaku negatif yang dimaksud
kelangsungan hidupnya atau janin yang
adalah semakin maraknya seks pra-nikah.
dikandungnya (Azza 2009).
Namun, menarik dipertanyakan adalah apakah
Di dunia dewasa ini jumlah orang yang
mereka memahami resiko-resiko seksual yang
terinfeksi HIV/AIDS mencapai 39,4 juta, dari
menyertainya? Berdasarkan studi di 3 kota
data tersebut perempuan cenderung berpeluang
Jawa Barat (2009) tentang penyebab perilaku
besar tertular HIV/AIDS yaitu sekitar 17,6 juta
seks pra nikah adalah remaja putri lebih takut
penderita. Data yang ada di Indonesia
pada resiko sosial (antara lain: takut kehilangan
menunjukkan jumlah penularan HIV/AIDS
keperawanan/ virginitas, takut hamil di luar
142
Jurnal Ners Vol. 11 No. 1 April 2016: 142-146

perhari 14 ribu, dan 6.000 kasus dialami oleh Miftahul Hasan Gunung Sepikul Pakusari
perempuan (Hutapea 2003). Data lain dari kabupaten Jember dengan jumlah 50 orang,
Dinas kesehatan kabupaten Jember Jawa Timur pengelola pondok pesantren tradisional dengan
menetapkan status merah terhadap penyebaran jumlah 5 orang. Kegiatan ini dilakukan
HIV/AIDS. Status ini ditetapkan karena terus bekerjasama dengan kementrian agama, dan
meningkatnya penderita HIV/AIDS tiap Dinas Pendidikan Kabupaten Jember.
tahunnnya (Azza 2009) Data yang dikumpulkan dalam penelitian
Pada dasarnya, kerentanan perempuan, ini meliputi data primer dan data sekunder. Data
bukan hanya karena faktor biologisnya, namun primer diperoleh secara langsung sebagai sumber
juga secara sosial dan kultural kurang berdaya data yaitu melalui observasi, kuesioner dan
untuk menyuarakan kepentingan/haknya pada wawancara yang dilakukan kepada remaja putri.
pasangan seksualnya demi keamanan, Penelitian ini juga membutuhkan data
kenyamanan, dan kesehatan dirinya. Kepasipan sekunder. Data sekunder diperoleh dari tokoh
dan ketergantungan sebagai karakter feminin masyarakat, pengelola pondok pesantren
yang dilekatkan pada perempuan juga melatari melalui hasil Focus Group Discussion (FGD),
kerentanan tersebut. Faktor ekonomi juga selain itu peneliti juga membutuhkan sumber
mengkondisikan kerentanan perempuan. lain yang relevan dengan kebijakan serta
Model pembelajaran reproduksi sehat program terkait dengan kesehatan reproduksi
melalui teman sebaya yang tersusun secara remaja. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi:
sistematis dan sebagai strategi dalam 1) Pemahaman pengelola pesantren tradisional
pembangunan kesehatan merupakan upaya tentang kurikulum kesehatan reproduksi dalam
untuk membangun sumber daya generasi muda pendidikan pesantren, 2) Peran serta masyarakat
serta untuk membangkitkan kesadaran akan dalam mendukung pembelajaran reproduksi sehat
potensi yang dimilikinya dalam upaya untuk di pesantren tradisional, 3) Peran pemerintah
meningkatkan status kesehatan reproduksinya. Daerah (kementrian agama dan dinas pendidikan)
dalam mendukung pemberian edukasi tentang
BAHAN DAN METODE kesehatan reproduksi bagi remaja.
Terkait kebijakan pemerintah tentang
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kesehatan reproduksi, maka peneliti melakukan
partisipatif yang dilakukan dalam 2 (dua) tahap
identifikasi dan analisa data pada dinas
yaitu; 1) Mengidentifikasi dukungan pengelola
kesehatan kabupaten serta dinas sosial.
pesantren, dan masyarakat tentang kurikulum
Pada Pelaksanaan penelitian, 50 sampel
kesehatan reproduksi di pesantren tradisional
santriwati dibagi menjadi 5 kelompok dengan
dan Menguatkan peran tutor sebaya dalam
masing-masing kelompok teridiri dari 10
pembelajaran reproduksi sehat di pesantren
santriwati. Selanjutnya tiap kelompok ditunjuk
tradisional putri dengan menggunakan metoda
satu sebagai tutor bagi kelompoknya. Peneliti
Participatory Action Research (PAR), hasil
memberikan kuesioner kepada seluruh sampel
identifikasi tersebut digunakan untuk
sebelum perlakuan dan kemudian dilanjutkan
menyempurnakan model pembelajaran kesehatan
dengan pelatihan tutor oleh peneliti untuk bisa
reproduksi melalui teman sebaya 2) dilanjutkan
menjadi tutor bagi kelompoknya. Tutor yang
dengan pelaksanaan uji coba model yang
dipilih adalah santriwati yang cakap, mudah
komprehensif dan kompleks yang melibatkan
bergaul,mampu menyampaikan informasi dan
seluruh remaja putri serta pengelola pesantren
mempunyai wawasan yang luas. Selanjutnya
dan pendampingan kelompok sebaya oleh tim
pelaksanaan tutor sebaya tentang kesehatan
peneliti dan pendampingan pelaksanaan model.
reproduksi berlangsung selama 1 bulan dengan
Selanjutnya peneliti melakukan evaluasi hasil
pendampingan peneliti. Dan setelah itu peneliti
pengembangan model pembelajaran reproduksi
membagikan kuesioner untuk dilakukan
sehat yang berkelanjutan untuk peningkatan
analisis setelah tindakan pada 50 sampel.
kesehatan fisik dan sosial bagi remaja putri.
Pengolahan dan analisa data yang
Penelitian ini dilakukan di pondok
diperoleh baik secara dokumenter maupun dari
pesantren tradisional putri di kabupaten Jember
lapangan dianalisa secara kuantitatif dan
yaitu pesantren Miftahul Hasan Gunung
kualitatif. Untuk mengetahui pengaruh teman
Sepikul Pakusari Jember, dengan melibatkan
sebaya terhadap pemahaman santriwati di
remaja putri di pondok pesantren tradisional
pesantren tentang kesehatan reproduksi analisis
143
Model pembelajaran reproduksi sehat (Awatiful Azza, Cipto Susilo)

yang dilakukan dengan menggunakan uji lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat ditarik
sperman Rho. Sedangkan untuk temuan data kesimpulan bahwa ada pengaruh pembelajaran
melalui FGD dianalisis secara kualitatif. reproduksi sehat terhadap pemahaman santriwati.
Berdasar temuan tersebut maka model
HASIL pembelajaran reproduksi sehat menjadi penting
untuk diterapkan di pesantren tradisional.
Data tentang usia pertama kali santriwati
Untuk keeratan hubungan atau koefisien
di pesantren Miftahul Hasan mengalami
korelasi pada penelitian ini didapatkan bahwa
menarche berdasarkan kuesioner pada sampel
berada pada 0,627 artinya berada pada korelasi
didapatkan bahwa dari 50 sampel, sebagian
yang tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
berusia 12 tahun (50%). Jika dilihat dari rentang
pengetahuan santriwati 62,7 % dipengaruhi
usia santriwati yang berada di pondok pesantren
oleh tutor sebaya, dan sisanya dipengaruhi oleh
Miftahul Hasan berkisar antara 11-16 tahun dan
faktor lain.
kebanyakan santriwati berusia 14 tahun yaitu
sebanyak 18 santriwati (36 %). Lama
PEMBAHASAN
santriwati berada di pesantren berkisar antara 1-
4 tahun, dari data penelitian ditemukan bahwa Kesehatan reproduksi menyangkut
sebagian santri berada di pesantren selama 3 proses, fungsi dan system reproduksi pada
tahun (50%). Ada tiga katagori pengetahuan seluruh tahap kehidupan. Untuk mendapatkan
yang berdasarkan analisis terhadap responden reproduksi yang sehat dan bertanggung jawab
yitu pengetahuan baik, cukup dan kurang. Hasil memerlukan bimbingan moral yang baik (Crow
cross tabulasi pada kelompok sebelum diberi 2004). Dalam kaitannya pemasyarakatan
perlakuan didapatkan bahwa pengetahuan kehidupan reproduksi yang sehat dibutuhkan
santriwati adalah 20% pengetahuan baik, 68% tidak hanya kekuatan lembaga (melalui tokoh),
pengetahuan sedang dan 12% pengetahuan namun juga sangat ditentukan ketepatan materi
kurang. Untuk pengetahuan pada kelompok yang disampaikan, cara penyampaian dan
setelah diberi perlakuan didapatkan Pengetahuan kepada siapa materi itu disampaikan. Santri di
baik 70%, pengetahuan cukup 20% dan pesantren merupakan remaja yang membutuhkan
pengetahuan kurang 10%. pengetahuan serta pendidikan mengenai seksualitas
Hasil uji menggunakan Spearmans rho dan kesehatan reproduksi.
menunjukkan nilai 0,00 dimana nilai tersebut

Tabel 1. Pengetahuan sebelum dan sesudah pembelajaran reproduksi sehat di Pesantren Miftahul
Hasan
Pengatahuan sebelum Pengetahuan sesudah
Spearman's rho Pengatahuan Correlation Coefficient 1.000 .627**
sebelum Sig. (2-tailed) . .000
N 50 50
Pengetahuan Correlation Coefficient .627** 1.000
sesudah Sig. (2-tailed) .000 .
N 50 50
**Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Santriwati

Santriwati Tutor Sebaya Santriwati

Santriwati

144
Jurnal Ners Vol. 11 No. 1 April 2016: 142-146

Gambar 1: Model pembelajaran reproduksi sehat melalui tutor sebaya di pesantren Miftahul Hasan
Jember
Hasil penelitian di pesantren salaf ini mengikuti kegiatan ujian paket C, karena sesuai
menunjukkan bahwa pembelajaran kesehatan dengan tuntutan kebutuhan santri setelah keluar
reproduksi ini kebanyakan hanya diberikan dari pesantren, yaitu: a) sistem pondok pesantren
melalui media kitab kuning. Pembelajaran mengutamakan kesederhanaan, idealisme,
seksualitas melalui media kitab kuning lebih persaudaraan, persamaan, rasa percaya diri, dan
banyak memberikan pendidikan normatif keberanian hidup; b) pembelajaran kesehatan
syariah, akhlak dan belum terkait dengan reproduksi selama ini dipelajari di media kitab
kesehatan reproduksi. Pembelajaran seksualitas kuning; c) hal-hal yang telah dipelajari lebih
lewat kitab kuning ini diberikan kepada santri banyak memberikan pendidikan normatif
dengan materi seksualitas dan kesehatan syariah, akhlak dan belum terkait dengan
reproduksi melalui kitab Risalatul Mahid. kesehatan reproduksi. Pembelajaran seksualitas
Materi-materi yang dijelaskan dalam kitab lewat kitab kuning ini diberikan kepada santri
Risalatul Mahid yaitu sebagian besar dengan materi seksualitas dan kesehatan
membahas mengenai haid, nifas dan wiladah reproduksi melalui kitab Risalatul Mahid.
serta cara bersucinya setelah mengalami haid, Materi-materi yang dijelaskan dalam kitab
nifas ataupun wiladah. Di dalamnya juga Risalatul Mahid yaitu sebagian besar
dijelaskan mengenai tata cara hubungan suami membahas mengenai haid, nifas dan wiladah
istri tetapi hanya dijelaskan garis besarnya saja. serta cara bersucinya setelah mengalami haid,
Data tentang dukungan pengelola pesantren nifas ataupun wiladah. Di dalamnya juga
didapatkan melalui kegiatan wawancara dengan dijelaskan mengenai tata cara hubungan suami
ustadz dan pimpinan pesantren, serta melalui istri tetapi hanya dijelaskan garis besarnya saja.
diskusi dalam kegiatan FGD. Hasil temuan Hasil FGD pengelola pesantren bersama
peneliti didapatkan gambaran bahwa sistem masyarakat menunjukkan bahwa pengelola
pembelajaran yang ada dalam pondok pesantren pesantren setuju dimasukkan pembelajaran
tradisional mempunyai keunikan dibandingkan kesehatan reproduksi, namun harus di
dengan sistem yang diterapkan dalam sampaikan dengan pendekatan yang santun dan
pendidikan pada umumnya. Tidak ada tidak terlalu vulgar. Selama ini santri belum
kurikulum baku yang dikembangkan dalam mendapatkan materi khusus tentang kesehatan
pesantren tradisional atau salaf. Masing-masing reproduksi. Santriwati hanya mendapatkan
pesantren diberi kewenangan untuk menyusun pelajaran kesehatan reproduksi berdasar
kurikulum sesuai kebutuhan santriwati. tinjauan hukum Islam.
Penelitian yang dilakukan di tempat pondok Kelompok sebaya adalah sekelompok
pesantren salaf ini menunjukkan hasil yang siswa yang telah tuntas terhadap bahan
tidak jauh berbeda tentang pengelolaan pesantren, pelajaran, memberikan bantuan kepada siswa
yaitu: 1) memakai sistem tradisional yang yang mengalami kesulitan dalam memahami
mempunyai kebebasan penuh dibandingkan bahan pelajaran yang dipelajarinya. Bantuan
dengan sekolah modern, sehingga terjadi belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan
hubungan dua arah antara santri dan kiyai; 2) kecanggungan. Bahasa teman sebaya lebih
kehidupan di pesantren menempatkan semangat mudah dipahami selain itu dengan teman
demokrasi karena mereka praktis bekerja sama sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu,
mengatasi problema non-kurikuler mereka; 3) dan sebagainya, sehingga diharapkan siswa
para santri tidak mengharap penghargaan yang kurang paham tidak segan-segan untuk
kependidikan yaitu perolehan gelar dan ijazah, mengungkapkan berbagai kesulitan yang
karena sebagian besar pesantren tidak dihadapinya (Desmita 2009).
mengeluarkan ijazah, sedangkan santri dengan Tutor sebaya merupakan salah satu
ketulusan hatinya masuk pesantren tanpa adanya strategi pembelajaran untuk membantu
ijazah tersebut. Hal itu karena tujuan utama memenuhi kebutuhan peserta didik. Ini
adalah mencari keridlaan Allah Swt dan ilmu merupakan pendekatan kooperatif bukan
untuk diamalkan. kompetitif. Rasa saling menghargai dan
Namun ada temuan yang berbeda dengan mengertu dibina diantara peserta didik yang
pesantren Miftahul Hasan, pengelola pesantren bekerjasama. Pondok pesantren memiliki
memberikan kebebasan santrinya untuk karakteristik unik dari lembaga-lembaga
145
Model pembelajaran reproduksi sehat (Awatiful Azza, Cipto Susilo)

pendidikan lainnya,dan karekateristik ini sebagian besar cukup dan setelah dilakukan
tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan lain pembelajaran reproduksi sehat di pesantren
selain pesantren. Ada beberapa metode Miftahul Hasan mayoritas menjadi baik. Ada
pengajaran yang diberlakukan di berbagai pengaruh pembelajaran reproduksi sehat yang
pesantren, diantaranya adalah: Sorogan, diberikan dipesantren tradisional terhadap
Weton/Bandungan, Halaqoh, Hafalan, Hiwar, pemahaman santriwati.
Bahtsul Masail, Fathul Kutub, dan Muqoronah
(Nurhasannah 2006) Dalam perkembangannya Saran
santri belajar dengan menggunakan banyak
Perlu kerjasama lintas program dan sektor
sumber (Dian 2010).
dalam meningkatkan sosialisasi kesehatan
Dalam proses pendidikan kesehatan
reproduksi pada remaja baik dilingkungan
reproduksi di pesantren, ustadzah bukan satu-
umum maupun di pesantren. Perlu diberikan
satunya sumber yang dapat dijadikan pedoman
penguatan bagi pengelola pesantren agar
oleh santri. Hal ini berarti santri harus mandiri,
pembelajaran kesehatan reproduksi menjadi
tidak tergantung dan tidak mengandalkan
materi yang disampaikan di pesantren tidak
materi pendidikan kesehatan reproduksi dari
hanya dari tinjauan agama, namun juga tinjauan
ustadzah semata. Dengan memanfaatkan
bio-psiko dan sosial.
berbagai sumber belajar yang tersedia santri
berusaha aktif mencari sumber belajar yang
KEPUSTAKAAN
berkaitan dengan materi pendidikan kesehatan
reproduksi. Metode pembelajaran tutor sebaya Azza, A., 2009. Beban Perempuan penderita
mampu meningkatkan pemahaman santri HIV/AIDS dalam perspektif Gender.
tentang kesehatan reproduksi secara mandiri Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
dan lebih bertanggung jawab. Muhammadiyah Jember.
Crow, 2004. Educational Psychology.
SIMPULAN DAN SARAN American Book Company, New York.
Desmita, 2009. Model Teman Sebaya sebagai
Simpulan
media pembelajaran, Jakarta: Rineka
Pesantren tradisional merupakan pendidikan Cipta.
non formal yang mempunyai andil cukup besar Dian, 2010. Pondok pesantren dalam
dalam membantu meningkatkan kecerdasan persepektif pendidikan Islam Indonesia.
bangsa. Tidak adanya kurikulum yang baku Skripsi. STAIN Jember.
tentang kesehatan reproduksi menyebabkan Hutapea, R., 2003. No Title, Jakarta: Rineka
sebagian besar santriwati belum mendapatkan Cipta.
pemahaman yang benar tentang kesehatan Iriyanti, 2003. No Title, Jakarta: EGC.
reproduksi, selama ini mereka hanya Nurhasannah, 2006. Pola Pendidikan
mempelajara kesehatan reproduksi berdasar Pesantren: Studi Terhadap Pesantren se-
pada tinjauan agama. Pengetahuan santriwati Kota Pekanbaru. Fakultas Tarbiyah dan
sebelum dilakukan pembelajaran reproduksi Keguruan UIN Suska Riau.

146

Anda mungkin juga menyukai