Indeks Tendensi Konsumen (ITK) di DKI Jakarta pada Triwulan IV-2015 adalah sebesar 106,64 yang artinya
kondisi ekonomi konsumen pada triwulan tersebut secara umum dikatakan meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya, namun tingkat optimisme konsumen pada Triwulan IV-2015 lebih rendah dibandingkan tingkat
optimisme pada Triwulan III-2015 (nilai indeks 111,88).
Berdasarkan variabel pembentuk ITK, membaiknya ekonomi konsumen (nilai indeks di atas 100) pada
periode Trwiwulan IV-2015 ini didorong oleh seluruh komponen pembentuk indeks yaitu adanya peningkatan
pendapatan kini rumahtangga (nilai indeks 109,83), diikuti oleh komponen meningkatnya konsumsi barang dan jasa
(nilai indeks 106,40) serta rendahnya pengaruh inflasi terhadap total pengeluaran (nilai indeks 100,85).
Peningkatan pendapatan yang dirasakan oleh konsumen salah satunya disebabkan oleh meningkatnya
tunjangan pegawai pemerintah di Provinsi DKI Jakarta baik pemerintah daerah maupun pusat yang sedikit banyak
menjadi trigger bagi beberapa sektor khususnya pada kelompok sektor jasa. Pemberian bonus akhir tahun bagi
sebagian besar karyawan swasta juga menjadi pemicu tingginya optimisme konsumen di DKI Jakarta.
Kondisi harga barang dan jasa selama Triwulan IV-2015 secara umum mengalami inflasi yang tergolong
relatif stabil yaitu hanya mencapai 0,79 persen. Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Desember 2015 yang mencapai
0,72 persen. Seperti pada umumnya di setiap akhir tahun, yakni adanya perayaan Hari Raya Natal dan Tahun Baru,
maka harga beberapa barang dan jasa mengalami peningkatan akibat tingginya permintaan konsumen. Hal tersebut
yang membuat laju inflasi cukup berpengaruh terhadap total pengeluaran rumahtangga (nilai indeks 100,85). Inflasi
selama satu triwulan tersebut membuat optimisme konsumen pada triwulan IV relatif sama dengan triwulan
sebelumnya.
Komponen ITK yang mengalami peningkatan yang paling tinggi adalah pada komponen Pendapatan Kini.
Nilai indeks komponen tersebut mencapai 109,83 yang artinya ada peningkatan optimisme masyarakat bahwa
pendapatan di tiwulan berjalan tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Seperti diketahui bahwa
pada awal triwulan IV 2015, beberapa pekerja akan mendapatkan bonus akhir tahun, sementara pengusaha yang
bergerak dibidang ritel, pariwisata serta rumah makan juga ikut mendapatkan keuntungan dengan meningkatnya
konsumsi masyarakat pada akhir tahun 2015.
Komponen ITK Volume/frekuensi konsumsi pada periode ini juga mengalami peningkatan namun nilainya
tidak setinggi triwulan sebelumnya. Angka indeks komponen tersebut pada Triwulan IV-2015 menunjukkan nilai
yang lebih rendah dibanding Triwulan III-2015 yaitu dari 112,14 menjadi 106,40. Optimisme masyarakat yang
menurun di DKI Jakarta menurut komponen jumlah dan frekuensi barang dan jasa yang dikonsumsi mengindikasikan
2 Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 10/02/31/Th. XVIII, 5 Februari 2016
bahwa tingkat konsumsi masyarakat belum mengalami pemulihan atau masyarakat masih menahan diri untuk
mengkonsumsi barang dan jasa. Bahkan menurut Gabungan Industri Kendaraan Bermotor di Indonesia (Gaikindo),
angka penjualan otomotif nasional tahun 2015 turun sampai 17 persen 1 . Diskon habis-habisan yang biasanya
diadakan di akhir tahun juga belum mampu mendongkrak secara signifikan penjualan mobil. Demikian pula halnya
dengan konsumsi barang ritel di Jakarta. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) dalam rilis nya menyatakan
bahwa ritel yang biasanya bisa tumbuh 14% y-o-y, kini hanya puas di level 8% hingga 10%2. Menurut Aprindo, ada
perubahan cara berbelanja konsumen. Dulu, orang berbelanja dengan membeli untuk stok. Saat terjadi perlambatan
pertumbuhan ekonomi, stok dihindari. Saat ini konsumen melakukan pembelian seperlunya. Sehingga,
pertumbuhan ritel jadi turun. Namun demikian, tingkat konsumsi makanan tetap pada level optimisme yang cukup
tinggi. Keadaan tingkat konsumsi tersebut dapat dilihat lebih rinci pada tabel 2.
Pada tabel di bawah terlihat bahwa pada Kelompok Makanan menunjukkan tingkat volume konsumsi yang
cukup tinggi namun masih dibawah tingkat konsumsi triwulan sebelumnya. Hal tersebut didominasi oleh tingginya
konsumsi bahan makanan khususnya menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru di akhir triwulan IV-2015. Hal ini
terlihat dari tingginya angka indeks pada dua komponen pembentuknya, yaitu konsumi makanan jadi di restoran
dan bahan makanan dengan nilai indeks masing-masing sebesar 133,36 dan 120,71.
Sementara itu, pada Kelompok Non-Makanan di Triwulan IV-2015, nilai indeksnya cenderung stagnan. Pada
periode tersebut secara agregat masyarakat mengurangi konsumsi barang non-makanan yang ditunjukkan
dengan besaran nilai indeks yang hanya sebesar 100,50. Angka tersebut lebih rendah 3,58 poin dibandingkan indeks
triwulan sebelumnya.
Hanya ada tiga komponen non-makanan yang mengalami peningkatan, yaitu transportasi, komunikasi dan
pendidikan dengan nilai indeks masing-masing sebesar 127,95; 119,83 dan 103,53. Namun peningkatan yang terjadi
tersebut tidak sebaik peningkatan pada triwulan sebelumnya kecuali untuk komponen transportasi. Ada fenomena
menarik di sini, yaitu dimana ada tiga komponen yang mengalami penurunan akan tetapi tetap lebih baik dibanding
periode sebelumnya, yaitu komponen perawatan kesehatan, rekreasi/hiburan serta hotel/penginapan. Sementara
itu untuk komponen pakaian justru mengalami penurunan serta lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya.
1
http://m.jpnn.com/read/2015/12/07/343151/Penjualan-Mobil-Tahun-Ini-Anjlok!-
2
http://marketeers.com/article/ini-kaleidoskop-industri-ritel-tahun-2015.html
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 10/02/31/Th. XVIII, 5 Februari 2016 3
2. Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2016
Perkiraan nilai ITK di DKI Jakarta pada Triwulan I-2016 akan mencapai 107,37, artinya kondisi ekonomi
konsumen diprediksi akan semakin meningkat. Angka tersebut memberikan gambaran bahwa tingkat optimisme
konsumen diperkirakan lebih tinggi dibanding Triwulan IV-2015 yaitu periode berjalan pada saat pencacahan.
Optimisme konsumen ini didorong oleh pendapatan konsumen yang diperkirakan akan membaik serta rencana
pembelian barang-barang tahan lama. Perkiraan peningkatan pendapatan di Triwulan I-2016 lebih disebabkan oleh
kenaikan upah bagi karyawan swasta serta tunjangan PNS yang juga semakin membaik. Pada awal tahun memang
biasanya banyak rumahtangga yang belum melakukan pembeliaan barang tahan lama sehingga optimisme pada
komponen tersebut tidaklah terlalu tinggi.
Tabel 3. Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I-2016 Menurut Variabel Pembentuknya
Kondisi ekonomi konsumen yang membaik pada Triwulan IV-2015 hampir terjadi di seluruh kawasan Jawa-
Bali kecuali Jawa Tengah. Diantara 7 provinsi di Jawa dan Bali, Provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi dengan tingkat
optimisme konsumen tertinggi diikuti oleh konsumen di Provinsi Bali (105,84) serta dikuti oleh Banten (103,29).
Sementara yang terendah di kawasan tersebut adalah Provinsi Jawa Tengah dengan nilai indeks 99,87 (Grafik 1). Secara
total, ada tiga povinsi di kawasan Jawa-Bali yang nilai indeknya berada di bawah nilai ITK nasional.
106.64
105.84
Nasional
103.29 103.02
102.38 102.12 102,77
99.87
Kondisi ekonomi konsumen diperkirakan lebih baik pada Triwulan I-2016 dan ini terjadi di seluruh kawasan
Jawa dan Bali. Diantara 7 provinsi di kawasan tersebut, Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi dengan angka
4 Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 10/02/31/Th. XVIII, 5 Februari 2016
ITK tertinggi pada perkiraan di triwulan mendatang, kemudian diikuti oleh Bali dan Jawa Timur dengan nilai indeks
masing-masing 114,70 dan 108,61. Sementara yang terendah adalah Provinsi Jawa Barat dengan nilai indeks 104,51
(Lihat Grafik 2).Perkiraan tingkat optimisme Konsumen di Jawa Barat pada Triwulan I-2016lebih rendah dibandingkan
tingkat optimism secara rata-rata nasional.
114.78 114.70
108.61
107.37 Nasional
106.92
105.84 105,38
104.51
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 10/02/31/Th. XVIII, 5 Februari 2016 5
BPS PROVINSI DKI JAKARTA
6 Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 10/02/31/Th. XVIII, 5 Februari 2016