Anda di halaman 1dari 9

PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN

ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS KARANGTENGAH
KABUPATEN BANJARNEGARA
USULAN PENELITIAN

PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS KARANGTENGAH
KABUPATEN BANJARNEGARA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Visi Indonesia Sehat 2010 telah dicanangkan semenjak tahun 1999, dan telah ditetapkan 50
indikator keberhasilan Indonesia Sehat 2010, salah satunya adalah keberhasilan pelayanan
kesehatan yang di dalamnya ditandai dengan persentase bayi yang mendapat Air Susu Ibu
(ASI) Eksklusif, yaitu bayi yang mendapat ASI saja selama minimal 6 bulan dengan target
mencapai 80% bayi yang mendapat ASI Eksklusif (Kepmenkes, 2003).
Indikator derajat kesehatan penduduk yang mencerminkan derajat kesehatan masyarakat
antara lain adalah Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Kasar (COR), status gizi
dan umur harapan hidup. Besarnya indikator tersebut berkaitan erat dengan tingkat
pendidikan keluarga, sistem nilai dan adat istiadat, kebersihan dan kesehatan lingkungan serta
pelayanan kesehatan yang tersedia. Untuk kesehatan balita erat kaitannya dengan pemberian
ASI waktu bayi, pemberian imunisasi dan status gizi mereka (Supraptini, 2001).
Menyusui adalah anugrah terindah bagi ibu dan bayi. Ibu yang melahirkan pasti memiliki
keinginan yang kuat untuk menyusui anaknya. Terutama mereka yang menyadari ASI akan
membuat bayinya tumbuh dengan maksimal, dan proses itu akan membuat si ibu merasa
menjadi ibu yang sempurna, namun demikian menyusui tidak semudah yang dilihat. Ada
banyak hal yang membuat kegiatan menyusui seringkali tidak lancar (Rosita, 2008).
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi serta mempunyai nilai
yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat manusia ataupun susu
hewan seperti susu sapi, susu kerbau dan lain-lainnya. Air susu ibu sangat menguntungkan
dilihat dari berbagai segi, baik segi gizi, kesehatan, ekonomi maupun sosio-psikologis. Hal
ini terlihat di berbagai negara atau wilayah dimana higiene lingkungan belum memadai di
samping makanan bayi pengganti air susu ibu tidak tersedia ataupun harganya sangat mahal
dan tidak terangkau oleh daya beli penduduk pada umumnya (Suhardjo, 1992).
Payudara mempunyai posisi yang sangat penting dalam proses menyusui. Ibu semenjak
hamil, payudara memposisikan dirinya dengan berbagai perangkat yang membuatnya siap
untuk menyalurkan ASI dari gudang ke bayi melalui pting. Meskipun bentuk, warna,
ukuran setiap wanita belum tentu sama, tapi mekanisme kerja ASI setiap wanita tidak
berbeda, karenanya setiap payudara berhak dirawat dengan baik, agar bisa tetap berfungsi
dengan baik (Rosita, 2008).
Menurut para ahli, sampai usia 6 bulan bayi tidak membutuhkan makanan atau minuman
selain ASI. Artinya bayi hanya memperoleh susu ibu saja tanpa tambahan cairan lain, baik
susu formula, jeruk, madu, air teh, bahkan air putih sekalipun. Bayi juga tidak diberi
makanan padat lain seperti pisang, bubur susu, pepaya, biskuit, bubur nasi, tim atau yang lain
(Rosita, 2008).
Pemberian ASI Eksklusif selama menyususi dapat menurunkan angka kematian dan penyakit
infeksi pada bayi. Bayi yang diberi susu selain ASI, mempunyai risiko 17 kali lebih besar
mengalami diare dan 3-4 kali lebih besar memungkinkan terkena Infeksi Saluran Pernapasan
Atas (ISPA) dibandingkan dengan bayi yang mendapatakan ASI (Roesli, 2001).
Awal kehidupan seorang bayi, sangat tergantung pada makanan berupa Air Susu Ibu (ASI).
ASI merupakan makanan bayi yang mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi untuk
membangun dan penelitian energi dalam jumlah yang diperlukan sampai dengan usia 6 bulan.
ASI tidak memberatkan organ pencernaan dan ginjal serta menghasilkan pertumbuhan fisik
yang optimal (Roesli, 2001). Pemberian ASI merupakan hak asasi bayi yang harus dipenuhi
oleh ibu sampai 6 bulan pertama (Moehji, 2003).
Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003,
diperoleh data jumlah pemberian ASI Eksklusif pada bayi di bawah usia dua bulan hanya
mencangkup 64% dari total bayi yang ada. Persentase tersebut menurun seiring dengan
bertambahnya usia 4-5 bulan. Sebesar 13% bayi di bawah dua bulan telah diberi susu formula
dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan diberi makanan tambahan (Siswono, 2005).
Meskipun ASI sangat penting peranannya bagi bayi, sang ibu tidak begitu saja bisa
menyusui. Terutama bagi mereka yang tinggal di daerah desa, pinggir kota atau pedalaman,
dimana informasi tentang ASI dan menyusui tidak bisa diakses begitu saja. Kalaupun ada
informasi yang benar masih harus berhadapan dengan berbagai mitos yang berkembang di
masyarakat tentang ASI dan ibu menyusui. Mitos-mitos tersebut telah berkembang sekian
lama, diwariskan secara turun-temurun, dan sebagian besar tidak bisa dibuktikan
kebenarannya bahkan cenderung menyesatkan (Rosita, 2008).
Berdasarkan data dari profil Kabupaten atau Kota di Jawa tengah tahun 2004, tingkat
pencapaian pemberian ASI Eksklusif ini yang dilakukan berdasarkan survei dampak program
gizi tahun 2004 adalah 49,78%. Pencapaian tersebut masih sangat rendah bila dibandingkan
dengan target yang diharapkan 80% bayi yang ada mendapat ASI Eksklusif (Profil Kesehatan
Jateng, 2004).
Menurut Widjaya (2002) banyak faktor yang menyebabkan keengganan seorang ibu
menyususi bayinya, diantaranya adalah kurangnya informasi tentang manfaat dan keunggulan
ASI, serta kurangnya pengetahuan ibu tentang upaya mempertahankan kualitas dan kuantitas
ASI selama periode menyusui.
Melihat adanya gambaran di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang
gambaran perilaku ibu dalam pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas
Karangtengah Kabupaten Banjarnegara.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu


Bagaimanakah Gambaran Perilaku Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Karangtengah Kabupaten Banjarnegara.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menggambarkan perilaku ibu dalam pemberian ASI Eksklusif.

2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas
Karangtengah Kabupaten Banjarnegara.
b. Menggambarkan praktik atau tindakan pemberian ASI Eksklusif usia 0-6 bulan di wilayah
kerja Puskesmas.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas
Memberi informasi mengenai gambaran perilaku ibu dalam pemberian ASI Eksklusif di
wilayah keja Puskesmas Karangtengah Kabupaten Banjanegara.
2. Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat FKIK Unsoed
Memperkaya pustaka Jurusan Kesehatan Masyarakat FKIK Unsoed mengenai ASI Eksklusif,
dan sebagai acuan untuk penelitian yang serupa.
3. Bagi Peneliti
Meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang ASI eksklusif.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku
1. Pengertian Perilaku
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu
terhadap rangsangan atau lingkungan (Alwi, 2002).
Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (1997) menyatakan bahwa perilaku merupakan hasil
hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon). Menurut Sarwono (1993)
perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia
dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan.
Perilaku dengan kata lain merupakan reaksi seorang individu terhadap stimulus yag berasal
dari luar maupun dalam dirinya. Respon tersebut dapat berupa respon pasif (tanpa tindakan)
seperti berpikir, berpendapat dan bersikap, maupun respon aktif (melakukan tindakan).
Azwar (1995) mengemukakan salah satu karakteristik reaksi perilaku manusia yang menarik
adalah sifat diferensialnya, yaitu stimulus dapat menimbulkan lebih dari satu respon yang
berbeda dan beberapa stimulus yang berbeda dapat menimbulkan respon yang sama.
2. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Green (Notoatmodjo, 2003) mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan.
Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor
perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (nonbehavior causes). Perilaku itu
sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yaitu :
a). Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagaimana.
b). Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau, sarana-sarana kesehatan, missal
puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya.
c). Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
kesehatan. Model perilaku tersebut yaitu : B = F (PF, EF, RF).
Keterangan :
B = Behavior
PF = Predisposing factors
EF = enabling factors
RF = Reinforcing factors
F = Fungsi
Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh
pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dari orang-orang dan masyarakat yang
bersangkutan. Ketersediaan fasilitas juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya
perilaku.
Perilaku yang tampak pada kegiatan organisme dipengaruhi oleh faktor genetik (keturunan)
dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor gen (keturunan) dan lingkungan
merupakan faktor penentu perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia. Faktor
keturunan merupakan modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup untuk masa yang
akan dating, sedangkan lingkungan merupakan kondisi atau merupakan bahan untuk
perkembangan perilaku tersebut. Mekanisme pertemuan kedua faktor dalam rangka
terbentuknya perilaku disebut dengan proses belajar atau learning proses (Notoatmodjo,
1997).
Machfoedz (2008) menyatakan bahwa timbulnya perilaku dilatarbelakangi oleh banyak
faktor. Maslow dalam Machfoedz memberikan beberapa faktor yang dapat menyebabkan
timbulnya perilaku pada sesorang atau yang sering dikenal dengan teori timbulnya perilaku
adalah :
a). Kebutuhan pokok, merupakan kebutuhan dasar hidupmmanusia, yakni makan, minum,
tidur, istirahat dan kebutuhan seksual.
b). Kebutuhan akan rasa aman (safety needs), yakni merasa jauh dari ancaman dan bahaya,
termasuk bahaya ekonomi dan social.
c). Kebutuhan cinta dan Aksih sayang dalam kehidupan sosial (social needs atau the
belonging and love).
d). Kebutuhan untuk dihargai dan dihormati (the esteem needs)
e). Kebutuhan akan penampilan (self actualization needs).
Niat seseorang akan sangat menentukan apakah sebuah perilaku akan terjadi atau tidak. Teori
ini sering dikenal dengan teori aksi beralasan (theory of reasoned action) Fishbein dan Ajzen.
Teori ini secara tidak langsung menyatakan bahwa perilaku secara tidak langsung mengikuti
niat dan tidak akan pernah terjadi tanpa niat. Niat-niat seseorang juga dipengaruhi oleh sikap
terhadap perilaku tersebut penting atau tidak. Teori ini juga menegaskan sikap normatif yang
mungkin dimiliki orang-orang. Mereka berpikir tentang apa yang akan dilakukan oleh orang
lain terutama oleh orang-orang yang berpengaruh dalam kelompok (Groeft et al, 1996).

B. ASI Eksklusif
1. Pengertian ASI
Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan tanpa tanding ciptaan Allah. Fungsinya untuk memenuhi
kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit.
Keseimbangan zat-zat gizi dalam ASI berada pada tingkat terbaik. ASI juga sangat kaya akan
sari-sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem
saraf. Makanan-makanan tiruan untuk bayi yang diramu menggunakan teknologi canggih
sekalipun tidak mampu menandingi keunggulan makana ajaib ini. Karena itu setiap ibu hanya
memberikan ASI (eksklusif) sampai bayi berumur 6 bulan (Rosita, 2008).
2. Pengertian ASI Eksklusif
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI pada bayi tanpa diberi tambahan cairan lain, seperti
susu formula, jeruk, madu, air teh, bahkan air putih sekalipun. Selain tambahan cairan, bayi
juga tidak diberi makanan padat lain, seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi
tim, dan lain-lain (Roesli, 2001).
3. Komposisi ASI
Menurut Roesli (2001), komposisi ASI sedemikian khususnya, sehingga komposisi ASI dari
satu ibu ke ibu lainnya berbeda, misalnya komposisi ASI dari ibu yang melahirkan bayi
kurang bulan atau premature berlainan dengan komposisi ASI dari ibunya yang melahirkan
bayi cukup bulan, walaupun kedua ibu melahirkan pada waktu yang sama. Jadi, komposisi
ASI ternyata tidak tetap dan tidak sama dari waktu ke waktu dan disesuaikan dengan
kebutuhan bayinya. Berikut ini komposisi/kandungan yang terdapat dalam ASI:
a). Lemak
Kadar lemak ASI berubah-ubah secara otomatis sesuai kebutuhan kalori bayi dari hari ke
hari. ASI mengandung enzim lipase pencerna lemak sehingga lemak ASI mudah dicrena dn
diserap. Sekitar 80% lemak ASI berjenis long chain polyunsaturated fatty acid (lemak ikatan
panjang). Antara lain omega 3 (DHA=Decosahexanoic Acid), omega 6 (AA=Arachidonic
Acid) yaitu asam lemak tidak jenuh rantai panjang yang diperlukan untuk pembentukan sel-
sel otak yang optimal.
b). Kolestrol
Manfaat kolestrol dalam ASI antara lain untuk meningkatkan pertumbuhan otak. Selain itu
kolestrol berfungsi dalam pembentukan enzim metabolisme kolestrol. Metabolisme itu akan
mengendalikan kadar kolestrol di kemudian hari sehingga mencegah serangan jantung.
c). Protein
Kandungan protein dalam ASI lebih tinggi dn lebih mudah dicerna oleh usus bayi. Selain
berguna sebagai daya tahan tubuh, protein diperlukan pula untuk pertumbuhan otak.
d). Karbohidrat
Karbohidrat utam ASI adalah laktosa. Gunanya untuk pertumbuhan otak, meningkatkan
penyerapan kalsium, meningkatkan petumbuhan bakteri usus yang baik yaitu lactobacillus
bifidus, menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya.
e). Vitamin dan Mineral
ASI mengandung vitamin dan mineral yang lengkap. Hampir semua vitamin dan mineral
dalam ASI diserap tubuh bayi. Perlu juga disadari bahwa masih banyak zat yang terkandung
dalam ASI namun belum diketahui kegunaannya.
4. Manfaat Menyusui Bagi Bayi
Roesli (2008) menyatakan mengenai keuntungan menyusui meningkat seiring lama menyusui
eksklusif hingga enam bulan. Setelah itu, dengan tambahan makanan pendamping ASI pada
usia enam bulan keuntungan menyusui meningkat seiring dengan meningkatnya lama
pemberian ASI sampai dua tahun atau lebih. Berikut adalah manfaat manyusui bagi bayi
adalah :
a). ASI mengandung nutrisi yang optimal, baik kuantitas dan kualitasnya.
b). ASI meningkatkan kesehatan bayi.
c). ASI meningkatkan kecerdasan bayi.
d). ASI meningkatkan jalinan kasih ibu-anak (bonding).
Menurut Suhardjo (1992) keuntungan memberikan ASI kepada bayi adalah sebagai berikut :
a). ASI mengandung antibodi yang dapat melindungi bayi dari serangan penyakit infeksi.
b). ASI merupakan makan bayi yang komplit dan sempurna, mampu mencukupi kebutuhan
bayi sampai umur 4-6 bulan.
c). ASI lebih murah daripada susu formula, makanan tambahan yang diperlukan oleh si ibu
biayanya lebih kecil dibandingkan dengan biaya bila digunakan susu formula.
d). Ibu yang memberikan air susunya biasanya mempunyai periode tidak subur lebih panjang
dibandingkan dengan ibu yang tidak menetiki bayinya.
e). Bayi yang diteteki risiko menderita diare, kolik, alergi dan eksim lebih rendah
dibandingkan dengan bayi yang diberi susu botol.
f). Meneteki bayi segera setelah melahirkan akan mempengaruhi kontraksi uterus dan
membantu memulihkan kondisi ibu lebih cepat.

C. Tindakan Pemberian ASI


Teori tindakan akan terjadi setelah seseorang mengetahui stimulus, kemudian mengadakan
penilaian terhadap apa yang diketahui dan proses selajutnya diharapkan akan melaksanakan
apa yang diketahui. Suatu sikap belum terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan
sikap pada suatu tindakan yang konsisten diperlukan faktor pendukung yaitu suatu kondisi
yang memungkinkan (Notoatmodjo, 2003).
Teori tindakan menyatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses
pengambilan keputusan yang diteliti dan beralasan, dan dampaknya hanya pada tiga hal.
Pertama, perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu. Kedua,
perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh norma-norma subjektif yaitu
keyakinan mengenai apa yang orang lain inginkan agar diperbuat. Ketiga, sikap terhadap
suatu perilaku bersama norma-norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat untuk
berperilaku tertentu (Azwar, 1998).
Pemberian ASI menurut Soetjiningsih 1997 adalah sebagai berikut :
a. Persiapan Menyusui
Persiapan menyongsong kelahiran sang bayi, perawatan payudara yang dimulai dari
kehamilan bulan ke 7-8 memegang peranan penting dalam menentukan berhasilnya menyusui
bayi. Payudara yang terawat akan memproduksi ASI cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi.
Begitu pula dengan perawatan payudara yang baik, ibu tidak perlu khawatir bentuk
payudaranya akan cepat berubah sehingga kurang menarik. Perawatan payudara yang baik
puting tidak akan lecet sewaktu dihisap bayi
b. Cara Menyusui
Cara menyusui yang penting adalah ibu merasa senang dan enak. Bayi dapat disusukan pada
kedua buah payudara secara bergantian, tiap 10-15 menit.
c. Lama Menyusui
Pada hari-hari pertama, biasanya ASI belum keluar bayi cukup disusukan selama 4-5 menit,
untuk merangsang produksi ASI dan membiasakan puting susu dihisap oleh bayi. Setelah hari
ke 4-5, boleh disusukan selama 10 menit. Setelah produksi ASI cukup, bayi dapat disusukan
selama 15 menit (jangan lebih dari 20 menit) menyusukan selama 15 menit ini jika produksi
ASI cukup dan ASI lancar keluarnya, sudah cukup untuk bayi. Dikatakan bahwa, jumlah ASI
yang terhisap bayi pada 5 menit pertama adalah 112 ml. 5 menit kedua 64 ml, dan 5
menit terakhir hanya 16 ml.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan ASI


Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan ASI menurut Suhardjo (1992) antara lain :
1. Perubahan sosial budaya
a). Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya.
b). Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu botol.
c). Merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya.
2. Faktor psikologis
a). Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita.
b). Tekanan batin
3. Faktor fisik ibu
a). Ibu sakit, misalnya mastitis, panas, dan sebagainya.
4. Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang mendapat dorongan
tentang manfaat pengganti ASI.
5. Meningkatkan promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI.
6. Penerapan yang salah justru datangnya dari petugas kesehatan sendiri yang menganjurkan
penggantian ASI dengan susu kaleng.

E. Kerangka Teori
BAB III
METODE PENELITIAN

B. Jenis dan Metode Penelitian


Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif yang menggambarkan perilaku ibu dalam
pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Karangtengah Kabupaten Banjarnegara.

C. Subyek Penelitian
Informan utama dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang berada di wilayah kerja Puskesmas
Karangtengah Kabupaten Banjarnegara dan petugas kesehatan di Puskesmas tersebut.

D. Lokasi
Penelitian dimulai pada bulan Juli November yang akan dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas Karangtengah Kabupaten Banjarnegara.
E. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung ketika penelitian terjun langsung di
lapangan. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah observasi dan hasil wawancara
langsung dengan para informan, naik dengan informan utama maupun dengan informan
pendukung. Wawancara dengan para informan menggunakan pertanyaan dengan topik yang
sama, sehingga diperoleh informasi yang lengkap dan saling berkaitan.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan cara menelaah dokumen seperti buku,
artikel-artikel, hasil seminar atau loka karya, dan sumber-sumber lain tentang ASI Eksklusif,
dimana data sekunder ini dengan mendukung data data primer. Data sekunder yang
digunakan dalam penelitian ini adalah buku-buku buku-buku dan artikel tentang ASI
Eksklusif.

F. Cara Pengumpulan Data


Pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara langsung terhadap informan yaitu ibu-
ibu di wilayah kerja Puskesmas Karangtengah Kabupaten Banjarnegara menggunakan
pedoman wawancara yang telahdisiapkan sebelumnya oleh peneliti untuk menunjang topic
penelitian.

G. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data secara kualitatif, dimana dalam
menggunakan metode ini dilakukan proses berpikir secara induktif, yakni dalam pengambilan
kesimpulan bertitik tolak dari data yang terkumpul. Proses berpikir dimulai dari keputusan-
keputusan khusus dari data yang terkumpul, kemudian diambil kesimpulan secara umum
(Notoatmodjo, 2005). Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis, data secara interaktif sebagaimana yang diungkapkan oleh Miles dan Huberman
(1984) dalam Sugiono (2008) mengemukakan bahwa analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

H. Validitas Data
Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain (Moleong, 2006).
Densin (1973) dalam Moleong (2006) membedakan empat macam triangulasi, yakni
triangulasi sumber, metode, penyidik dan teori. Validitas data dalam penelitian ini
menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas
data yang dilakukan dengan mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber,
dalam hal ini peneliti menggunakan data yang diperoleh dari informan utama dan pendukung.
Hasil data dari triangulasi tersebut dideskripsikan, dikategorikan, mana pandangan yang
sama, mana pandangan yang berbeda, dan mana data yang spesifik (Sugiono, 2008).

DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. 1995. Sikap Manusia. Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Briawan, D. 2004. Pengaruh Promosi Susu Formula terhadap Pergeseran Penggunaan Air
Susu Ibu. Desertasi Program Doktor. Sekolah Pasca Sarjana. IPB, Bandung.

Kepmenkes Indonesia. Depkes RI. 2003. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman
Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. (On-Line)
http://www.depkes.go.id. Diakses pada Tanggal 7 Juni 2009.
Notoatmodjo, S. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Prinsip-prinsip Dasar. Rineka Cipta,
Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta, Jakarta.

Moehji, S. 1992. Ilmu Gizi (Pemeliharaan Gizi Bayi dan Balita). PT. Bhratara Niaga Media,
Jakarta.

Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi (Penanggulangan Gizi Buruk). PT. Bhratara Niaga Media,
Jakarta.

Moleong, L.J. 2006. Metodologi Pendidikan Kualitatif. Edisi Revisi. Rosda, Bandung.

Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2004.

Roesli, Utami. 2001. Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif. Elex Media Komputindo, Jakarta

Roesli, Utami. 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Pustaka Bunda, Jakarta.

Rosita, Syarifah. 2008. ASI untuk Kecerdasan Bayi. Ayyana, Yogyakarta.

Sarwono, S. 1993. Sosiologi Kesehatan. Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya. Gadjah


Mada University Press, Yogyakarta.

Siswono, 2005. ASI. Hak Anak yang Terkikis. (On Line) http://www.gizi.net/asi/index.shtml.
Diakses pada Tanggal 27 juni 2009.

Soetjiningsih, 1997. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. EGC, Jakarta.

Sugiyono. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Alfabeta, Bandung.

Suhardjo. 1992. Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak. Kanisius, Yogyakarta.

Supraptini, et all. 2003. Cakupan Imunisasi Balita dan ASI Eesklusif di Indonesia, Hasil
Survei Kesehatan Nasional (SURKESNAS) 2001. (On-Line)
http://www.ekologi.litbang.depkes.go.id/data/vol%202/Supraptini2_2.pdf Diakses pada
Tanggal 24 Juni 2009.

Widjaja, M.C. 2002. Gizi Tepat untuk Perkembangan Otak dan Kesehatan Balita. Kawan
Pustaka, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai