Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

Seringnya terjadi pemanjangan pada kala pengeluaran membuat


meningkatnya resiko kematian ibu dan bayi. Angka kematian ibu (AKI) dan angka
kematian bayi (AKB) Indonesia masih tertinggi di Asia. Berdasarkan SDKI 2012,
rata-rata angka kematian ibu (AKI) di Indonesia tercatat mencapai 359 per 100.000
kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007
yang mencapai 228 per 100.000 atau meningkat sekitar 57 persen bila dibandingkan
dengan kondisi pada 2007, dimana 9% diantaranya disebabkan oleh persalinan yang
lama. Oleh karena itu diperlukan tindakan langsung untuk membantu mempercepat
kala pengeluaran yang lama, salah satunya dengan ekstraksi cunam/forceps.
Ekstraksi cunam/forceps adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan dengan suatu tarikan cunam yang dipasang pada kepalanya. Ekstraksi
cunam/forceps adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala
pengeluaran dengan jalan menarik bagian bawah janin (kepala) dengan alat cunam.
Tindakan ini dilakukan karena ibu tidak dapat mengedan efektif untuk melahirkan
janin.
Terdapat beberapa keadaan pada persalinan yang perlu dilakukan tindakan
ekstraksi forsep, seperti pada ibu dengan pre-eklampsi, eklampsi, atau ibu-ibu
dengan penyakit jantung, paru, partus kasep, keadaaan gawat janin dan kala dua
lama. Kontraindikasi forceps jika dilatasi servik belum lengkap,adanya disproporsi
cepalo pelvik, pasien bekas operasi vesiko vagina fistel, kepala masih tinggi,
presentasi dan posisi kepala janin tidak dapat ditentukan dengan jelas dan lain
sebagainya.
Forceps mempunyai berbagai macam ukuran dan bentuk, tetapi pada
dasarnya terdiri dari 2 tangkai forceps yang saling menyilang dan bisa dimasukkan
sati persatu kedalam vagina. Tiap tangkai forceps dapat diputar dalam posisi yang
sesuai dengan kepala bayi dan kemudian dikunci. Pada dasarnya tiap tangkai
forceps mempunyai 4 komponen. Komponen tersebut adalah daun, leher, kunci,

1
2

dan gagang. Tiapdaun mempunyai dua lengkungan, yakni lengkung sefalik


(lengkung kepala) dan lengkung pelvik (lengkung panggul). Lengkung kepala
sesuai dengan bentuk kepala bayi, sedangkan lengkung panggul sesuai dengan
bentuk kepala bayi, sedangkan lengkung panggul sesuai dengan jalan lahir. Daun
forceps berbentuk oval sampai bulat panjang dan ada beberapa variasi lain yang
lebih fleksibel agar dapat memegang kepala bayi dengan lebih kuat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Ekstraksi Cunam/Foceps

Menurut buku kesehatan Pelayanan Kesehatan Maternatal & Neonatal


ektraksi forceps adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat
kala pengeluaran dengan jalan menarik bagian terbawah janin (kepala)
dengan alat forceps. Tindakan ini dilakukan karena ibu tidak dapat mengedan
efektif untuk melahirkan janin. Walaupun sebagian besar proses pengeluaran
dihasilkan dari ekstraksi forceps tetapi bukan berarti kekuatan menjadi
tumpuan keberhasilan.

Suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan suatu tarikan


forceps yang dipasang pada kepalanya. Forceps ialah suatu alat kebidanan
untuk melahirkan janin dengan tarikan pada kepalanya; disamping itu alat
tersebut dapat digunakan untuk menyelenggarakan putaran kepala janin.
forceps dipakai untuk membantu atau mengganti his, akan tetapi sekali-kali
tidak boleh digunakan untuk memaksa kepala janin melewati rintangan dalam
jalan lahir yang tidak dapat diatasi oleh kekuatan his yang normal. Jika prinsip
pokok ini tidak diindahkan, maka ekstraksi cunam mengakibatkan luka pada
ibu dan terutama pada anak (Sarwono Prawirohardjo, 2000).

2.2 Bagian-Bagian Ekstraksi Cunam/Foceps

Forceps terdiri dari dua bagian, yaitu sendok kanan dan sendok kiri
kedua sendok dihubungkan dengan kunci, tiap sendok terdiri atas:

1. Daun Cunam/Forceps, daun merupakan bagian yang mencekram


kepala. Supaya daun sendok dapat mencengkram kepala. Bagian
yang dipasang di kepala janin saat melakukan ekstraksi
cunam/forceps. Terdiri dari dua lengkungan (curve), yaitu lengkung
kepala janin (cephalic curve), misalnya forcep Naegele dan Simpson

3
4

dan lengkung panggul (cervical curve), misalnya forcep Kjelland.


Daun cunam/forceps dapat memiliki lubang dan ujung. Batas lubang
tersebut dinamakan iga atau kostae.
2. Tangkai Cunam/Forceps, adalah bagian yang terletak antara daun
cunam/forceps dan kunci cunam/forceps. Terdiri dari 2 macam,
yaitu: 1. Tangkai terbuka, 2. Tangkai tertutup.
3. Kunci Cunam/Forceps, kunci cunam/forceps ada beberapa macam,
antara lain
Kunci Prancis: Tangkai cunam/forceps disilangkan kemudian
diskrup.
Kunci Inggris: Kedua tangkai cunam/forceps disilangkan dan
dikunci dengan cara kait-mengait (interlocking), misalnya
forceps Naegele.
Kunci Jerman: Bentuk kunci cunam/forceps yang merupakan
kombinasi antara bentuk Prancis dan Inggris, misalnya forceps
Simpson.
Kunci Norwegia: Bentuk kunci cunam/forceps yang dapat
diluncurkan (sliding lock), misalnya forceps Kielland.

Gambar 1. Kunci Cunam/Forceps


(Prancis, Jerman, Norwegia, Inggris)

2.3 Jenis-Jenis Cunam/Forceps

1. Tipe Simpson. Bentuk cunam/forceps ini mempunyai tangkai


cunam/forceps yang terbuka sehingga lengkungan kepala lebih mendatar
5

dan lebih besar. Bentuk cunam/forceps ini baik untuk kepala janin yang
sudah mengalami molase.
2. Tipe Elliot. Bentuk cunam/forceps ini mempunyai tangkai yang tertutup,
sehingga lengkungan kepala lebih bundar dan lebih sempit.
Cunam/forceps ini baik untuk kepala yang bundar dan belum mengalami
molase.
3. Tipe khusus. Ada bentuk khusus cunam/forceps, misalnya cunam/forceps
Piper yang dipakai untuk melahirkan kepala janin dengan letak sungsang
dimana leher cunam/forceps mempunyai lengkung perineum dan daun
cunam/forceps mempunyai lengkung kepala, tetapi tidak mempunyai
lengkung panggul.
4. Tipe Naegele. Daun sendok berbentuk lengkung kepala dengan jarak
terpanjang 9 cm yang disesuaikan dengan diameter kepala dan
mempunyai lengkung panggul yang sesuai dengan lengkung paksi
panggul. Ada lengkung panggul dan kepala jarak antara ujung daun forsep
1-1 cm dan panjang forsep 40-42 cm, kuncinya adalah kunci mati
(Inggris), konstruksinya berat.
5. Tipe Kielland. Hanya ada lengkung kepala, kunci hidup (dapat digeser)
dan digunakan untuk kepala yang masih tinggi sedangkan konstruksinya
lebih ringan. Karena daun sendok tidak mempunyai lengkung panggul,
cunam/forceps Kielland selalu dapat dipasang biparietal terhadap kepala,
tidak tergantung posisi kepala terhadap panggul.

Gambar 2. Jenis-jenis Cunam/Forceps


6

2.4 Fungsi Cunam/Forceps

1. Traksi, yaitu menarik anak yang tidak dapat lahir spontan, yang
disebabkan oleh karena satu dan lain hal.
2. Koreksi, yaitu merubah letak kepala dimana ubun-ubun kecil di kiri atau
dikanan depan atau sekali-kali UUK melintang kiri dan kanan atau UUK
kiri atau kanan belakang menjadi UUK depan (di bawah simfisis pubis).
3. Kompresor, untuk menambah moulage kepala.
4. Sebagai dilator jalan lahir
5. Sebagai pengungkit kepala pada sectio secarea digunakan satu sendok
forcep untuk mengeluarkan kepala.

2.5 Pembagian Pemakaian Cunam/Forceps

Ekstraksi cunam/forceps pada presentasi belakang kepala dibedakan


atas penurunan dan posisi kepala di dalam rongga panggul pada saat
melakukan ekstraksi cunam/forceps.
1. High Forceps
Ekstraksi cunam/forceps yang dilakukan pada saat kepala janin belum
masuk pintu atas panggul (floating). Ekstraksi cunam/forceps ini dapat
menimbulkan trauma yang berat untuk ibu maupun janinnya oleh karena
itu saat ini tidak dilakukan lagi. Sectio cesarea lebih direkomendasikan.
2. Mid Forceps
Ekstraksi cunam/forceps yang dilakukan pada saat kepala janin sudah
masuk pintu atas panggul (engaged), namun belum mencapai dasar
panggul. Saat ini tidak dilakukan lagi. Pada ekstraksi cunam/forceps
tengah, fungsi cunam adalah ekstraksi dan rotasi karena harus mengikuti
putaran paksi dalam. Sekarang ekstraksi cunam/forceps sudah jarang
dipakai. Sectio Cesarea ataupun vakum lebih direkomendasikan.
3. Low Forceps / Outlet Forceps
Ekstraksi cunam/forceps yang dilakukan pada saat kepala janin sudah
mencapai pintu bawah panggul dan sutura sagitalis sudah dalam
anteroposterior. Cara ini yang masih sering dipakai hingga saat ini.
7

Gambar 3. Pemakaian Cunam/Forceps

2.6 Indikasi Cunam/Forceps

1. Indikasi Relatif
Ekstraksi cunam/forceps yang bila dikerjakan akan
menguntungkan ibu ataupun janinnya, tetapi bila tidak dikerjakan, tidak
akan merugikan, sebab bila dibiarkan, diharapkan janin akan lahir dalam
15 menit berikutnya. Pada indikasi relatif, cunam/forceps dilakukan
secara elektif (direncanakan), ada dua:
Indikasi menurut De Lee
Ekstraksi cunam/forceps dengan syarat kepala sudah di pintu bawah
panggul, putaran paksi sudah sempurna, m.levator ani sudah
teregang, dan syarat-syarat ekstraksi cunam/forceps lainnya sudah
terpenuhi.
Indikasi menurut Pinard
Ekstraksi cunam/forceps yang mempunyai syarat sama dengan
menurut De Lee, namun ibu harus sudah mengejan selama 2 jam.
Keuntungan indikasi profilaktik, adalah:
a. Mengurangi keregangan perineum yang berlebihan
b. Mengurangi penekanan kepala pada jalan lahir
8

c. Kala II diperpendek
d. Mengurangi bahaya kompresi jalan lahir pada kepala
2. Indikasi Absolut
a. Indikasi ibu: pre-eklampsi, eklampsi, atau ibu-ibu dengan penyakit
jantung, paru, partus kasep, tenaga ibu sudah habis, ruptura uteri
mengancam, artinya lingkaran retraksi patologik band sudah setinggi
3 jari dibawah pusat, sedang kepala sudah turun sampai H III- H IV.
b. Indikasi janin: gawat janin
c. Indikasi waktu: kala dua lama

2.7 Kontraindikasi Cunam/Forceps

1. Dilatasi servik belum lengkap.


2. Jika lingkaran kontraksi patologi bandl sudah setinggi pusat atau lebih.
3. Adanya disproporsi cepalo pelvik.
4. Pasien bekas operasi vesiko vagina fistel.
5. Kepala masih tinggi.
6. Presentasi dan posisi kepala janin tidak dapat ditentukan dengan jelas.
7. Janin sudah lama mati sehingga sudah tidak bulat dan keras lagi sehingga
kepala sulit dipegang oleh cunam/forceps.
8. Anensefalus
9. Kegagalan ekstraksi vakum.
10. Fasilitas pemberian analgesia yang memadai tidak ada.
11. Fasilitas peralatan dan tenaga pendukung yang tidak memadai.
12. Operator tidak kompeten.
13. Pasien menolak tindakan ekstraksi cunam/forceps obstetrik.

2.8 Syarat-Syarat Cunam/Forceps

1. Pasien dan keluarga sudah paham dan menyetujui tindakan ini serta
bersedia menandatangani "informed consent"
2. Tidak terdapat cephalo pelvic disproporsion sehingga janin diperkirakan
dapat lahir pervaginam.
9

3. Kepala sudah engage:


1. Pembentukan caput atau molase berlebihan sering menyulitkan
penilaian derajat desensus kepala janin.
2. Kesalahan dalam menilai derajat desensus akan menyebabkan
kesalahan penafsiran dimana tindakan yang semula dianggap sebagai
ekstraksi cunam/forceps rendah sebenarnya adalah ekstraksi
cunam/forceps tengah.
4. Presentasi belakang kepala, letak muka dengan dagu didepan atau after
coming head pada persalinan sungsang pervaginam.
5. Posisi kepala janin dalam jalan lahir dapat diketahui secara pasti oleh
operator.
6. Dilatasi servik sudah lengkap.
7. Selaput ketuban sudah pecah.
8. Kepala janin dapat dicekap dengan baik oleh kedua daun cunam.

2.9 Prosedur Ekstaksi Cunam/Forceps

A. Persetujuan medik
1. Sapa pasien dan keluarganya, perkenalkan bahwa anda petugas
yang akan melakukan tindakan medik
2. Jelaskan tentang diagnosis dan penatalaksanaan, misal: kala 2
lama, kala 2 tak maju,preeklampsia berat/eklampsia
3. Jelaskan bahwa tindakan medik mengandung risiko, baik yang
telah diduga sebelumnya maupun tidak
4. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya telah mengerti dan jelas
tentang penjelasan tersebut di atas
5. Beri kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk mendapatkan
penjelasan ulang apabila masih ragu dan belum mengerti
6. Setelah pasien dan keluarganya mengerti dan memberikan
persetujuan untuk dilakukan tindakan ini, mintakan persetujuan
secara tertulis dengan mengisi dan menandatangani formulir yang
telah disediakan
10

7. Masukkan lembar Persetujuan Tindakan Medik yang telah diisi


dan ditandatangani ke dalam catatan medik pasien
8. Serahkan kembali catatan medik pasien setelah diperiksa
kelengkapannya catatan kondisi pasien dan pelaksanaan instruksi

B. Persiapan ibu

1. Cairan dan selang infus sudah terpasang


2. Pasien berbaring dalam posisi litotomi. Daerah vulva dan
sekitarnya (perut bawah dan paha) dibersihkan dengan larutan
antiseptik
3. Kandung kencing dikosongkan
4. Siapkan alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah

C. Persiapan alat
1. Uterotonika (ergometrin, maleat, oksitosin)
2. Cunam Naegele : 1 pasang
3. Klem ovum : 2
4. Cunam tampon : 1
5. Spuit 5 ml dan jarum suntik no.23 : 2
6. Spekulum Sims atau L : 2
7. Kateter karet : 1
8. Larutan antiseptik (povidone iodine 10%)
9. Oksigen dan regulator
D. Persiapan janin
1. Alat-alat pertolongan persalinan
2. Alat penghisap lender (suction)
3. Oksigen
4. Alat-alat resusitasi bayi
E. Persiapan penolong
1. Baju kamar tindakan, pelapis plastik, masker dan kacamata
pelindung : 3 set
11

2. Sarung tangan DTT/steril : 4 pasang


3. Alas kaki (sepatu/boot karet) : 3 pasang
4. Instrumen :
a. lampu sorot
b. Monoaural stetoskop dan stetoskop, tensimeter : 1

F. Prosedur Pemasangan Cunam/Forcep


Cara pemasangan cunam/forceps adalah:
1. Pemasangan sefalik (Cephalic forceps)
Dimana cunam dipasang biparietal, atau sumbu panjang cunam
sejajar dengan diameter mento-occiput kepala janin, sehingga
kepala daun cunam/forceps terpasang secara simetris di kanan kiri
kepala. Pemasangan sefalik adalah cara yang paling aman baik
untuk ibu maupun janin
2. Pemasangan pelvic (Pelvic forceps)
Dimana pemasangannya dalam keadaan sumbu panjang
cunam/forceps sejajar dengan sumbu panjang panggul.

Gambar 4. Pemasangan Cunam/Forceps


(Cephalic Forceps, Pelvic Forceps)

Jadi pemasangan cunam/forceps yang baik adalah bila


cunam/forceps terpasang biparietal kepala dan melintang panggung. Hal
ini hanya terjadi bila kepala janin sudah di pintu bawah panggul dan
12

UUK berada di depan, di bawah simfisis. Oleh karena itu, pemasangan


cunam/forceps sempurna, jika memenuhi kriteria berikut:
1. Cunam/forceps terpasang biparietal kepala, atau sumbu panjang
cunam/forceps sejajar dengan sumbu diameter mento-oksiput kepala
janin, melintang terhadap panggul.
2. Sutura sagitalis berada di tengah kedua daun cunam/forceps yang
terpasang dan tegak lurus dengan cunam/forceps.
3. Ubun ubun kecil berada kira-kira 1 cm di atas bidang tersebut.
Pengertian sempurna di sini ialah, bila ekstraksi cunam/forceps
dengan kriteria tersebut dikerjakan akan memberi trauma yang paling
minimal untuk ibu maupun janin. Ekstraksi cunam/forceps akan
menimbulkan trauma berat pada janin, bila ekstraksi cunam/forceps
dikerjakan dalam posisi daun cunam/forceps melintang dalam panggul
tetapi miring pada kepala.

Gambar 5. Pemasangan Daun Cunam/Forceps


yang Ideal di Dalam Panggul

G. Aturan Dasar Ekstraksi Cunam/Forceps


1. Memasang cunam/forceps
Cunam/forceps dipasang sedemikian rupa sehingga letak
cunam/forceps sedapat mungkin tegak lurus pada sutura. Sendok
cunam/forceps yang dipasang terlebih dahulu sedapat mungkin
13

sendok kiri, dipegang tangan kiri, dan dimasukkan ke dalam


rongga panggul sebelah kiri. Lengkung cunam/forceps dipasang
sesuai dengan lengkung panggul.
2. Arah ekstraksi
Arah tarikan cunam/forceps sesuai dengan arah paksi panggul, di
dalam praktek, arah tarikan cunam/forceps sesuai dengan arah
gagang cunam/forceps.
1. Sebelum H IV, arah tarikan ke bawah sampai di dasar panggul.
2. Setelah mendatar, arah tarikan mendatar sampai hipomoklion
ada di bawah simfisis.
3. Setelah hipomoklion berada di bawah simfisis, cunam/forceps
digerakkan ke atas dan selanjutnya sesuai dengan mekanisme
persalinan.
4. Cunam/forceps tidak boleh diputar atau dirotasi, baik sebelum
maupun setelah ekstraksi, tetapi cunam/forceps ditarik sambil
mengikuti putaran paksi dalam.

Gambar 6. Aturan Dasar Ekstraksi Cunam/Forceps


14

H. Langkah-Langkah Ekstraksi Cunam/Forceps


PERSALINAN CUNAM/FORCEPS OUT-LET DENGAN
UUK DI ANTERIOR (oksiput anterior)
Pada umumnya presentasi kepala belakang dengan ubun-ubun kecil di
depan menunjukkan bahwa putaran paksi dalam telah selesai, yang
berarti kepala sudah sampai atau hampir sampai di dasar panggul
Orientasi, forcep dalam keadaan terkunci dipegang di depan vulva
dan penolong membayangkan bagaimana seharusnya forcep akan
dipasang, yaitu terletak biparietal terhadap kepala dan melintang
terhadap panggul.

Gambar 7. Cunam/forceps dalam keadaan terkunci, dipegang operator yang


berdiri di depan vulva sambil membayangkan posisi cunam/forceps kelak di
dalam jalan lahir.
Memasang forceps, sendok sebelah kiri harus dipasang terlebih
dahulu, jika sendok kanan yang dipasang lebih dulu , sendok baru
dapat dikunci setelah sendok bersilanganlebih dulu
Tangkai sendok kiri dipegang tangan kiri seperti memegang pensil
yaitu dengan ujung ibu jari dan jari telunjuk, pegangan pada tangkai
cunam/forceps dalam keadaan tegak lurus di depan vulva.
2-4 jari tangan kanan operator dimasukkan pada sisi kiri belakang
vulva di samping kepala anak.
Ujung daun sendok kiri dimasukkan vagina antara kepala anak dan
sisi palmar jari-jari tangan kanan operator; dengan dorongan ibu jari
tangan kanan dan tuntunan jari-jari tangan kanan melalui gerakan
15

horizontal, sendok cunam/forceps ditempatkan di samping kiri


kepala anak.

Gambar 8. Pemasangan daun cunam/forceps kiri pada sisi kiri panggul ibu; Jari
telunjuk dan tengah tangan kanan dimasukkan vagina. Ibu jari diarahkan ke atas.
Daun cunam/forceps diluncurkan sepanjang jari telunjuk tangan kanan dengan
menekan tangkai cunam/forceps.

Tangan kanan dikeluarkan dan sendok kiri yang telah terpasang


dipegang oleh asisten.

Gambar 9. Tangan kanan dikeluarkan dan sendok kiri yang telah terpasang
dipegang oleh asisten.

Dengan cara yang sama, daun sendok kanan ditempatkan di samping


kanan kepala anak.
16

Gambar 10. Pemasangan sendok kanan; Sendok kiri yang sudah terpasang
dipegang oleh asisten (atau ditahan dengan kelingking tangan kiri). Ibu jari, jari
telunjuk, dan jari tengah tangan kanan menuntun pemasangan sendok kanan yang
tangkainya dipegang tangan kanan.

Dilakukan reposisi sendok cunam bilamana diperlukan untuk


memudahkan penguncian cunam/forceps.

Gambar 11. Penguncian; Masing-masing tangan memegang tangkai


cunam/forceps. Kedua ibu jari saling berdekatan di atas gagang cunam; Kunci
harus dipasang tanpa paksaan, bila perlu dapat dilakukan reposisi daun
cunam/forceps untuk memudahkan penguncian.

Setelah penguncian, dilakukan pemeriksaan dalam ulangan untuk


mengetahui apakah:
1. Kedua daun cunam sudah dipasang secara benar.
2. Terdapat bagian anak selain kepala atau jalan lahir ibu yang
terjepit.
3. Forceps sudah mencengkram kepala dengan baik.
Setelah cunam terpasang dan dikunci dengan benar, dilakukan traksi
percobaan.
17

Gambar 12. Traksi Percobaan; Tangan kiri mencekap cunam diatas kunci;
Telunjuk kanan digunakan untuk mengetahui apakah kepala anak ikut tertarik
saat melakukan traksi percobaan.

Setelah traksi percobaan menunjukkan bahwa pemasangan dan


penguncian cunam sudah dilakukan dengan benar, maka tindakan ini
dilanjutkan dengan traksi definitif.

Gambar 13. Traksi definitif; Tangan kanan ditempatkan di leher cunam dekap
dengan kepala janin. Tangan kiri operator di sebelah distal tangan kanan.

Traksi definitif diawali dengan tarikan horizontal secara intermiten


sampai perineum teregang. Episiotomi dikerjakan saat perineum
teregang. Supaya tarikan tidak terlalu kuat hendaknya tarikan
dilakukan pada waktu his yang disertai tenaga mengedan. Supaya
tidak mendapatkan tekanan terus menerus maka terdang tarikan
dihentikan dan dikendorkan.
Setelah oksiput meregang vulva, tangkai cunam dielevasi dengan
cara meletakkan empat jari tangan di atas permukaan atas pegangan
18

cunam dan dorongan ibu jari dan sisi belakang permukaan bawah
pegangan cunam.
Setelah vulva teregang dan dahi teraba pada perineum, lahirnya
kepala anak selanjutnya dapat dilakukan dengan cunam yang masih
terpasang atau cunam yang sudah dibuka (dilepas) dan selanjutnya
kepala anak dilahirkan dengan maneuver Ritgen.

Gambar 14. Melakukan ekstraksi kepala dengan tangan kanan sambil menahan
perineum dengan tangan kiri agar tidak regangan perineum yang berlebihan.

Persalinan tubuh anak lebih lanjut dilakukan seperti pertolongan


persalinan presentasi belakang kepala seperti biasanya.
Setelah bayi lahir, dilakukan plasenta manual sambil melakukan
eksplorasi jalan lahir untuk melihat adanya cedera pada jalan lahir.

PERSALINAN CUNAM/FORCEPS RENDAH DENGAN UUK KIRI


DEPAN (posisi oksipitalis kiri depan)
Dengan tangan kanan, operator menentukan posisi telinga kiri janin
yang berada di sebelah kiri posterior.
Dengan tuntunan jari-jari kanan dalam vagina, tangan kiri memasang
cunam/forceps kiri setinggi telinga kiri janin.
Sendok cunam/forceps kiri yang sudah terpasang ditahan oleh asisten
atau dibiarkan saja dan hendaknya berada pada kedudukannya tanpa
paksaan.
19

Dua jari tangan kiri masuk pada sisi kanan belakang vagina dan
sendok cunam/forceps kanan yang dipegang dengan tangan kanan
dimasukkan vagina dengan tuntunan jari-jari tangan kiri tersebut dan
segera digeser ke depan untuk ditempatkan setinggi telinga depan
janin, sehingga sendok cunam/forceps kanan berada pada posisi yang
tepat berhadapan dengan sendok cunam/forceps kiri yang sudah
terpasang sebelumnya.
Setelah kedua sendok cunam/forceps dikunci, maka posisi masing-
masing sendok cunam/forceps berada di depan dan di belakang (pada
diameter oblique pelvik).

PERSALINAN CUNAM/FORCEPS RENDAH DENGAN UUK


KANAN DEPAN (posisi oksipitalis kanan depan)
Pemasangan sendok cunam/forceps dilakukan dengan cara yang
sama, tetapi dengan arah yang berbeda.
Pada keadaan ini, telinga kanan janin adalah telinga posterior dan
sendok cunam/forceps kanan harus dipasang lebih awal .
Penguncian hanya dapat dilakukan setelah tangkai sendok cunam
kanan disilangkan dan ditempatkan di atas tangkai sendok kiri.

PERSALINAN CUNAM/FORCEPS RENDAH


DENGAN UUK MELINTANG
Jenis cunam/forceps obstetrik yang tepat digunakan adalah
cunam/forceps Tucker Mc Lane atau cunam/forceps Kielland.
Pemasangan tidak berbeda, sendok cunam/forceps pertama yang
dipasang adalah sendok cunam/forceps yang akan ditempatkan
setinggi telinga posterior dan sendok cunam/forceps kedua dipasang
setinggi telinga depan (setelah digeser ke depan).
Dengan pemasangan di atas, satu sendok cunam/forceps akan berada
di depan sakrum dan satu sendok lagi di belakang simfisis pubis.
20

PERSALINAN CUNAM RENDAH DENGAN UUK POSTERIOR


(posisio oksipitalis posterior persisten)
Persalinan dengan posisi oksipitalis posterior persisten sering terjadi
pada persalinan dengan anaestesi epidural. Posisi oksipitalis posterior
kiri atau kanan, artinya:
1. Tidak terjadi fleksi kepala yang maksimal.
2. Pada beberapa kasus, tindakan vaginal toucher saat menentukan
lokasi telinga posterior dapat menyebabkan oksiput berputar
spontan ke depan dengan sendirinya.
3. Agar oksiput berada di sebelah depan, maka dapat dilakukan
tindakan:
1. Rotasi manual
Bila oksiput berada di sebelah kiri belakang, operator menggunakan
tangan kanannya untuk memutar kepala dan sebaliknya bila oksiput di
sebelah kanan belakang maka operator menggunakan tangan kirinya
untuk memutar kepala. Gerakan pronasi lebih mudah dikerjakan
dibandingkan gerakan supinasi.
Teknik yang dilakukan, ialah:
1. Persiapan persalinan dengan ekstraksi cunam/forceps.
2. Tangan yang sesuai dimasukkan vagina dan mencekap
sinsiput, jari-jari berada pada satu sisi telinga dan ibu jari
pada sisi telinga yang lain.
3. Tangan luar mencari bahu depan anak dan menghelanya ke
depan bersamaan dengan gerakan tangan untuk memutar
kepala dari dalam.
4. Tangan dalam memutar kepala sehingga oksiput berada di
sebelah depan.
5. Pada posisi kepala seperti itu diharapkan dapat terjadi
persalinan spontan atau dengan ekstraksi cunam/forceps
(dengan cunam Kielland).
21

Rotasi manual dari posisio oksipitalis posterior kiri dengan cara:


1. Tangan kiri operator ditempatkan di atas
abdomen dan menarik bahu kanan ke arah kanan
ibu. Secara serentak, tangan kanan operator
memegang kepala janin pada diameter biparietal
dan memutarnya dengan gerak pronasi sejauh
1800
2. Pada akhir tindakan, oksiput janin berada di
sebelah anterior.

Gambar 15. Rotasi Manual

Pemutaran dengan cunam/forceps Kielland


Bila tak dapat melakukan rotasi manual, maka
persalinan pervaginam dapat diusahakan dengan
bantuan ekstraksi cunam.
Persalinan dengan cunam dapat dilakukan dengan oksiput
tetap di posterior atau oksiput di anterior.
Teknik yang dilakukan, ialah:
1. Dikerjakan traksi horizontal sampai pangkal hidung
berada di bawah simfisis.
2. Dilakukan gerakan elevasi pada pegangan cunam
secara perlahan sampai oksiput secara bertahap
muncul di depan perineum.
22

Mengarahkan pegangan cunam ke bawah dan lahirlah


pangkal hidung, muka dan dagu di depan vulva.
Tindakan ini memerlukan episotomi yang cukup luas.

Gambar 16. Persalinan cunam/forceps rendah pada posisi oksipitalis posterior


persisten; Gambar panah menunjukkan titik saat kepala mengalami fleksi setelah
bregma melewati arcus pubis; Pada saat ini harus dicegah terjadinya ruptur perinei
yang luas dengan episiotomi luas.

PERSALINAN CUNAM/FORCEPS RENDAH


PADA PRESENTASI MUKA
Hanya dapat dikerjakan pada kasus presentasi muka mento anterior.
Pada awalnya dilakukan traksi cunam/forceps bawah sampai dagu
nampak di bawah simfisis.
Kemudian dilakukan traksi elevasi ke atas, setelah dagu nampak di
bawah simfisis maka secara berurutan lahir hidung, mata, dahi dan
oksiput di tepi anterior perineum.

Gambar 17. Traksi Cunam/Forceps Atas Setelah Dagu Lahir

Pemasangan cunam/forceps dikatakan gagal apabila:


23

1. Cunam/forceps tidak dapat dipasang


2. Cunam/forceps tidak dapat dikunci
3. Tiga kali traksi janin tidak lahir
Penyebab kegagalan ekstraksi cunam/forceps, antara lain:
1. Kesalahan menentukan denominator kepala
2. Adanya lingkaran konstriksi.
3. Adanya disproporsi sefalopelvik yang tidak ditemukan
sebelumnya.
Bila sebuah persalinan operatif pervaginam diperkirakan menemui
kesulitan maka tindakan tersebut dinamakan ekstraksi cunam/forceps
percobaan. Tindakan ekstraksi cunam/forceps percobaan dilakukan
dengan kamar bedah yang telah dipersiapkan untuk sewaktu-waktu
dapat digunakan melakukan tindakan sectio caesar manakala
ekstraksi cunam/forceps percobaan tersebut menemui kegagalan.
Bila aplikasi daun cunam/forceps tidak dapat dilakukan dengan baik,
maka persalinan dengan ekstraksi cunam/forceps dianggap gagal dan
persalinan harus segera diakhiri dengan ekstraksi vakum atau sectio
caesar. Bila aplikasi dan cunam/forceps dapat dilakukan, namun pada
traksi percobaan tidak diikuti dengan desensus kepala yang berarti
maka persalinan cunam/forceps dianggap gagal (failed forceps) dan
persalinan harus diakhiri dengan sectio caesar atau ekstraksi vakum.
I. Contoh kasus ekstraksi cunam/forceps
Contoh ekstraksi forseps
Presentasi belakang kepala dengan ubun-ubun kecil di depan, kepala di
Hodge IV, dengan memiliki forseps Naegele (outlet forceps, forseps
rendah).
Ekstraksi forseps terdiri dari tujuh langkah, yaitu:
1. Penolong Membayangkan Bagaiman Forseps Akan Dipasang
Setelah semua persiapan selesai, penolong berdiri di depan vulva
sambil memegang kedua forseps pemegang forseps dalam keadaan
tertutup dan membayangkan bagaimana forseps akan dipasang.
24

Pemegang forseps dipegang sedemikian rupa sehingga kedua ibu


jari sejajar dengan sumbu forseps.

Gambar 18. Membayangkan Bagaimana Cunam Akan Dipasang

2. Pemasangan Daun Forseps pada Kepala Janin


Sendok forseps yang akan dipasang lebih dahulu ialah sendok
forseps kiri, karena pada sendok kiri terletak kunci forseps. Forseps
kiri dipegang dengan tangan kiri penolong seperti memegang pencil,
dengan tangkai forseps sejajar lipatan paha depan kanan. Bersamaan
dengnan itu 4 jari tangan kanan dimasukkan ke dalam vagina.
Kemudian daun forseps sendok kiri dimasukkan ke dalam vagina
dan dengnan tuntunan dan dorongan ibu jari tangan kanan daun
forseps dimasukkan ke dalam jalan lahir, sehingga daun forseps
berada setinggi puncuk kepala. Jadi yang mendorong daun forseps
masuk ke dalam jalan lahir ialah ibu jari tangan yang di dalam,
bukan tangan yang di luar. Tangan kanan penolong dikeluarkan dari
vagina dan bergantian memegang sendok forseps kanan. Ketiga jari
tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam vagina antara kepala dan
jalan lahir. Forseps kanan dipegang sebagai memegang pensil dan
sejajar lipatan paha depan kiri. Daun forseps kanan sekarang
dimasukkan ke dalam vagina dan dengan tuntunan dan dorongan ibu
jari tangan kiri daun forseps dimasukkan ke dalam jalan lahir sampai
setinggi puncak kepala.
25

Gambar 19. Memasang Forseps

3. Mengunci Sendok Forseps

Gambar 20. Mengunci forceps

4. Menilai Hasil Pemasangan Daun Forseps


Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai apakah daun forseps
telah terpasang dengan benar dan adakah bagian jalan lahir yang
terjepit oleh daun forseps.
26

5. Ekstraksi Forseps Percobaan


Langkah pertama adalah tangan kiri dan tagnan kanan penolong
menggenggam pemegang forseps, sedang jari telunjuk dan jari
tengah tangan kanan penolong diluruskan sampai menyentuh
puncak kepala. Bila pada waktu traksi dilakukan, kedua jari terlepas
dari puncak kepala, berarti kepala tidak ikut tertarik. Tetapi bila
traksi dilakukan kedua jari tetap menyentuh puncak kepala, berarti
kepala ikut tertarik. Bila pada waktu traksi percobaan kepala janin
tidak ikut tertarik, maka berarti daun forseps belum terpasang
dengan benar, sehingga forseps harus dilepaskan dan dipasang lagi.
Bila traksi percobaan ternyata berhasi baik maka dilakukan traksi
definitif.

Gambar 21. Ekstraksi Forceps Percobaan

6. Ekstraksi Forseps Definitif


Ekstraksi forseps definitive dilakukan dengan mencengkaram
pemegang forseps oleh tangan kiri penolong. Tangan kanan
penolong mencengkam pemegang forseps di atas tangan kiri sambil
jari tengah berada di antara kedua tangkai forseps.
27

Traksi dilakukan dengan arah tangkai forseps sesuai dengan sumbu


panggul, yaitu forseps ke bawah bila kepala masih agak tinggi, dan
mendatar bila kepala di pintu bawah panggul (PBP), sampai
suboksiput tampak di bawah simfisis.

Gambar 22. Ekstraksi Forseps Definitif

7. Membuka dan Melepaskan Sendok Forseps


Segera setelah suboksiput berada di bawah simfisi, sunam dipegang
hanya tangan kanan sedang tangan kiri menahan perineum. Forseps
dielevasi ke atas, sehingga melakukan gerakan defleksi dengan
suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut lahir ubun-
ubun besar, dahi-mata, hidung, mulut dan dagu. Akhirnya lahirlah
seluruh kepala. Forseps dilepaskan pada waktu gerakan defleksi ini
atau bila kepala sudah lahir seluruhnya.
Setelah kepala janin lahir, kepala dibiarkan melakukan putaran paksi
luat, kemudian badan baru dilahirkan sebagaiman lazimnya. Tali
pusat dipotong dan dirawat. Bayi baru lahir diserahkan kepada
pembantu untuk dibersihkan jalan napasnya. Bila ekstraksi forseps
dilakukan dengan narcosis yang cukup dalam, maka plasenta harus
dilakukan secara manual, dan sekaligus dilakukan eksplorasi jalan
lahir untuk mengetahui adanya robekan jalan lahir.
28

Gambar 23. Melepaskan Forseps

Episiotomi
1. Bila diperlukan episiotomi pada waktu ekstraksi forceps, maka
episiotomy dilakukan pada saat sebelum memasang cunam;
kepala meregang perineum.
2. Melakukan ekstraksi forceps pada primigravida, episiotomi
harus dikerjakan. Sedangkan pada multigravida, episiotomy
dikerjakan bila diperlukan.
J. Ekstraksi cunam/forceps gagal
Pemasangan forseps dinyatakan gagal, bila:
Sendok forceps tidak dapat dikunci meskipun pemasangan sudah
betul.
Tiga kali traksi dengan tenaga cukup janin tidak dapat lahir.

2.10 Komplikasi Ekstraksi Cunam/Forceps

Komplikasi yang dapat terjadi pada tindakan ekstraksi forseps adalah:


a. Ibu
Perdarahan: akibat atonia utri atau trauma jalan lahir.
Infeksi: akibat dari pemasangan alat atau dari pemeriksaan dalam
Trauma jalan lahir
- Trauma jaringan lunak : robekan vagina sampai rupture uteri
29

- Trauma tulang-tulang : simfisiolosis, fraktur os koksigis, dll.


- Terjadinya fistula vesiko vaginal, terjadinya fistula rekto
vaginal dan terjadinya fistula utero vaginal.
b. Janin
Bekas forseps pada wajah, memar, laserasi, sefalohematoma
Trauma saraf fasial
Fraktur tengkorak, perdarahan intracranial

2.9 Upaya Pencegahan Komplikasi

1. Pastikan indikasi dan syarat penggunaannya


2. Penempatan mangkuk yang tepat
3. Hindari terjepitnya jaringan lunak ibu
4. Arah tarikan yang benar
5. Hindari kekuatan tarikan yang berlebihan
6. Koordinasikan tarikan dengan usaha meneran
7. Awasi penurunan/pengeluaran

2.10 Perawatan Setelah Ekstraksi Forceps


Pada prinsipnya tidak berbeda dengan perawatan post partum biasa,
hanya memerlukan perhatian dan observasi yang lebih ketat, karena
kemungkinan terjadi trias komplikasi lebih besar yaitu perdarahan robekan
jalan lahir dan infeksi. Oleh karena itu perawatan setelah ekstraksi forceps
memerlukan profilaksis pemberian infus sampai tercapai keadaan stabil,
pemberian uterotonika sehingga kontraksi rahim menjadi kuat dan
pemberian anti biotika untuk menghindari infeksi.

2.11 Kompetensi Dokter Umum

Tingkat kemampuan 3 (Shows): Pernah melakukan atau pernah


menerapkan dibawah supervisi
Lulusan dokter menguasai pengetahuan teori keterampilan ini
termasuk latar belakang biomedik dan dampak psikososial keterampilan
30

tersebut, berkesempatan untuk melihat dan mengamati keterampilan


tersebut dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan langsung pada
pasien/masyarakat, serta berlatih keterampilan tersebut pada alat peraga
dan/atau standardized patient.
Pengujian keterampilan tingkat kemampuan 3 dengan
menggunakan Objective Structured Clinical Examination (OSCE)
atau Objective Structured Assessment of Technical Skills(OSATS).

2.12 Penuntun Belajar Keterampilan Klinik Ekstraksi Forceps

Tabel 1. Penuntun Belajar Keterampilan Klinik Ekstraksi Forceps

LANGKAH KLINIK
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK
1. Sapa pasien dan keluarganya, perkenalkan bahwa anda petugas
yang akan melakukan tindakan medik.
2. Jelaskan tentang diagnosis dan penatalaksanaan, missal: kala II
lama, kala II tak maju, preeklamsia berat/eklamsia
3. Jelaskan bahwa tindakan medic mengandung resiko, baik yang
telah diduga sebelumnya maupun tidak.
4. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya telah mengerti dan jelas
tentang penjelasan tersebut.
5. Beri kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk mendapat
penjelasan ulang apabila masih ragu dan belum mengerti
6. Setelah pasien dan keluarganya mengerti dan memberikan
persetujuan untuk dilakukan tindakan ini, mintakan persetujuan
secara tertulis dengan mengisi dan menandatangani formulir
yang telah disediakan.
7. Masukkan lembar persetujuan tindakan medik yang telah diisi
dan ditandatangani ke dalam catatan medik.
8. Serahkan kembali catatan medic pasien setelah diperiksa
kelengkapannya catatan kondisi pasien dan pelaksanaan
instruksi.
PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN
I. PASIEN
9. Cairan dan infus
10. Posisi litotomi. Daerah vulva dan sekitarnya (perut bawah
dan paha) dibersihkan dengan larutan anti septik.
11. Kandung kencing dikosongkan
12. Alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah
13. Instrumen
31

a. Uteroronika
b. Ekstraktor cunam: 1 set (Naegele), atau kielland atau
Boerma
c. Klem ovum: 2
d. Cunam tampon: 1
e. Tabung 5 ml dan jarum suntik No.23 (sekali pakai): 2
f. Spekulum Sims atau L
g. Kateter karet: 2 dan 1
h. Larutan aniseptik (Povidon Iodin 10%)
i. Oksigen dengan regulator
II. PENOLONG
14. Baju kamar tindakan, pelapis plastic, masker dan kacamata 18.
pelindung: 3 set
15. Sarung tangan DTT/steril: 4 pasang.
16. Alas kaki (sepatu/boot karet): 3 pasang.
17. Instrumen
a. Lampu sorot: 1
b. Monoaural stetoskop dan stetoskop, tensimeter: 1.
III. ANAK
18. Instrumen 21.
a. Penghisap lender dan sudep/penekan lidah: 1 set.
b. Kain penyeka muka dan badan: 2
c. Meja bersih, kering, dan hangat (untuk tindakan): 1
d. Inkubator: 1 set.
e. Pemotong dan pengikat tali pusat: 1 set.
f. Semprit 10 ml dan jarum suntik No.23 (sekali pakai): 2
g. Kateter intravena atau jarum kupu-kupu: 2
h. Popok dan selimut: 1
19. Medikamentosa
a. Larutan Bikarbonas Natrikus 7,5% atau 8,4%
b. Nalokson (Narkan) 0,01 mg/kg BB
c. Efinefrin 0,01%
d. Antibiotika
e. Akuabidestilata dan Dekstrose 10%
20. Oksigen dan regulator
A. PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN 26.
21. Cuci tangan dan lengan (hingga siku) dengan sabun,
dibawah air mengalir
22. Keringkan tangan dengan handuk DTT
23. Pakai baju dan alas kaki kamar tindakan, masker dan
kacamata pelindung
24. Pakai sarung tangan DTT/steril
32

25. Pasang alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah,
fiksasi dengan klem kain
B. TINDAKAN
26. Instruksikan asisten untuk menyiapkan cunam dan pastikan
petugas dan alat untuk menolong bayi telah siap.
27. Pemeriksaan dalam memastikan pembukaan lengkap,
kepala engaged dan kosongkan kandung kencing dengan
kateterisasi.
28. Tangan dimasukkan ke dalam larutan Jerin 0,5% dan sarung
tangan dilepaskan secara terbalik dan direndam dalam
larutan tersebut.
29. Pakai sarung tangan DTT/steril yang baru.
C. PRINSIP DASAR PEMASANGAN
30. Cunam dipasang biparietal, sebelum pemasangan dilakukan
prekonstruksi di depan vulva, dengan meletakkan cunam
didepan vulva seperti posisi cunam yang akan dipasang
sesuai dengan posisi kepala janin
31. Pada posisi depan dipasang cunam kiri terlebih dahulu
Pada posisi kiri depan/kanan belakang, dipasang cunam
kanan terlebih dahulu
Pada posisi kanan depan/kiri belakang, dipasang cunam kiri
terlebih dahulu
Pada posisi kiri lintang, dipasang cunam kanan terlebih
dahulu
Pada posisi kanan lintang, dipasang cunam kiri terlebih
dahulu
32. Cunam kanan dipegang dengan ibu jari telunjuk dan jari
tengah seperti memegang tangkai biola
33. Cunam dimasukkan pada jam 5 atau 7
34. Masukkan cunam kanan dengan tangkai cunam dari arah
lipat paha kanan dan cunam kiri dari lipat paha kiri

D. PEMASANGAN CUNAM
35. Sarung tangan dipasang, fundus uteri ditahan asisten
operator. Cunam dimasukkan dengan bimbingan tangan,
dimasukkan diantara telapak tangan dan kepala janin (dua
jari telunjuk dan jari tengah atau empat jari), masukkan
cunam dengan dorongan ringan pada tangkai cunam dibantu
dengan dorongan ibu jari sebelah dan cunam masuk
dilanjutkan dengan wondering cunam kearah biparietal
janin. Tindakan ini dilakukan bergantian cunam kiri-kanan
atau sebaliknya.
33

36. Dilakukan penguncian, dengan penyilangan ataupun tanpa


penyilangan

37. Menilai kedudukan cunam dan menilai bagian jaringan ibu


yang mungkin terjepit cunam dengan memasukkan jari
kanan untuk menilai daerah cunam kiri dan memasukkan jari
kiri untuk menilai daerah cunam kanan.

38. Setelah kedudukan baik dan tidak ada bagian ibu yang
terjepit, dilakukan tarikan percobaan. Dengan ibu jari dan
telunjuk jari tengah kanan mengait tangkai cunam dan jari-
jari tangan kiri diletakkan diatas jari-jari tangan kanan
dengan telunjuk jari kiri melekat kekepala,dilakuka tarikan
ringan, bila dengan tarikan ringan dirasakan oleh jari tengah
tangan kiri menurun berarti tarikan percobaan berhasil dan
dilanjutkan dengan tarikan cunam.

39. Tangkai cunam dipegang oleh tangan kanan dengan


mengaitkan tangkai cunam yang terletak diantara ibu jari
telunjuk dan jari tengah tangan kanan. Tangan kiri seperti
menggenggam cunam, dilakukan tarikan sesuai dengan
sumbu jalan lahir secara intermittent.

Bila tarikan berat maka tarikan dihentikan. Bila tarikan


terasa ringan maka tarikan dilanjutkan sampai kepala janin
lahir.
40. Episiotomi dilakukan saat kepala mendorong perineum

41. Saat subocciput berada dibawah simfisis, arahkan tarikan


keatas hingga lahir berturut-turut dahi, muka dan dagu,
cunam dilepas

E. MELAHIRKAN BAYI
42. Kepala bayi dipegang biparietal, gerakkan kebawah untuk
melahirkan bahu depan, kemudian gerakkan ke atas untuk
melahirkan bahu belakang, kemudian lahirkan seluruh tubuh
bayi.
43. Bersihkan muka bayi (hidung dan mulut) bayi dengan kain
bersih, potong tali pusat dan serahkan bayi pada petugas
bagian anak.
34

F. LAHIRKAN PLASENTA
44. Tunggu tanda lepasnya plasenta, lahirkan plasenta dengan
menarik tali pusat dan mendorong uterus ke arah
dorsokranial.
45. Periksa kelengkapan plasenta (perhatikan bila terdapat
bagian-bagian yang lepas atau tidak lengkap).
46. Masukkan plasenta ke dalam tempatnya.
G. EKSPLORASI JALAN LAHIR
47. Masukan spekulum Sims/L atas dan bawah pada vagina.
48. Perhatikan apakah terdapat robekan perpanjangan luka
episiotomi dan robekan pada dinding vagina, portio atau
ditempat lahir.
49. Ambil klem ovum sebanyak 2 buah, lakukan penjempitan
secara bergantian ke arah samping searah jarum jam,
perhatikan ada tidaknya robekan portio.
50. Lakuka penjahitan apabila ditemukan pendarahan dari
robekan lain. Keluarkan spekulum apabila eksplorasi selesai.
H. PENJAHITAN EPISIOTOMI
51. Psang penopang bokong ( beri alas kain). Suntikan Prokain
1% (yang telah disiapka dalam tabung suntik) pada sisi
dalam luka episiotomi (otot, jaringan, submukosa dan
subkutis) bagian atas dan bawah. Uji hasil infiltrasi dengan
menjepit kulit perineum yang dianastesi dengan pinset
bergigi.
52. Masukkan tampon vagina kemudian jepit tali pengikat
tampon dan kain penutup perut bawah dengan kocher.
53. Dimulai dari ujung luka episiotomi bagian dalam, jahit luka
bagian dalam secara jelujur bersimpul kearah luar.
Pertautkan kembali luka kulit dan mukosa secara
subkutikuler atau jelujur matras.
54. Tarik tali pengikat tampon vagina secara perlahan-lahan
sehingga tampon dapat dikeluarkan, kemudian kosongkan
kandung kemih.
55. Bersihkan noda darah, cairan tubuh dan air ketuban dengan
kapas yang telah diberi larutan antiseptik.
56. Pasang kasa yang dibasahi oleh Pavidon Iodin pada tempat
jahitan episiotomi.
I. DEKONTAMINASI
57. Sementara masih menggunakan sarung tangan kumpulkan
instrumen dan masukkan kedalam wadah berisi cairan klorin
0,5%
58. Masukkan sampah habis pakai ke tempat yang tersedia
35

59. Benda atau bagian yang tercemar darah atau cairan tubuh
dibubuhi dengan larutan klorin 0,5%
60. Masukkan tangan kedalam wadah yang berisi larutan klorin
0,5% bersihkan darah atau cairan tubuh pasien yang melekat
pada sarung tangan, lepaskan terbalik dan rendam dalam
wadah tersebut.
J. CUCI TANGAN PASCATINDAKAN
61. Cuci tangan dan lengan hingga kesiku dengan sabun di
bawah air mengalir
62. Keringkan tangan dengan handuk atau tissue yang bersih
K. PERAWATAN PASCA TINDAKAN
63. Periksa kembali tanda vital pasien, kontraksi uterus dan
perdarahan pervaginam.
64. Catat kondisi pasien pasca tindakan dan buat laporan
tindakan pada kolom yang telah tersedia pada status pasien.
65. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan pemantauan kondisi
pasien (pertahankan infus bila diperlukan, bila keadaan
umum pasien cukup baik lepaskan infus)
66. Beritahu kepada pasien bahwa tindakan telah selesai dan
pasien masih memerlukan perawatan lanjutan
67. Bersama petugas yang akan melakukan perawatan jelaskan
jenis dan lama perawatan serta laporkan kepada petugas
tersebut jika ada gangguan dan keluhan pasca tindakan
68. Tegaskanpada petugas yang merawat untuk melaksanakan
instruksi pengobatan dan perawatan serta laporkan segera
bila pada pemantauan lanjutan terjadi perubahan-perubahan
seperti tertulis dalam catatan pasca tindakan.
BAB III
KESIMPULAN

Forceps mempunyai berbagai macam ukuran dan bentuk, tetapi pada


dasarnya terdiri dari 2 tangkai forceps yang saling menyilang dan bisa dimasukkan
sati persatu kedalam vagina. Tiap tangkai forceps dapat diputar dalam posisi yang
sesuai dengan kepala bayi dan kemudian dikunci. Pada dasarnya tiap tangkai
forceps mempunyai 4 komponen. Komponen tersebut adalah daun, leher, kunci,
dan gagang. Tiapdaun mempunyai dua lengkungan, yakni lengkung sefalik
(lengkung kepala) dan lengkung pelvik (lengkung panggul). Lengkung kepala
sesuai dengan bentuk kepala bayi, sedangkan lengkung panggul sesuai dengan
bentuk kepala bayi, sedangkan lengkung panggul sesuai dengan jalan lahir. Daun
forceps berbentuk oval sampai bulat panjang dan ada beberapa variasi lain yang
lebih fleksibel agar dapat memegang kepala bayi dengan lebih kuat.

Tindakan ini tentu saja harus sudah dipenuhi syarat-syarat untuk


melaksanakannya yang melihat dari segi indikasi ibu, waktu dan janin. Penyakit
jantung, eklampsia, seksio sesarea pada persalinan sebelumnya, trauma paru,
infeksi intrapartum, kondisi neurologik tertentu, kelehan, kala 2 yang memanjang
lebih dari 3 jm pada primipara dan 2 jam pada seorang multipara (kontraksi yang
lemah, usaha mengejan ibu yang lemah, kepala malrotasi, kekauan perineum,
penggunaan anestesia epidural), merupakan antara lain indikasi dari pihak ibu
(maternal). Sedangkan indikasi dari janin (fetus) jika terdapat indikasi gawat janin
seperti prolaps tali pusat, solusio plasenta, pola bunyi jantung janin yang tidak
beraturan, dan malposisi fetus seperti pada letak sunsang. Dengan hubungan ini,
pengawasan terhadap janin, harus dilakukan dengan teliti. Namun teknik ekstraksi
forseps juga mempunyai risiko terhadap ibu maupun janin.

36
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Supono. 1983. Ilmu Kebidanan Bagian Tindakan. Palembang: Bagian Obgyn
RSMH FK Unsri.
Syamsuddin, Komar. 2008. Ekstraksi Forseps. Palembang: Bagian Obgyn
RSMH FK Unsri.
Husin, D. Maarifin, Abdul Bari Saifuddin, Muhyidin Danakusuma. 1997.
Modul Safe motherhood Dalam Kurikulum Inti Pendidikan Dokter
di Indonesia. Jakarta
Cunningham FG (editorial): Forceps Delivery and Vacuum Extraction in
William Obstetrics 22nd ed p 547563, Mc GrawHill Companies
2005.

37
38

Anda mungkin juga menyukai