SISTEM RESPIRASI
Disusun oleh :
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
FAKULTAS KEDOKTERAN
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Masalah
Mengapa pada kasus ini bayi premature tampak sianosis ?
1.5 Hipotesa
Bayi premature tampak sianosis kemungkinan dikarenakan oleh kekurangan oksigen (O2).
1
BAB II
DASAR TEORI
1.1.1 Hidung
Hidung terdiri dari dua bagian, yaitu :
1. Nasus eksternus
Nasus eksternus mempunyai ujung yang bebas, yang dilekatkan ke dahi
melalui radix nasi atau jembatan hidung. Lubang luar hidung adalah kedua nares
atau lubang hidung. Setiap naris dibatasi lateral oleh ala nasi dan di medial oleh
septum nasi. Rangka nasus eksternus dibentuk di atas oleh os nasale, processus
frontalis ossis maxillaries, dan pars nasalis ossis frontalis. Di bawah, rangka ini
dibentuk oleh lempeng-lempeng tulang rawan, yaitu cartilago nasi superior dan
inferior, dan cartilago septi nasi.
2. Cavum Nasi
Cavum nasi terletak di nares di depan sampai choanae di belakang. Rongga
ini di bagi oleh septum nasi atas belahan kiri dan kanan. Batas-batas cavum nasi
terdiri dari :
a. Dasar, dibentuk oleh processus palatinus maxillae dan lamina horizontalis
ossis palatine, yaitu permukaan atas palatum durum.
b. Atap, dibentuk dari belakang ke depann oleh corpus ossis sphenoidalis,
lamina cribrosa ossis ethmoidalis, os frontale, os nasale, dan cartilagines
nasi.
2
c. Dinding lateral, ditandai dengan tiga tonjolan disebut concha nasalis
superior, media, dan inferior. Area dibawah setiap concha disebut meatus.
Sedangkan di bagian atas concha disebut recessus sphenoethmoidalis.
d. Dinding media (septum nasi), bagian atas dibentuk oleh lamina
perpendicularis ossis ethmoidalis dan bagian posteriornya dibentuk oleh os
vomer. Bagian anterior di bentuk oleh cartilago septi.
1.1.2 Pharynx
Pharynx terletak di belakang cavum nasi, mulut dan larynx . Dinding pharynx
terdiri atas 3 lapis yaitu; mukosa, vibrosa, dan muscular. pharynx terbagi menjadi 3
bagian yaitu :
1. Nasopharynx
Terletak di belakang rongga hidung di atas pallatum molle. Batas-batas
nasopharynx yaitu ;
a. Atap, di bentuk oleh corpus ossis sphenoidalis dan pars basilaris ossis
occipitalis
b. Dasar, di bentuk oleh permukaan atas pallatum mole yang miring. Isthmus
pharyngeus adalah lubang di dasar nasopharynx di antara pingir bebas
pallatum molle dan dinding posterior pharynx.
c. Dinding anterior, di bentuk oleh apertura nasalis posterior, di pisahkan oleh
pingir posterior septum nasi.
d. Dinding posterior membentuk, permukaan miring yang berhubungan degan
atap. Dinding ini di tunjang oleh arcus anterior atlantis.
e. Dinding lateral, tiap-tiap sisi mempunyai muara tuba auditiva ke pharynx.
M. Salphingoparyngeus yang melekat pada pingir bawa tuba, membentuk
lipatan vertikal pada membrana mucosa yang di sebut, plica
salphingopharyngeus
2. Oropharynx
Terletak di belakang cavum oris dan terbentang dari palatum molle sampai
di pinggir atas epiglottis. Batas-batas oropharynx ;
a. Atap, dibentuk oleh permukaan bawah palatum molle dan isthmus pharyng
eus.
b. Dasar di bentuk oleh sepertiga posterior lidah dan celah antara lidah dan
permukaan anterior epiglottis.
c. Dinding anterior, terbuka kedalam rongga mulut melalui isthmus
oropharynx. Di bawah isthmus terdapat pars pharyngeus linguae.
3
d. Dinding posterior, disokong oleh corpus vertebra cervicalis kedua dan
bagian atas corpus vertebra cervicalis ke tiga.
e. Dinding lateral kedua sisi dinding lateral terdapat arcus palatoglossus dan
arcus palatopharyngeus dengan tonsila palatina di antarannya.
3. Laryngopharynx
Terletak dibelakang aditus larynges dan permukaan posteror larynx.
Laryngopharynx mempunyai dinding anterior, posterior, dan lateral.
a. Dinding anterior dibentuk oleh aditus laryngis dan membrana mucosa yang
meliputi permukaan posterior larynx.
b. Dinding posterior, di sokong oleh corpus vertebra cervicalis ke 3,4, 5 dan
ke 6.
c. Dinding lateral , di sokong oleh cartilago thyroidea dan membrana
thyrohyoidea.
1.1.3 Larynx
Larynx adalah organ khusus yaang mempunyai sphincter pelindung pada pintu
masuk jalan nafas, dan berfungsi dalam pembentukan suara. Di atas larynx terbuka
ke dalam laryngopharynx, dan dibawah larynx berlanjut sebagai trachea. Kerangka
larynx di bentuk oleh beberapa kartilago, yang di hubungkan oleh membrana dan
ligamentum dan digerakan oleh otot. Larynx di lapisi oleh membrana mucosa.
a. Cartilago thyroidea terdiri atas 2 lamina cartilago hyalin yang bertemu di garis
tengah pada tonjolan sudut V. Pada permukan luar setiap lamina tedapat linea
obliqua sebagai tempat lekat musculus sterno thyroideus, M. Thyrohyoideus dan
M. Constrictor pharyngis inferior.
b. Cartilago cricoidea, pada masing-masing permukaan lateral terdapat facies
articularis sirkular untuk bersendi dengan cornu inferior cartilago thyroidea.
c. Cartilago arytenoidea, keduanya terletak di belakang larynx, pada pingir atas
lamina cartilago cricoidea. Masing-masing cartilago mempunyai apex di atas
dan basis di bawah. Apex menyanga cartilago corniculata. Basis bersendi
dengan cartilago cricoidea.
d. Cartilago corniculata adalah dua buah nodulus kecil yang besendi dengan apex
cartilagines arytenoideae dan merupakan tempat lekat plica aryepiglottica.
e. Cartilago cuneiformis merupakan 2 cartilago kecil berbentuk batang yang
terletak sedemikian rupa sehingga masing-masing terdapat di dalam satu plica
aryepiglottica.
f. Epiglottis adalah sebuah cartilago elastis berbentuk daun yang terletak di
belakang radix linguae. Di depan berhubungan dengan corpus ossis hyoidei dan
di belakang oleh cartilago thyroidea. Sisi epiglottis berhubungan dengan
cartilago arytenoiea melalui plica aryepiglottica.
4
1.1.4 Trachea
Trachea terletak di dalam mediastinum superius ventral dari oesophagus.
Setinggi angulus sternalis atau vertebra thoracalis ke 5, trachea akan bercabang 2
(bifurcatio trachea), yaitu bronchus primarius ( principalis) dexter et sinister.
Trachea terdiri dari pars cartilagines dan pars membranaceus. Pars cartilagines
tersusun oleh 16-20 tulang rawan berbentuk tapal kuda yang menghadap ke ventral.
Pars membranaceus menghubungkan kedua ujung pars cartilagines yang terbuka di
bagian dorsal dan terdiri dari otot dan jaringan ikat. Di sebelah dalam bifurcatio
trachea terdapat tonjolan cincin trachea terakhir yang disebut carina.
1.1.5 Bronchus
Bronchus primarius dexter, bila dibandingkan dengan yang sinistra maka
bronchus ini lebih pendek, berpenampang lebih besar dan membuat sudut yang
lebih kecil terhadap trachea. Ia juga lebih cepat mengeluarkan cabang prtamanya
yaitu, bronchus lobaris superior. Arteri pulmonalis berjalan caudal dari cabang
pertama ini, oleh karena itu maka bronchus lobaris superior dexter disebut bronchus
eparterialis. Jarak percabangan pertama ini dengan percabangan berikutnya agak
panjang dan baggian bronchus principalis dexter antara percabangan pertama dan
percabangan kedua disebut bronchus intermedius. Pada ujung bronchus intermedius
akan keluar bronchus lobaris medius dan bronchus lobaris inferior dexter. Dari
masing-masing bronchi lobaris akan keluar bronchi segmentalis.
Bronchus primarius sinister, lebih lambat mengeluarkan cabang pertamanya yaitu
bronchus lobaris superior sinister. Arteri pulmonalis sinistra berjalan cranial
terhadap bronchus ini, oleh karena itu bronchus lobaris superior sinistra disebut
bronchus hiparterialis. Bronchus lobaris superior sinistra biasanya akan bercabang
dua yaitu, ramus aascendens dan ramus descendens dan barulah kemudian
bercabang-cabang menjadi bronchi segmentalis. Cabang kedua dari bronchus
primarius sinister adalah bronchus lobaris inferior sinister yang mempunyai empat
cabang bronchi segmentalis. Percabangan bronchus selengkapnya adalah sebagai
berikut
1) Bronchus Principalis dexter
a. Bronchus Lobaris superior dexter :
- Bronchus Segmentalis apicale
- Bronchus Segmentalis posterius
- Bronchus Segmentalis anterius
b. Bronchus Lobaris medius :
- Bronchus Segmentalislaterale
- Bronchus Segmentalis mediale
c. Bronchus Lobaris inferior dexter:
- Bronchus Segmentalis apicale (superius)
- Bronchus Segmentalis basale mediale
5
- Bronchus Segmentalis basale anterius
- Bronchus Segmentalis basale laterale
2) Bronchus Principalis Sinister
a. Bronchus Lobaris superior sinister :
Ramus ascendens
- Bronchus Segmentalis apicoposteriur
- Bronchus Segmentalis anterior
Ramus descendens
- Bronchus Segmentalis lingularis superior
- Bronchus Segmentalis lingularis inferior
b. Bronchus Lobaris inferior sinister :
- Bronchus Segmentalis apicalis (superior)
- Bronchus Segmentalis basalis medialis
- Bronchus Segmentalis basalis anterior
- Bronchus Segmentalis basalis lateralis
- Bronchus Segmentalis basale posterior
1.1.6 Pulmo
Pulmo adalah organ respirasi yang berbentuk seperti kerucut, melekat pada
trache dan cor melalui radis pulmonis dan ligamentum pulmonale. Organ ini
konsistensinya lunak, spongiosus dan elastis. Pulmo dexter lebih berat, lebih lebar (
oleh karena yang sinistra di desak cor ) dan lebih pendek ( sebab kubah diapraghma
yang kanan lebih dalam karena adanya hepar ) dibandingkan dengan pulmo
sinistra.
6
2. Facies mediastinalis
Bagian ini berhadapan dengan mediastinum sehingga pada permukaan
terdapat cetakan-cetakan ( impresiones ) struktur-struktur dalam
mediastinum ( misal : impresio cardiaca )
3. Radix pulmonis
Terletak pada facies mediatinalis pulmonis dan merupakan kumpulan
struktur yang keluar atau masuk melalui hilum pulmonis.
4. Ligamentum pulmonale
Secara embriologis dibentuk dari evaginasi lungs bud ke dalam cavitas
thoracis. Terletak pada facies mediastinalis pulmonis dan terbentang
mulai hilum pulmonis sampai ke basis pulmonis.
Pembagian Pulmo
7
c. Lobus inferior :
- Segmentum apicale (superius)
- Segmentum basale mediale
- Segmentum basale anterius
- Segmentum basale laterale.
- Segmentum basale posterius
2. Pulmo Sinister
a. Lobus superior :
- Segmentum apicoposterior
- Segmentum anterius
- Segmentum lingulare superius
- Segmentum lingulare inferius
b. Lobus inferior :
- Segmentum apicale (superius)
- Segmentum basale anterius
- Segmentum basale mediale
- Segmentum basale laterale
- Segmentum basale posterius
VASCULARISASI PULMO
1. Sirkulasi fungsional
Pembuluh-pembuluh darah yang megatur sirkulasi fungsional disebut vasa
publica. Darah di alirkan dari Aa. pulmonalis, kemudian mengalami
oksigenasi pada plexus capillaries alveolaris akan dialirkan ke Vv.
Pulmonalis dan bermuara ke dalam atrium sinistrum.
2. Sirkulasi nutritif
Sirkulasi ini dilayani oleh vasa bronchialis yang disebut sebagai vasa privata.
Darah di alirkan mulai dari Aa. Bronchialis kemudaian memasuki kapiler-
kapiler (bronchiolus respiratorius), dan darah di alirkan kembali melalui Vv.
Bronchialis dan selanjutnya masuk ke V. Azygos atau V. Hemiazygos.
INNERVASI PULMO
Dilayani oleh cabang-cabang N. Vagus dan serabut-serabut sympatis dari
ganglia thoracalis (I) II III IV (V) yang akan membentuk plexus
pulmonalis anterius (ventral dari bronchus) dan plexus pulmonalis posterius
(dorsal dari bronchus). Kualitas dari plexus ini adalah viscero sensorik dan
viscero motorik.
8
1.1.7 PLEURA
Pleura adalah suatu membran serous nesothelium yang membatasi cavitas
pleuralis, terletak provunffus terhadap vasciaendothora cica dan dapat di bedakan
menjadi pelura parietalis dan pleura viskelaris.
1. Pleura parietalis beerdasarkan letaknya dengan struktur yang berdekatan, dapat
dibedakan menjadi ;
a. pleura costalis
b. pleura mediaspinalis
c. pleura diaphragmatica
d. cupula pleurae( plura servikalis).
2. Pleura viscelaris ( pulmonalis), lapisan ini langsung meliputi permukaan luar
plumo. Pleura paretalis akan bertemu dengan pleura viscelaris pada radiks
pulmonis dan ligamentum pulmonale, sehingga terbentuk suatu ruangan tertutup
yang disebut cavitas pleuralis. Garis pertemuan antara pleura costalis dan pleura
mediastinalis dapat di proyeksikan pada permukaan dinding thorax dan
proyeksi-proyeksi ini di kenal sebagi garis-garis refleksi pleura. Jalannya garis-
garis refleksi pleura adalah :
a. Refleksi anterior, baik kanan maupun kiri turun dari puncak cupula
pleura, menyilang articulus sternoclavicularis. Keduanya kemudian
bertemu di linea mediana sterni setinggi angulus sternalis (kartilago
costa kedua).
b. Refleksi inferior kanan dan kiri menyilang tepi caudal costa ke7 pada
linea medioclavicularis, menyilang costa ke10 pada linea axillaris media
dan berakhir setingi pertengahan corpus vertebra thoracalis 12.
c. Refleksi posterior kanan dan kiri berjalan vertikal dari pertengahan
corpus vertebra thoracalis 12 sampai ke cupula pleurae.
Refleksi pleura lebih besar dari refleksi plumo sehingga pada tempat-tempat
tertentu terdapat ruangan pontensial yang disebut reccessus pleurales. Ruangan-
ruangan ini terdiri dari :
VASCULARISASI PLEURA
Pleura parietalis mendapat darah dari Aa. Intercostalis posterior, Aa. Thoracica
interna dan Aa. Phrenica superior. Sedangkan pleura visceralis mendapat darah dari Aa.
Bronchialis, tetapi aakan kembali melalui Vv. Pulmonalis.
9
INNERVASI PLEURA
Pleura costalis mendapat serabur-serabut saraf sensorik dari Nn. Intercostalis 1-12.
Bagian perifer pleura diaphragmatica di innervasi N. Subcostalis dan N. Thoraco
abdominalis, sehingga rangsangan nyeri pada daerah ini akan dirasakan juga pada daerah
thorax bagian lateral dan dinding ventral abdomen. Bagian central pleura diaphragmatica
dan pleura mediastinalis di innervasi N. Phrenicus, sehingga rangsangan nyeri dari daerah
ini juga dirasakan pada daerah kuduk dan bahu (cranial 2-3).
Epitel respirasi
Sebagian besar bagian konduksi dilapisi oleh epitel bertingkat silindris bersilia yang
mengandung banyak sel goblet dan di kenal sebagai epitel respirasi. Pada epitel ini
mempunyai 5 jenis sel yang khas yaitu :
1. Vestibulum
Vestibulum adalah bagian paling anterior, dan kulit luar hidung memasuki
nares (cuping hidung) dan berlanjut ke dalam vestibulum. Di sekitar permukaan
dalam nares terdapat banyak kelenjar sebasea dan kelenjar keringat, dan rambut
pendek tebal (vibrissa) yang menahan dan menyaring partikel-partikel besar
dari udara inspirasi.
10
2. Fossa nasalis (cavum nasi)
Di dalam tengkorak terletak 2 bilik kavernosa yang dipisahkan oleh septum
nasi ossea. Dari masing-masing dinding lateral keluar tiga tonjolan tulang yang
dikenal sebagai concha superior, concha media, dan concha inferior. Di dalam
lamina propia concha terdapat pleksus vena besar yang dikenal sebagai badan
pengembang (swell bodies). Setiap 30 sampai 30 menit badan pengembang
pada satu sisi fosa nasalis akan penuh terisi darah sehingga mukosa concha
membengkak dan mengurangi aliran udara. Selain badan-badan pengembang,
rongga hidung memiliki system vascular. Pembuluih-pembuluh besar
membentuk jalinan-jalinan rapat dekat periosteum. Darah dari belakang
mengalir kedepan dalam arah yang berlawanan dengan aliran udara inspirasi
sehingga udara yang masuk dihangatkan secara efisien oleh system arus balik.
Menghidu (olfaction)
Pengkondisian udara
11
melindungi lapisan alveoli yang halus agar tidak menjadi kering. Jalinan
vascular superficial yang luas juga menghangatkan udara yang masuk.
Sinus paranasalis
2.2.2 Nasofaring
2.2.3 Laring
Laring adalah tabung tak teratur yang menghubungkan faring dan trakea.
Didalam laminqa propia terdapat tulang rawan hialin (tulang rawan yang lebih
besar) dan tulang rawan elastic (tulang rawan yang lebih kecil). Tulang rawan ini
juga berfungsi sebagai katup untuk mencegah masuknya makanan atau cairan yang
ditelan kedalam trakea. Tulang rawan ini juga berfungsi sebagai alat pengha sil
suara untuk fungsi fonasi.
Epiglotis yang terjulur keluar dari tepi laring, meluas kedalam faring dan
memiliki permukaan lingual dan laryngeal. Pada permukaan laryngeal didekat basis
epiglottis, epitelnya beralih menjadi epitel bertingkat silindris bersilia dan terdapat
kelenjar campuran mukosa dan serosa.
2.2.4 Trakea
Percabangan bronkus
2.2.5 Bronkus
Tulang rawan bronkus berbentuk tidak teratur dari pada tulang rawan trakea.
Pada bagian bronkus yang lebih besar, cincin tulang rawan mengelilingi seluruh
lumen. Dengan mengcilnya garis tengah bronkus, cincin tulang rawan digantikan
oleh lempeng-lempeng atau pulau-pulau tulang rawan hyalin. Pada lamina propria
banyak mengandung serat elastin dan memiliki banyak kelenjar serosa dan mukosa,
dengan limfosit yang berada di dalam lamina propia dan diantara sel-sel epitel.
terdapat kelenjar getah bening dan terutama banyak dijumpai dityempat
percabangan bronkus.
2.2.6 Bronkiolus
13
bronkiolus sebagian besar tediri atas otot polos dan serat elastin. Otot-otot bronki
dan bronkioli berada di bawah kendali nervus vagus dan susunan saraf simpatis.
2.2.9 Alveolus
Secara structural, alveolus menyerupai kantung kecil yang terbuka pada satu
sisinya yang mirip sarang lebah. Didalamnya berlangsung pertukaran oksigen dan
karbon dioksida antara udara dan darah. Umumya, setiap dinding terletak diantara 2
alveolus yang bersebelahan dan disebut septum interalveolar. Satu septum
interalveolar terdiri atas 2 lapis epitel gepeng tipis, dengan kapiler, fibroblast, serat
elastin dan retikulin, matriks dan sel jaringan ikat di antara kedua lapisan tersebut.
Kapiler dan jaringan ikat membentuk interstisium. Udara dalam alveolus dipisahkan
dari darah kapiler oleh 3 unsur yang secara kolektif disebut sawar darah udara. Pada
lapisan ini permukaan dan sitoplasma sel alveolus, lamina basal yang menyatu dari
sel alveolus dan sel endotel, dan sitoplasma sel endotel. Di dalam septum
interalveolus ditunjang oleh jalinan serat retikulin dan elastin. Serat-serat yang
tersusun agar dinding alveolus dapat mengembang dan mengkerut, adalah alat
penyangga structural utama di alveolus. Membran basal dibentuk oleh penyatuan 2
14
lamina basal yang diproduksi oleh sel endotel dan sel epitel dinding alveolus.
Oksigen dari udara alveolus masuk ke darah kapiler melalui sawar udara-darah,
karbon dioksida berdifusi kea rah yang berlawanan. Pembebasan karbon dioksida
dari H2CO3 dikatalisis oleh enzim karbonat anhidrase yang terdapat dalam sel
darah merah. Lapisan endotel kapiler bersifat kontinu dan tidak bertingkap.
Berkumpulnya inti dan organel lain pada satu tempat menyebabkan sisa daerah sel
menjadi sangat tipis sehingga efisiensi pertukaran gas meningkat. Ciri utama
sitoplasma dibagian sel yang tipis adalah banyaknya vesikel pinositotik.
Sel tipe I (sel alveolus gepeng), merupakan sel yang sangat tipis yang
melapisi permukaan alveolus sekitar 97% dari permukaan alveolus. Organel-organel
seperti kompleks golgi, ER, dan mitokondria berkumpul di sekitar inti yang
mengurangi tebalnya sawar udara darah sehingga sebagian besar daerah sitoplasma
hamper bebas dari organel. Sitoplasma pada bagian tipis mengandung banyak
vesikel pinositotik,yang berperan pada pergantian surfaktan dan pembuangan
partikel kontaminan kecil dari permukaan luar.Sel epitel tipe I mempunyai taut
kedap yang berfungsi mencegah perembesan cairan jaringan ke dalam ruang udara
alveolus. Fungsi utama sel ini adalah membentuk sawar dengan ketebalan minimal
yang dapat di lalui gas dengan mudah. Sel tipe II terbesar di antara sel-sel alveolus
tipe I.kedua jenis sel ini saling melekat melalui taut kedap dan desmosom. Terletak
di atas membrane basal adalah bagian dari epitel dan mempunyai asal yang sama
dengan sel tipe I yang melapisi dinding alveolus.sel-sel ini membelah dengan cara
mitosis untuk mengganti populasinya sendiri dan juga mengganti populasi sel tipe I.
Sel tipe II menampakkan cirri sitoplasma bervesikel yang khas atau berbusa yang
disebabkan adanya badan lamella. Badan lamella menghasilkan materi yang
menyebar di atas permukaan alveolus dan membentuk lapisan alveolus di luar sel
yaitu surfaktan paru, yang menurunkan tegangan permukaan alveolus. Tanpa
adanya surfaktan, alveolus cenderung kolaps selama ekspirasi. Pada perkembangan
fetus, surfaktan muncul pada minggu-minggu terakhir kehamilan dan bertepatan
dengan menculnya badan lamella dalam sel tipe II.
Makrofag paru
Disebut juga sel debu, terdapat di dalam septum interalveolar dan sering
terlihat di pada permukaan alveoli. Makrofag berisi karbon dan debu di dalam
jaringan ikat di sekitar pembuluh darah utama atau di dalam pleura. Derbis yang
difagositosis dalam sel ini kemungkinan berasal dari lumen alveolus dan masuk ke
dalam interstisium melalui aktivitas pinositosis sel alveolus tipe I.
Saraf
Serat-serat saraf yang berhubungan dengan percabangan bronchial
membentuk pleksus pulmonalis, tersusun dari cabang-cabang N.vagus dan cabang-
cabang dari ganglia simpatis torasis. Baik serat-serat simpatis maupun serat-serat
parasimpatis berjalan bersama-sama pembuluh-pembulus pulmonalis.
Pleura
Pleura adalah membrane serosa yang menutupi paru. Pleura terdiri dari 2
lapisan yaitu parietal dan visceral yang menyatu di daerah hilus. Kedua membran
tersebut terdiri atas sel-sel mesotel yang berada di atas selapis jaringan ikat halus
yang mengandung serat kolagen dan elastin. Serat-serat elastin pleura visera
menyatu dengan serat elastin parenkim paru. Dalam keadaan normal rongga pleura
ini hanya mengandung sedikit sekali cairan yang bekerja sebagai pelumas yang
memudahkan pergeseran antara pleura sewaktu bernapas. Pada keadaan patologis
tertentu, rongga pleura dapat menjadi rongga sebenarnya yang mengandung cairan
atau udara.
16
didalam mesoderm. Bagian mesoderm menyusun selubung tambahan dari system
misalnya jaringan ikat, otot.
Otot pernapasan
Paru-paru dapat dikembangkempiskan melalui 2 cara, yaitu dengan gerakan naik-
turunnya diafragma untuk memperbesar atau memperkecil rongga dada, dan dengan depresi
dan elevasi tulang iga untuk memperbesar atau memperkecil diameter anteroposterior
rongga dada.
Pernapasan normal dan tenang dapat dicapai dengan hampir sempurna melalui
metode pertama, yaitu melalui gerakan diafragma. Selama inspirasi, kontraksi diafragma
menarik permukaan bawah paru ke arah bawah. Kemudian, selama ekspirasi, diafragma
mengadakan relaksasi, dan sifat elastic daya lenting paru (elastic recoil), dinding dada, dan
struktur abdomen akan menekan paru-paru dan mengeluarkan udara. Namun, selama
bernapas kuat, daya elastic tidak cukup kuat untuk menghasilkan ekspirasi cepat yang
diperlukan, sehingga diperlukan tenaga ekstra yang terutama diperoleh dari kontraksi otot-
otot abdomen, yang mendorong isi abdomen ke atas melawan dasar diafragma, sehingga
mengkompresi paru.
Metode kedua untuk mengembangkan paru adalah dengan mengangkat rangka iga.
Pengembangan paru ini dapat terjadi karena pada posisi istirahat, iga miring ke bawah,
dengan demikian sternum turun ke belakang ke arah kolumna vertebralis. Tetapi, bila
rangka iga dielevasikan, tulang iga langsung maju sehingga sternum sekarang bergerak ke
depan menjauhi spinal, membentuk jarak anteroposterior dada kira-kira 20% lebih besar
selama inspirasi maksimum dibandingkan selama ekspirasi. Oleh karena itu, otot-otot yang
mengelevasikan rangka dada dapat diklasifikasikan sebagai otot-otot inspirasi dan otot-otot
yang menurunkan rangga dada diklasifikasikan sebagai otot-otot ekspirasi. Otot paling
17
penting yang mengangkat rangka iga adalah otot intercostalis eksterna, tetapi ada juga otot-
otot tambahan yaitu sternocleidomastoideus (mengangkat sternum), serratus anterior
(mengangkat sebagian besar iga), dan scalenus (mengangkat 2 iga pertama).
Otot-otot yang menarik rangka iga ke bawah selama ekspirasi adalah rektus
abdominis, yang mempunyai efek tarikan ke arah bawah yang sangat kuat terhadap iga-iga
bagian bawah pada saat yang bersamaan ketika oto-otot ini dan otot-otot abdomen lainnya
menekan isi abdomen ke atas ke arah diafragma ; dan intercostalis internus, yang
mempunyai fungsi yang berlawanan dengan otot intercostalis eksternus.
18
Dalam keadaan normal, jumlah udara yang diinspirasikan selama 1 menit (ventilasi
paru, volume respirasi semenit) sekitar 6 L (500 mL/napas x 12 napas/menit).
Volume Paru
1. Volume tidal adalah jumlah udara yang masuk ke dalam paru setiap kali inspirasi (atau
jumlah udara yang keluar dari paru setiap kali ekspirasi). besarnya sekitar 500 mL pada
pria.
2. Volume cadangan inpirasi (inspiratory reserve volume/IRV, yakni jumlah udara yang
masih dapat masuk ke dalam paru pada inspirasi maksimal setelah inspirasi biasa.
Besarnya biasanya mencapai 3000 mL.
3. Volume cadangan ekspirasi (expiratory reserve volume/ERV), yaitu jumlah udara yang
dapat dikeluarkan secara aktif dari dalam paru melalui kontraksi otot ekspirasi, setelah
ekspirasi biasa, yang besarnya sekitar 1100 mL.
4. Volume residu (residual volume/RV) yaitu udara yang masih tertinggal di dalam paru
setelah ekspirasi maksimal, yang besarnya 1200 mL.
Kapasitas Paru
Untuk menguraikan peristiwa-peristiwa dalam siklus paru, kadang-kadang perlu
menyatukan dua atau lebih volume-volume di atas. Kombinasi seperti itu disebut kapasitas
paru. Kapasitas paru terdir dari :
1. Kapasitas inspirasi sama dengan volume tidal ditambah volume cadangan inspirasi. Ini
adalah jumlah udara (kira-kira 3500 mL) yang dapat dihirup oleh seseorang, dimulai
pada tingkat ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai jumlah maksimum.
2. Kapasitas residu fungsional sama dengan volume cadangan ekspirasi ditambah volume
residu. Ini adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir ekspirasi normal
(kira-kira 2300 mL).
3. Kapasitas vital sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume tidal dan
volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan
seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum dan
kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya (kira-kira 4600 mL).
4. Kapasitas paru total adalah volume maksimum yang dapat mengembangkan paru
sebesar mungkin dengan inspirasi sekuat mungkin (kira-kira 5800 mL) ; jumlah ini
sama dengan kapasitas vital ditambah volume residu.
Volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita kira-kira 2025 % lebih kecil
daripada pria, dan lebih besar lagi pada orang yang atletis dan bertubuh besar daripada
orang yang bertubuh kecil.
19
Compliance Paru
Luasnya pengembangan paru untuk setiap unit peningkatan tekanan transpulmonal
(jika terdapat cukup waktu untuk mencapai keseimbangan), disebut compliance paru. Nilai
compliance total dar kedua paru pada orang dewasa normal rata-rata sekitar 200 mL
udara/cm tekanan transpulmonal air. Artinya, setiap kali tekanan transpulmonal (perbedaan
antara tekanan alveolus dan pleura) meningkat sebanyak 1 cm air, maka volume paru,
setelah 1020 detik, akan mengembang 200 mL.
Terdapat hubungan antara perubahan volume paru dengan perubahan tekanan
transpulmonal yang digambarkan dalam diagram (Diagram Compliance Paru). Ciri khas
diagram compliance tersebut ditentukan oleh daya elastic paru. Daya elastic ini dapat
dibagi menjadi 2 bagian, yaitu daya elastic di jaringan paru itu sendiri, dan daya elastic
yang disebabkan oleh tegangan permukaan cairan yang melapisi dinding bagian dalam
alveoli dan ruang udara paru lainnya.
Daya elastic jaringan paru terutama ditentukan oleh jalinan serabut elastin dan
serabut kolagen di antara parenkim paru. Pada paru yang mengempis, serabut-serabut ini
secara elastic berkontraksi dan menjadi kaku; kemudian, ketika paru mengembang, serabut-
serabut menjadi teregang dan tidak kaku lagi, dengan demikian menjadi lebih panjang dan
mengerahkan daya elastic yang lebih kuat.
Daya elastic yang disebabkan oleh tegangan permukaan sifatnya jauh lebih
kompleks. Arti penting dari tegangan permukaan dapat digambarkan misalnya dengan
membandingkan compliance paru ketika terisi udara dan ketika terisi larutan salin. Ketika
paru terisi oleh udara, terjadi pertemuan antara cairan alveolus dengan udara dalam
alveolus. Pada keadaan paru terisi larutan salin, tidak terjadi pertemuan udara-cairan ; oleh
karena itu, tidak ada pengaruh tegangan permukaan, melainkan hanya daya elastic jaringan
saja yang bekerja dalam paru yang terisi larutan salin.
Surfaktan
Surfaktan merupakan bahan aktif permukaan dalam air, yang berarti bahwa
surfaktan sangat menurunkan tegangan permukaan air. Surfaktan disekresikan oleh sel-sel
epitel penyekresi surfaktan khusus yang disebut sel epitel alveolus tipe II, dan kira-kira
merupakan 10% dari seluruh daerah permukaan alveoli. Sel-sel ini berbentuk granular,
mengandung inklusi di surfaktan ke dalam alveoli.
Surfaktan merupakan campuran kompleks dari beberapa fosfolipid, protein, dan ion.
Komponen yang paling penting adalah fosfolipid dipalmitoilfosfatidilkolin, apoprotein
surfaktan, dan ion kalsium. Zat-zat ini menurunkan tegangan permukaan dengan tidak
terlarut seluruhnya dalam cairan yang melapisi permukaan alveoli. Sebaliknya, sebagian
molekul terlarut sedangkan sisanya menyebar ke seluruh permukaan air dalam alveoli.
Permukaan ini memiliki besar tegangan 1/12-1/2 jumlah tegangan permukaan pada
permukaan air murni.
20
Dari segi kuantitatif, tegangan permukaan pada berbagai cairan yang berbeda
kurang lebih sebagai berikut : air murni, 72 dyne/cm; cairan normal yang melapisi alveoli
tetapi tanpa surfaktan, 50 dyne/cm; cairan yang melapisi alveoli dengan diliputi oleh
surfaktan dalam jumlah normal, antara 5-30 dyne/cm.
Semakin kecil alveolus (radiusnya), semakin besar tekanan alveolus yang
disebabkan oleh tegangan permukaan. Hal ini secara khusus memiliki arti penting bagi
bayi-bayi premature, karena kebanyakan bayi tersebut memiliki alveoli dengan radius <
radius alveoli orang dewasa. Selanjutnya, surfaktan secara normal mulai disekresikan ke
dalam alveoli antara bulan ke-6 sampai ke-7 kehamilan, bahkan ada yang lebih dari itu.
Oleh karena itu, banyak bayi premature hanya memiliki sedikit atau tidak memiliki sama
sekali surfaktan dalam alveolinya ketika bayi tersebut dilahirkan, dan parunya cenderung
untuk kolaps. Hal ini menyebabkan kondisi yang dikenal dengan sindrom gawat napas
pada bayi yang baru lahir (penyakit membrane hyaline).
Selain faktor-faktor di atas, proses pematangan surfaktan di paru dibantu juga oleh
hormone glukokortikoid. Menjelang usia kehamilan cukup bulan, kadar kortisol janin dan
ibu meningkat, dan jaringan paru janin menjadi kaya akan reseptor glukokortikoid. Apabila
bayi lahir premature, jaringan parunya belum banyak terkandung reseptor glukokortikoid,
sehingga surfaktan di dalam parunya tidak sepenuhnya mengalami pematangan.
Transport Oksigen
1. Penyaluran Oksigen ke Jaringan
System pengangkut O2 di tubuh terdiri atas paru dan system kardiovaskuler.
Pengangkutan O2 menuju jaringan tertentu bergantung pada jumlah O2 yang masuk ke
dalam paru, adanya pertukaran gas di paru yang adekuat, aliran darah yang menuju
jaringan, dan kapasitas darah untuk mengangkut O2. Aliran darah bergantung pada
derajat kontriksi jalinan vascular di jaringan serta curah jantung. Jumlah O2 di dalam
darah ditentukan oleh jumlah O2 yang larut, jumlah Hb dalam darah, dan afinitas Hb
terhadap O2.
21
Struktur kuartener Hb menentukan afinitasnya terhadap O2. Pada
deoksihemoglobin, unit globin terikat erat dalam konfigurasi tense (T, tegang) yang
menurunkan afinitas molekul terhadap O2. Saat O2 pertama kali terikat, ikatan yang
menahan unit globin terlepas sehingga terbentuk konfigurasi relaxed (R, rileks) yang
memaparkan lebih banyak tempat pengikatan O2. Hasil akhirnya adalah peningkatan
afinitas terhadap O2 sebesar 500 kali lipat. Di jaringan, reaksi-reaksi ini berbalik
sehingga terjadi pelepasan O2.
22
membrane hialin karena preparat mikroskopik paru memperlihatkan alveoli diisi oleh
bahan seperti membrane hialin.
Salah satu penemuan yang paling khas pada sindrom gawat napas adalah kegagalan
epitel pernapasan untuk menyekresikan surfaktan dalam jumlah adekuat, suatu
substansi yang normalnya disekresikan kedalam alveoli yang menurunkan tegangan
permukaan cairan alveoli, sehingga memungkinkan alveoli untuk terbuka dengan
mudah selama inspirasi. Sel-sel peyekresi-surfaktan (sel-sel alveolus tipe II) belum
mulai menyereksi surfaktan sampai akhir bulan ke-1 sampai ke-3 masa gestasi. Oleh
karena itu, banyak bayi premature dan sedikit bayi cukup bulan dilahirkan tanpa
kemampuan menyekresikan cukup surfaktan, yang menyebabkan kecendrungan
kolapsnya alveoli dan perkembangan edema paru.
c. Asma
Asma ditandai dengan mengi (wheezing), batuk dan rasa sesak di dada yang timbul
secara episodic atau kronis akibat bronkokontriksi. Terdapat 3 kelainan pada asma :
sumbatan jalan napas yang sebagian reversible, peradangan jalan napas, dan
hiperresponsivitas jalan napas terhadap berbagai rangsangan. Serangan asma terjadi
lebih berat pada malam hari, karena saat-saat tersebut merupakan periode konstriksi
maksimal dari irama sirkadian tonus bronkus. Udara dingin dan aktivitas fisik, yakni
kedua hal yang umumnya menyebabkan bronkokonstriksi, juga memicu serangan asma,
dan pada sekitar 5% pengidap asma, serangan dipicu oleh aspirin. Meskipun begitu,
banyak zat lain yang diketahui dapat memicu serangan asma.
d. Pneumonia
Pneumonia (radang paru) adalah suatu keadaan dimana alveoli terisi cairan dan sel-
sel darah. Penyebabnya yakni berbagai jenis bakteri dengan akibat sebagian jaringan
paru tidak berfungsi dan dapat menyebabkan hipoksemia (oksigen darah rendah) dan
hiperkapnia (CO2 darah tinggi).
e. Atelektasis
Atelektasis merupakan kolapsnya alveoli dan ini dapat disebabkan oleh obstruksi
total saluran napas oleh mucus atau benda padat dan berkurangnya surfaktan pada
cairan yang melapisi alveoli.
Mucus atau benda padat menyumbat saluran napas bronki kecil ataupun bronkus
besar, sehingga menyebabkan udara yang masuk dan keluar menjadi terhambat. Udara
yang terperangkap di belakang sumbatan diserap dalam waktu beberapa menit hingga
beberapa jam oleh darah yang mengalir dalam kapiler paru. Jika jaringan paru cukup
lentur, alveoli akan menjadi kolaps. Tetapi jika paru bersifat kaku akibat jaringan
fibrotic dan tidak dapat kolaps, maka absorbsi udara dari alveoli menimbulkan tekanan
negative yang hebat dalam alveoli dan menarik cairan keluar dari kapiler paru masuk ke
dalam alveoli, dengan demikian menyebabkan alveoli terisi penuh dengan cairan
23
edema. Ini merupakan efek yang hampir selalu terjadi bila seluruh paru mengalami
atelektasis, yang disebut kolaps masif paru.
f. Emfisema
Emfisema merupakan suatu keadaan dimana di dalam paru terdapat udara
berlebihan. Disini tahanan udara di saluran napas sangat meningkat. Emfisema dapat
disebabkan karena infeksi kronis atau obstruksi kronis di saluran napas bagian yang
kecil. Penyakit ini sering terdapat orang yang kecanduan merokok. Karena udara yang
berlebihan di dalam jaringan paru, seringkali kantong-kantong alveoli menjadi rusak,
menjadi kantong-kantong lebih besar dengan sebagian alveoli di dindingnya telah
rusak.
Reflex batuk merupakan suatu mekanisme lain yang lebih kuat untuk mendorong
sekresi ke atas sehingga dapat ditelan atau dikeluarkan.
Makrofag alveolar merupakan sel fagositik dengan ciri-ciri khas dapat bermigrasi
dan mempunyai sifat enzimatik. Sel ini memiliki pertahanan yang paling aktif dan paling
penting terhadap invasi bakteri ke dalam paru-paru. Dia bergerak bebas pada permukaan
alveolus dan meliputi serta menelan benda atau bakteri. Sesudah meliputi partikel mikroba
akan membunuh dan mecernakan mikroorganisme tersebut tanpa menimbulkan reaksi
peradangan yang nyata. Partikel debu atau mikroorganisme ini kemudian di transport oleh
makrofag ke pembuluh limfe atau ke bronkiolus dimana mereka dibuang oleh escalator
mukosiliaris. Makrofag alveolar dapat membersihkan paru-paru dari bakteri yang masuk
bersama inspirasi dengan kecepatan yang tinggi.
24
Pengaturan Pernapasan
Pusat pernapasan terdiri dari beberapa kelompok neuron yang terletak bilateral di
medulla oblongata dan pons pada batang otak. Daerah ini dibagi menjadi 3 kelompok
neuron utama, yaitu :
1. Kelompok pernapasan dorsal
Kelompok ini terletak di bagian dorsal medulla, yang terutama menyebabkan
inspirasi. Dia menempati sebagian besar panjang medulla. Sebagian besar neuronnya
terletak di dalam nucleus traktus solitaries, walaupun neuron-neuron lain yang
berdekatan dengan substansi retikularis medulla juga memegang peranan penting dalam
mengatur pernapasan. Nucleus trraktus solitaries merupakan akhir sensoris dari N.
vagus dan N. Glossopharingeus, yang mentransmisikan sinyal sensorisnya ke dalam
pusat pernapasan dari kemoreseptor perifer, baroreseptor, dan berbagai macam reseptor
di dalam paru.
2. Kelompok pernapasan ventral
Kelompok ini terletak di ventrolateral medulla, yang terutama menyebabkan
ekspirasi. Dia dijumpai dari bagian rostral dari nucleus ambigus dan bagian caudal dari
nucleus retroambigus. Fungsi kelompok neuron ini berbeda dengan pernapasan dorsal,
yaitu :
a. Neuron-neuron dari kelompok pernapasan ini hampir seluruhnya tetap inaktif
selama pernapasan tenang yang normal.
b. Rangsangan listrik dari beberapa neuron pada kelompok ventral menyebabkan
inspirasi, sedangkan rangsangan lainnya menyebabkan ekspirasi. Oleh karena itu,
neuron-neuron ini menyokong inspirasi maupun ekspirasi. Neuron tersebut terutama
penting dalam menghasilkan sinyal ekspirasi yang kuat ke otot-otot abdomen
selama ekspirasi yang sangat sulit.
3. Pusat pneumotaksik
Terletak di sebelah dorsal bagian superior pons, yang terutama mengatur kecepatan
dan kedalaman napas. Dia terletak sebelah dorsal nucleus parabrakialis. Pusat
pneumotaksik memiliki efek sekunder terhadap peningkatan kecepatan pernapasan,
karena pembatasan inspirasi juga memperpendek ekspirasi dan seluruh periode
pernapasan. Sinyal pneumotaksik yang kuat dapat menigkatkan kecepatan pernapasan
30 40 kali per menit, sedangkan sinyal pneumotaksik yang lemah dapat menurunkan
kecepatan menjadi hanya 3 5 kali pernapasan per menit.
25
BAB III
PEMBAHASAN
Sianosis merupakan suatu keadaan dimana kulit dan selaput di permukaan (bibir
misalnya) berwarna kebiru-biruan, oleh karena dalam pembuluh darah di bawah kulit dan
selaput mengandung Hb yang tereduksi (Hb-red) yaitu Hb yang tidak mengikat O2.
Premature adalah kelahiran bayi yang lebih dini/ belum pada waktunya. Bayi yang
premature umunya belum sempurna pertumbuhannya dan biasanya timbul kelainan-
kelainan, misalnya sianosis seperti pada kasus di trigger. Pada pernyataan di atas, telah
dijelaskan bahwa sianosis disebabkan karena kurangnya kandungan O2 dalam darah. Bayi
tersebut lahir pada saat sel alveolar tipe II masih dalam tahap pembentukan/belum
sempurna pembentukannya, sehingga surfaktan yang dihasilkan belum tercukupi untuk
digunakan pada saat pasca lahir.
Pada alveoli terdapat sel-sel khusus yakni sel alveolar tipe I dan sel alveolar tipe II.
Sel alveolar tipe II menghasilkan surfaktan, suatu cairan yang kaya fosfolipid dan mampu
menurunkan tegangan permukaan pada antarmuka udara-alveolus. Sel ini berkembang pada
akhir bulan ke-6. Sebelum lahir paru-paru berisi cairan yang mengandung kadar klorida
tinggi, sedikit protein, sedikit lendir dari kelenjar bronchus dan surfaktan dari sel alveolar
tipe II. Jumlah surfaktan dalam cairan tersebut semakin bertambah banyak, terutama selama
2 minggu terakhir sebelum lahir.
Gerakan pernapasan janin dimulai sebelum lahir dan menyebabkan aspirasi cairan
amnion. Gerakan-gerakan ini penting untuk merangsang perkembangan paru dan melatih
otot-otot pernapasan. Ketika pernapasan dimulai pada saat lahir, sebagian besar cairan paru
cepat diserap kembali oleh kapiler darah dan getah bening, sedangkan sejumlah kecil
mungkin dikeluarkan melalui trachea dan bronchus selama proses kelahiran. Ketika cairan
ini diserap dari saccus alveolaris, surfaktan yang tersisa mengendap sebagai lapisan
fosfolipid tipis pada selaput sel alveoli. Dengan masuknya udara ke alveoli pada saat
pernapasan pertama, lapisan surfaktan mencegah timbulnya suatu interface udara-air
(darah) dengan tegangan permukaan yang tinggi. Tanpa adanya lapisan surfaktan yang
mengandung lemak ini, alveoli akan menguncup selama ekspirasi (atelektasis).
26
Surfaktan nampaknya sangat penting untuk mempertahankan hidup pada bayi
premature. Jika jumlah surfaktan tidak cukup, tegangan membrane permukaan udara-air
(darah) menjadi tinggi dan resiko alveoli menjadi kolaps pada saat ekspirasi sangat besar.
Sebagai akibatnya akan terjadi sindrom gawat pernapasan (ARDS).
27
BAB IV
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa bayi premature tampak sianosis
karena darah dalam pembuluh darahnya tidak berikatan maksimum dengan molekul
oksigen, yang disebabkan kurangnya kandungan oksigen dalam tubuh. Hal ini dapat terjadi
pada bayi premature dikarenakan bayi yang lahir premature organ respirasinya belum
sepenuhnya dapat berfungsi dengan baik. misalnya alveoli akan menguncup/kolaps selama
ekspirasi (atelektasis). Alveoli tetap kolaps/menguncup karena kandungan surfactant yang
fungsinya mampu menurunkan tegangan permukaan pada antar muka udara-alveolus dan
mencegah agar alveoli tidak kolaps saat ekspirasi masih sedikit jumlahnya. Ini terjadi
karena sel tipe II yang berfungsi menghasilkan surfactant pada bayi premature masih dalam
proses pembentukan yaitu pada akhir bulan ke-6, yang akibatnya oksigen sulit masuk
karena tekanan di dalam alveoli sangat tinggi di bandingkan dengan tekanan atmosfer
(diluar).
28
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Guyton, Arthur C., 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta : EGC.
Leeson, C Roland, 1996. Buku Teks Histologi. Jakarta : EGC.
Snell, Richard S, 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : EGC.
Eroschenko, Victor P, 2003. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional.
Jakarta : EGC.
Sloane, Ethel, 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC.
Ganong, W. F., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
29