Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang


Amenore secara harafiah didefinisikan sebagai the absence of mens.1
sehingga membuatnya tidak mengalami menstruasi secara rutin setiap bulannya.
Menstruasi merupakan tanda penting maturitas organ seksual wanita yang ditandai
dengan keluarnya darah, mucus dan debris-debris seluler yang berasal dari uterus
secara periodik dengan siklus yang teratur.2,3 Siklus menstruasi pada wanita
normal berlangsung teratur berkisar antara 21-35 hari dengan volume darah yang
dikeluarkan selama menstruasi sebanyak 40 ml dan cairan serosa sebanyak 35 ml.
Menstruasi merupakan suatu siklus yang kompleks, melibatkan berbagai organ,
sistem endokrin, hormone reproduksi dan enzim.4 Proses menstruasi diregulasi
oleh system endokrin dan perubahan hormonal melalui mekanisme timbal balik
antara hipotalamus, pituitary, dan ovarium yang dikenal dengan axis endokrin
hipotalamus- Pituitary- Ovarium (HPO).5
Amenore dibagi dua macam, yaitu amenore primer dan amenore sekunder.
Amenore primer adalah tidak terjadinya menstruasi pertama kali (menarche) pada
usia 13 tahun dengan pertumbuhan seks sekunder normal atau tidak terjadinya
menarche dalam waktu 5 tahun setelah pertumbuhan payudara, apabila terjadi
sebelum usia 10 tahun. Sedangakan aminore sekunder adalah berhentinya siklus
menstruasi yang teratur selama 3 bulan atau berhentinya siklus menstruasi yang
tidak teratur selama 6 bulan.
Evaluasi biasanya dilakukan pada usia 16 tahun jika pertumbuhan dan
perkembangan seksual sekunder terjadi, atau pada usia 13 tahun bila tidak ada
pertumbuhan dan perkembangan tersebut. Namun, evaluasi dapat dimulai sejak
usia 15 tahun, yaitu 97% perempuan harusnya telah mengalami menarche.
Evaluasi tidak boleh ditunda bila terdapat gejala neurologis (lesi hipotalamus-
hipofisis) atau terdapat nyeri panggul (outflow obstruction). Sedangkan amenore
sekunder memiliki angka kejadian sangat bervariasi, dari 3% pada populasi umum
hingga 100% dalam kondisi stres fisik atau emosional yang ekstrim. 1

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Amenorea terbagi atas primer dan sekunder. Aminore primer adalah tidak
adanya menstruasi usia 14 tahun pada anak perempuan tanpa karakteristik
perkembangan seksual sekunder atau pada usia 16 tahun tanpa memandang
karakteristik perkembangan jenis kelamin sekunder.1
Amenorea sekunder adalah tidak terjadinya menstruasi selama 3 siklus
atau 6 siklus pada wanita yang sebelumnya mendapatkan siklus menstruasi biasa.1
2.2. Siklus Menstruasi Normal

Seorang wanita umumnya memiliki jarak siklus menstruasi antara 15 hari


hingga 45 hari dengan rata-rata siklus mentruasi 28 hari. Sedangkan lamanya
mentruasi berlangsung hingga 2 hingga 8 hari dengan rata-rata berlansung selama
4 hingga 6 hari.2

2.2.1. Siklus Ovarium


a) Fase Folikuler
Merupakan siklus awal dari hari pertama menstruasi atau terlepasnya
endometrium. FSH merangsang pertumbuhan beberapa folikel primordial dalam
ovarium. Umumnya hanya satu yang terus berkembang dan menjadi folikel
deGraaf yang lainya berdegenerasi. Folikel terdiri dari sebuah ovum dan dua
lapisan sel yang mengelilinginya. Lapisan dalam, yaitu sel sel granulose
menyintesis progesteron yang disekresi kedalam cairan folikular selama paruh
pertama siklus menstruasi, dan bekerja sebagai precursor pada sintesis estrogen
oleh lapisan sel teka interna yang mengelilinginya. Estrogen disintesis dalam sel
sel lutein pada teka interna. Jalur biosintesis estrogen berlangsung dari
progesteron dan pregnenolon melalui 17-hidroksilasi turunan dari androstenedion,
testosterone, dan estradiol. Kandungan enzim aromatisasi yang tinggi pada sel sel
ini mempercepat perubahan androgen menjadi estrogen. Di dalam folikel, oosit

2
primer mulai menjalani proses pematanganya. Pada waktu yang sama, folikel
yang sedang berkembang mensekresi estrogen lebih banyak ke dalam sistem ini.
Kadar estrogen yang meningkat menyebabkan pelepasan LHRH melalui umpan
balik positif.3

Gambar 1: Fase Folikuler.2


b) Fase Luteal

LH merangsang ovulasi dari oosit matang.Tepat sebelum ovulasi, oosit


primer selesai menjalani pembelahan meiosis pertamanya. Kadar estrogen yang
tinggi kini menghambat produksi FSH. Kemudian kadar estrogen mulai menurun.
Setelah oosit terlepas dari folikel deGraaf, lapisan granulose menjadi banyak
mengandung pembuluh darah dan sangat terluteinisasi, berubah menjadi korpus
luteum yang berwarna kuning pada ovarium. Korpus luteum terus mensekresi
sejumlah kecil estrogen dan progesteron yang makin lama makin meningkat.3

3
Gambar 2: Siklus Mestruasi Normal.2

2.2.2. Siklus Endometrium


a) Fase Proliferasi

Segerah setelah menstruasi, endometrium dalam keadaan tipis dan dalam


stadium istrahat.Stadium ini berlangsung kira kira 5 hari. Kadar estrogen yang
meningkat dari folikel yang berkembang akan merangsang stroma endometrium
untuk mulai tumbuh dan menebal, kelenjar kelenjar menjadi hipertrofi dan
berproliferasi, dan pembuluh darah menjadi banyak sekali. Kelenjar kelenjar dan
stroma berkembang sama cepatnya. Kelenjar makin bertambah panjang tetapi
tetapi tetap lurus dan berbentuk tubulus.Epitel kelenjar berbentuk toraks dengan
sitoplasma eosinofilik yang seragam dengan inti di tengah.Stroma cukup padat
pada lapisan basal tetapi makin ke permukaan makin longgar. Pembuluh darah
akan mulai berbentuk spiral dan lebih kecil. Lamanya fase proliferasi sangat
berbeda beda tiap orang dan berakhir saat terjadinya ovulasi.3
b) Fase Sekresi

Setelah ovulasi, di bawah pengaruh progesteron yang meningkat dan terus


diproduksinya estrogen oleh korpus luteum, endometrium menebal dan menjadi
seperti beludru. Kelenjar menjadi lebih besar dan berkelok kelok, dan epitel
kelenjar menjadi berlipat lipat sehingga sehingga memberikan gambaran seperti
Gigi gerjaji. Inti sel bergerak ke bawah, dan permukaan epitel tampak kusut.

4
Stroma menjadi edematosa. Terjadi pula infiltrasi leukosit yang banyak dan
pembuluh darah menjadi makin berbentuk spiral dan melebar. Lamanya fase
sekresi sama pada setiap perempuan yaitu 142 hari.3
c) Fase Menstruasi

Korpus luteum berfungsi sampai kira kira hari ke 23 atau 24 pada siklus
akhir 28 hari, dan kemudian mulai beregresi. Akibatnya menjadi penurunan
progesteron dan estrogen yang tajam sehingga menghilangkan perangsangan pada
endometrium. Perubahan iskemik terjadi pada arteriola dan diikuti dengan
menstruasi.
2.3. Etiologi dan Patofisiologi

Berdasarkan etiologinya secara garis besar amenore terbagi menjadi


amenore primer dan aminore sekunder.

Tabel 1: Penyebab Aminore Primer.6

5
Tabel 2: Penyebab aminore sekunder.6

Sedangkan aminore berdasarkan evaluasi penyebab dibagi berdasarkan


empat kompartemen,
a) Kompartemen I : gangguan uterus dan patensi (outflow tact)
b) Kompartemen II : gangguan pada ovarium
c) Kompartemen III : gangguan pada hipofisis
d) Kompartemen IV : gangguan pada hipotalamus/susunan saraf pusat.5
2.3.1. Kompartemen I

Pada kompartemen I gangguan terjadi pada uterus dan patensi atau outflow
tract, berikut beberapa keadaan yang terjadi pada gangguan kompartemen I:

a) Agenesis Ductus Mulleri

Tanda klinis berupa tidak ada atau hipoplasia vagina, biasanya juga tidak
ditemukan adanya uterus dan tuba falopi. Penyebab pasti belum diketahui tetapi
diduga terdapat mutasi pada gen penyandi AMH atau reseptor AMH dan juga
galactose-I-phosphate uridyl transferase.

6
b) Endometrisis Tuberculosa

Terjadi pada penderita salpingitis tuberkulosa. Keadaan ini ditemukan


setelah dilakukan biopsi endometrium dan ditemukan tuberkel dalam sediaan.
c) Sindrom Asherman

Adanya kerusakan endometrium yang diakibatkan oleh tindakan kuretase


secara berlebihan atau terlalu dalam sehingga menyebabkan perlengketan
intreuteri. Perlengketan akan menyebabkan obliterasi lengkap atau partial pada
rongga uterus, ostium uteri interna, dan kanalis servikalis.

d) Sindrom Intensivitas Androgen

Sindroma ini adalah bentuk hemafroditisme laki laki dengan fenotip


perempuan (male pseudohermaphordite). Merupakan penyakit genetik X linked
recessive yang bertanggung jawab pada reseptor androgen intraseluler dengan
gonad laki-laki yang gagal melakukan virilisasi. Karena reseptor androgen tidak
sensitive menyebabkan hormone testosterone tidak bisa diaktifkan menjadi
dihidrotestosteron sehingga rambut pubis dan aksila tidak tumbuh

2.3.2. Kompartemen II
a) Premature Ovarian Failure

Hilangnya fungsi ovarium sebelum umur 40 tahun. Pada pemeriksaan


labolatorium didapatkan peningkatan kadar FSH > 40 IU/L dan LH lebih 5 kali
nilai normal yang disebabkan oleh hilangnya mekanisme umpan balik
hipotalamus akibat rendahnya produksi hormone estrogen ovarium.

b) Sindrom Sweyer

Suatu keadaan yang jarang ditemukan, yang disebut juga digenesis gonad
XY. Tidak didapatkan perkembangan seksual karena tidak didapatkanya hormone
estrogen.

7
c) Sindrom Turner

Angka kejadian 1 diantara 10.000 kelahiran bayi perempuan. Gambaran


klinis berupa fenotipe. Fenotipe adalah perempuan dengan tubuh pendek (short
stature), webbed neck, dada perisai (shield chest) dengan putting susu jauh ke
lateral. Payudara tidak berkembang, batas rambut belakang rendan keluhan tidak
pernah haid.Gonad tidak ada atau hanya berupa jaringan parut mesenkim (streak
gonad) tidak ada pertumbuhan folikel dan tidak ditemukan produksi hormone seks
steroid. Saluran muller berkembang hingga tampak adanya uterus, tuba, vagina,
tetapi bentuk lebih kecil karena tidak adanya pengaruh estrogen.
2.3.3. Kompartemen III

a) Adenoma Hipofisis Sekresi Prolaktin

Merupakan tumor hipofisis yang paling sering didapatkan. Keluhan utama


adalah amenorea dengan kadar prolaktin tinggi dan dapat pula disertai galaktorea.
Hal ini disebabkan oleh keadaan estrogen rendah pada amenorea akan mencegah
respon normal prolaktin.
b) Empty Sella Syndrome

Kelainan kongenital yang ditandai dengan tidak lengkapnya diafragma


sella sehingga terjadi ekstensi ruang subarachnoid ke dalam hipofisis. Tanda klinis
dijumpai adanya galaktorea dan peningkatan kadar prolaktin. Pada pemeriksaan
sella tursika aakan didapatkan gambaran kelainan tersebut yang terjadi 4-16%
pada amenorea galaktorea.
c) Sindrom Sheehan

Terjadi infark akut dan nekrosis pada kelenjar hipofisis yang disebabkan
oleh pendarahan persalinan dan syok menyebabkan terjadi sindroma Sheehan.
Defisiensi hormone pertumbuhan dan gonadotropin paling sering terlihat, di ikuti
dengan ACTH.

8
2.3.4. Kompartemen IV
a) Penurunan Berat Badan Berlebihan

Anoreksia Nervosa
Penyakit ini biasanya dijumpai pada perempuan muda dengan gangguan
emosional yang berat. Keadaan dimulai dengan diet untuk mengontrol berat
badan, selanjutnya diikuti ketakutan tidak bisa disiplin menjaga berat badan.
Bulimia
Merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan episode makan berlebihan
dan dilanjutkan dengan menginduksi muntah, puasa, atau penggunaan obat
pencahar dan diuretika. Anoreksia dan bulimia adalah gambaran disfungsi
mekanisme tubuh untuk megatur rasa lapar, haus, suhu dan keseimbangan
otonomik yang diregulasi oleh hipotalamus. Kadar FSH dan LH rendah sedangkan
kadar kortisol meningkat.
b) Sindron Kallman

Suatu keadaan yang jarang ditemukan pada perempuan yang kelainan


kongenital hipogonadotropin hipogonadisme disebabkan oleh defisit sekresi
GnRH.5
-
Craniopharyngioma (tumor otak di dekat kelenjar pituitari)
-
Teratoma (tumor terdiri dari campuran jaringan)
-
Sarkoidosis (penyakit kronis yang penyebabnya tidak diketahui
ditandaidengan pembentukan nodul di berbagai bagian tubuh)

9
Tabel 3: Penyebab aminore secara garis besar.7

2.4. Gejala

a) Galaktorea (payudara menghasilkan susupada wanita yang tidak hamil


atau menyusui),
b) sakit kepala, atau dikurangi penglihatan tepi bisa menjadi tanda dari tumor
intrakranial.
c) Peningkatan pertumbuhan rambut dalam pola laki-laki (hirsutisme) dapat
disebabkan oleh kelebihan androgen (hormon yang mendorong
perkembangan karakteristik seks laki-laki).
d) Kekeringan vagina, hot flashes, berkeringat dimalam hari, atau tidur tidak
teratur mungkin merupakan tanda insufisiensi ovarium atau kegagalan
ovarium prematur.
e) Berat badan atau penurunan berat badan yang nyata mungkin ada
f) Kecemasan yang berlebihan dapat hadir pada wanita dengan kelainan
kejiwaan terkait.4

10
2.5. Diagnosis
Penegakkan diagnosa amenore, harus dapat menentukkan organ mana
yang mengalami ganguan kemudian baru dapat ditentukan secara tepat penyebab
dari amenore tersebut1 Diagnosa banding untuk amenore cukup luas, mulai dari
karena kelainan genetik sampai gangguan endokrin, gangguan fisiologi,
lingkungan dan struktural. Untuk memfasilitasi penegakkan suatu diagnosa kerja
yang cepat dan akurat, maka penting untuk dilakukan anamnesa dan pemeriksaan
fisik yang detail. Semua pasien dengan amenore yang tidak dilakukan
histerektomi sebaiknya dilakukan pemeriksaan kehamilan, kadar serum thyroid-
stimulating hormone (TSH) dan prolaktin1. Untuk menegakkan diagnosis pada
kasus amenore primer dan sekunder, langkah yang terpenting dalam mendiagnosa
adalah dengan menyingkirkan kemungkinan bahwa pasien tersebut sedang hamil.
Hal pertama yang harus kita pikirkan adalah adanya kehamilan. Setelah
kehamilan disingkirkan, dengan mengikuti alogaritma yang ada maka kita
semakin dekat pada diagnosa yang sebenarnya. Sering terjadi overlapping antara
penyebab amenore primer dan sekunder. Untuk itu memastikan perkembangan
seksual pasien merupakan kunci utama untuk membedakan kedua hal ini4.

2.5.1. Anamnesis
Anamnesis yang lengkap meliputi riwayat perkembangan masa kanak
kanak dan area perkembangan lainnya termasuk grafik tinggi badan dan berat
badan terhadap usia pada thelarche dan menarche. Memastikan usia saat
menarche pada ibu serta saudara perempuan pasien disarankan karena usia saat
menarche didalam anggota keluarga dapat terjadi dalam usia yang hampir sama
antar anggota keluarga satu sama lain. Durasi dan lamanya menstruasi, berapa hari
dalam 1 siklusnya, HPHT (hari pertama haid terakhir), ada tidaknya molimina
(nyeri pada payudara dan perubahan mood yang mendadak sebelum menstruasi)
adalah informasi penting yang harus ditanyakan ke pasien.
Riwayat penyakit kronis, trauma, operasi sebelumnya, dan pemakian obat
obatan juga penting. Riwayat melakukan hubungan seksual sebaiknya ditanyakan
dengan menjaga kerahasiaan pasien. Sebaiknya juga ditanyakan tentang

11
pemakaian obat obatan, latian fisik, situasi rumah dan sekolah serta keadaan
psikososialnya. Gejala klinik yang sering dijumpai meliputi gejala vasomotor, hot
flashes, perubahan virilizing, galaktorea, sakit kepala, lesu, palpitasi, cemas,
kehilangan pendengaran, dan gangguan penglihatan. 1

Tabel 4: Evaluasi pada aminore.7

12
2.5.2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dimulai dengan pmeriksaan tanda vital, termasuk tinggi
badan dan berat badan, serta rasio maturitas seksual. Yang ditemukan pada
pemeriksaan fisik antara lain4 :
a) Keadaan Umum
1. Anorexia: cachexia, bradikardi, hipotensi, hipotermia, yellow skin
(karotenemia), BMI < 18.
2. Tumor Hipofisis: perubahan funduskopi, gangguan lapangan pandang,
cranial nerve signs.
3. Sindroma polikistik ovarii: acne, acanthosis nigricans, hirsuitisme, BMI >
30
4. Inflammatory Bowel Disease: fisura, skin tags, darah samar pada
pemeriksaan rektal (RT)
5. Gonadal dysgenesis (misal: Sindroma Turner) :webbed neck, pembesaran
carrying angle, tidak adanya pembesaran payudara dan postur yang
pendek.
b) Payudara
1. Galaktorea : dengan mempalpasi payudara
2. Delayed pubertas : belum berkembang dan rambut pubis jarang.
3. Gonadal dysgenesis (misal: Sindroma Turner) : belum berkembang dengan
pertumbuhan rambut pubis yang normal.
c) Rambut Pubis dan Genitalia Eksternal
1. Hiperandrogenisme: distribusi rambut pubis, rambut di wajah yang
berlebih
2. Androgen Insensitivity syndrome: rambut pubis dan axilla tidak ada atau
tipis dengan payudara yang berkembang ( gejala dan keparahan tergantung
pada defek reseptor androgen )
3. Delayed pubertas: tanpa payudara yang berkembang
4. Tumor adrenal atau ovarium: Klitoromegali, virilization
5. Pelvic Fullness: kehamilan, massa di ovarium, kelainan genitalia

13
d) Vagina
1. Hymen imperforata : pembengkakan vagina eksternal
2. Agenesis (Syndrome Rokitansky Hauser) : pemendekan vagina dengan
uterus yang rudimenter atau tidak adanya uterus, rambut pubis normal
3. Androgen insensitivity syndrome - pemendekan vagina tanpa uterus,
rambut pubis tidak ada
e) Uterus : jika uterus membesar maka kehamilan harus disingkirkan
f) Cervix :
a. Menilai kanalis vaginalis, efek estrogen pada mukosa vagina, dan sekresi
mukus.
b. Adanya mukus menunjukkan adanya produksi E2 oleh ovarium (tidak
diimbangi oleh produksi progesteron)
c. Mukus jernih, mukus berlebih setelah hari ke 20 siklus menunjukkan
adanya anovulasi
d. Mukus yang sedikit dan vagina yang kering dan pucat menunjukkan tidak
diproduksinya E2

Gambar 3: Algoritma diagnosis pada aminore primer.7

14
Gambar 4: Algoritma diagnosis pada aminore sekunder.7

2.6. Komplikasi
Komplikasi amenore dapat banyak, termasuk infertilitas dan keterlambatan
perkembangan psikososial dengan kurangnya perkembangan seksual fisik normal.
Pasien hipoestrogenik dapat berkembang menjadi osteoporosis parah dan patah
tulang, yang paling berbahaya bagi kehidupan menjadi fraktur leher femur.
Komplikasi yang terkait dengan amenore pada pasien yang merespon progestin
adalah hiperplasia endometrium dan karsinoma yang dihasilkan dari stimulasi
estrogen terlindung.8

2.7. Tatalakasana Aminorea


Tatalaksana pada wanita dengan amenore, harus mengingat keadaan apa
yang paling mungkin menyebabkannya, hal ini akan sangat membantu. Walaupun
diagnosis banding untuk Amenore cukup bervariatif. Pengobatan tergantung pada
penyebab amenore. Setelah penyebabnya ditentukan, pengobatan diarahkan untuk
memperbaiki penyakit yang mendasari, yang harus mengembalikan menstruasi.

15
Dalam kasus kelainan anatomi dari saluran kelamin,operasi dapat diindikasikan.
Beberapa penyebab amenore dapat dikelola dengan terapi medis contohnya adalah
sebagai berikut :
2.7.1. Uji Progesteron Positif
Bagi wanita yang belum menginginkan anak, cukup diberikan progesteron
dari hari 16 sampai hari ke 25 siklus haid. Pengobatan berlangsung selama 3
siklus berturut-turut. Setelah itu dilihat, apakah siklus haid menjadi normal
kembali, atau tidak. Kalau masih belum terjadi juga siklus haid normal, maka
pengobatan dilanjutkan lagi, sampai terjadi siklus haid yang normal lagi. 9 Perlu
diingat, bahwa akibat pengaruh Esterogen yang terus menerus dapat menyebabkan
hiperplasia endometri, dan risiko terkena kanker endomtrium lebih besar.
Pemberian Progesteron pada wanita ini sekaligus mencegah kanker endometrium.
Masalah akan muncul, bila wanita tersebut telah mendapat siklus haid normal,
namun belum ingin punya anak. Untuk itu, perlu dianjurkan penggunaan
kontrasepsi, seperti IUD, atau yang paling sederhana adalah pemberian pil
kontrasepsi kombinasi dosis rendah.9

2.7.2. Uji Progesteron Negatif


Wanita dengan uji Progesteron negatif, dilakukan uji estrogen dan
progesteron (Uji E+P) Diberikan estrogen selama 21 hari, dan dari ke 12 sampai
hari ke 21 diberikan progesteron 5-10 mg/hari. Jenis estrogen seperti
etinilestradiol (50 ug), estrogen valerianat (2 mg), atau estrogen konyugasi (0,625
mg). Paling sederhana adalah pemberian pil kontrasepsi kombinasi. Uji E+P
dikatakan positif, bila 2 atau 3 hari kemudian terjadi perdarahan (bervariasi), dan
bila tidak terjadi perdarahan, uji E+P dikatakan negatif, yang artinya ada
gangguan diuterus (Asherman sindrom), atau atresia genitalia distal.9

2.7.3. Uji E+P Positif


Uji E+P positif artinya wanita tersebut hipoestrogen. Terjadi gangguan
pembentukan Esterogen difolikel. Selanjutnya perlu dicari penyebabnya dengan
analisa hormonal. FSH dan LH rendah/normal,PRL normal. Biasanya dengan atau
tanpa tumor hipofisis, sehingga perlu pemeriksaan radiologik. Diagnosis adalah

16
amenorea hipogonadotrop, dengan atau tanpa tumorhipofisis. Penyebabnya adalah
insufisiensi hipotalamus hipofisis.9
Bila hasil analisa hormonal ditemukan FSH , atau LH yang tinggi, pRL
normal, maka penyebab amenoreanya adalah di ovarium (insufisiensi ovarium),
misalnya menopause prekok. Diagnosisnya adalah amenorea hipergonadotrop.
Selanjutnya perlu dilakukan biopsi ovarium per Laparoskopi. Bila hasil hormon
FSH dan LH sangat rendah, maka perlu dilakukan uji stimulasi dengan HMG (Uji
HMG) untuk memicu fungsi ovarium. Ovarium yang normal akan memproduksi
E, yang dapat diperiksa melalui urine atau darah (Uji HMG+).9
a) Agonis Dopamin seperti bromocriptine (Parlodel) atau pergolide
(Permax), efektif dalam mengobati hiperprolaktinemia. Pada sebagian
besar wanita, pengobatan dengan obat agonis dopamin mengembalikan
fungsi endokrin ovarium normal dan ovulasi.
b) Metformin (Glucophage) adalah obat yang telah berhasil digunakan pada
wanita dengan sindrom ovarium polikistik untuk menginduksi ovulasi .
c) Pada beberapa wanita, berat badan yang berlebihan bisa menjadi
penyebab amenore. Para wanita harus membatasi jumlah lemak dalam
diet mereka, dan mereka harus latihan cukup untuk mempertahankan
berat badan ideal. Lebih dari 8 jam olahraga berat dalam seminggu dapat
menyebabkan amenore. Program olahraga yang sedang menstruasi dapat
mengembalikan normal.
d) Pada wanita dengan anoreksia nervosa atau penurunan berat badan yang
berlebihan, siklus haid yang normal sering dapat dikembalikan dengan
menjalani perawatan untuk memulihkan dan mempertahankan berat
badan yang sehat.
e) Jika amenore disebabkan oleh stres emosional, mencari cara untuk
mengatasi stresdan konflik dapat membantu.
f) Mempertahankan gaya hidup sehat dengan menghindari konsumsi
alkohol dan merokok juga membantu.4

17
2.8. Prognosis
Prognosis untuk amenore baik. Hal ini secara klinis tidak selalu
mengancam jiwa, apabila dengan evaluasi yang tepat maka, tumor dapat dikenali
dan diobati. Banyak pasien dengan amenore hipotalamus dengan spontan siklus
haid kembali normal.
Hampir semua wanita dengan amenore yang tidak memiliki kegagalan
ovarium prematur dapat dibuat untuk berovulasi dengan agonis dopamin,
clomiphene citrate, agen sensitisasi insulin, dan gonadotropin.8

18
BAB III

KESIMPULAN

Amenore secara harafiah didefinisikan sebagai the absence of mens.1


yang artinya tidak mengalami menstruasi secara rutin setiap bulannya. Amenore
dibagi dua macam, yaitu amenore primer dan amenore sekunder. Amenore primer
adalah tidak terjadinya menstruasi pertama kali (menarche) pada usia 13 tahun
dengan pertumbuhan seks sekunder normal atau tidak terjadinya menarche dalam
waktu lima tahun setelah pertumbuhan payudara, apabila terjadi sebelum usia 10
tahun. Sedangakan aminore sekunder adalah berhentinya siklus menstruasi yang
teratur selama 3 bulan atau berhentinya siklus menstruasi yang tidak teratur
selama 6 bulan.
Amenore sendiri dapat disebabkan oleh beberapa hal berdasarkan
etiologinya. Untuk menantalaksana aminore dilihat berdasarkan etiologi
penyebabnya. Sehingga penting untuk melakukan anamnesis secara terarah, dan
pemeriksaan fisik secara lengkap serta pemeriksaan penunjang yang mendukung.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Pfeifer, (2008) NMS Obstetrics and Gynecology sixth edition


2. Jones L.(2001) Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi Edisi 6. Penerbit
Hipokrates. Jakarta.
3. Price,S.A.(2003) Pathophysiology Clinical Concepts Of Disease Processes.
Edition 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC
4. Nelcon(2014).AmenoreEmedicinehealthwww.emedicinehealth.com/amenor
e/page2_em.htm#amenore_causes
5. Anwar, M.( 2011). Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. PT Bina Pustaka
Prawirohardjo. Jakarta
6. American Society for reproductive medicine. Current evalution of
amenorrhea. Birningham, Alabama. 2008. P. 1-7.
7. David A klein and Merrily A Poth. Amenorrhea : An approach to diagnose
and management. American Academy of Family Physicians. 2013. P. 1-8.
8. Clinical Key. Amenore Obstetrics and Gynecology.
https://www.clinicalkey.com/topics/obstetrics-gynecology/amenore.html
9. Bielak.(2012)Amenore.Medscape.http://emedicine.medscape.com/article/25
2928-overview#a0156
10. The McGraw-Hill Companies (2006). Current Diagnosis and Treatments in
Obstetric and Gynecology.
11. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.(2006). Amenorea. Jakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai