Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

kecerdasan, pengendalian diri, kecerdasan serta ketrampilan yang di perlukan dirinya

masyarakat bangsa dan Negara khususnya Negara Timor Leste sekarang yang baru

merdeka.

Penidikan di Timor Leste sekarang ini terusnya berupaya agar lebih maju dan

bermutu dengan cara peningkatan mutu pendidikan yang di laksanakan dan di

usahakan agar dapat menyempurnakan proses belajar mengajar. Proses belajar

mengajar meliputi seluruh aktivitas yang intinya menyangkut pemberian materia

pembelajaran agar siswa memperoleh kecakapan dan pengetahuan yang

bermanfaat,peningkatan mutu dan penyempurnan proses belajar mengajar bertujuan

agar siswa atau anak memperoleh minat belajar yang lebih baik.

Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan, yang baik harus terus tumbuh

dengan baik. Kemampuan tumbuh ini memungkinkannya tanngguh bukan saja dalam

mempertahankan prestasi akan tetapi juga dalam mengembangkan dirinya secara

mantap dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan.

1
Sekolah adalah lembaga pendidikan secara resmi menyelenggarakan kegiatan

pembelajaran secara sistematis, berencana, sengaja dan terarah yang dilakukan oleh

pendidik yang professional dengan program yang dituangkan ke dalam kurikulum

tertentu dan diikuti oleh peserta didik pada setiap jenjang tertentu, mulai dari tingkat

anak-anak sampai perguruan tinggi.

Menurut Sumitro, dkk. (2006:81) menyatakan bahwa sekolah adalah

lingkungan pendidikan yang mengembangkan dan meneruskan pendidikan anak

menjadi warga Negara yang cerdas, terampil dan bertingkah laku baik. Sekolah

sebagai tempat belajar bagi seorang siswa dan teman-temannya untuk mendapatkan

ilmu pengetahuan dari gurunya dimana pelaksanaan kegiatan belajar dilaksanakan

secara formal.

Lingkungan sekolah sangat berperan penting dalam proses belajar siswa. Sarana

prasarana yang terdapat di sekolah sangat diperlukan dalam proses pembelajaran.

Sarana prasarana yang tidak lengkap akan membuat proses pembelajaran akan

terhambat. Begitu juga dengan peran guru dalam proses pembelajaran yang

digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi kepada siswa.

Motivasi adalah pokok yang timbul karena kebutuhan. Belajar sangat

mempengaruhi minat belajar siswa karena memberikan stimulasi kepada siswa untuk

berkonsentrasi, menumbuhkan motivasi atau pun menumbuhkan sikap dan daya

bersaing dengan teman-teman sebayanya. Seperti diketahui bahwa kondisi belajar

mengajar yang efekif adalah adanya motivasi dan ketekunan siswa dalam belajar.

Motivasi belajar siswa sangat bergantung pada lingkungan belajar. Lingkungan

2
belajar dalam konteks pendidikan mempunyai peranan penting yang besar dan

strategis. Hal ini disebabkan karena lingkungan adalah tempat interaksi langsung

dalam belajar.

Kenyataan menunjukkan bahwa di Ensino Bsico Central No.03 Vila-Nova

Baucau merupakan salah satu sekolah yang letak gedung sekolah terlalu dekat

dengan jalan umum dan memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan belajar siswa.

Teman-teman yang rajin belajar dapat mendorong seorang siswa untuk lebih

semangat dalam kegiatan belajarnya. Karena belajar merupakan suatu proses dimana

didalamnya terjadi suatu interaksi atau hubungan antara siswa dengan lingkungannya

yang mengakibatkan adanya perubahan tingkah laku yang akan memberikan suatu

pengalaman baik bersifat kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik

(keterampilan).

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi

belajar siswa Kelas III di Ensino Basico Central N0. 03 Vila-Nova Baucau Tahun

Ajaran 2013.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah di atas, maka masalah yang

ditimbulkan dalam penulisan ini adalah: Apakah ada pengaruh yang signifikan antara

Lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar pada siswa kelas III di Ensino Bsico

Central N0.03 Vila-Nova Baucau Tahun Ajaran 2014

3
1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui keadaan Lingkungan sekolah di Ensino Bsico Central 03

Vila-Nova Baucau.

2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh Lingkungan Sekolah terhadap

Motivasi Belajar Siswa di Ensino Bsico Central 03 Vila-Nova Baucau.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh lingkungan sekolah terhadap

motivasi belajar siswa-Siswi di Ensino Bsico Central N0. 03 Vila Nova Baucau

Tahun Ajaran 2014.

1.4 Manfaat Penelitian

Berikut ini adalah kegunaan penelitian sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Agar menambah pengetahuan serta memperluas wawasan khususnya tentang

sumber daya manusia dalam hal ini lingkungan Sekolah dan Motivasi Belajar.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Sebagai informasi bagi dinas pendidikan Distrik Baucau yang berkaitan

dengan mendirikan lingkungan sekolah.

2. Sebagai bahan masukan bagi sekolah agar dapat melihat dan meninjau

keadaan sekolah agar siswa dapat tenang untuk mengikuti kegiatan proses

belajar mengajar

6 57
3. Sebagai salah satu referensi bagi penulis selanjutnya mengenai lingkungan

belajar dan motivasi belajar siswa di masa yang akan datang

1.5 Pembatasan Masalah

Berhubung dengan keterbatasan referensi, waktu, referensi dan biaya maka

penulis membatasi permasalahan ini hanya pada pengaruh Lingkungan Sekolah

terhadap motivasi belajar pada siswa kelas III di Ensino Bsico Central N0. 03 Vila-

Nova Baucau Tahun Ajaran 2013.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lingkungan Sekolah

2.1.1 Pengertian lingkungan

Sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal. Dikatakan formal karena

disekolah terlaksana serangkaian kegiatan terencana dan terorganisasi, termasuk

kegiatan dalam rangka proses belajar mengajar di kelas, (Winkel, 2009:28). Defenisi

lain menyebutkan bahwa Sekolah adalah suatu lembaga yang memberikan pelajaran

kepada murid-muridnya.

Sekolah adalah lembaga pendidikan secara resmi menyelenggarakan kegiatan

pembelajaran secara sistematis, berencana, sengaja dan terarah yang dilakukan oleh

pendidik yang professional dengan program yang dituangkan ke dalam kurikulum

tertentu dan diikuti oleh peserta didik pada setiap jenjang tertentu, mulai dari tingkat

anak-anak sampai pada perguruan tinggi.

Menurut Oemar Hamalik (2003: 5) mengemukakan bahwa sekolah dapat

mengembangkan dan meningkatkan pola pikir anak karena di sekolah mereka belajar

bermacam-macam ilmu pengetahuan. Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan

selalu bersentuhan dengan lingkungan sekitar. Lingkungan inilah yang secara

langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi karakter/sifat seseorang.

Lingkungan secara sempit diartikan sebagai alam sekitar diluar diri manusia atau

individu.

6
Sedangkan arti luas, lingkungan mencakup segala material dalam dan di luar

individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosio kultural. Secara

fisiologis, lingkungan meliputi kondisi dan material jasmaniah di dalam tubuh. Secara

psikologis, lingkungan mencakup segenap yang diterima oleh individu mulai sejarah

sejak dalam kondisi konsensi, kelahiran sampai kematian. Secara sosio kultural,

lingkungan mencakup segenap stimulus, interaksi, dan dalam hubungannya dengan

perlakuan atau pun karya orang lain, (M. Dalyono, 2005;129).

Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan

belajar. Keadaan gedung sekolahnya & letaknya, serta alat-alat belajar yang juga

ikut menentukan keberhasilan belajar siswa, (Muhibbin Syah,2006:152).

Letak gedung sekolah harus memenuhi syarat-syarat seperti tidak terlalu dekat

dengan kebisingan / jalan ramai dan memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan

ilmu kesehatan sekolah, (Sumadi Suryabrata, 2006: 233). Lingkungan sekolah seperti

para guru dan staf administrasi & teman-teman sekelas juga dapat mempengaruhi

semangat belajar siswa. Para guru menunjukkan sikap dan prilaku yang simpatik,

misalnya rajin membaca dan berdiskusi dapat menjadi daya dorong yang positif bagi

kegiatan belajar siswa.Teman-teman yang rajin belajar dapat mendorong seorang

siswa untuk lebih semangat dalam kegiatan belajarnya.

Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2004:164) menyatakan bahwa

lingkungan sekolah meliputi:

1. Lingkungan fisik sekolah seperti sarana dan prasarana belajar, sumber-

sumber belajar,dan media belajar.

7
2. Lingkungan sosial menyangkut hubungan siswa dengan teman-temanya,

guru-gurunya, dan staf sekolah yang lain.

3. Lingkungan Akademis yaitu suasana sekolah dan pelaksanaan kegiatan

belajar mengajar dan berbagai kegiatan kurikuler.

Lingkungan sekolah terkait dengan metode mengajar guru, kurikulum, relasi

guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah. Lingkungan sekolah

mencakup keadaan lingkungan sekolah, suasana sekolah, keadaan gedung,

masyarakat sekolah, tata tertib dan fasilitas-fasilitas sekolah. Sedangkan Dimyati dan

Mudjiono menyatakan bahwa dalam prasarana pembelajaran meliputi gedung

sekolah, ruang belajar, lapangan olah raga, ruang, kesenian dan peralatan olah raga.

Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan alat dan fasilitas

laboratorium sekolah dan berbagai media pembelajaran lainnya.

Lingkungan sekolah juga memegang peranan penting bagi perkembangan

belajar para siswanya. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik sekolah seperti

lingkungan sekitar sekolah, sarana dan prasarana belajar yang ada, sumber-sumber

belajar dan media belajar dan sebagainya. Lingkungan sosial menyangkut hubungan

siswa dengan kawan-kawannya, guru-guru serta staf sekolah lainnya. Lingkungan

sekolah juga menyangkut lingkungan akademis, yaitu suasana dan pelaksanaan

kegiatan belajar -mengajar, berbagai kegiatan kurikuler dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah

merupakan tempat bagi siswa untuk belajar bersama teman-temannya secara terarah

guna menerima transfer pengetahuan dari guru yang didalamnya mencakup keadaan

8
sekitar suasana sekolah, relasi siswa dengan teman-temannya, relasi siswa dengan

guru dan dengan staf sekolah, kualitas guru dan metode mengajarnya, keadaan

gedung, masyarakat sekolah, tata tertib, fasilitas-fasilitas sekolah, dan sarana

prasarana sekolah.

Lingkungan belajar sangat mempengaruhi minat belajar siswa. Lingkungan

memberikan stimulasi kepada siswa untuk berkonsentrasi, menumbuhkan motivasi

ataupun menumbuhkan sikap dan daya bersaing dengan teman-teman sebayanya.

2.1.2 Kondisi lingkungan belajar anak yang efektif

1. Lingkungan yang menumbuhkan daya saing (kompetitif).

Lingkungan yang menumbukan daya saing (kompetitif) bagi akan

menumbuhkan minat belajar untuk mendapatkan tampilan yang terbaik. Dengan

adanya daya saing dari lingkungan, anak akan terpicu untuk belajar lebih giat.

Biasanya, ukuran keberhasilan siswa diambil dari nilai tertinggi yang ada. Jika

nilai tertinggi disekolah tersebut rendah, dibandingkan dengan nilai di sekolah lain,

bisa diartikan bahwa lingkungan sekolah tersebut kurang kompetitif

2. Lingkungan yang aman dan nyaman

Lingkungan yang aman, nyaman dan kondusif juga sangat mempengaruhi

minat belajar siswa. Bahkan dalam sebuah penelitian, penggunaan cat dalam

lingkungan kelas mempengaruhi minat dan konsentrasi siswa. Lingkungan yang

bebas dari kebisingan, tempat belajar yang baik dan didukung peralatan yang

memadai akan mempengaruhi minat siswa dalam belajar.

3. Lingkungan yang memberikan stimulasi dan menumbuhkan kreasi.

9
Lingkungan yang kaya dengan stimulasi akan menumbuhkan minat yang

besar pada siswa. Dengan besarnya stimulasi dari lingkungan, siswa akan merespon

stimulasi tersebut dengan menciptakan sesuatu yang berbeda. Lingkungan sekolah

yang mempunyai kegiatan ekstrakurikuler yang banyak misalnya, akan

mengeksplorasi minat/bakat siswa sesuai dengan keinginannya. Lingkungan adalah

segala sesuatu yang ada di sekitar kita, yang dalam arti yang lebih sempit, lingkungan

merupakan hal-hal/sesuatu yang berpengaruh terhadap perkembangan manusia,

(Tabrani Rusyan.dkk:1994).

Segala kondisi yang berada di dalam dan diluar individu baik fisiologis,

psikologis, maupun sosio kultural akan mempengaruhi tingkah individu kearah yang

benar.lingkungan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung.pengaruh

yang langsung misalnya pergaulan dengan keluarga, teman-teman.

Sedangkan, pengaruh tidak langsung misalnya melalui televisi, membaca

Koran dan lain sebagainya. Menurut Dwi Siswoyo, dkk (2007 : 148) menyatakan

bahwa lingkungan pendidikan meliputi:

1. Lingkungan phisik (keadaan iklim, keadaan alam)

2. Lingkungan budaya (bahasa, seni, ekonomi, politik pantangan hidup dan

keagamaan)

3. Lingkungan sosial /masyarakat (keluarga, kelompok, bermain, organisasi)

Berdasarkan berbagai pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa

lingkungan sekolah adalah segala sesuatu yang berada di alam sekitar yang memiliki

pengaruh terhadap sifat seseorang secara langsung.

10
Menurut Dr. Siswojo (2006 : 11 ) menyatakan secara garis besar apa

sebanarnya masyarakat sebagai lingkungan social. Di dalam ilmu pendidikan dan

dalam psikologi kita mengenal adanya dua jenis lingkungan (environment), yaitu

lingkungan alam (physical environment) dan lingkungan social (social environment).

Yang di maksud dengan lingkungan alam adalah segala sesuatu yang ada di dunia ini

yang bukan manusia, seperti rumah,air, iklin,daerah pegunungan, daerah pantai,

keadaan flora dan fauna. Sedangkan, yang dimaksud dengan lingkungan social ialah

semua orang lain yang mempengaruhi kita, termasuk cara pergaulannya,adat-

istiadatnya, agama dan kepercayaannya.

2.1.2 Sekolah

2.1.2.1 Pengertian Sekolah

Sekolah Merupakan lokasi atau tempat Pendidikan formal. Dikatakan formal

karena disekolah terlaksana serangkaian kegiatan terencana dan terorganisasi,

termasuk kegiatan dalam rangka proses belajar-mengajar di kelas (Winkel, 2009:28).

Definisi lain menyebutkan bahwa sekolah adalah suatu lembaga yang memberikan

pelajaran kepada murid-muridnya. Menurut T. Sianipar (2008: 1) ia menyatakan

bahwa sekolah:

1. Sekolah adalah bagian yang integral dari lingkungan ia bukan merupakan

lembaga yang terpisah dari lingkungan.

2. Hak hidup dan kelangsungan hidup sekolah bergantung pada lingkungan.

11
3. Sekolah adalah lembaga social yang berfungsi untuk melayani anggota-

anggota masyarakat dalam bidang pendidikan.

4. Kemajuan sekolah dan kemajuan masyarakat saling berkorelasi keduanya

saling membutuhkan.

5. Masyarakat adalah pemilik sekolah; sekolah ada karena masyarakat

memerlukannya lingkungan yang ayaman.

Tujuan hubungan sekolah dan lingkungan ditinjau dari kepentingan sekolah,

pengembangan dan penyelenggaran hubungan sekolah dan lingkungan bertujuan

untuk: (1) Memelihara kelangsungan hidup sekolah (2) Meningkatkan mutu

pendidikan di sekolah yang bersangkutan (3) Memperlancar proses belajar mengajar

(4) Memperoleh dukungan dan bantuan dari masyarakat yang diperlukan dalam

pengembangan dan pelaksanaan program sekolah.

Sedangkan, jika ditinjau dari kebutuhan masyarat itu sendiri, tujuan

hubungannya dengan sekolah adalah untuk:

a. Memajukan dan meningkatkan kesejahteran masyarakat, terutama dalam

bidang mental- spiritual.

b. Memperoleh bantuan sekolah dalam memecahkan berbagai masalah yang

dihadapi masyarakat.

c. Menjamin relevansi program sekolah dengan kebutuhan masyarakat

Memperoleh kembali anggota-anggota masyarakat yang makin meningkat

kemampuannya.

12
Secara lebih kongkret lagi, tujuan diselenggarakannya hubungan sekolah

dan Lingkungan adalah:

a. Mengenalkan pentingnya sekolah bagi masyarakat.

b. Mendapatkan dukungan bantuan morel maupun financial yang diperlukan

bagi pengembangan sekolah.

c. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang isi dan pelaksanaan

program sekolah.

d. Memperkaya atau memperluas program sekolah sesuai dengan

perkembangan dan kebutuhan masyarakat.

e. Mengembangkan kerja sama yang lebih erat antara keluarga dan sekolah

dan mendidik anak-anak.

Menurut Elsbree dan Mc Nally (2008:3) bermacam-macam tujuan seperti

dikemukakan di atas dapat dikelompokkan menjadi tiga tujuan pokok, yaitu:

a. Untuk mengembangkan mutu belajar dan pertumbuhan anak-anak.

b. Untuk mempertinggi tujuan-tujuan dan mutu kehidupan masyarakat.

c. Untuk memgembangkan pengertian, antusiasme masyarakat dalam membantu

pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah.

Di dalam masyarakat yang demokratis, sekolah segoyahnya dapat menjadikan

dirinya sebagai pelapor dan pusat perkembangan bagi perubahan-perubahan

masyarakat di dalam bidang-bidang ekonomi, kebudayaan, teknologi dan sebagainya,

ke tingkat yang lebih tinggi. Jadi dalam hal ini, bukan sekolah yang harus mengegor

secara pasif kepada pengembangan masyarakat, tetapi sebaiknya sekolah yang justru

13
harus memelapori bagaimana dan kemana masyarakat itu harus dikembangkan.

Seperti dikemukakan oleh Prof. Dr. Bachtiar Rifai dan Ir. S. Sudarmadi, M.Sc. dalam

ulasannya mengenai sekolah pembangunan yang telah dirintis di Indonesia sejak

tahun 1972 sebagai berikut: Sekolah pembangunan harus dapat memenuhi

prasyaratan sebagai berikut:

1. Sesuai dengan azas pendidikan seumur hidup, sekolah hendaknya

mempunyai dua fungsi: mampu memberikan pendidikan formal dan juga

pendidikan nonformal, baik untuk para pemuda maupun untuk orang dewasa

pria-wanita.

2. Sekolah hendaknya mempunyai kurikulum, metode mengajar serta evaluasi

dan program yang menyenangkan, merangsang dan cocok dengan tujuan

pendidikan.

3. Sekolah hendaknya merupakan bagian integral dari masyarakat sekitarnya

dan berorientasikan kepada pembangunan dan kemajuan.

4. Sekolah hendaknya mempunyai mekanisme untuk menjamin terpeliharanya

dialog yang kontinyu antara sekolah orang tua murid-masyarakat dan juga

dialog intrasekolah dan antar sekolah.

2.1.2.2 Jenis-jenis hubungan sekolah dan masyarakat

Penulis berpendapat bahwa hubungan kerja sama sekolah dan masyarakat itu

dapat digolongkan menjadi tiga jenis hubungan, yaitu :

1. Hubungan edukatif yaitu Hubungan kerja sama dalam hal mendidik / murid,

antara guru di sekolah dan orang tua di dalam keluarga. Adanya hubungan

14
ini dimaksudkan agar tidak terjadi perbedaan prinsip atau bahkan

pertentangan yang dapat mengakibatkan keragu-raguan pendirian dan sikap

pada diri anak / murid. Antara sekolah yang diwakili oleh guru dan orang

tua tidak saling berbeda atau berselisih paham, baik tentang norma-norma

etika ataupun norma-norma social yang hendak ditanamkan kepada anak-

anak didik mereka.

2. Hubungan cultural yaitu Usaha kerja sama antara sekolah dan masyarakat

yang memungkinkan adanya saling membina dan mengembangkan

kebudayaan masyarakat tempat sekolah itu berada. Kita mengetahui sekolah

bahwa sekolah merupakan suatu lembaga yang seharusnya dapat dijadikan

barometer bagi maju- mundurnya kehidupan, cara berpikir, kepercayaan,

kesenian dan adat-istiadat.

3. Hubungan institusional yaitu Hubungan kerja sama antara sekolah dengan

lembaga-lembaga atau instansi-instansi resmi lain. Baik swasta maupun

pemerintah, seperti hubungan kerja sama antara sekolah dengan sekolah-

sekolah lain, dengan kepala pemerintah setempat.

2.2 Motivasi

2.2.1 Pengertian Motivasi

Kata motivasi berasal dari bahsa Latin, Movere yang berarti dorongan atau

penggerak. Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia khususnya kepada anak

didik atau siswa. Motivasi mempersoalkan bagaimana cara semangat belajar seorang

15
siswa agar mau belajar keras dengan memberikan semua kemampuan dan prestasinya

untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang jelas dan terarah karena pada dasarnya

pendidikan bukan saja megharapkan seorang siswa yang mampu dan trampil tetapi

yang terpenting seorang siswa mau belajar dengan giat dan keinginan untuk mencapai

hasil prestasi yang memuaskan.

Motivasi adalah dorongan hati dan keinginan yang datang dari dalam diri

individu itu serta dorongan yang diberikan seorang. Setiap lembaga pendidikan atau

sekolah akan mempunyai suatu respon motivasi dan respon tersebut dapat

dikembangkan guru untuk mencapai produktivitas belajar dan dituntut agar lebih

disiplin dalam belajar. Tugas seorang guru dapat menciptakan perasaan (motivasi)

terhadap siswa yang berlainan, karena diantara seorang siswa banyak perilaku dan

keinginan yang tidak bisa diramalkan secara tepat. Seorang guru harus secara cermat

dalam memberikan motivasi karena ini sangat mempengaruh terhadap motivasi

belajar di sekolah.

Menurut Hasibuan (2002; 219) motivasi adalah suatu keahlihan dalam

mengarahkan sekolah dan siswa agar mau belajar hingga berhasil. Sehingga motivasi

adalah kecendrungan (suatu sifat yang merupakan pokok pertentangan) dalam diri

seorang yang membangkitkan tumpangan dan mengarahkan tindak-tinduknya.

Motivasi meliputi faktor kebutuhan biologis dan emosional yang hanya dapat diduga

dari pengamatan tingkah laku manusia.

Menurut Hasibuan (2002;145) mengemukakan bahwa motivasi adalah

keinginan yang terdapat pada diri seorang, individu yang meransangnya untuk

16
melakukan tindakan-tindakan. Motivasi itu tampak dalam dua (2) segi yang berbeda

yaitu:

1. Segi aktif/dinamis, motivasi tampak sebagai suatu usaha positif dan

mengarakan daya serta kemampuan agar secara produktif berhasil mencapai

dan mewujudkan tujuan yang ditetapkan.

2. Segi positif/statis, motivasi akan tampak sebagai kebutuhan sekaligus juga

sebagai perangsang untuk dapat mengarahkan potensi serta daya belajar siswa

kearah yang diinginkan

Menurut Handoko (1995; 251) motivasi merupakan kegiatan yang

mengakibatkan, menyalurkan dan memelihara perilaku manusia. Motivasi ini

merupakan subyek yang penting bagi guru karena menurut defenisi guru harus

berkarya dengan melalui orang lain. Guru perlu memahami siswa-siswi yang

berperilaku tertentu agar dapat mempengaruhinya untuk belajar sesuai dengan yang

diinginkan. Motivasi adalah juaga membingunkan, karena motif tidak dapat diamati

atau diukur secara langsung tetapi harus disimpulkan dari perilaku orang.

Menurut Siagian (2004; 140) bahwa pada dasarnya motivasi merupakan suatu

proses psikologis yang sangat fundamental sifatnya akan sangat sukar untuk

menyagah bahwa motivasi merupakan proses yang amat penting dalam pemuasaan

berbagai kebutuhan dan menjamin berbagai kepentingan para anggota organisasi.

Memang benar bahwa pemuasaan kebutuhan seorang tidak dapat dijelaskan dan

dipahami semata-mata berdasarkan pemahaman motivasi saja karena memang ada

faktor-faktor lain yang turut berpengaruh.

17
Menurut Hamzah B.Uno (2006;1) motivasi adalah dorongan dasar yang

menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang

yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang

yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi

yang mendasarinya.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan dalam memotivasi para siswa, guru

hendaknya menyediakan peralatan, menciptakan suasana belajar yang baik, dan

memberikan kesempatan kepada siswa unruk promosi. Dengan demikian,

memungkinkan para siswa meningkatkan semangat belajar untuk mencapai prestasi,

dan kebutuhan akan semangat seorang siswa yang diinginkan para guru yang

merupakan daya penyerap untuk memotivasi dalam mengarahkan suatu potensi yang

dimilikinya. Motivasi sangat berperan dalam menciptakan semangat belajar dan

diperlukan untuk diciptakan prestasi yang tinggi. Motivasi merupakan bentuk langkah

atau tindakan untuk mendorong seseorang agar kembali bergairah dalam

melaksanakan kegiatan belajar yang maksimal sehingga dapat mencapai tujuan yang

diinginkan.

2.2.2 Tujuan Pemberian Motivasi

Tujuan pemberian motivasi sebagai berikut:

1) Untuk meningkatkan moral dan kepuasan dan belajar siswa.

2) Untuk meningkatkan produktivitas belajar.

3) Untuk mengetifkan kehadiran siswa.

4) Untuk meningkatkan keiiplinan siswa

18
5) Untuk menciptakan suasana dan hubungan belajar yang baik

6) Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa yang baik

7) Untuk mempertinggi rasa tanggunjawab terhaap kewajibannya sebagai siswa.

8) Untuk mendorong semangat siswa.

2.2.3 Proses-Proses Motivasi

Proses-proses Motivasi antara lain sebagai berikut

1. Adanya tujuan.

Dalam proses motivasi perlu ditetapkan terlebih dahulu tujuan pemikirankan

kemudian para siswa di motivasi ke arah tujuan tersebut.

2. Mengetahui kepentingan

Pada proses motivasi ini penting untuk mengetahui kebutuhan atau keinginan para

siswa tidak hanya melihat dari kepentingan para guru saja.

3. Adanya komunikasi efektif.

Dalam proses motivasi harus dilakukan komunikasi yang baik dan efektif dengan

siswa dan mengetahui apa yang diperoleh dan dilaksanakan dalam usaha

pencapaian tujuan

4. Adanya integrasi tujuan.

Dalam proses motivasi ini perlu untuk meningkatkan tujuan pendidikan dan

tujuan belajar siswa.Tujuan pendidikan yaitu untuk memperoleh mutu pendidikan

sedangkan tujuan siswa adalah pencapaian prestasi yang baik. Jadi tujuan sekola

dan tujuan siswa disatukan untuk adanya persesuaian motivasi.

5. Adanya kelompok kerja sama

19
Guru harus menciptakan kerja sama yag terkoordinasi baik yang bisa mencapai

tujuan pendidikan. Kerja sama ini penting karena dalam suatu sekolah biasanya

terdapat banyak bagian.

Motivasi juga dapat dikatakan sebagai perbedaan antara melaksanakan atau

mau melaksanakan. Motivasi lebih dekat pada mau melaksanakan tugas untuk

mencapai tujuan. Motivasi adalah kekuatan baik dari dalam maupun luar yang

mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan

sebelumnya. Atau dengan kata lain motivasi dapat diartikan sebagai dorongan mental

terhadap perorangan atau orang-orang sebagai anggota masyarakat. Motivasi juga

diartikan sebagai proses untuk mencoba mempengaruhi orang atau orang-orang yang

dipimpimnya agar melakukan pekerjaannya yang sesuai dengan tujuan yang

ditetapkan lebih dahulu. Menurut Heidjrachman dan Husnan (1990;197) motivasi

merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu

yang kita inginkan.

2.2.4 Fungsi Motivasi

Menurut Sardiman A.M. (1985:84) mengemukakan bahwa fungsi motivasi

terdiri atas:

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang

melepaskan energi. Motovasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari

setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

20
2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.

Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus

dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus

dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan mengisikan perbuatan-

perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang

akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan

kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktu untuk bermain bola atau

membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.

Di samping itu, motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan

pencapaian prestasi. Seorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya

motivasi yang baik akan menunjukan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan

adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi.

2.2.5 Macam- Macam Motivasi

Menurut Arden N. Frandsen, mengemukakan macam-macam motivasi ini

dapat dilihat dari berbagai sudut pandangan. Dengan demikian, motivasi atau motif-

motif yang aktif itu sangat bervariasi.

1 . Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya.

a) Motif- motif bawaan

b) Motif- motif yang dipelajari

2 Menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis

a) Motif atau kebutuhan organis

21
b) Motif- motif darurat

c) Motif- motif objektif

3 Motivasi jasmaniah dan rohaniah.

Motivasi jasmaniah seperti misalnya refleks inting otomatis, nafsu.

Sendangakan motivasi rohaniah adalah kemauan. Soal kemauan pada setiap diri

manusia berbentuk melalui empat moment yaitu:

a) Momen timbulnya alas an

b) Momen pilih

c) Momen putusan

d) Momen terbentuknya kemauan.

2.3 Belajar

2.3.1 Pengertian Belajar

Menurut W.S. Winkel dalam Max Darsono,dkk (2000: 4) ia mendefenisikan

belajar sebagai suatu aktivitas mental/ psikis yang berlangsung dalam interaksi

dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,

keterampilan dan nilai sikap.Selanjutnya,menurut kamus paedagogik dalam Zainal

Aqib (2002:43) ia menyatakan bahwa belajar adalah berusaha memiliki pengetahuan

atau kecakapan.Seseorang telah mempelajari sesuatu terbukti dengan

perbuatannya.Terbukti jika seseorang telah belajar yaitu terjadinya perubahan tingkah

laku pada seseorang tersebut, seperti dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak

mengerti menjadi mengerti.

22
Pendapat tradisional, belajar diartikan sebagai usaha menambah dan

mengumpulkan sejumlah pengetahuan, (Aquib, 2002: 42). Dalam hal lain, belajar

adalah anak-anak diberi berbagai pelajaran untuk menambah pengetahuan yang

dimilikinya, dengan jalan menghafal. Sementara itu, Ahli pendidikan Modern Zainal

Aquib (2002;42) mengartikan belajar sebagai suatu bentuk pertumbuhan atau

perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku

yang baru berkat pengalaman dan latihan. Tingkah laku yang baru tersebut seperti

adanya perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian baru serta

timbul dan berkembangnya sifat-sifat social,susila dan emosional.

Menurut Rober (1988) dan Muhibbin (1995) yang dikutip Moreira (2011: 56)

dalam modul Strategi Belajar Mengajar menyatakan bahwa belajar pada dasarnya

adalah suatu proses perubahan manusia, sedangkan proses pada dasarnya berasal dari

bahasa Latin Processus yang berarti berjalan ke depan yaitu berupa urutan langkah-

langkah atau kemajuan yang mengarah tercapainya suatu tujuan. Dalam ilmu

psikologi,proses belajar berarti cara-cara atau langkah-langkah (mannners or

operation) khusus yang denganya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapai

tujuan tertentu,kegiatan belaajar tidak pernah lepas dari aktivitas kehidupan

manusia.belajar tidak selamanya harus dilakukan di lingkungan sekolah, akan tetapi

dapat dilaksanakan, dimana saja,baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan

suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan

23
tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu

sendiri dengan lingkungannya.

Selain itu, dapat dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku

yang terjadi pada diri seseorang berkat interaksi dengan lingkungannya yang terjadi

secara sadar, kontinyu, aktif dan terarah yang menyebabkan perubahan pada

pengetahuan, pemahamaan dan keterampilannya. Masalah ril yang terjadi di sekolah

yaitu: ( 1 ). Kenakalan anak remaja ( 2). Pergaulan (3). Kurang mampu dalam hal

ekonomi (4). Faktor lingkungan dan lain-lain.

Belajar adalah suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai

hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

2.3.2 Teori Belajar

Tinjauan Teorik, Menurut Sardiman (2006:30-36) selama perkembangan

sejarah psikologi, kita banyak sekali mengenal aliran psikologi adalah beberapa teori

tentang belajar.

1. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya

Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari bermacam-macam daya.masing-

masing daya dapat dilatih dalam rangka untuk memenuhi fungsinya.Untuk

melatih daya itu dapat digunakan berbagai cara atau vahan. Misalkan untuk

24
melatih daya ingat dalam belajar dengan menghafalkan kata-kata atau angka,

istilah-istilah asing.

2. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt

Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari bagian-bagian

unsure.sehingga dalam kegiatan belajar berawal dari pengamatan. Pengamatan itu

penting dilakukan secara menyeluruh.sehingga berdasarkan teori ini mudah atau

sukarnya suatu pemecahan masalah tergantung pada pengamatan.

3. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Asosiasi

Ilmu jiwa Asosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri dari

penjumlahan bagian-bagian atau unsusr-unsurnya.

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Kartini Kartono kegiatan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh

dua faktor yaitu faktor internal dan faktor ekternal yang dapat dijabarkan lebih lanjut

sebagai berikut :

1. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal), diantaranya meliputi:

a. Intelegensi

Intelegensi merupakan suatu kemampuan dasar yang bersifat umum untuk

memperoleh suatu kecakapan yang mengandung berbagai komponen.

b. Bakat

Merupakan potensi atau kemampuan yang jika dikembangkan

melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.

c. Minat dan perhatian

25
Minat dan perhatian dalam belajar sangat berhubungan erat.

Seseorang yang menaruh minat pada mata pelajaran tertentu, biasanya

cenderung untuk selalu memperhatikan mata pelajaran yang diminatinya.

Begitu juga jika seseorang menaruh perhatian secara kontinue baik secara

sadar maupun secara tidak sadar pada objek tertentu biasanya akan

membangkitkan minat pada objek tersebut.

d. Kesehatan jasmani

Kondisi fisik yang baik akan sangat berpengaruh terhadap berlangsungnya

kegiatan belajar mengajar seseorang apabila memiliki badan atau kondisi fisik

yang sehat maka ia akan mempunyai semangat dalam belajar. Namun

sebaliknya seseorang yang sedang dalam kondisi sakit maka akan sulit untuk

bisa berkonsentrasi dalam belajar.

e. Cara belajar

Cara belajar yang efektif dan efisien akan sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan dalam belajar. Ada beberapa cara belajar yang efisien.

Diantaranya yaitu: berkonsentrasi baik sebelum belajar ataupun pada saat

proses belajar mengajar berlangsung, mempelajari kembali materi pelajaran

yang telah diterima, membaca dengan teliti dan betul materinya, mencoba

menyelesaikan latihan-latihan soal dari materi yang telah diajarkan.

2. Faktor Eksternal

Faktor Eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa, yaitu

lingkungan, keluarga, sekolah ataupun masyarakat. Hal serupa juga dikemukakan

26
oleh Abu Ahmadi (2007; 123) yang menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang

mempengaruhi belajar siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Faktor-

faktor tersebut digolongkan menjadi tiga macam yaitu:

a. Faktor-faktor stimulasi belajar, mencakup panjangnya bahan pelajaran

kesulitan bahan pelajaran, berartinya bahan pengajaran, berat ringannya

tugas, dan suasana lingkungan eksternal.

b. Faktor-faktor metode belajar, mencakup kegiatan berlatih, resistensi dalam

belajar, pengenalan tentang hasil-hasil belajar, bimbingan dalam belajar,

dan kondisi-kondisi intensif.

3. Faktor-faktor individual

Mencakup usia kronologis, perbedaan jenis kelamin, pengalamannya

sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani, kondisi kesehatan rohani,

dan motivasi. Sedangkan menurut Jhon M. Keller sebagaimana yang dikutip oleh

Mulyono Abdurrahman (2006;26) berpandangan bahwa belajar sangat dipengaruhi

oleh dua macam masukan, yaitu kelompok masukan pribadi (personal inputs) dan

kelompok masukan yang berasal dari lingkungan (environmental input)

Pendapat lain yang diungkapkan Muslim (2007;24) dalam Jurnal Penelitian

bidang pendidikan menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu:

a. Strategi pembelajaran, salah satu strategi yang dapat meningkatkan

keterlibatan siswa dalam proses belajar adalah pra pembelajaran, penyajian

informasi, peran serta siswa, evaluasi dan tindak lanjut.

27
b. Gaya kognitif siswa, yaitu kebiasaan bertindak yang relatif tetap dalam

menerima, memikirkan, memecahkan masalah, ataupun dalam informasi. Dari

berbagai penjabaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat

dikelompokan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

internal merupakan faktor yang timbul dari dalam diri anak didik tersebut

sedangkan faktor eksternal faktor yang disebabkan oleh stimul eksternal

terhadap anak didik sehingga anak didik tersebut terpengaruh atau

terkondisikan oleh faktor eksternal tersebut.

2.3.4 Proses Belajar Mengajar

Proses belajar mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang

terorganisasi. Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan belajar terarah sesuai

dengan tujuan pendidikan, (Syaiful, 2006:29). Dalam kegiatan belajar mengajar

terdapat dua hal yang ikut menentukan keberhasilan, yakni pengaturan proses belajar

mengajar, serta pengajaran itu sendiri, dan keduanya mempunyai ketergantungan satu

sama lain. Kemampuan mengatur proses belajar mengajar yang baik, akan

menciptakan situasi yang memungkinkan anak belajar, sehingga merupakan titik awal

keberhasil pengajaran.

Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa memerlukan sesuatu yang

memungkinkan dia berkomunikasi secara baik dengan guru, teman, maupun

lingkungannya. Kebutuhan akan bimbingan, bantuan, dan perhatian guru berbeda

untuk setiap individu siswa. Proses belajar mengajar merupakan suatu rententan

28
kegiatan guru dalam menumbuhkan organisasi proses belajar mengajar yang efektif,

tujuan pengajaran, pengaturan penggunaan waktu luang, pengaturan ruang dan alat

perlengkapan pelajaran di kelas, serta pengelompokkan siswa dalam belajar, (Syaiful,

2010:23).

Dalam proses belajar mengajar, selalu terdapat dua subyek yang berinteraksi

yaitu siswa sebagai anak didik dan guru sebagai pendidik. Siswa dalam pelajaran

menginginkan sesuatu yang menjadi kebutuhan bagi hidup dan kehidupan di hari

kelak. Kebutuhan yang ingin dicapai dalam belajar merupakan suatu dorongan yang

timbul dari dalam dirinya sejak mengenal dunia pendidikan. Tentunya dalam

pengajaran ingin dicapai suatu tujuan sebagaimana yang diharapkan sebelumnya.

Proses belajar mengajar adalah suatu proses yang dengan sengaja diciptakan untuk

kepentingan anak didik. Agar anak didik senang dan bergairah dalam belajar, guru

berusaha menyediakan lingkungan belajar yang kondusif dengan memanfaatkan

semua potensi kelas yang ada. Keinginan ini selalu ada pada setiap diri guru dimana

pun dan kapan pun, (Syaiful, 2006: 147).

Seorang guru perlu menciptakan suatu aspek lingkungan sekolah yang

diorganisasi dalam proses belajar mengajar. Namun kebanyakan guru kurang

menciptakan kondisi belajar dalam kelas tanpa menggunakan job description (uraian

kerja) dalam proses mengajar. Sehubungan dengan hal ini, Syaiful, dkk, (2010:29)

menyatakan bahwa Job description guru dalam implementasi proses belajar

mengajar adalah:

29
1. Kegiatan-kegiatan organisasi belajar. Organisasi belajar, merupakan usaha

menciptakan wadah dan fasilitas-fasilitas atau lingkungan yang sesuai dengan

kebutuhan yang mengandung kemungkinan terciptanya proses belajar

mengajar.Mengerakkan anak didik yang merupakan usaha memancing,

membangkitkan dan mengarahkan motivasi belajar siswa.

2. Motivasi di sini pada dasarnya mempunyai makna lebih dari perintah,

mengarahkan, mengaktualkan dan memimpin.

2.3.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Mengajar

M. Ngalin Purwanto (2007:107) menyatakan bahwa Dalam proses belajar

mengajar di sekolah, maka yang dimaksud masukan mentah atau raw input adalah

siswa. Sebagai raw input, siswa memiliki karakteristik tertentu, baik fisiologis

maupun psikologis. Di samping itu, faktor lain yang dapat mempengaruhi proses dan

hasil belajar pada setiap orang sebagai berikut:

a. Faktor Eksternal

- Lingkungan: Alam dan Sosial

- Instrumental: Kurikulum, guru, sarana dan fasilitas, serta administrasi.

b. Faktor Internal

- Fisiologi: Kondisi Fisik dan kondisi panca indra.

- Psikologi: bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif.

Menurut Riduwan, (2009:19), dalam keseluruhan upaya pendidikan proses

belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting karena melalui proses

itulah tujuan pendidikan akan dicapai dalam bentuk perubahan perilaku siswa.

30
2.4 Kerangka Berpikir

Dari uraian-uraian teori di atas, maka dibutuhkan sebuah gambaran kerangka

berpikir teoritasnya tentang Pengaruh Lingkungan Sekolah terhadap Minat Belajar

Siswa kelas III DI Ensino Basico Central No.03 Vila-Nova Baucau Tahun Ajaran

2013, Di mana, dari judul tersebut terdapat dua variabel yang menjadi sasaran

penelitian, yaitu variabel bebas Lingkungan Sekolah yang disebut variabel (X) dan

variabel terikat yaitu Motivasi belajar yang disebut variabel (Y). Untuk itu, kerangka

pemikiran akan diuraikan seperti pada bagan berikut ini:

Lingkugan Motivasi Belajar


Sekolah Siswa
(X) (Y)

2.5 Hipotesis

Menurut Suharsimi Arikunto (2003: 64) mengatakan bahwa hiptesis adalah

jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti

melalui data yang terkumpul. Jadi, hiptesis dalam penelitian ini adalah diduga

terdapat pengaruh yang signifikan antara Lingkungan Sekolah terhadap Motivasi

belajar pada siswa kelas III di Ensino Basico Central No.03 Vila-Nova Baucau Tahun

Ajaran 2014.

31
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan waktu Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Yang menjadi Lokasi utama dalam penelitian ini adalah tempat dimana

peneliti melakukan observasi atau penelitian. Dengan demikian Tempat atau lokasi

penelitian adalah di Ensino Bsico Central No. 03 Vila-Nova Baucau yang

beralamatkan di Suku Tirilolo Distritu Baucau Sub distritu Baucau Vila.

3.1.2. Waktu Penelitian

Waktu dalam Penelitian ini akan dilakukan selama tiga Bulan terhitung mulai

bulan Februari sampai dengan Bulan Abril tahun 2014

3.2. Penentuan Populasi dan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek atau suatu obyek yang akan diteliti

(Arikunto, 2006:130). Penelitian adalah keseluruhan subyek yang hendak diteliti,

dianalisis dan disimpulkan serta kesimpulan tersebut benar-benar terwakili, hal ini

didukung oleh Sudjana (2001:152) ia menyatakan bahwa populasi sebagai totalitas

semua nilai yang mungkin hasil perhitungan atau mengukur kualitas dan kuantitatif

mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota, kumpulan yang lengkap dan jelas

yang ingin di pelajari sifat-sifatnya.

32
Berdasarkan kedua pendapat di atas, maka yang menjadi populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III di Ensino Basico Central No.03 Vila-

Nova Baucau Tahun Ajaran 2014 yang berjumlah 120 Orang.

3.2.2. Sampel

Menurut Dr. Sugiyono ( 2010 :81) menyatakan bahwa Sampel adalah bagian

dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut dan populasi yang

ada di EBC. No. 03 Vila-Nova Baucau jumlahnya beasar, tetapi peneliti dapat

menggunakan sampel yang diambil dari populasi hanya representatif yaitu terdiri

dari 60 orang maka ke enam puluh itu untuk dijadikan sebagai responden dalam

penelitian ini.

3.3 Variabel Penelitian

Penelitian ini, meliputi dua varibel yaitu Lingkungan sekolah dan Motivasi

Belajar Siswa. Berdasarkan hubungan adanya variabel pertama (X) dan variabel

kedua (Y), yang telah diuraikan di atas maka kedua variabel ini dapat dibedakan

sebagai berikut:

3.3.1 Variabel Bebas

Bahwa Variabel ini pertama adalah pengaruh Lingkungan sekolah disebut

sebagai variabel bebas atau variabel Independen ( X ) karena variabel ini

memepengaruhi variabel dependen ( Y )

33
3.3.2 Variabel Terikat

Bahwa variabel ini adalah variabel kedua yaitu Motivasi Belajar Siswa

sebagai variabel terikat atau dependen ( Y )

3.3.3 Indikator Variabel dan Tingkat Pengukuran Variabel

Indikator variabel pada Lingkungan sekolah sekolah, Motivasi Belajar Siswa,

dan hasil bekerja dalam proses belajar mengajar atas seluruh guru di sekolah serta

tingkat pengukurannya, dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.2 : Variabel, Indikator, dan Tingkat Pengukuran

Variabel Indikator Variabel Tingkat


Pegukuran
Lingkungan - Sekolah adalah tempat pendidikan formal Interval
Sekolah - Lingkungan sekolah untuk meningkatkan mutu
( X) pendidikan
- Lingkuangan sekolah tempat untuk memberikan proses
belajar mengajar dengan secara efektif
- sekolah untuk menunjang proses pembelajaran
- sekolah sebagai faselitas dalam proses pengajaran
Motivasi - Ada tugas kelompok yang akan dipertanggung Interval
Belajar Siswa jawabkan dalam bentuk presentasi di depan kelas.
(Y) - Diberi kesempatan untuk bertanya, mengenai materi
pelajaran yang belum bisa dipahami
- Sering merasa bosan selama proses belajar mengajar di
kelas
- Metode pengajaran yang sesuai dengan materi pelajaran,
misalnya ceramah, metode pemberian tugas,
demonstrasi dll.
Anda tid - Pernah mendapatkan pekerjaan rumah.

34
3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

3.4.1 Teknik Observasi.

Pada tahap ini penulis langsung ke lokasi EBC No. 03

Vila-Nova Baucau untuk mengamati secara langsung mengenai masalah

masalah yang diteliti.

3.4.2 Kuesioner atau Angket

Kuessioner adalah sebuah instrument yang berupa pertanyaan-

pertanyaan yang disusun secara tertulis sesuai dengan indikator-indikator dari

masing-masing variabel dengan lembaran jawaban yang tersedia lalu dibagikan

langsung kepada para responden dan peneliti dapat memberikan penjelasan atas

pertanyaan-pertanyaan yang kurang dipahami oleh responden. Sesudah dijawab oleh

responden kemudian dikumpulkan kembali dan selanjutnya dikembangkan atau

dianalisis dengan cara korelasi produk moment dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Mencari Koefisien Korelasi untuk menentukan kualitas hubungan antar

variabel

b. Menentukan Koefisien Determinan.

c. Mencari T Hitung untuk menentukan uji signifikasi

35
3.5 Instrumen Penelitian

Insturumen merupakan suatu cara/metode yang digunakan oleh peneliti

dilokasi yang telah ditentukan, dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrument

Skala Likert, yang dapat membantu peneliti untuk mengetahui fenomena sosial, ini

ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, dengan skala likert, maka variabel yang akan

diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian dijadikan sebagai titik tolak

untuk menyusun item-item yang dapat berupa pertanyaan, setiap item instrument

yang menggunakan Skala Liker mempunyai nilai dari sangat positif sampai sangat

negatif, maka jawaban itu diberi skor.

1. Sangat Setuju ( SS ) diberi skor = 5

2. Setuju ( ST ) diberi skor = 4

3. Netral ( NT ) diberi skor = 3

4. Tidak Setuju ( TS ) di beri skor = 2

5. Sagat tidak setuju ( STS ) di beri skor = 1

3.5.1 Pengamatan atau observasi

Pada tahap ini penulis terjun langsung ke sekolah atau kelas pada saat guru

sedang mengajar penelitian untuk mengamati secara langsung masalah yang akan

diteliti.

3.5.2 Angket atau questionare

Kuesioner yang dimaksud disini adalah suatu daftar/kumpulan pertanyaan

tertulis yang harus dijawab secara tertulis juga. Jadi questioner/angket tertulis

36
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan

komunikasi dengan sumber data.

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas

3.6.1 Uji Validitas

Bahwa syarat penting yang berlaku pada sebuah kuesioner, yaitu kuesioner

untuk valid dikatakan ( sah ) jika pertanyaan pada suatu kuesioner mampu untuk

mengukur sesuatu yang diukur.Maka Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan

skor butir pertanyaan dengan total skor seluruh pertanyaan dengan menggunakan

rumus korelasi product momment dari korelasi Pearson. Suatu butir pertanyaan

dikatakan valid atau sah jika nilai R hitung adalah positif lebih besar dari pada R tabel atau

nilai korelasi memiliki nilai signifikansi. Maka pada butir pertanyaan atau

pertanyaan pada tiap-tiap indikator. Dalam penelitian terdapat 2 ( dua ) variabel

yaitu variabel independen ( X ) ada 5 butir pertanyaan, dan variabel dependen ( Y )

ada 5 butir pertanyaan, dengan demikian jumlah seluruhnya ada 10 butir pertanyaan

yang akan berikan kepada responden.

3.6.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas butir pertanyaan diketahui dengan cara membandingkan

Cronbachs Alpha atau alpha hitung dengan alpha tabel. Jika alpha hitung lebih besar

dari pada alpha table, maka butir pertanyaan dinyatakan reliabel terhadap indikator,

demikian pula sebaliknya, dinyatakan tidak reliabel. Reliabilitas butir pertanyaan

pada masing-masing indikator. Maka suatu kuesioner dikatakan reliabel ( handal )

37
jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu

ke waktu. Pengukuran reabilitas pada dasarnya bisa dilakukan dengan dua cara : 1)

Repeated Measures atau ukur ulang. Disini seseorang akan disoroti pertanyaan yag

sama pada waktu yang berbeda kemudian dilihat apakah ia tetap konsisten dengan

jawabannya, dan 2) One shot atau diukur sekali saja. Disini pengukuran hanya sekali

dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain. Dalam penelitian ini

pengukuran rebialitas diukur dengan one shot atau sekali diukur saja.

3.7 Teknik Analisis Data

Hasil penelitian yang diperoleh dari para responden di lapangan penelitian,

Kemudian dikaji melalui Quessioner dan dianalisa secara kuantitatif dan memakai

alat analisis data dengan korelasi product Momment ( KPM ) sebagai berikut:

1. Mencari koefisien korelasi untuk menentukan kualitas hubungan antar variable,

yakni:

Mencari rhitung untuk menentukan koefisien korelasi

X


Y


rxy= n . Y 2

n . X 2 .


n ( XY )( X ) .( Y )

38
Korelasi PPM dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1

r +1). Apabila r=-1 artinya korelasinya negative sempurna; r=0 artinya tidak

ada korelasi; r=1 artinya korelasinya sangat kuat. Sedangkan arti dari r akan

dikonsultasikan dengan Tabel interpretasi nilai r, sebagai berikut:

Interpretasi koefisien korelasi


Interval koefisien Tingkat hubungan
0.80-1.000 Sangat Kuat
0.60-0.799 Kuat
0.40-0.599 Cukup Kuat
0.20-0.399 Rendah
0.00-0.199 Sangat Rendah

2. Menentukan koefisien determinan


KP= r2 x 100%

3. Mencari thitung untuk menentukan uji signifikansi

r n2
thitung =
1r 2
di mana thitung = Nilai t

r = Nilai koefisien korelasi

n = jumlah sampel

39
DAFTAR PUSTAKA

Faoroni, M. 2007. Pengaruh Lingkungan Sekolah dan Motivasi Belajar Terhadap

Motivasi belajar

Hamzah B.Uno.2006,Teori Motivasi dan Pengukurannya;BUMI AKSARA Jakarta.

Iskandar.2009.Psikologi Pendidikan Sebuah Orientasi Baru.Gaung

PersadaPress,Jakarta

Margono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. RinekaCipta, Jakarta.

Martin Handoko;1992.Motivasi Daya Penggerak Tingkah

Laku.Kanisius.Yogyakarta.Oemar, H. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara,

Jakarta

R. Purnomo Setiady Akbar. 1995. Pengantar Statistika. PT Bumi Aksara, Jakarta

S.Maesaroh. 2007. Status Sosial Ekonomi,

Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo

Persada, Jakarta

40
Suharsini, A.2006. Prosedur Penelitian Pendidikan Suatu Pendekatan Praktik.

Rineka Cipta, Yogjakarta

U.Husain. 1995. Pengantar Statistika. PT Bumi Aksara,J akarta,

Hamzah B.Uno .2006 ,Teori Motivasi dan Pengukurannya; BUMI AKSARA

Jakarta.

Siagian.2004: Teori Motivasi Dan Aplikasinya.Rineka Cipta. Jakarta

Sugiyono ,2010.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.Penerbit Alfabeta

,BANDUNG.

Martin Handoko, 1992. Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku.kanisius.yogyakarta.

41

Anda mungkin juga menyukai