Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Program KB Nasional merupakan program pembangunan sosial dasar yang
sangat penting artinya bagi pembangunan nasional dan kemajuan bangsa. Undang-
Undang RI Nomor 10 tahun 1992 Pasal 1 ayat 12 menyatakan bahwa KB adalah
upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera (BKKBN, 2008). Jumlah
penduduk dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Berdasarkan sensus penduduk
tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia sebesar 237.641.326 orang, dengan laju
pertumbuhan penduduk ( LPP ) pertahun 1,49 % ( Profil Kesehatan Indonesia, 2010 ).
Hal ini merupakan masalah yang cukup serius, tidak saja bagi negara-negara
yang berkembang seperti Indonesia tetapi juga negara-negara lain di dunia ini.
Pertumbuhan penduduk yang tinggi sudah tentu menimbulkan masalah yang rumit
bagi pemerintah dalam usaha mengembangkan dan meningkatkan taraf hidup warga
negaranya. Untuk mengendalikan jumlah penduduk yang besar dengan laju
pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi, pemerintah mencanangkan suatu
Program Keluarga Berencana (KB) Nasional (BKKBN, 2008). KB dalam kesehatan
reproduksi berperan untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi karena
kehamilan yang diinginkan dan berlangsung dalam keadaan dan saat yang tepat akan
lebih menjamin keselamatan ibu dan bayi yang dikandungnya.
Berdasarkan metode kontrasepsi menurut Provinsi, alat kontrasepsi dalam
rahim ( AKDR ) banyak digunakan di Provinsi Bali, DI Yogyakarta, DKI Jakarta
masing-masing sebesar 47,34%, 24,57% dan 21,33% rata-rata nasional hanya 11,03%
sedangkan Provinsi Sulawesi Selatan hanya 2,34% dan Sulawesi Barat 2,36% ( Profil
Kesehatan Indonesia, 2010).
Keluarga Berencana dirumuskan sebagai upaya peningkatan kepedulian dan
peran serta masyarakat melalui batas usia perkawinan, pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, pembinaan kesejahteraan keluarga untuk
mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera (BKKBN, 2008). Berdasarkan
data Riskesdas 2010 jenis alat KB yang digunakan secara nasional, didominasi
dengan cara suntik (31,1%), selanjutanya pil (12,3%), IUD/AKDR (5,0%), sterilisasi
wanita (2,1%), Implant (1,4%), kondom (1,1%), sterilisasi pria (0,1%) dll. Banyak
faktor yang mempengaruhi seseorang dalam pemilihan metode kontrasepsi yang
digunakan. Purba (2009) menemukan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
pemilihan metode kontrasepsi yang digunakan yaitu faktor prediposisi (umur,
pendidikan, jumlah anak, pengetahuan, sikap), faktor pendukung (ketersediaan alat
kontrasepsi, jarak rumah ke puskesmas, waktu tempuh dan biaya), faktor pendorong
(dukungan petugas kesehatan). Berdasarkan Laporan F/I/Kec.Dalap dan F/II/KB
yang telah diterima dari Kecamatan di Kantor Badan Keluarga Berencana Kota
Makassar sampai dengan tanggal 10 Februari 2015 yaitu berdasarkan Permintaan
Perkiraan Masyarakat ( PPM ) tahun 2015 untuk peserta KB baru ditetapkan
sebanyak 25.247 peserta dan ini dijabarkan ketingkat kecamatan dengan harapan
bahwa PPM yang diberikan dapat terealisasi sampai dengan akhir tahun 2015. Dari
hasil rekapan laporan Faskes F/II/KB sampai dengan bulan Januari 2015 capaian
peserta KB Baru sebanyak 3.238 peserta atau 12,83 % terhadap PPM sebanyak
25.247 peserta dengan capaian yang tertinggi adalah peserta KB IUD 181 peserta atau
60,33% terhadap PPM PB 300 peserta, MOW 67 peserta atau 58,77% terhadap PPM
PB 114 peserta, Kondom 208 Peserta atau 33,60 % terhadap PPM AB 619 , Implant
197 peserta atau 24,35 % terhadap PPM PB 809 peserta, Suntik sebesar 1.773
peserta atau 13,83 % terhadap PPM PB 12.819 peserta, disusul Pil 812 peserta atau
7,68% terhadap PPM AB 10.568 peserta dan MOP belum ada AB sampai akhir
Januari 2015. Sementara itu jika dilihat dari capaian peserta KB Baru per Kecamatan
sampai dengan bulan Januari 2015 maka Kecamatan yang tertinggi adalah
Kecamatan Ujung Pandang sebanyak 138 peserta atau 34,50 % terhadap PPM PB
400 peserta dan yang terendah adalah Kecamatan Ujung Tanah sebanyak 73 peserta
atau 6,87% terhadap PPM AB 1.062 peserta.
Dari pencapaian peserta KB baru sampai dengan bulan Januari 2015 terdapat
445 peserta atau 35,86% terhadap PPM PB MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang ) 1.241 peserta . Jika capaian ini dibandingkan dengan rata-rata pencapaian
per bulan (8,33%) maka untuk bulan Januari 2015 telah tercapai. Berdasarkan laporan
Faskes F/II/KB capaian MKJP sampai dengan bulan Januari 2015 per mix
kontrasepsi maka kontrasepsi yang tertinggi capaiannya adalah IUD 181 peserta atau
60,33 % terhadap PPM PB 300 peserta disusul MOW 67 peserta atau 58,77 %
terhadap PPM PB 114 peserta, kemudian Impant 197 peserta atau 24,35 %
terhadap PPM PB 809 peserta, dan MOP belum ada. Melihat persentase capaian
MKJP diatas maka diharapkan peningkatan pencapaian MKJP pada bulan-bulan
berikutnya.
Untuk Tingkat Kecamatan peserta KB Baru MKJP tertinggi adalah
Kecamatan Ujung pandang sebesar 57 peserta atau 219,23% terhadap PPM MKJP 26
peserta dan yang terendah adalah Kecamatan Tallo yang baru mencapai 6 peserta atau
2,60 % tehadap PPM MKJP 231 peserta.
Pencapaian peserta KB aktif berdasarkan hasil rekapan F/I/DAL/10 Tingkat
Kota Makassar jumlah peserta KB Aktif sampai dengan bulan Januari 2015 sebesar
112.086 peserta atau 65,65% terhadap PUS Lapangan 170.742 PUS dan 122,76 %
terhadap PPM PA 91.304 peserta. Bila dilihat pencapaian peserta KB Aktif per
Kecamatan maka Kecamatan yang tertinggi capaiannya adalah Kecamatan Mamajang
sebesar 4.439atau 70,10 % terhadap PUS Lapangan 6.332 PUS dan 118,94 %
terhadap PPM PA 3.732 sedangkan yang terendah capaiannya adalah Kecamatan
Rappocini sebesar 10.500 atau 63,27 % terhadap PUS Lapangan 16.595 Pus dan
115,70 % terhadap PPM PA 9.075 peserta.
Pencapaian peserta kb aktif MKJP berdasarkan pencapaian peserta KB Aktif
MKJP sampai dengan bulan Januari 2015 sebesar 27.894 peserta atau 24,9 %
terhadap peserta KB Aktif 112.086 peserta dan 138,50 % tehadap PPM PA MKJP
sebesar 11.783 peserta . Bila dilihat pencapaian peserta KB Aktif MKJP
perkecamatan, maka Kecamatan yang tertinggi capaiannya adalah Kecamatan Tallo
sebesar 6.133 peserta atau 419,2 % terhadap PPM PA MKJP 1.463 peserta dan yang
terendah adalah Kecamatan Bontoala sebesar 741 akseptor atau 92,2 % terhadap PPM
PA MKJP 804 akseptor.
B. Tujuan
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian AKDR di Kota
Makassar Sulawesi Selatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata Kontra yang berarti mencegah/ menghalangi
dan Konsepsi yang berarti pembuahan atau pertemuan antara sel telur dengan
sperma. Jadi kontrasepsi dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma
(Fertitest, 2010).
Kontrasepsi Menurut (Kapita Selekta Kedokteran 2001) adalah upaya
mencegah kehamilan yang bersifat sementara ataupun menetap dan dapat dilakukan
tanpa menggunakan alat, secara mekanis, menggunakan obat/alat atau dengan
operasi.
Ada dua pembagian cara kontrasepsi, yaitu cara kontrasepsi sederhana dan
cara kontrasepsi modern :
a. Kontrasepsi sederhana
Kontrasepsi sederhana terbagi atas kontrasepsi tanpa alat dan
kontrasepsi dengan alat/obat. Kontrasepsi sederhana tanpa alat dapat
dilakukan dengan senggama terputus, pantang berkala, metode suhu badan
basal, dan metode kalender. Sedangkan kontrasepsi sederhana dengan
alat/obat dapat dilakukan dengan kondom, diafragma, kap serviks, dan
spermisid.
b. Kontrasepsi Modern
Kontrasepsi modern dibedakan atas 3 yaitu: 1) kontrasepsi hormonal,
yang terdiri dari pil, suntik, implant/AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit).
2) IUD/AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim). 3) Kontrasepsi mantap yaitu
dengan operasi tubektomi (sterilisasi pada wanita) dan vasektomi (sterilisasi
pada pria) (Hartanto, 2003).
B. Intra Uterine Devices (IUD)/ Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

1. Definisi AKDR
IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim terbuat
dari plastik halus (Polyethelen) untuk mencegah terjadinya konsepsi atau
kehamilan
2. Jenis AKDR
Adapun jenis-jenis dari IUD yaitu:
1. Cooper-T
Berbentuk T terbuat dari bahan polyetheleb dimana bagian vertikalnya
diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan ini mempunyai efek anti fertilasi
(anti pembuahan) yang cukup baik.
2. Cooper-7
Berbentuk angkat 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan.
Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertical 32 mm, ditambahkan
gulungan tembaga yang fungsinya sama seperti lilitan tembaga halus pada
jenis Cooper-T.
3. Multi Load
Terbuat dari plastik atau polyethelen dengan dua tangan, kiri dan
kanan terbentuk sayap yang fleksibel. Batangnya diberi gulungan kawat
tembaga untuk menambah efektifitas.
4. Lippes Loop
Terbuat dari polyethelen, berbentuk spiral atau huruf S bersambung.
Untuk memudahkan kontrol benang pada ekornya. Lippes Loop mempunyai
angka kegagalan yang rendah (Lalik, 2010).
Sumber :
3. Efektifitas AKDR
AKDR/IUD efektif mencegah kehamilan dari 98% hingga mencapai hampir
100%, yang bergantung pada alatnya. AKDR terbaru, seperti T 380A, memiliki
angka kegagalan yang jauh lebih rendah pada semua tahap pemakaian tanpa ada
kehamilan setelah 8 tahun pemakaian (Everett, 2007).
Cupper T-380 A primadona BKKBN. Pertimbangan mengapa BKKBN
memilih Cupper T-380 sebagai primadona.
Teknik pemasangan ;
1. mudah, tidak sakit
2. Efektifitas tinggi
3. Kejadian ekspulsi rendah
4. Tidak mudah menimbulkan perforasi
5. Tidak banyak menimbulkan komplikasi
6. Tidak banyak menimbulkan trauma
7. Kembalinya kesuburan berjalan lancar (Manuaba, 2001).

4. Mekanisme kerja AKDR


Mekanisme Kerja AKDR adalah sebagai berikut:
1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
2. Mempengaruhi fertilitasasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
3. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun
AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi .
4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (Saifuddin,
2006).

Sumber :
Keuntungan dari IUD ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi .
2. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan .
3. Metode jangka panjang .
4. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat .
5. Tidak mempengaruhi hubungan seksual
6. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil
7. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI .
8. Tidak efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A) .
9. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak
terjadi infeksi) .
10. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir).
11. Tidak ada interaksi dengan obat-obat .
Kekurangan AKDR :
Efek samping yang umum terjadi :
1. Perubahan pada siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan)
2. Haid lebih lama dan banyak
3. Perdarahan (spotting) antarmenstruasi
4. Saat haid lebih sakit
Komplikasi lain:
1. Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan.
2. Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan
penyebab anemia
3. Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar)
4. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
5. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang
sering berganti pasangan .
6. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai
AKDR, Penyakit radang panggul dapat memicu infertilitas
7. Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu.
8. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri
9. Sedikit nyeri dan perdarahan terjadi setelah pemasangan AKDR
(Saifuddin, 2006)

5. Indikasi AKDR
Usia reproduktif , keadaan nulipara, menginginkan kontrasepsi jangka
panjang menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi setelah
melahirkan dan tidak menyusui bayinya , risiko rendah dari ims , tidak
menghendaki metode hormonal setelah mengalami abortus dan tidak terlihat
adanya infeksi , tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari
Pada umumnya ibu dapat menggunakan AKDR Cu dengan aman dan efektif.
AKDR dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan keadaan misalnya:
perokok, sedang menyusui , gemuk ataupun yang kurus, pasca keguguran atau
kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat adanya infeksi , sedang memakai
antibiotika atau anti kejang , penderita tumor jinak payudara, kanker payudara
,tekanan darah tinggi , penderita penyakit jantung , penderita diabetes dan penyakit
hati atau empedu , epilepsy.

6. Kontraindikasi AKDR
Yang tidak boleh menggunakan AKDR secara mutlak, apabila:
1. Kehamilan
2. Perdarahan saluran genital yang tidak terdiagnosis; bila penyebab didiagnosis
dan diobati, AKDR dapat dipasang.
3. Kelainan pada uterus missal uterus bikornu
4. Alergi terhadap komponen AKDR mis, tembaga.
5. HIV/AIDS karena penurunan sistem imun dan peningkatan risiko infeksi
6. Infeksi panggul atau vagina; bila telah diobati, AKDR dapat dipasang.

Yang tidak boleh menggunakan AKDR secara relatif, apabila:


1. Riwayat infeksi panggul
2. Dismenorea dan/atau menoragi
3. Fibroid dan endometriosis
4. Terapi penisilamin dapat mengurangi keefektivan tembaga (Everett, 2008)

7. Waktu Penggunaan IUD


1. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid .
2. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil
3. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu
pascapersalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amonorea laktasi
(MAL).
4. Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada
gejala infeksi
5. Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi (Saifuddin,
2006).

8. Pemeriksaan Ulang IUD


Setelah pemasangan IUD perlu dilakukan control medis dengan jadwal:
a. Setelah pemasangan kalau dipandang perlu diberikan antibiotika profilaksis.
b. Jadwal pemeriksaan ulang:
1. Dua minggu setelah pemasangan
2. Satu bulan setelah pemeriksaan pertama
3. Tiga bulan setelah pemeriksaan kedua
4. Setiap enam bulan sampai satu tahun

Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dapat dibuka sebelum waktunya bila
dijumpai:
1. Ingin hamil kembali
2. Leokorea, sulit diobati dan peserta menjadi kurus.
3. Terjadi infeksi
4. Terjadi perdarahan
5. Terjadi kehamilan mengandung bahan aktif dengan AKDR (Manuaba,
2001).
9. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian AKDR
Menurut teori Lawrence Green yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003).
Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam memilih AKDR sebagai
berikut :
1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)
Merupakan faktor internal yang ada pada diri individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat yang mempermudah individu untuk berperilaku,
diantaranya : Pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, nilai dan pendidikan.
2. Faktor Pendukung (Enabling Factors)
Merupakan faktor yang memungkinkan individu untuk berperilaku
memilih AKDR. Karena tersedianya sumber daya, keterjangkauan, rujukan dan
keterampilan. Adanya fasilitas kesehatan yang mendukung Program KB akan
mempengaruhi perilaku ibu dalam memilih metode kontrasepsi.
3. Faktor Pendorong (Reinforcing Factor)
Merupakan faktor yang menguatkan perilaku, seperti sikap dan
ketrampilan petugas kesehatan atau petugas yang lain yang merupakan
kelompok referensi dari perilaku masyarakat, (Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan hal itu, semakin baik ketrampilan seorang petugas kesehatan
dalam melakukan penyuluhan dan konseling tentang KB, maka semakin baik
pula tingkat pengetahuan wanita tentang jenis-jenis kontrasepsi.
Kerangka teori yang berkaitan dengan penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR )

Sumber : Teori Lawrence Green 1980


Berdasarkan factor-faktor tersebut maka diperoleh beberapa factor yang
disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dan kelengkapan data yang diperoleh :
Faktor Predisposisi
Karakteristik terdiri dari ;
Usia
Pendidikan
Jumlah anak
Pengetahuan ibu tentang AKDR
Persepsi rasa aman

Faktor Pendukung
Ketersediaan alat kontrasepsi
Ketersediaan Bidan atau Petugas
Pelayanan KB
AKDR

Faktor Pendorong
Dukungan suami
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk mendeskripsikan factor-faktor yang mempengaruhi pemakaian AKDR (


alat kontrasepsi dalam rahim ) maka kami mengumpulkan data dari Pasangan Usia
Subur (PUS) yang ingin kontrasepsi, calon akseptor dan akseptor AKDR, calon
akseptor non-AKDR dan akseptor non-AKDR, Di RSIA Pertiwi, Fatimah dan
Puskesmas Tamalanrea.
a. Gambaran Karakteristik Responden
Deskripsi karakteristik responden wawancara terstruktur diketahui
mayoritas adalah wanita berusia dewasa muda yakni 18 40 tahun, dengan rata-
rata umur adalah 35-50 tahun dan diperoleh sebanyak 24 responden yang
merupakan calon akseptor AKDR maupun akseptor AKDR yaitu sebanyak 18
responden dari kalangan umur 18-40 dan 6 responden dari kalangan umur 40-50
tahun. Berdasarkan karakteristik pendidikan dapat diketahui bahwa sebagian
besar responden berpendidikan menengah yakni sebesar 46,7 %. Persentase
terbanyak kedua adalah responden dengan tingkat pendidikan dasar (36,7%),
sedangkan tingkat pendidikan tinggi hanya sebanyak (16,6 % ).
Karakteristik responden selanjutnya tersaji secara lengkap dalam Tabel
dibawah ini :

Ingin/ Bukan
dengan pengguna
No Karakteristik AKDR AKDR Jumlah %
1 umur
18 - 40 th 18 26 44 73,3
40 - 50 th 6 10 16 26,7
Total 24 36 60 100
2 Pendidikan
Dasar 4 18 22 36,7
Menengah 13 15 28 46,7
Tinggi 7 3 10 16,6
Total 24 36 60 100

3 Pekerjaan
Pegawai Negeri Sipil 6 1 7 11,7
Pegawai Swasta 3 6 9 15,0
Wiraswasta 3 7 10 16,7
Petani 0 5 5 8,3
Ibu Rumah Tangga 12 17 29 48,3
Total 24 36 60 100

b. Gambaran Pengetahuan Responden Terhadap AKDR


Gambaran pengetahuan responden yang merupakan peserta KB non AKDR
terhadap AKDR dapat dilihat pada Tabel berikut :

Jawaban
NO Pengetahuan Tentang AKDR Benar % Salah % jumlah (%)
1 Pengertian KB AKDR
a. AKDR adalah alkon jangka panjang 46 76.7 14 23.3 60 100
b. AKDR tidak mempengaruhi hormon 34 56.7 26 43.3 60 100
2 Jenis AKDR
a. bentuk AKDR seperti huruf T 24 40 36 60 60 100
b. Bentuk AKDR seperti huruf S 18 30 42 70 60 100
3 Cara kerja AKDR 100
a. AKDR cegah sperma dan ovum
bertemu 50 83.3 10 16. 7 60 100
b. AKDR membunuh hasil pembuahan 38 63.3 22 36. 7 60 100
4 Keuntungan pemakaian AKDR 0 0 0 100
a. Tidak harus mengingat seperti pil 56 93. 3 4 6. 7 60 100
b. Tidak membuat gemuk dan pusing 56 93.3 4 6. 7 60 100
c. Mengurangi kunjungan ke klinik,
dokter dan bidan 50 83.3 10 16. 7 60 100
d. Dapat dipasang segera setelah
melahirkan 49 81. 7 11 18.3 60 100
e. hanya perlu satu kali pasang untuk
jangka lama 53 88.3 7 11. 7 60 100
5 Kelemahan pemakaian AKDR 100
a. Haid lebih lama, banyak, lebih sakit 40 66. 7 20 33.3 60 100
b. Sebelum pasang perlu pemeriksaan
rahim dahulu 33 55 27 45 60 100
c. AKDR dapat keluar sendiri dari
rahim 30 50 30 50 60 100
d. AKDR dapat berjalan sendiri dalam
perut 36 60 24 40 60 100
e. Harus sering periksa posisi benang
AKDR 50 83.3 10 16.7 60 100
f. Jika AKDR dilepas tidak bisa
langsung punya anak 26 43.3 34 56. 7 60 100
g. AKDR tidak aman bagi ibu yang
konsumsi obat 40 66. 7 20 33.3 60 100
h. Dapat mengganggu pemberian ASI 20 33.3 40 66. 7 60 100
i. Tidak bisa cegah HIV/ AIDS 22 36. 7 38 63.3 60 100
6 Jangka waktu pemakaian AKDR 100
a. < 1 tahun 16 26. 7 44 73.3 60 100
b. 2 - 10 tahun 55 91. 7 5 8.3 60 100
7 Waktu pemasangan AKDR 100
a. Waktu haid sedang berlangsung 30 50 30 50 60 100
b. Setelah haid selesai 30 50 30 50 60 100
c. Setelah melahirkan 24 40 36 60 60 100
8 Waktu kontrol AKDR 100
a. 1 bulan setelang pasang AKDR 20 33.3 40 66. 7 60 100
b. 3 bulan setelah kontrol pertama 18 30 42 70 60 100
c. Tiap 6 bulan berikutnya 22 36.7 38 63.3 60 100
d. Bila ada perdarahan atau keluhan 58 96. 7 2 3.3 60 100
9 Efek samping pemakaian AKDR 100
a. Keputihan 50 83.3 10 16.7 60 100
b. Darah yang keluar saat haid lebih
banyak dan lebih lama 32 53.3 28 46. 7 60 100
c. AKDR dapat menembus rahim 22 36. 7 38 63.3 60 100
d. Dapat menyebabkan hamil diluar
kandungan 24 40 36 60 60 100
e. Keluar bercak-bercak darah stelah
pasang AKDR 24 40 36 60 60 100
f. Nyeri selama haid 44 73.3 16 26. 7 60 100
g. Infeksi 26 43.3 34 56. 7 60 100

Pada tabel diatas tergambar pengetahuan responden tentang AKDR yang


terangkum dalam Sembilan item pernyataan. Pertama gambaran pengetahuan
mengenai pengertian AKDR, yakni sebagian besar responden menjawab benar atas
pernyataan AKDR termasuk alat kontrasepsi jangka panjang (76.7 %). Akan tetapi
masih banyak yang kurang tahu atau menjawab salah pada pernyataan IUD tidak
mempengaruhi hormon (43,3%). Ketidaktahuan responden akan hal tersebut,
disebabkan karena kurangnya minat pada pemakaian AKDR, sehingga membuat
mereka tidak berusaha mencari beragam informasi tentang AKDR, dan kalaupun
pernah mendapatkan dan mendengarnya, cenderung akan mengabaikan informasi
tersebut. Hal ini terlihat jelas dari pernyataan responden seperti ditunjukkan pada
kotak 1 berikut :
Kotak 1 :
Kurang tahu juga...karena saya tidak minat pakai IUD jadi saya tidak tahu
masalah itu...
Kedua adalah gambaran pengetahuan responden tentang bentuk/jenis AKDR,
dimana sebagian besar tidak tahu atau menjawab salah pada pernyataan bentuk
AKDR ada yang seperti huruf T (60%) dan huruf S (70%). Sebagian besar dari
mereka kurang familiar dengan nama AKDR, sebagian mengenalnya dengan nama
spiral. Hal ini disebabkan karena pengetahuan akan bentuk AKDR yang menyerupai
hurut T dan S adalah hal teknis, sedangkan masyarakat awam pada umumnya
memiliki istilah tersendiri yang membuat mereka mudah memahami hal teknis
tersebut. Seperti terlihat pada ungkapan responden wawancara mendalam mengenai
IUD berikut ini :

Kotak 2 :
Setahu saya IUD itu yang namanya spiral dan bisa dipakai selama 5 tahun.....Yang saya tahu
bentuknya seperti spiral
Ketiga merupakan pernyataan tentang cara kerja AKDR, dimana mayoritas
responden mengetahui cara kerja AKDR dalam mencegah kehamilan dengan
menghalangi sperma dan ovum bertemu (83.3 %), Sedangkan pada pernyataan cara
kerja AKDR mencegah kehamilan yakni dengan membunuh hasil pembuahan,
sebanyak (63,3 %) menjawab benar dan (36,7%) masih menjawab salah. Masih
banyaknya responden yang menjawab salah pada pertanyaan tersebut terkait dengan
kurang lengkapnya informasi tentang metode metode kontrasepsi termasuk IUD yang
seharusnya diperoleh responden saat konsultasi pertama untuk menentukan salah satu
pilihan berkontrasepsi.
Keempat yakni tentang keuntungan pemakaian AKDR, dimana mayoritas
responden mampu menjawab benar pernyataan keuntungan AKDR karena tidak harus
mengingat seperti kontrasepsi pil (93,3 %), tidak membuat gemuk dan pusing (93,3
%), mengurangi kunjungan ke klinik (83,3%), dapat dipasang segera setelah
melahirkan (81,7%), hanya perlu satu kali pasang untuk jangka waktu yang lama
(88,3 %). Pengetahuan tentang keuntungan dari penggunaan AKDR seperti diatas
tidak jauh berbeda dengan yang diungkapkan responden wawancara mendalam yang
menyatakan AKDR tidak membuat pusing-pusing dan berat badan meningkat serta
tidak perlu mengingat seperti jika memakai pil.
Kelima, menggambarkan pengetahuan responden tentang kelemahan
pemakaian AKDR, dimana sebagian besar menjawab benar pada pernyataan AKDR
dapat berjalan-jalan sendiri dalam perut (55,9%), jika AKDR dilepas tidak dapat
langsung punya anak (45,8%), dan AKDR dapat keluar sendiri dari rahim (55,1%).
Banyaknya responden yang membenarkan beberapa kelemahan AKDR tersebut dapat
dikaitkan dengan informasiinformasi negatif yang diterima responden dari pihak lain
seperti tetangga maupun teman. Meskipun hal tersebut tidak dapat dipastikan
kebenarannya oleh responden, namun seringkali bahan pembicaraan tersebut cukup
mempengaruhi persepsi responden akan keamanan pemakaian AKDR. Berikut adalah
petikan wawancara dengan responden wawancara mendalam yang menguatkan
pernyataan diatas.
Adapun kelemahan lain yang mereka tahu dan yakini dari penggunaan AKDR
adalah dapat menyebabkan sakit saat berhubungan seksual dengan pasangan. Hal ini
didasarkan pada hasil wawancara mendalam pada peserta KB non AKDR, peserta KB
AKDR, maupun peserta KB non AKDR yang pernah memakai AKDR seperti berikut
:
Kotak 5 :
Katanya bisa sebabkan perdarahan, jalan-jalan sendiri di perut, dan bisa
keluar sendiri dari kandungan.... Katanya kalau sampai sudah pakai spiral
tapi kecolongan...ya hamil...katanya spiralnya ada yang masih nempel di kepala
bayi

Kotak 6 :
Saya tahunya IUD bisa sebabkan sakit saat berhubungan. Suami saya sendiri juga
agak khawatir masalah itu, nanti kalau pakai IUD bisa sakit. Kelemahannya IUD
bisa keluar sendiri dan juga mengganggu hubungan seksual.

Kotak 7 :
Saat senggama terasa oleh suami sehingga menyebabkan kurang nyaman,
makanya biar aman harus hati-hati dan tahu posisinya
Kelemahan yang satu ini memang tidak dapat dipungkiri karena hal tersebut
juga diungkapkan oleh suami, sebagaimana tergambar dalam hasil wawancara pada
kotak 8 berikut :

Kotak 8 : Pernyataan suami calon akseptor KB


Yang saya tahu dari teman katanya kalau pakai AKDR saat berhubungan sakit,
tapi karena istri juga tidak tertarik pakai AKDR, jadi saya menanggapinya biasa
saja...
Saya kurang tahu tentang AKDR, jadi ya tidak takut, yang saya tau katanya
kalau pakai AKDR, saat berhubungan jadi mengganggu.

Untuk item keenam tentang jangka waktu penggunaan AKDR, mayoritas


responden mengetahui hal tersebut, terbukti dengan sebagian besar menjawab benar
pada pernyataan jangka waktu penggunaan AKDR 2 10 tahun (84,7%), dan
menjawab salah untuk jangka waktu kurang dari 1 tahun (80,5%). Hal ini juga sesuai
dengan pernyataan peserta KB non AKDR yang menjadi responden wawancara
mendalam : Setahu saya AKDR itu yang namanya spiral dan dapat dipakai selama 5
tahun. Begitu pula dengan salah satu responden yang tidak lain adalah suami dari
peserta KB non AKDR tersebut, mengungkapkan bahwa : alat kontrasepsi AKDR
bisa mencegah kehamilan sampai 5 tahun dan dimasukkan ke kandungan.
Pengetahuan yang baik akan lama penggunaan alat kontrasepsi AKDR tidak
lain karena informasi tersebut mudah terekam oleh memori mereka. Hal ini sesuai
dengan fakta yang telah diungkapkan diatas bahwa mayoritas responden menjawab
benar atas pernyataan AKDR termasuk alat kontrasepsi jangka panjang (90,7%).
Ketujuh, yakni pernyataan tentang waktu yang tepat untuk memasang AKDR,
ternyata masih banyak yang belum paham akan hal tersebut, terbukti dengan
mayoritas menjawab salah pada pernyataan waktu memasang AKDR yang tepat
adalah saat haid sedang berlangsung (64,4%) dan menjawab benar pada pernyataan
pemasangan setelah haid selesai (61%). Sebaliknya yang diketahui responden hanya
waktu memasang AKDR setelah melahirkan (68,6%). Sedangkan gambaran
pengetahuan responden mengenai waktu kontrol AKDR, ternyata mayoritas masih
menjawab salah untuk pernyataan waktu kontrol AKDR adalah satu bulan setelah
pasang (50,8%), tiga bulan setelah kontrol pertama (57,6%) dan setiap enam bulan
berikutnya (59,3%). Sebaliknya yang mereka ketahui waktu kontrol AKDR adalah
bila ada perdarahan atau keluhan. Banyaknya responden yang kurang mengetahui
kapan tepatnya waktu pemasangan dan waktu kontrol AKDR, disebabkan karena
faktor pengalaman, yakni mereka yang diwawancarai belum pernah menggunakan
AKDR, yang disertai pula dengan informasi yang kurang tentang AKDR. Berbeda
dengan responden yang pernah memakai AKDR, pada umumnya mereka tahu karena
pengalaman tersebut.
Item terakhir yakni menggambarkan pengetahuan responden seputar efek
samping dari pemakaian AKDR yang mayoritas masih kurang mengetahui hal
tersebut, terlihat dari sebagian besar menjawab salah pada pernyataan efek samping
pemakaian AKDR antara lain keputihan (69,5%), perdarahan saat menstruasi lebih
banyak, lama dan lebih sakit (55,9%), IUD dapat menembus rahim (74,6%), keluar
bercak-bercak darah setelah satu / dua hari pasang AKDR (52,5%), dan masih banyak
pula yang menjawab salah pada penyataan AKDR dapat menyebabkan nyeri selama
menstruasi (47,5%). Sebaliknya responden banyak yang menjawab benar pada
pernyataan AKDR dapat menyebabkan infeksi (62,7%). Ketidaktahuan reponden
tentang hal teknis AKDR terkait dengan minat mereka pada alat kontrasepsi jenis lain
yang dipakainya saat ini, sehingga membuat mereka menutup diri dalam
mendapatkan informasi tentang alat kontrasepsi jenis lain termasuk AKDR. Hal ini
sesuai dengan determinan perilaku manusia yang dikemukakan oleh WHO yang
menyebutkan alas an seseorang berperilaku tertentu antara lain karena keinginan,
motivasi, niat, kehendak dan penilaian seseorang terhadap objek.24
Seseorang yang tidak memiliki keinginan, motivasi dan kehendak untuk
menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang seperti AKDR tidak akan berperilaku
mencari informasi tentang AKDR maupun bersedia memakai kontrasepsi tersebut.
Dari hasil distribusi pengetahuan responden terhadap AKDR dapat
dirangkumkan bahwa pengetahuan berpengaruh terhadap perilaku pasien untuk
memilih alat kontrasepsi.
Demikian pula yang dikemukakan dalam teori Lawrence green yakni factor
keputusan konsumen untuk menggunakan alat kontrasepsi tertentu, tidak lepas dari
factor perilaku masing-masing individu dalam mengambil keputusan.
Faktor pengetahuan yang kurang selain disebabkan tidak adanya minat dan
keinginan untuk mencari tahu juga disebabkan karena kurang adanya informasi yang
cukup tentang AKDR itu sendiri yang seharusnya diperoleh setiap klien saat
konsultasi pertama di tempat pelayanan kesehatan yang dikunjungi. Faktor
pengetahuan suami sebagai pasangan dari peserta KB juga berkontribusi cukup besar
sebagai pendukung sekaligus penganjur istri dalam menentukan pilihan kontrasepsi.
Suami yang memiliki pengetahuan cukup tentang AKDR akan cenderung
menganjurkan dan mengijinkan istrinya menggunakan alat kontrasepsi jangka
panjang tersebut. Seperti tampak pada hasil wawancara mendalam dengan salah
seorang suami peserta KB non AKDR, yang sesungguhnya memberi dukungan dan
ijin jika istri memiliki keinginan memakai AKDR. Akan tetapi hal tersebut tidaklah
cukup untuk membuat klien memilih AKDR sebagai pilihan, karena mereka selalu
menyerahkan semua keputusan kepada istri, yang diakuinya sebagai pihak yang
menjalani kontrasepsi. Sebagaimana diungkapkan dalam teori Lawrence Green,
factor dukungan suami dapat dikatakan sebagai salah satu faktor anteseden atau
pemungkin, yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana.
Perpaduan antara pengetahuan dan dukungan suami dengan kemauan yang
kuat dari istri dalam menetapkan pilihan pada alat kontrasepsi non hormonal yang
terbukti efektif tersebut membuahkan keputusan yang bulat bagi kedua pasangan
dalam memilih menggunakan kontrasepsi tersebut. Hal ini terungkap dari jawaban
suami akseptor AKDR ketika ditanya seputar pendapatnya dan informasi yang
diketahui tentang AKDR serta dukungannya terhadap istri, seperti berikut :

AKDR itu aman, bagus untuk cegah kehamilan, dan jangka waktu pakainya lama
bisa sampai 8 tahun, tidak perlu rutin ke bidan puskesmas untuk suntik KB,
mengeluarkan biaya hanya sekali aja waktu pasang...

Pendapat saya, IUD itu merupakan alkon yang paling efektif, efisien, ekonomis
dan aman.

Saya sangat mendukung karena kata bu bidan dan ibu mertua juga paling
bagus, aman....

Saya setujui karena memang kebutuhan untuk menjarangkan kehamilan...

Begitu pula jawaban istri ketika ditanyai tentang perasaannya setelah


mendapat informasi tentang AKDR, yang menyatakan yakin dan mantap. Dengan
demikian pengetahuan yang baik tentang AKDR dan dukungan penuh dari suami
serta minat dari pihak istri menunjukkan kecenderungan kedua pasangan untuk
memilih alat kontrasepsi jangka panjang tersebut.

c. Gambaran persepsi rasa aman terhadap pemakaian AKDR


No Persepsi rasa aman terhadap KB AKDR YA (%) TIDAK (%)
1 Anda merasa takut dengan cara pemasangan AKDR ? 78 (66,1) 40 (33,9)
2 Apakah anda takut menggunakan AKDR karena setelah 66 (55,9) 52 (44,1)
pasang dapat keluar bercak darah?
3 Khawatir karena AKDR dapat berpindah tempat 69 (58,5) 49 (41,5)
4 Takut menggunakan AKDR karena saat haid darah 70 (59,3) 48 (40,7)
yang keluar banyak dan lebih lama
5 AKDR bisa sebabkan nyeri pada saat haid 83 (70,3) 35 (29,7)
6 Takut pakai AKDR tetap hamil 58 (49,2) 60 ( 50,8)
Berdasarkan distribusi responden tentang persepsi rasa aman terhadap AKDR
terlihat masih banyak yang merasa takut menggunakan AKDR. Hal tersebut terbukti
dari persentase jawaban responden yang menjawab YA lebih banyak dibanding yang
menjawab TIDAK. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi rasa aman terhadap
penggunaan AKDR masih banyak bersifat negatif.
Adapun persepsi rasa kurang aman yang dimiliki oleh sebagian responden
tersebut terkait faktor informasi dari orang lain baik teman maupun tetangga yang
banyak mengungkapkan cerita tentang pengalaman orang lain yang memakai AKDR
namun gagal maupun sekedar mitos yang mereka sendiri tidak tahu kebenarannya.
Meskipun demikian informasi yang bersifat negatif tersebut seringkali dianut
sehingga memunculkan persepsi kurang aman terhadap pemakaian AKDR.
Pada akhirnya faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu produk
kontrasepsi tertentu seperti alat kontrasepsi jenis AKDR dapat dijelaskan dengan
model kepercayaan Irwin M. Rosentok dalam Philip Kotler (1989) yang salah satunya
tergantung dari pengaruh berita dan informasi yang diperoleh dari media massa,
kelompok masyarakat atau keluarga yang dipercaya, serta pengalaman orang lain.

d.

Anda mungkin juga menyukai