Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PANCASILA

PROSES BERBANGSA DAN BERNEGARA

Mata Kuliah Pancasila


Dosen Drs.H.Noor Asmiansyah, M.SI

Disusun Oleh :

Nama : Nor Aina Jannah

Kelas : I B

AKADEMI KEPERAWATAN INTAN MARTAPURA


TAHUN AKADEMIK 2014-2015
Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
melimpahkan karunianya, sehingga kita dapat bertatap muka, beradu pandang dari hati ke hati
sehingga terciptalah Ukhuwah yang kokoh serta dapat menyelesaikan makalah proses
berbangsa dan bernegara ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan tak lupa
kita ucapkan Salawat serta Salam kepada junjungan kita Baginda Nabi Besar Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari Zaman jahiliyah menuju Zaman sekarang dari Zaman
kegelapan menuju Zaman yang terang benderang. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak
Drs.H.Noor Asmiansyah, M.SI selaku Dosen mata kuliah pancasila yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai proses berbangsa dan bernegara. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam tugas makalah ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari
apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana
yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
depan.

Selasa, 16 desember 2014


DAFTAR ISI

Kata Pengantar 2
Daftar Isi. 3
Bab I Pendahuluan
1. Latar belakang. 4
2. Rumusan masalah 4
3. Tujuan. 4
Bab II Pembahasan
Proses berbangsa dan bernegara ..................................... 5
Bab III Penutup
A. Kesimpulan. 7
B. Saran... 7
Daftar Pustaka. 7
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pancasila adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia yang secara
resmi di sahkan oleh PPKI pada tanggal 18 agustus 1945 dan tercantum
dalam pembukuan UUD 1945, di undangkan dalam berita Republik
Indonesia tahun II No. 7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945.
Dalam perjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat Negara
Republik Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi
politik sesuai denan kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya
kekuasaan yang berlindung dibalik legitimasi ideologi Negara pancasila.
Berdasarkan kenyataan tersebut diatas gerakan reformasi berupaya
untuk mengembalikan kedudukan dan fungsi pancasila yaitu sebagai dasar
negara republik Indonesia, yang hal ini direalisasikan melalui Ketetapan
sidang istimewa MPR tahun 1998 No.XVIII/MPR/1998 disertai dengan
pencabutan P-4 dan sekaligus juga pencabutan pancasila sebagai satu-satunya
asas bagi orsospol di Indonesia.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka saya merumuskan masalah dalam
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui sejauh mana peranan secara aktif dan fugsi atau manfaat dari
mempelajari dan mengamati proses berbangsa dan bernegara dalam kehidupan kita
sehari-hari baik dalam bernegara, bermasyarakat, dan berkelompok.
2. Bagaimana proses berbangsa dan bernegara di Indonesia?
3. Apakah yang menjadi kerangka dasar proses berbangsa dan bernegara?

3. Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami bagaimana proses berbangsa
dan bernegara di dalam kehidupan untuk mencapai sebuah negara yang maju dan
berkembang dengan hasil yang positif tanpa ada campur tangan dari yang lain.
BAB II
PEMBAHASAN

Proses Berbangsa dan Bernegara


Masa sebelum kemerdekaan
Proses berbangsa dan bernegara pada zaman sebelum kemerdekaan berorientasi pada
perjuangan dalam melawan penjajah. Dari tinjauan sejarah zaman sriwijaya pada abad VII dan
kerajaan majapahit abad XIII telah ada upaya untuk menyatukan nusantara. Namun para
penguasa belum memiliki kemampuan yang cukup untuk mempertahankan kejayaan yang telah
dicapai yang menyebabkan kehancura.
Proses kehidupan berbangsa dan bernegara mulai berkembang sejak Sumpah Pemuda
dikumandangkan di seluruh nusantara. Dan periode selanjutnya secara nyata mulai dipersiapkan
kemerdekaan Indonesia pada masa kedudukan Jepang, yaitu dengan dibentuknya Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Dan puncaknya adalah ketika
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

Proses berbangsa dan bernegara pada masa sekarang


Proses berbangsa dan bernegara pada masa sekarang erat kaitannya dengan hakikat
pendidikan kewarganegaraan, yaitu upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan
pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan
bangsa dan negara. Sehingga dengan mencerdaskan kehidupan bangsa, memberi ilmu tentang
tata negara, menumbuhkan kepercayaan terhadap jati diri bangsa serta moral bangsa, maka
takkan sulit untuk menjaga kelangsungan kehidupan dan kejayaan Indonesia dalam proses
berbangsa dan bernegara.
Negara Indonesia merupakan negara berkembang dan negara yang akan melangkah
maju membutuhkan daya dukung besar dari masyarakat, membutuhkan tenaga kerja yang lebih
berkualitas, dengan semangat loyalitas yang tinggi. Masyarakat harus disadarkan untuk segera
mengabdikan dirinya pada negaranya, bersatu padu dalam rasa yang sama untuk menghadapi
krisis budaya, kepercayaan, moral, dan lain-lain
Suatu identitas bersama menunjukkan bahwa individu-individu tersebut setuju atas
pendefinisian diri mereka yang saling diakui, yakni suatu kesadaran mengenai perbedaan dengan
orang lain, dan suatu perasaan akan harga diri

Dalam proses berbangsa dan bernegara itu juga diperlukan penciptaan identitas
bersama. Identitas sebagai bangsa dan negara Indonesia dapat dilihat pada:
Bendera negara yaitu Sang Merah Putih
Lambang negara yaitu Garuda Pancasila
Slogan/semboyan yaitu Bhineka Tunggal Ika
Sarana komunikasi/bahasa negara yaitu Bahasa Indonesia
Lagu kebangsaan yaitu Indonesia Raya
Pahlawan-pahlawan rakyat pada masa perjuangan nasional seperti Patimura, Hasanudin,
Pangeran Antasari dan lain-lain.
Kerangka Dasar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Pancasila
pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia terkadang di dalamnya konsepsi
dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan yang terkandung dasar pikiran terdalam dan
gagasan mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Pancasila tidak hanya sebagai
pandangan hidup bangsa, tetapi juga sebagai dasar negara RI. Pancasila dalam kehidupan ini
sering disebut sebagai Dasar Filsafat atau Dasar Falsafah Negara (philosofiche Gronslag). Dalam
pengertian ini pancasila suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur pemerintahan negara atau
dengan kata lain pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur
pemerintahan negara.
Pancasila dinilai memenuhi syarat sebagai pilar bagi negara-bangsa Indonesia yang
pluralistik dan cukup luas dan besar ini. Pancasila mampu mengakomodasi keanekaragaman
yang terdapat dalam kehidupan negara-bangsa Indonesia. Sila pertama pancasila, Ketuhanan
Yang Maha Esa, mengandung konsep dasar yang terdapat pada segala agama dan keyakinan
yang dipeluk atau dianut oleh rakyat Indonesia, merupakan common denominator dari berbagai
agama, sehingga dapat diterima semua agama dan keyakinan. Demikian juga dengan sila kedua,
kemanusiaan yang adil dan beradab, merupakan penghormatan terhadap hak asasi manusia.

UUD 1945
Undang-undang Dasar 1945 adalah hukum dasar yang tertulis. Sebagai hukum, maka
UUD 1945 bersifat mengikat bagi pemerintah lembaga negara, lembaga masyarakat, setiap
warga negara Indonesia di mana saja dan setiap penduduk yang ada di wilayah negara
Indonesia. Sebagai hukum, UUD 1945 berisi norma-norma aturan-aturan atau ketentuan-
ketentuan yang harus dilaksanakan dan ditaati siapapun. Dengan kata lain, perumusan
pancasila yang sah adalah seperti yang tercantum di dalam pembukaan UUD 1945.

Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Nasional


Wawasan Nusantara sebagai wawasan nasional Indonesia merupakan cara pandang
bangsa Indonesia untuk menyamakan persepsi, visi dan motivasi dalam rangka menjamin
persatuan dan kesatuan serta kepentingan nasional dalam rangka pencapaian cita-cita nasional
Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur. Dalam kehidupannya secara
umum manusia dipengaruhi oleh dua faktor yaitu keturunan dan lingkungan. Dalam kaitannya
dengan wawasan nasional, manusia Indonesia yang telah bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, sangat diwarnai oleh faktor lingkungan baik internal maupun eksternal, dekat maupun
jauh.

Ketahan Nasional sebagai Pendekatan Konsepsional


Ketahanan nasional adalah kondisi dinamika bangsa, meliputi segenap aspek kehidupan
nasional yang terintegrasi berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional, dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan,
ancaman, hambatan dan gangguan baik yang datang dari luar maupun dalam negeri, yang
langsung maupun tidak langsung untuk menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup
bangsa dan negara, serta perjuangan mencapai tujuan nasional. Ketahanan nasional yang
tangguh akan lebih mendorong pembangunan nasional, dan berhasilnya pembangunan nasional
akan meningkatkan ketahanan nasional.

Pembentuk jati Diri Bangsa Indonesia


Empat unsur pembentuk jati diri bangsa Indonesia, yaitu:
1. Pancasila
Karena pancasila sebagai Lambang negara Indonesia yang menjadi Ideologi bangsa Indonesia
dalam kehidupan bangsa Indonesia dan sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.
2. Undang-undang Dasar 45
Karena UUD sebagai aturan yang membentuk karakter orang Indonesia.
3. NKRI
Sebuah negara yang terdiri dari banyak pulau tapi bisa bersatu sebagai satu negara.
4. Bhineka Tunggal Ika
Sebagai semboyan bangsa indonesia yang mempersatukan bangsa Indonesia yang terdiri dari
berbagai macam suku dan budaya serta agama yang mengajarkan agar tidak membedakan satu
dengan lainnya.

Pembentukan jati diri bangsa yang harus diawali dari kesadaran rakyat indonesia untuk mulai
memperhatikan segala sesuatu yang berhubungan untuk kepentingan bangsa, dan bangga
terhadap indonesia. Pembentukan jati diri bangsa juga tidak bisa dipisahkan dari unsur-unsur
negara, jika rakyat Indonesia mulai memperhatikan dan mengamalkan pancasila, UUD 45,
Bhineka Tunggal Ika dan juga mencintai NKRI

Nasionalisme Indonesia Wajah Identitas Nasional

1. Pengertian Nasionalisme Indonesia


Nasionalisme diartikan sebagai paham untuk mencintai bangsa dan negara sendiri
(KBBI. 2002:775). Gellner melihat nasionalisme adalah suatu bentuk munculnya gerakan
sentimen mencintai bangsa dan negara. Hobsbawn (Anderson, 2002:9) memandang bahwa
nasionalisme lebih menekankan dalam aspek polotik. Menurut Anderson, nasionalisme
berupa kekuatan dan kontinuitas sentimen dan identitas nasional (Anderson, 1999:100)
Meskipun berbeda prespektif, akan tetapi para ilmuwan menekankan bahwa adalah suatu
konstruksi ideologi yang membentuk garis antara kelompok budaya dan negara berdasarkan
perbedaan negara, dinasti, atau komunitas kekerabatan yang mendahului pembentukan
mereka.

Kata nasional dalam identitas nasional merupakan identitas yang melekat pada
kelompok-kelompok yang lebih besar dilihat oleh kesamaan budaya, agama, keinginan, cita-
cita dan tujuan. Itulah identitas nasional melahirkan tindakan kelompok yang diberi atribut
nasional seperti terciptanya nasionalisme.
2. Aspek Nasionalisme
Secara analitis, nasionalisme mempunyai tiga aspek, yaitu:
a. Aspek kognitif, menunjukkan adanya pengetahuan akan situasi/fenomena kolonial pada
segala porsinya.
b. Aspek nilai, menunjukkan keadaan yang dianggap berharga untuk memperoleh hidup
yang bebas dari kolonialisme.
c. Aspek effective, tindakan kelompok yang menunjukkan situasi dapat menyenangkan atau
menyusahkan bagi pelakunya.

Ciri khas nasionalisme Indonesia menurut Lemhannas:


a. Bhineka tunggal ika, tidak bersifat uniform, monolit, dan totaliter melainkan keanekaan
budaya, bahasa, adat, dan tradisi lokal se-Nusantara.
b. Etis karena selalu harus memahami etika pancasila.
c. Universalistik karena pengakuannya terhadap harkat kemanusiaan yang universal.
d. Terbuka secara kultural dan religius, karena ternyata bangsa Indonesia tidak menutup diri
dan merupakan pertemuan dari beraneka ragam budaya dan agama.
e. Percaya diri, dengan menjalin komunikasi dengan tetangga dan dunia.
3. Hubungan antara Nation State dengan Nasionalisme
Nasionalisme adalah perluasan dan penyebaran kesadaran berbangsa atau terbentuknya
suatu negara kebangsaan, sedangkan pembentukan karakter nasional merupakan upaya
terancam dan berkelanjutan untuk menanamkan kesadaran pada masyarakat, bahwa
walaupun beraneka ragam latar belakang etnik, ras, agama, dan budaya, namun mereka
adalah satu bangsa. Jadi antara nasionalisme, pembangunan karakter bangsa dan negara
kebangsaan, merupakan wujud dari aktualisasi nationalisme.
4. Unsur Pembentuk Identitas Nasional
a. Suku Bangsa
Suku bangsa menurut Kuntjaraningrat, Bapak Antropologi Indonesia, (Z. Hidayah,
1997:xxii): merupakan kelompok sosial atau kesatuan hidup manusia yang mempunyai
sistem interaksi, sistem norma yang mengatur interaksi tersebut, adanya kontinuitas dan
rasa identitas yang mempersatukan semua anggota serta memiliki sistem kepemimpinan
tersendiri.
b. Wilayah Nusantara
Wilayah nasional indonesia memiliki karakteristik khas yang berbeda dari negara lain.
Kekhasan tersebut antara lain terletak pada:
1. Luas wilayahnya + 5 juta km2 dimana 65% wilayahnya terdiri laut/perairan, sedang
sisanya berupa daratan yang terdiri dari 17.508 buah pulau besar dan kecil.
2. Kondisi dan konstelasi geografi Indonesia mengandung beraneka ragam kekayaan
alam baik yang berada di dalam maupun di atas permukaan bumi.
c. Agama
Dari sumber tertulis agama yang datang lebih dahulu adalah agama Buddha yang
berasal dari Asia Tenggara. Sementara Hindu dipengaruhi oleh peradaban India. Sejak
datangnya peradaban Islam Kerajaan di Nusantara menganut toleransi beragama.
Terbukti adanya Sesanti Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua (walaupun
berbeda namun satu jua adanya sebab tidak ada agama yang memiliki Tuhan yang
berbeda) dalam buku Sutasoma karangan Mpu Tantular. Islam masuk dari pedagang
Gujarat. Agama kristen masuk bersama datangnya ras Eropa. Dengan demikian di
Indonesia berkembang lima agama, yaitu Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, dan
Buddha, dan sejak pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid, Kong Hu Chu diakui
sebagai agama (Keppres No.6/2002).
d. Bahasa
Bahasa dipahami sebagai sistem perlambang yang secara arbiter dibentuk atas unsur-
unsur bunyi ucapan manusia dan digunakan sebagai sarana berinteraksi antar manusia.
Menurut Aldous Huxley (Reid, 1983:52)..., tanpa kemampuan berbahasa ini maka
manusia tak mungkin mengembangkan kebudayaannya, sebab tanpa mempunyai bahasa
maka hilang pulalah kemampuan untuk meneruskan nilai-nilai budaya dari generasi yang
satu kepada selanjutnya.
e. Budaya
Budaya adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti
kepercayaan, kesenia, dan adat istiadat (Kamus Umum Bahasa Indonesia 2002:170).
Kebudayaan digunakan sebagai rujukan untuk bertindak dalam menghadapi lingkungan.
f. Ideologi Pancasila
Ideologi pertama kali diperkenalkan oleh Destutt de Tracy (1755-1836), seorang
pemimpin kavaleri di Prancis. Menurutnya ideologi adalah pengetahuan tentang gagasan,
baik kebenaran maupun kesalahan, dan bekerja melalui proses berpikir lurus. Ideologi
kemudian digunakan untuk menanamkan pengetahuan yang mengkaji motivasi dan
penghalalan tindak-tindak politik. Dengan ideologi seperti termaktub, pelaku politik
melemparkan gagasannya sering tidak lagi berbicara secara logis dan faktual. Pancasila
sebagai ideologi Negara Indonesia dimuat dalam pembukaan UUD 1945 sebagai sistem
idea secara normatif memberikan persepsi, landasan, serta pedoman tingkah laku bagi
suatu masyarakat/bangsa dalam kehidupannya untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan
bangsa dan negara.

Integrasi Nasional

Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan-perbedaan yang


ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional.

Faktor-faktor pendorong integrasi nasional sebagai berikut:


1. Faktor sejarah yang menimbulkan rasa senasib dan seperjuangan.
2. Keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam
Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
3. Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia.
4. Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
5. Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan Proklamasi Kemerdekaan,
Pancasila dan UUD 1945, bendera merah putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, bahasa
kesatuan bahasa Indonesia.

Faktor-faktor penghambat integrasi nasional sebagai berikut:


1. Masyarakat Indonesia yang heterogen (beraneka ragam) dalam faktor-faktor
kesukubangsaan dengan masing-masing kebudayaan daerahnya, bahasa daerah, agama
yang dianut, ras dan sebagainya.
2. Wilayah negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan kepulauan yang dikelilingi oleh
lautan luas.
3. Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang merongrong
keutuhan, kesatuan dan persatuan bangsa, baik yang berasal dari dalam maupun luar
negeri.
4. Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil
pembangunan.
5. Adanya paham etnosentrisme di antara beberapa suku bangsa yang menonjolkan
kelebihan-kelebihan budayanya dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain.
Peran Integrasi Nasional

Integrasi sering dinamakan dengan pembauran padahal kedua istilah tersebut memiliki
perbedaan. Integrasi ialah integrasi kebudayaan, integrasi sosial yang berwujud
pluralisme, sedangkan pembauran ialah asimilasi dan amalgamasi. Integrasi kebudayaan
berarti penyesuaian antara dua atau lebih kebudayaan. Integrasi sosial ialah
penanggulangan masalah konflik melalui modifikasi dan koordinasi dari unsur-unsur
kebudayaan baru dan lama yang merupakan penyatupaduan kelompok masyarakat yang
asalnya berbeda, menjadi suatu kelompok besar dengan cara melenyapkan perbedaan dan
jati diri masing-masing.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebagai seorang yang berpendidikan dan mempunyai ilmu yang luas terutama dibidang
Akademik, hendaknya kita bisa memahami dan mengerti arti proses berbangsa dan bernegara
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dan semua tidak terlepas dari dasar sila-sila
pancasila yang harus dipahami dengan segenap jiwa dan niat. Dan hendaknya selalu
menanamkan nilai-nilai pancasila di dalam hati dan jiwa untuk menggapai suatu tujuan
mufakat, yaitu: warga negara yang bermartabat, beriteka, cerdas, berwawasan, cekatan, ulet,
smart of lifestyle to minage time for be the best of the best dengan harapan tetap mempunyai
rasa diri tidak sombong dengan kelebihan yang ada pada dirinya dan memciptakan kerukunan
dan persatuan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan antar umat beragama. Membantu sesama
dalam bernegara.

B. Saran
Berdasarkan uraian di atas, kiranya kita dapat menyadari bahwa proses berbangsa dan
bernegara adalah suatu acuan dan panutan kita agar bisa memahami dengan sepenuh jiwa. Dan
Pancasila merupakan falsafah negara kita Republik Indonesia, maka kita harus menjunjung
tinggi dan mengamalkan serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari agar menjadi
Inspirasi bagi seluruh jiwa di muka bumi ini dan cintailah hal-hal baru karna dia akan
mengubah hidupmu menjadi berharga serta ulurkanlah tanganmu untuk membantu sesama.
DAFTAR PUSTAKA
http//jherote29.blogspot.com/2013/10/membangun kembali-moral-dan-jati-diri.html

http//bahasaku.xtgem.com/identitas%20nasional

Anda mungkin juga menyukai