Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Katarak adalah keadaan terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di

dalam kapsul lensa . katarak adalah suatu keadaan patologik lensa dimana lensa

menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan

itu terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada

berbagai usia tertentu. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa

berhenti dalam perkembangannya (Ilyas, 2006).

Ilyas, 2006, menyatakan bahwa prevalensi kebutaan diIndonesia berkisar 1,2%

dari jumlah penduduk di Indonesia. Dari angka tersebut persentase kebutaan

utama ialah katarak dengan persentase tertinggi 0,70% dari beberapa penyebab

lain kebutaan di Indonesia seperti kelainan kornea 0,13%, glaucoma 0,10%,

kelainan refraksi 0,06%, kelainan retina 0,03% , dan kelainan nutrisi 0,02%.

Riskesdas, 2007, menunjukkan bahwa proporsi penduduk umur 30 tahun

keatas dengan katarak menurut provinsi adalah sebesar 17,3%. Proporsi operasi

katarak dalam 12 bulan terakhir untuk tingkat nasional adalah sebesar 18%

dari penduduk yang pernah didiagnosis katarak oleh tenaga kesehatan. Proporsi

terendah ditemukan di Provinsi Papua Barat (5,2%) dan tertinggi di Provinsi

Sulawesi Utara (31,5%). Secara nasional cakupan operasi ini masih sangat

rendah, terdapat penumpukan kasus katarak tahun 2007 sebesar 82%.

Penyakit katarak merupakan penyakit yang membutuhkan pengobatan lebih

lanjut untuk mengatasinya. Salah satunya dengan melakukan operasi katarak.

Operasi katarak dilakukan untuk mencegah kebutaan akibat katarak. Operasi ini

1
dilakukan seluruh spesialis mata di Indonesia baik di rumah sakit maupun secara

masal. Sebelum dilakukan operasi, pasien pre operasi katarak biasanya akan

diliputi perasaan cemas, gelisah, dan takut. Tingkat kecemasan merekapun

berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Setiap orang memberikan respon

berbeda-beda baik respon fisiologis maupun respon psikologis terhadap operasi.

Respon psikologis secara umum berhubungan dengan adanya ketakutan-ketakutan

terhadap anesthesia, nyeri, ketidakmampuan, cerita mengerikan dari orang lain

dan sebagainya.

Kholil, 2010 mendefinisikan kecemasan merupakan suatu perasaan

subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi

umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa

aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan

yang nantinya akan menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan

psikologis.

Sedangkan menurut Namora, 2009, menjelaskan bahwa kecemasan adalah

tanggapan dari sebuah ancaman nyata ataupun khayal. Individu mengalami

kecemasan karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang. Kecemasan dialami

ketika berfikir tentang sesuatu tidak menyenangkan yang akan terjadi.

Peneliti melakukan studi pendahuluan yaitu melalui observasi dan wawancara

pada pasien pre operasi katarak di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Studi

pendahuluan dilakukan bulan Juni dan Juli tahun 2014 pada pasien pre operasi

katarak masal gratis yang diselenggarakan oleh Bagian Ilmu Penyakit Mata

dengan PersatuanDokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) cabang

Yogyakarta. Dari hasil survei tersebut, didapatkan informasi bahwa di RS Fatimah

2
Cilacap, dari 83 pasien, yang berhasil diwawancari oleh peneliti adalah 20 pasien

dengan hasil sebagai berikut: 10 individu mengatakan bahwa mereka merasakan

cemas, 5 individu mengatakan bahwa mereka tegang dan dingin tangannya, 4

individu mengatakan bahwa mereka tidak dapat menahan air kencing dan 1

individu teriak-teriak karena takut; sedangkan di RS PKU Muhamadiyah

Gombong Jawa Tengah, dari 59 pasien yang akan dilakukan operasi katarak,

peneliti berhasil mewawancarai 10 pasien dengan hasil sebagai berikut: 6 individu

mengatakan bahwa mereka tegang dan cemas, 2 individu mengatakan bahwa

mereka tidak cemas karena pernah melakukan operasi sebelumnya, 2 individu

mengatakan bahwa mereka tidak dapat menahan air kencing; di RS Aisiyah

Purworejo, dari 39 pasien pre operasi katarak, peneliti berhasil mewawancarai 12

pasien dengan hasil sebagai berikut: 9 individu mengakatan bahwa mereka kuatir

dan tegang, 3 individu mengatakan bahwa mereka tidak cemas karena sudah

pernah melakukan operasi katarak sebelumnya; di RS Boro Kulonprogo, dari 55

pasien yang akan dilakukan operasi, peneliti berhasil mewawancari 30 pasien

dengan hasil sebagai berikut: 17 individu mengatakan bahwa mereka tegang, 5

individu mengatakan bahwa mereka tidak dapat menahan air kencing, 2 individu

menangis karena takut, 6 individu mengatakan bahwa mereka tidak cemas karena

sudah pernah melakukan operasi katarak sebelumnya; di RS Hidayatulah

Yogyakarta dari 42 pasien, peneliti berhasil mewawancarai 10 pasien dengan hasil

sebagai berikut: 8 individu mengatakan bahwa mereka gelisah, 2 individu

mengatakan bahwa tidak gelisah; di RS Bayangkara Kalasan Yogyakarta dari 57

pasien, peneliti berhasil mewawancarai 20 pasien dengan hasil debagai berikut: 10

individu mengatakan bahwa mereka gelisah dan tangannya dingin, 6 individu

3
mengatakan bahwa mereka tegang, 4 individu mengatakan tidak gelisah karena

sudah pernah melakukan operasi katarak sebelumnya; di RSUD Wates dari 25

pasien, peneliti berhasil mewawancarai sebanyak 15 pasien dengan hasil sebagai

berikut: 12 individu mengatakan bahwa mereka tegang dan gelisah, 3 individu

mengatakan bahwa mereka siap melakukan operasi dan tidak cemas.

Hasil dari observasi dan wawancara di 7 Rumah Sakit tersebut, sebagian

besar dari pasien yang akan dilakukan operasi katarak mengatakan bahwa mereka

cemas, takut, gelisah, pemberian edukasi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan

baik itu dokter maupun perawat kepada pasien pre operasi katarak tersebut juga

masih terbatas.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tentang

efektivitas pemberian edukasi pre operatif terhadap tingkat kecemasan pada

pasien pre operasi katarak yang dilakukan secara masal di Jawa Tengah.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat diambil dari penelitian ini adalah, Apakah

efektif pemberian edukasi pre operatif terhadap kecemasan pada pasien pre

operasi katarak?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Bagaimana efektivitas pemberian edukasi pre operatif terhadap

kecemasan pada pasien pre operasi katarak.

4
2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat kecemasan pasien pre operasi katarak sebelum

mendapatkan edukasi pre operatif

b. Mengetahui tingkat kecemasan pasien pre operasi katarak sesudah

diberikan edukasi pre operatif

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi kajian pustaka dan bahan bacaan bagi

peneliti lain dalam perkembangan ilmu pengetahuan terutama aplikasi

pemberian edukasi kecemasan pasien katarak.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Mahasiswa

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan kepada mahasiswa agar

menjadi pelajaran terkait efektivitas pemberian edukasi pre operatif

terhadap kecemasan pada pasien pre operasi katarak dan dapat melakukan

penelitian yang lebih jauh tentang edukasi pasien pre operasi katarak.

b. Bagi Petugas Kesehatan

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan kepada petugas

kesehatan agar dapat lebih kreatif dan mengembangkan metode

pemberikan edukasi kecemasan kepada pasien operasi katarak.

c. Bagi Pemegang Kebijakan

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan kepada pemegang

kebijakan khususnya dalam hal ini adalah pemerintah daerah supaya lebih

5
giat dan kreatif dalam pemberian promosi kesehatan kepada masyarakat

untuk mencegah terjadinya katarak, dan dukungan sosial serta finansial

bagi warga yang tidak mampu untuk melakukan operasi katarak gratis.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai efektivitas pemberian edukasi pre operatif terhadap

tingkat kecemasan pada pasien pre operasi katarak,sejauh yang penulis ketahui

belum terdapat penelitian yang sejenis. Namun penelitian yang pernah dilakukan

yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain:

1. Nurul Hidayati (2005), Pengaruh Pemberian Discharge Planning Terhadap

Peningkatan Pengetahuan Pasien dan Keluarga Tentang Perawatan Pasca

Operasi Katarak di Ruang Rawat Inap RSUD Banyumas. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien pasca

operasi katarak dan keluarga tentang perawatan pasca operasi katarak serta

peningkatan pengetahuan yang didapat melalui Discharge Planning. Peneliti

menggunakan metode Quasi Eksperimental dengan desain one group pre test

post test pada subyek 11 pasien dan 11 keluarga pasien yang dirawat di RSUD

Banyumas, dengan kriteria inklusi.

Pengumpulan data dengan kuisioner pre dan postDischarge Planning dan

menggunakan analisis uji t-test. Hasilnya adalah rerata peningkatan

pengetahuan pasien sebesar 3,27 (SD 2,573) dan rerata peningkatan

pengetahuan keluarga pasien -3,00 (SD 2,191) sesudah pemberian Discharge

Planning. Kesimpulannya, terdapat perbedaan pengetahuan yang bermakna

sebelum dan sesudah pemberian Discharge Planning serta efektif dalam upaya

meningkatkan pengetahuan pasien pasca operasi katarak dan keluarga.

6
Perbedaan dengan penelitian ini adalah materi yang disampaikan bertujuan

untuk mempersiapkan pasien pasca operasi dan perawatan lanjutan di rumah.

Peneliti mengambil post test dua hari setelah operasi dilaksanakan.

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama memberikan pendidikan

kesehatan kepada pasien operasi katarak dan pemberian pre test dilaksanakan

sebelum pasien masuk ruangan untuk dilakukan operasi katarak

2. Zoltan Kekecs et al., (2013), Effects of Patient Education and Therapeutic

Suggestions on Cataract Surgery Patient : A Randomized Controlled Clinical

Trial. Penelitian ini dilakukan di Hungaria. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk melihat keefektifan dari pemberian Intervensi Terapi Edukasi pasien

yang dikombinasikan dengan Terapi Sugesti Positif untuk pasien cemas selama

pasien operasi katarak. Penelitian ini dilakukan terhadap 84 pasien preoperasi

katarak. Peneliti membandingkan fisiologi dan tingkah laku yang merupakan

indicator kecemasan antara grup control (hanya menerima informasi pre

operatif) dengan grup intervensi (pemberian audio CD informasi, relaksasi,

positive imagery ). Dilakukan dengan Randomize Controlled Trial dengan uji

analisis independent samples t-test, chi-square test dan Mann-Whitneys U test.

Kesimpulannya, pemberian edukasi informasi pre operatif yang

dikombinasikan dengan Terapi Sugesti Positif lebih efektif dibandingkan

dengan hanya pemberian informasi pre operatif saja untuk mengurangi

kecemasan pasien pre operatif katarak.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah pemberian informasi dengan

menggunakan CD dan menggunakan terapi sugesti positif.

7
Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama memberikan edukasi pre

operatif untuk mengurangi kecemasan pada pasien pre operasi katarak.

3. Tarwadi dan Agte (2009), Interrelationships between Nutritional Status,

Socioeconomic Factors and Lifestyle in Indian Cataract Patients. Penelitian

ini dilakukan di India. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari

perbedaan pemahaman mengenai nutrisi dan gaya hidup berhubungan dengan

etiologi katarak untuk pasien kelas ekonomi tinggi dan bawah. Penelitian ini

menggunakan metode survei cross-sectional yangdilakukan kepada 140 pasien

katarak berumur 50-70 tahun. Hasilnya adalah 67% untuk penderita katarak

dengan kelas ekonomi rendah mengkonsumsi alkohol dan 80% mempunyai

riwayat keluarga menderita katarak. Untuk penderita laki-laki, 45-87% tidak

berpendidikan dan merokok. Berat badan pada kelas ekonomi rendah lebih

rendah dibandingkan kelas ekonomi tinggi dan itu menunjukan ststus nutrisi

rendah. Untuk penderita katarak kelas ekonomi atas, khususnya penderita laki-

laki, terdapat perbedaan yang signifikan antara yang mengonsumsi alkohol

dengan yang tidak mengonsumsi alkohol. Selain itu juga perbedaan juga

ditunjukkan pada perokok dan bukan perokok. Pencahayaan matahari dan

tekanan darah sistolik juga menjadi faktor predisposisi katarak. Kesimpulannya

adalah tekanan darah sistolik tinggi, pencahayaan matahari, peningkatan

konsumsi rokok dan alkohol merupakan faktor risiko dari katarak.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini lebih memfokuskan pada

faktor risiko dari katarak.

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang pasien

katarak.

Anda mungkin juga menyukai

  • Manajemen Puskesmas
    Manajemen Puskesmas
    Dokumen14 halaman
    Manajemen Puskesmas
    Zareena Khaulah
    100% (9)
  • Daun Pisang
    Daun Pisang
    Dokumen1 halaman
    Daun Pisang
    HelmiZunan
    Belum ada peringkat
  • Untitled 2
    Untitled 2
    Dokumen1 halaman
    Untitled 2
    HelmiZunan
    Belum ada peringkat
  • TW 1
    TW 1
    Dokumen2 halaman
    TW 1
    HelmiZunan
    Belum ada peringkat
  • Keracunan Logam Makalah
    Keracunan Logam Makalah
    Dokumen9 halaman
    Keracunan Logam Makalah
    max
    Belum ada peringkat
  • F. Diagnosis Kerja
    F. Diagnosis Kerja
    Dokumen1 halaman
    F. Diagnosis Kerja
    HelmiZunan
    Belum ada peringkat
  • JM
    JM
    Dokumen19 halaman
    JM
    HelmiZunan
    Belum ada peringkat
  • Daun Pisang
    Daun Pisang
    Dokumen1 halaman
    Daun Pisang
    HelmiZunan
    Belum ada peringkat
  • TW 1
    TW 1
    Dokumen2 halaman
    TW 1
    HelmiZunan
    Belum ada peringkat
  • Tugas Bindo
    Tugas Bindo
    Dokumen7 halaman
    Tugas Bindo
    HelmiZunan
    Belum ada peringkat
  • Cetak Rencana Studi - Portal Akademik
    Cetak Rencana Studi - Portal Akademik
    Dokumen1 halaman
    Cetak Rencana Studi - Portal Akademik
    HelmiZunan
    Belum ada peringkat
  • Identitas Gizi
    Identitas Gizi
    Dokumen21 halaman
    Identitas Gizi
    HelmiZunan
    Belum ada peringkat
  • Acara Xiii
    Acara Xiii
    Dokumen1 halaman
    Acara Xiii
    HelmiZunan
    Belum ada peringkat
  • Anggaran EPHT 2015
    Anggaran EPHT 2015
    Dokumen2 halaman
    Anggaran EPHT 2015
    HelmiZunan
    Belum ada peringkat
  • Kegawatdaruratan Psikiatri
    Kegawatdaruratan Psikiatri
    Dokumen9 halaman
    Kegawatdaruratan Psikiatri
    hendra_wms
    Belum ada peringkat
  • Cover Tata
    Cover Tata
    Dokumen2 halaman
    Cover Tata
    HelmiZunan
    Belum ada peringkat
  • Bon Alat
    Bon Alat
    Dokumen3 halaman
    Bon Alat
    HelmiZunan
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii 2
    Bab Iii 2
    Dokumen16 halaman
    Bab Iii 2
    HelmiZunan
    Belum ada peringkat
  • β
    β
    Dokumen4 halaman
    β
    HelmiZunan
    Belum ada peringkat
  • Naskah Drama B.indo
    Naskah Drama B.indo
    Dokumen4 halaman
    Naskah Drama B.indo
    HelmiZunan
    Belum ada peringkat
  • Rekomendasi Panitia Intermedisco
    Rekomendasi Panitia Intermedisco
    Dokumen2 halaman
    Rekomendasi Panitia Intermedisco
    HelmiZunan
    Belum ada peringkat
  • TH 1
    TH 1
    Dokumen2 halaman
    TH 1
    HelmiZunan
    Belum ada peringkat
  • Ide Bisnis
    Ide Bisnis
    Dokumen6 halaman
    Ide Bisnis
    HelmiZunan
    Belum ada peringkat
  • Produksi Teh
    Produksi Teh
    Dokumen4 halaman
    Produksi Teh
    HelmiZunan
    Belum ada peringkat
  • Produksi Teh
    Produksi Teh
    Dokumen4 halaman
    Produksi Teh
    HelmiZunan
    Belum ada peringkat
  • Terminologi Otot
    Terminologi Otot
    Dokumen3 halaman
    Terminologi Otot
    HelmiZunan
    Belum ada peringkat