TINJAUAN PUSTAKA
arteri yang mensuplai oksigen dan nutrisi ke jantung. Penyempitan itu dapat
disebabkan aterosklerosis yaitu akumulasi zat lemak pada bagian dalam arteri
pada pembuluh arteri koroner (biasanya disebut penyakit arteri koroner) (Lilly,
2016).
ke aorta. Bila frekuensi denyut jantung berkisar 80 kali per menit, berarti dalam
manusia memompa 7000 8000 liter darah. Berbeda dengan otot otot lain
dalam tubuh yang lebih banyak beristirahat, otot jantung tidak pernah berhenti
oksigen dan nutrisi otot jantung. Ada 2 arteri koroner utama yang keluar dari
aorta, yaitu arteri koroner kiri dan arteri koroner kanan (Rilantono, 2015).
15
Gambar 1 : Arteri koroner terlihat di permukaan jantung, keluar dari
pangkal aorta sebagai arteri koroner kiri utama dan arteri koroner kanan.
Left Main/ left coronary artery (LCA), Left anterior descending (LAD), diagonal
branches (D1, D2), septal branches (S). Left Sircumflex (LCx), Marginal
branches (M1,M2). Right coronary artery (RCA), Sinoartrial (SA) node branch,
Acute marginal branch (AM), AV (Atrioventricular) node branch, Posterior
descending artery (PDA).
Sumber: http://www.radiologyassistant.nl/en/p48275120e2ed5/coronary-anatomy-
and-anomalies.html
Arteri koroner kiri utama yang lebih populer dengan sebutan Left Main, keluar
dari sinus aorta kiri; kemudian segera bercabang dua menjadi arteri Left Anterior
Descending (LAD) dan Left Circumflex (LCx). Arteri LM berjalan diantara alur
keluar ventrikel kanan (right ventricle outflow tract) yang terletak didepannya,
dan atrium kiri dibelakangnya; baru kemudian bercabang menjadi arteri LAD dan
16
Arteri Left Anterior Descending (LAD)
Arteri LAD berjalan di parit interventrikular depat sampai ke apeks jantung, men-
suplai: bagian depan septum melalui cabang-cabang septal dan bagian depan
ventrikuler kiri melalui cabang-cabang diagonal sebagian besar ventrikel kiri dan
juga berkas atrio-ventrikular. Cabang-cabang diagonal keluar dari arteri LAD dan
Arteri LCx berjalan di dalam parit atrioventrikular kiri dimana atrium kiri dan
ventrikel kiri dan memperdarahi dinding samping ventrikel kiri melalui cabang-
cabang obtuse marginal yang bisa lebih dari satu (M1, M2, dst).
Pada umumnya arteri LCx berakhir sebagai cabang obtuse marginal, namun pada
10% kasus yang mempunyai sirkulasi dominan kiri maka arteri LCx juga men-
Arteri koroner kanan keluar dari sinus aorta kanan dan berjalan didalam parit
bagian bawah dari septum. Pada 50-60% kasus, cabang pertama dari RCA adalah
cabang conus yang kecil yang mensuplai alur keluar ventrikel kanan. Pada 20-
30% kasus, cabang conus muncul langsung dari aorta. Cabang sinus node pada
60% kasus keluar sebagai cabang kedua dari RCA dan berjalan ke belakang
17
mensuplai SA-node. (Pada 40% kasus cabang ini keluar dari arteri LCx). Cabang
cabang acute marginal (AM) dan berjalan ditepi ventrikel kanan atas diafragma.
node.
Pada 65% kasus, cabang Posterior Descending Artery (PDA) keluar dari RCA
(sirkulasi dominan kanan). Cabang PDA mensuplai dinding bawah ventrikel kiri
2.3 Aterosklerosis
matriks tunika intima, yang diikuti oleh pembentukan jaringan ikat pada dinding
tahun 1908, A.I. Ignatowshi di Rusia melaporkan ada kaitan antara makanan kaya
lesi ateroma mengandung 6 kali lebih banyak kolesterol bebas dan 20 kali lebih
selain kolesterol, dalam hal ini faktor generik berperan menentukan alur terjadinya
18
proses tersebut, lokasi arteri yang terkena, gradasi aterosklerosis dan
berkembang menjadi plak yang dapat menganggu aliran pembuluh darah apabila
cukup besar. Aterosklerosis sudah berkembang sejak usia muda pada saat belum
ada plak dan diawali dengan disfungsi endotel. Disfungsi ini berlangsung terus
Pembuluh arteri terdiri dari 3 lapisan yaitu tunika intima, tunia media,
tunika adventitia. Sel endotelium yang terdapat pada tunika intima merupakan
2015).
Seperti yang dikemukakan oleh Virchow lebih dari 100 tahun yang lalu,
terjadinya trombosis tergantung dari 3 hal yaitu substrat dinding pembuluh darah
itu sendiri, sifat hemoreologi aliran darah melalui pembuluh arteri tersebut dan
19
Faktor risiko kardiovaskular, antara lain hipertensi, diabetes mellitus,
manusia hingga saat ini masih belum jelas. Pengamatan dari beberapa sampel
histologi yang diperoleh dari orang dewasa muda dan diintergrasikan dengan
itu, diet yang kaya kolesterol dan lemak jenuh akan mengakibatkan terkumpulnya
kedalam lapisan intima. Di dalam lapisan intima, partikel liporotein tersebut akan
mengalami proses oksidasi dan glikasi. Stress oksidatid yang terjadi akan memicu
akan memakan lipoprotein yang telah mengalami oksidasi dan glikasi dan
terbentuklah sel busa. SMC (smooth muscle cells) yang terdapat pada tunika
media akan mengalami proliferasi dan bermigrasi dari tunika media ke tunika
intima.
20
Gambar 2: Patogenesis plak aterosklerosis
Sumber: http://herni-septiani.blogspot.co.id/2014/09/hipertensi-vs-kolesterol.html
Baik bukti klinis maupun dari penelitian di bidang ilmu dasar telah
sel busa yang terbentuk dari makrofag merupakan sumber yang kaya akan
21
seperti anion superoksida dalam jumlah yang besar dan bersama mediator
endotelium disertai recruitment dan akumulasi leukosit. Sel otot polos yang
terdapat pada tunika media pembuluh arteri normal sangat berbeda dengan sel otot
polos yang terdapat pada tunika intima ateroma yang sedang berkembang. Begitu
teraktivasi oleh suatu jejas, faktor pertumbuhan, atau sitokin, maka sel otot polos
akan mengalami perubahan fenotip dan menjadi migratory dan secretory cells
yang bermigrasi ke neointima. Sel otot polos pada ateroma berasal dari tunika
media yang bermigrasi ke tunika intima. Zat kimia yang memungkinkan proses
otot polos terhadap beberapa mitogen yang poten sehingga terjadi proliferasi sel
Angina pektoris stabil adalah nyeri dada akut yang didasari oleh aktivitas
fisik atau peningkatan emosional, dan hilang ketika istirahat beberapat menit.
Pada umumnya disebabkan oleh, sumbatan plak ateromatosa pada satu atau lebih
di arteri koroner. Gejala yang ditimbulkan berdasarkan derajat stenosis pada arteri
22
menyumbat di lumen arteri koroner dengan diameter lebih dari 70%, kapasitas
aliran berkurang, biasanya hanya cukup mensuplai kebutuhan jantung pada saat
Angina pektoris (AP) adalah nyeri dada yang timbul karena iskemik
miokard, terjadi bila suplai oksigen tidak dapat memenuhi kebutuhan miokard.
sumbatan pada arteri koroner dapat pula disebabkan oleh faktor lain yang bukan
dan penyakit koroner akibat radiasi. Iskemia miokard dan angina pektoris dapat
pula terjadi tanpa adanya sumbatan koroner seperti pada stenosis katup aorta
dengan rasa tidak nyaman di dada atau substernal agak di kiri yang menjalar ke
leher,rahang, bahu/ punggung kiri sampai dengan lengan kiri dan jari jari bagian
ulnar. Keluhan ini dipresipitasi oleh stress fisik ataupun emosional atau udara
dada, rasa desakan yang kuat dari dalam atau dari bawah diafragma, diremas-
remas atau seperti dada mau pecah. Nyeri tidak berhubungan dengan gerakan
pernapasan atau gerakan dada ke kiri dan ke kanan, pada APS keluhan khas nyeri
23
dada berlangsung kurang dari 20 menit. Biasanya ditemukan sumbatan kronis
sebagai tampilan klinis paling awal dapat ditemukan pada sekitar 50% penderita
APS. Namun demikian, tidak semua angina khas sesuai gambaran tersebut diatas,
sehingga disebut angina atipikal. Tampilan lain bisa juga timbul keluhan tidak
nyaman di epigastrium, rasa lelah atau seperti mau pingsan, terjadi terutama pada
NTG. Pasien disebut non anginal chest pain bila hanya ada 1 gejala, disebut
angina atipik bila terdapat 2 gejala, dan angina tipikal bila ada 3 gejala.
24
Kemungkinan penyakit arteri koroner berdasarkan kombinasi usia, jenis kelamin
bukti adanya penyakit aterosklerosis bukan koroner (pulsasi nadi lemah, bruit
carotis atau renal, aneurisma aorta abdominalis) penting sekali. Adanya temuan
auskultasi jantung, khususnya sewaktu sakit dada berlangsng bisa terdengar suatu
jantung tiga (S3) atau empat (S4) karena adanya disfungsi sementara ventrikel
kiri. Bisa juga terdengar murmur regurgitasi mitral akibat disfungsi otot papillaris
25
sewaktu iskemia miokard terjadi. Adanya ronki basah dibasal kedua paru
2.4.2 Elektrokardiografi
pektoris. Perubahan EKG yang paling sering ditemukan adalah: depresi segmen
Adanya perubahan segmen ST-T atau hipertrofi ventrikel kiri (walaupun tidak
dapat terjadi, paling sering left bundle branch block (LBBB) dan left anterior
penting, terutama pada pasien dengan EKG istirahat yang normal dan pasien
Bagi pasien yang tidak bisa melakukan uji latih jantung seperti pada
kelompok lanjut usia, penyakit arteri perifer, penyakit paru, artritis, halangan
ortopedik, obesitas, dan pasca stroke ada pilihan pencitraan farmakologis seperti
26
EKG tidak normal, seperti LBBB, sindrom Wolf-Parkinson-White (WPW), irama
pacu jantung, depresi segemen ST 1mm tetapi hasil treadmill sulit dinilai. Ada
pula alat atau modalitas pencitraan stress yang lebih baru, yaitu magnetic
2.4.3 Tatalaksana
Nyeri dada dan iskemia pada APS terjadi karena adanya ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen akibat sumbatan kronis plak ateroma
(aterosklerosis) pada arteri koroner. Karena itu, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah mengenali dan mengobati setiap penyakit jantung yang dapat
kebutuhan oksigen miokard atau gagal jantung, penyakit paru, anemia yang
farmakologis.
mass index, BMI) 18,5 24,9 kg/m3 dan ukuran lingkar pinggang < 80 cm
27
Kendalikan tekanan darah (TD): upayakan modifikasi pola hidup
batasi asupan garam tidak melebihi satu sendok teh per hari, konsumsi
buah-buahan segar dan sayuran 5 porsi per hari, dan produk susu rendah
VII (TD < 140/90 mmHg atau < 130/80 mmHg untuk penderita diabetes
atau penyakit ginjal kronis). Awali pengobatan dengan penyekat beta dan/
Manajemen lipid: diet rendah lemak jenuh (< 7% dari kalori total, asam
lemak trans, dan kolestrol (< 200 mg/hari). Aktivitas fisik harian dan
Terapi dengan obat penurun lipid (pilihan pertama: statin) harus diberikan
bila kadar kolesterol LDL 100 mg/dl dengan tujuan penurunan 30-40%
sampai target < 70 mg/dl. Bila kadar awal kolesterol LDL antara 70-100
kolesterol LDL < 70mg/dl. Bila kadar trigliserida > 200mg/dl, maka kadar
kolesterol non HDL harus < 130 mg/dl (dan penurunan lebih lanjut sampai
28
Obat antiplatelet: mulai dengan aspirin (75-162 mg/hari) seumur hidup
aspirin bila ada kontraindikasi mutlak pada aspirin. Pasca Non- ST Elevasi
selamanya. Bagi pasien yang dilakukan PCI dan mendapat Drug Eluting
bulan.
bradikardia berat, blok-AV derajat dua atau derajat tinggi, sindrom sick
hipertensi, diabetes, atau penyakit ginjal kronis, atau pada pasien yang
pada semua pasien PJK kecuali ada kontraindikasi. ARB dapat dipakai
29
pada pasien yang tidak cocok inhibitor ACE. Antagonis aldosteron
penyekat beta, EF ventrikel kiri 40% dan dengan diabetes atau gagal
jantung.
kontraindikasi.
Pengertian SKA merujuk pada sekumpulan keluhan dan tanda klinis yang
sesuai dengan iskemia miokardium akut. Sindrom koroner akut merupakan suatu
gangguan aliran darah koroner parsial hingga total ke miokard secara akut.
Berbeda dengan angina pektoris stabil, gangguan yang statis namun terutama
Sehingga gejala yang timbul berupa nyeri dada dengan intensitas nyeri yang
30
dinamis sesuai dengan derajat penyempitan yang dipengaruhi oleh komponen
secara bersamaan namun tidak seimbang. Pada keadaan ini pembentukan trombus
lebih dominan dari proses lisis, sehingga terjadi episode peningkatan penyempitan
atau bahkan oklusi arteri koroner dengan dampak iskemia hingga infark jaringan
2.5.1 Angina Pektoris Tidak Stabil (APTS), Infark Miokard Tanpa Elevasi
istirahat (atau latihan ringan), biasanya berlangsung > 10 menit, 2. Gejala berat
dan baru pertama kali timbul dan atau 3. Muncul dengan pola crescendo (lebih
simptom iskemia sesuai SKA, tanpa terjadi peningkatan enzim petanda jantung
iskemia (depresi segmen ST, inversi gelombang T dan elevasi segmen ST yang
transien).
31
Infark Miokard Tanpa Elevasi Segmen ST (NSTEMI) adalah keadaan
pasien dengan manifestasi sama seperti APTS, tetapi disertai peningkatan enzim
Sebagian besar pasien SKA datang dengan keluhan nyeri dada (angina
pektoris), rasa berat atau rasa seperti ditekan, atau rasa seperti dicengkam
dibelakang sternum, bisa menjalar ke rahang, bahu, punggung, atau lengan. Kalau
pada angina pektoris stabil keluhan nyeri dada ini hanya berlangsung kurang dari
15 menit, pada SKA berlangsung lebih lama. Namun pada populasi lanjut usia ( >
75 tahun), wanita dan diabetes, keluhan tidak khas. Pada pasien lanjut usia lebih
sering terjadi NSTEMI, dan presentasinya sering atipikal, seperti sinkop, lemas
Keluhan angina pada SKA biasanya disertai dengan keringat dingin karena
respons simpatis, mual dan muntah karena stimulasi vagal, rasa lemas tidak
bertenaga.
perburukan keluhan dimana angina terjadi lebih sering, durasi lebih lama
32
Diagnosa SKA merupakan rule out diagnosis, yang didasarkan atas hasil
anamnesis, pemeriksaan fisik, EKG dan enzim petanda jantung. Atas dasar unsur-
unsur tersebut, maka dapat dikategorikan dalam tiga tingkat kemungkinan suatu
keadaan SKA.
A B C
Kemungkinan besar Kemungkinan Kemungkinan
sedang kecil
Didapatkan salah satu Tidak didapatkan Tidak didapatkan
temuan berikut: temuan pada kolom temuan pada
A, tetapi didapatkan kolom A atau B,
salah satu temuan tetapi didapatkan
berikut: salah satu temuan
berikut:
Anamnesis Keluhan utama berupa Keluhan utama - Keluhan iskemik
nyeri atau rasa tidak berupa nyeri atau rasa tidak jelas
nyaman di dada atau tidak nyaman di dada - Riwayat
lengan kiri, ditambah: atau lengan kiri, pemakaian
Riwayat nyeri dada ditambah: kokain
sebelumnya, dan - Usia > 70 tahun
pasien dikenal sebagai - Laki-laki
pengindap PJK, - Diabetes
termasuk riwayat IMA
Pemeriksaan - Regurgitasi Mitral Penyakit vaskular Rasa tidak nyaman
Fisik transien ekstra-kardiak di dada akibat
- Hipotensi berdebar-debar
- Keringat dingin
- Edema paru atau
ronki basah halus
EKG Deviasi segmen ST - Gel. Q EKG normal atau
( 0,5 mm transien - Abnormalitas gel.T mendatar
atau baru atau segmen ST atau atau terbalik pada
inversi gel. T ( 2 gel. T lama sadapan dengan
mm) dengan keluhan gel.R yang
dominan
Enzim - Peningkatan Normal Normal
jantung Troponin I atau T
- Peningkatan CKMB
33
Angina pektoris tidak stabil/ NSTEMI paling sering disebabkan oleh
mungkin berperan pada terjadinya APTS/NSTEMI yaitu: 1. Ruptur atau erosi plak
dengan lapisan trombus non oklusif, diyakini sebagai penyebab paling sering;
pada pasien seperti ini, NSTEMI dapat terjadi karena embolisasi aliran hilir oleh
takikardia, anemia). Pada seseorang, mungkin saja terjadi lebih dari satu proses
CAD di tiga pembuluh, 30% di dua pembuluh, 40% di satu pembuluh, dan 10%
tidak ditemukan stenosis arteri koroner; beberapa pasien dari kelompok tanpa
34
Trombus merah lebih dengan APTS/ NSTEMI sering kali memiliki beberapa plak
35
2.5.1.1 Pemeriksaan fisik
segera dilakukan upaya untuk menyingkirkan nyeri dada non kardiak atau
kelainan kardiak yang non iskemia (seperti emboli pulmonal, diseksi aorta,
pneumothorax, pneumonia).
untuk menegakkan diagnosis kerja dalam 10 menit setelah pasien bertemu tenaga
medis. Gambaran EKG berupa depresi segmen ST, inversi gelombang T dan
sadapan bisa normal, terutama pada iskemia posterior (sadapan V7-9) atau
EKG 12 sadapan secara kontinu dan saat pasien mengalami angina. Oleh karena
itu, dianjurkan untuk mengulang pemeriksaan EKG setiap 6 jam (serial) atau bila
36
Gambar 3: Pasien nyeri dada disertai perubahan EKG berupa T inversi di
dinding anterior ventrikel kiri (V1-V6)
Sumber: http://www.ems12lead.com/2014/11/18/anterior-t-wave-inversions-and-
pe/, diakses tanggal 25 April 2017
Pada pasien yang datang dalam 4 jam setelah awitan simptom, diagnosis APTS
NSTEMI, di mana peningkatan kadar marka jantung tersebut akan terjadi dalam
waktu 2 hingga 4 jam. Penggunaan troponin I/T untuk diagnosis NSTEMI harus
digabungkan dengan kriteria lain yaitu keluhan angina dan perubahan EKG.
nilai normal atas (upper limit of normal, ULN). Dalam menentukan kapan marka
37
menentukan awitan angina. Tes yang negatif pada satu kali pemeriksaan awal
tidak dapat dipakai untuk menyingkirkan diagnosis infark miokard akut. Kadar
troponin pada pasien infark miokard akut meningkat di dalam darah perifer 3 4
jam setelah awitan infark dan menetap sampai 2 minggu. Peningkatan ringan
kadar troponin biasanya menghilang dalam 2 hingga 3 hari, namun bila terjadi
Mengingat troponin I/T tidak terdeteksi dalam darah orang sehat, nilai
ambang peningkatan marka jantung ini ditetapkan sedikit di atas nilai normal
yang ditetapkan oleh laboratorium setempat. Perlu diingat bahwa selain akibat
STEMI dan NSTEMI, peningkatan kadar troponin juga dapat terjadi akibat:
2. Miokarditis
3. Dissecting aneurysm
4. Emboli paru
38
Gambar 4: Waktu timbulnya berbagai jenis marka jantung
(Dikutip dari Bertrand ME, et al. Eur Heart J 2002;23:18091840) dalam
Pedoman tatalaksana sindrom koroner akut PERKI 2015, diakses tanggal 25 April
2017
Beberapa cara stratifikasi risiko telah dikembangkan dan divalidasi untuk SKA.
antitrombotik.
Stratifikasi risiko TIMI ditentukan oleh jumlah skor dari 7 variabel yang masing
39
masing setara dengan 1 poin. Variabel tersebut antara lain adalah usia 65 tahun,
3 faktor risiko, stenosis koroner 50%, deviasi segmen ST pada EKG, terdapat 2
kali keluhan angina dalam 24 jam yang telah lalu, peningkatan marka jantung, dan
penggunaan asipirin dalam 7 hari terakhir. Dari semua variabel yang ada, stenosis
koroner 50% merupakan variabel yang sangat mungkin tidak terdeteksi. Jumlah
skor 0-2: risiko rendah (risiko kejadian kardiovaskular <8,3%); skor 3-4 : risiko
menengah (risiko kejadian kardiovaskular <19,9%); dan skor 5-7 : risiko tinggi
untuk prediksi kematian 30 hari dan 1 tahun pada berbagai spektrum SKA
termasuk UAP/NSTEMI.
Parameter Skor
Usia 65 tahun 1
3 faktor risiko PJK (hipertensi, riwayat PJK dalam keluarga, 1
hiperkolestrolemia, diabetes, perokok aktif)
Pemakaian aspirin dalam 7 hari terakhir 1
2 episode angina dalam 24 jam terakhir 1
Peningkatan enzim jantung (CK-MB, Troponin) 1
Deviasi segmen ST 0,5 mm, yaitu depresi segmen ST 0,5 mm 1
atau ST elevasi 0,5 mm yang transien (< 20 menit)
Diketahui menderita PJK 1
(Angiogram koroner sebelumnya menunjukkan stenosis > 50%)
Sumber: Pedoman tatalaksana sindrom koroner akut PERKI 2015
40
Tabel 4: Statifikasi risiko berdasarkan skor TIMI
berdasarkan indikator klinis gagal jantung sebagai komplikasi infark miokard akut
41
2.5.1.5 Penatalaksanaan APTS/NSTEMI
salah satu dari: STEMI, NSTEMI dan kemungkinan diagnosis SKA rendah
(Rilantono, 2015).
Dilakukan bila pasien memenuhi salah satu kriteria risiko sangat tinggi (very
high risk)
Dilakukan bila pasien memiliki skor GRACE >140 atau dengan salah satu
Dilakukan bila pasien memenuhi salah satu kriteria risiko tinggi (high risk) atau
(Kelas III-A)
42
Tabel 5: Kriteria stratifikasi risiko sangat tinggi untuk strategi invasif
Strategi ini dilakukan pada pasien yang tidak memenuhi kriteria risiko tinggi dan
Tidak ada kelainan pada EKG awal atau kedua (dilakukan pada jam ke-6 hingga
9)
Tidak ada peningkatan nilai troponin (saat tiba atau antara jam ke-6 hingga 9)
43
Terapi anti-iskemia dan analgesik
ventrikel dan tekanan baji arteri pulmonalis, sehingga berguna pada pasien
turun
Pemberian nitrat bentuk apapun harus dihindari pada keadaan dibawah ini:
44
Dosis dan cara pemberian
5 menit
Bila tidak ada respons pada dosis 20 mcg/menit dapat ditingkatkan dengan
Morfin diberikan untuk mengatasi nyeri dada dan ansietas dengan dosis awal
2-4 mg, dapat ditingkatkan hingga 8 mg dan diulang setiap 5-15 menit. Namun
Agen Antiplatelet
Peran aktivasi dan agregasi platelet sangat besar pada propagasi trombus,
45
- Penyekat reseptor P2Y12: Clopidogrel, Prasugrel dan Ticagrelor
NSTEMI:
anatomi koroner telah diketahui dan dilakukan PCI, kecuali mempunyai faktor
risiko untuk terjadi perdarahan masif dan kontraindikasi lainya. *Saat artikel
46
Pada pasien dengan penyekat reseptor P2Y12 dan perlu menjalani operasi
IIb/IIIa dapat diberikan pada pasien IKP yang telah mendapatkan DAPT dengan
risiko tinggi (misalnya peningkatan troponin, trombus yang terlihat) apabila risiko
perdarahan rendah (Kelas I-B). Agen ini tidak disarankan diberikan secara rutin
sebelum angiografi (Kelas III-A) atau pada pasien yang mendapatkan DAPT yang
Antikoagulan
kedua agen akan lebih efektif dari pada hanya pemberian salah satu agen saja.
47
- Penghambat faktor Xa direk: Bivalirudin
yang paling baik. Dosis yang diberikan adalah 2,5 mg setiap hari secara
bolus UFH (85 IU/kg diadaptasi ke ACT, atau 60 IU untuk mereka yang
I-B).
5. Enoksaparin (1 mg/kg dua kali sehari) disarankan untuk pasien dengan risiko
6. Heparin tidak terfraksi (UFH) dengan target aPTT 50-70 detik atau heparin
C).
48
7. Dalam strategi yang benar-benar konservatif, pemberian antikoagulasi perlu
dilanjutkan hingga saat pasien dipulangkan dari rumah sakit (Kelas I-A).
JENIS DOSIS
Fondaparinux 2,5 mg subkutan
Enoxaparin 1 mg/kg, dua kali sehari
Unfractionated Heparin (UFH) Bolus i.v. 60 U/g, dosis maksimal
4000 U.
Infus i.v. 12 U/kg selama 24-48 jam
dengan dosis maksimal 1000 U/jam
target aPTT 11/2 2 x kontrol
Sumber: Pedomana tatalaksana Sindrom Koroner Akut PERKI, 2015
Revaskularisasi Koroner
mulai dari risiko rendah hingga risiko tinggi; sehingga stratifikasi risiko menjadi
49
Pasien dinyatakan berisiko sangat tinggi dan membutuhkan pendekatan
invasif mendesak (dalam 2 jam), bila ditemukan salah satu tanda dibawah ini:
- Instabilitas hemodinamik
intervention) dan metode bedah pintas koroner (coronary artery bypass graft,
CABG) tergantung banyak faktor, yaitu: kondisi pasien adanya gambaran risiko
tinggi, penyakit komorbid dan berat serta banyaknya lesi berdasarkan hasil
penyempitan pada satu pembuluh darah (lesi culprit). Pada keadaan ini
kembali. Tipe cincin dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: stent bersalut obat
(DES: drug eluting stent) dan cincin tanpa salutan obat (BMS: bare metal stent).
50
Drug eluting stent lebih unggul dalam menurunkan kejadian restenosis,
restenosis lebih tinggi pada penggunaan BMS, DAPAT dapat diberikan minimal 1
51
Gambar 5: Alogaritme penanganan SKA
miokard transmural, akibat oklusi total arteri koroner oleh trombus. Bila tidak
yang berarti bila tidak dilakukan reperfusi segera, maka otot jantung tidak akan
52
Pasien yang datang dengan STEMI biasanya memiliki riwayat angina atau
penyakit jantung koroner, usia lanjut dan kebanyakan laki-laki. Kejadian sebagian
besar timbul pada pagi hari, berhubungan dengan aktivitas neurohormonal dan
dada prekordial atau sesak nafas. Pasien baisanya menggambarkan sebagai sensasi
leher, rahang, bahu kiri dan lengan kiri. Nyeri dada umumnya cukup hebat
sehingga terjadi aktivasi simpatis berupa mual, muntah dan keringat dingin.
Dokter harus waspada pada beberapa pasien dengan gejala atipikal seperti nyeri
pada lengan atau bahu, sesak nafas akut, sinkop atau aritmia. Pasien dengan
elevasi segmen ST tanpa gejala, harus dicurigai sebab lain elevasi ST selain
cedera miokard. Kematian sebagian besar terjadi pada jam-jam pertama setelah
STEMI, oleh karena gangguan irama ventrikular fibrilasi; kejadian ini sering
2015).
Terdapat tiga tipe utama diagnosis banding STEMI. Pertama, ada beberapa
contoh diseksi aorta akut dimana flap diseksi meluas ke pembuluh darah koroner
kiri yang utama atau lebih sering koroner kanan. Kelompok kedua terdapat
53
kondisi dengan EKG mencurigakan namun bukan STEMI seperti perikarditis
akut, dengan elevasi ST difus dan depresi PR menyerupai STEMI. Akhirnya, ada
kondisi yang menimbulkan nyeri dada tanpa iskemia miokardial, seperti emboli
EKG 12 Sadapan
LBBB baru pada kondisi klinis yang sama dapat dianggap setara. Elevasi ST
54
mm pada dua atau lebih sadapan ekstremitas dan prekordial bersebelahan sesuai
Perlu diingat EKG pada pasien dengan STEMI merupakan EKG yang
berevolusi berawal dari suatu cidera dengan gambaran EKG pada jam pertama
hiperakut T diikuti dengan elevasi segmen ST. Kemudian dalam 2-8 jam ST
55
Gambar 5: Evolusi STEMI
Sumber: http://www.medicinesia.com/wp-content/uploads/2013/11/Evolusi-EKG-
pada-STEMI.png, diakses tanggal 29 April 2017
untuk semua pasien dengan gejala yang timbul dalam 12 jam dengan elevasi
segmen ST yang menetap atau Left Bundle Branch Block (LBBB) yang (terduga)
baru. Terapi reperfusi (sebisa mungkin berupa IKP primer) diindikasikan apabila
terdapat bukti klinis maupun EKG adanya iskemia yang sedang berlangsung,
bahkan bila gejala telah ada lebih dari 12 jam yang lalu atau jika nyeri dan
pertama adalah menentukan ada tidaknya rumah sakit sekitar yang memiliki
fasilitas IKP. Bila tidak ada, langsung pilih terapi fibrinolitik. BIla ada, pastikan
waktu tempuh dari tempat kejadian (baik rumah sakit atau klinik) ke rumah sakit
tersebut apakah kurang atau lebih dari (2 jam). Jika membutuhkan waktu lebih
diberikan, jika memungkinkan pasien dapat dikirim ke pusat dengan fasilitas IKP
(PERKI, 2015).
56
Intervensi koroner perkutan primer
dengan fibrinolisis apabila dilakukan oleh tim yang berpengalaman dalam 120
menit dari waktu kontak medis pertama. IKP primer diindikasikan untuk pasien
dengan gagal jantung akut yang berat atau syok kardiogenik, kecuali bila
diperkirakan bahwa pemberian IKP akan tertunda lama dan bila pasien datang
dengan awitan gejala yang telah lama. Stenting lebih disarankan dibandingkan
angioplasti balon untuk IKP primer. Tidak disarankan untuk melakukan IKP
secara rutin pada arteri yang telah tersumbat total lebih dari 24 jam setelah awitan
gejala pada pasien stabil tanpa gejala iskemia, baik yang telah maupun belum
diberikan fibrinolisis. Bila pasien tidak memiliki indikasi kontra terhadap terapi
Sekitar 50% kasus STEMI mempunyai penyempitan lebih dari satu arteri
pada lesi culprit, yaitu lesi di arteri yang berhubungan dengan daerah infark. Pada
Kelebihan PCI primer, dapat mengidentifikasi lesi culprit terkait infark dan
anatomi koroner yang lainnya. Pada PCI primer dianjurkan untuk menggunakan
segera pada kasus fibrinolitik yang tidak berhasil. Rescue PCI dilakukan bila
57
terdapat tanda-tanda iskemia secara klinis (nyeri dada berulang atau perubahan
segmen ST) atau kapasitas latihan rendah atau stress test farmakologi
Terapi Bedah
dan segera pada STEMI tanpa komplikasi. Namun, setelah upaya awal dengan
PCI atau reperfusi fibrinolitik telah dilakukan, nyeri dada menetap/berulang, atau
anatomi koroner risiko tinggi (stenosis left-main atau triple-vessel disease pada
ini, sebaiknya menunggu paling sedikit 24 jam setelah STEMI dan setelah
dibutuhkan sebagai jembatan unutk pembedahan pada kasus nyeri dada menetap ,
Terapi Fibrinolitik
Terapi ini juga mengubah konsep tatalaksana SKA dengan elevasi ST dalam 3 hal
yaitu:
58
3. Karena manfaat fibrinolisis menurun bila terlambat diberikan,
penelitian ini, total oklusi trombus koroner ditemukan pada 87% dari 126 pasien
yang menjalani angiografi koroner 4 jam setelah timbulnya simptom IMA. Ini
penyebab kejadian IMA, sehingga obat trombolitik bisa memegang peranan dalam
terapi IMA.
Streptokinase merupakan fibrinolitik yang terluas dipakai di dunia, dan juga yang
Streptokinase (SK): 1,5 juta unit dilarutkan dalam 100 ml D5% atau NaCl
59
Alteplase (tPA) : 15 mg I.V bolus dilanjutkan 0,75 mg/kgBB selama 30
60
Langkah-langkah pemberian fibrinolisis pada pasien STEMI
Waktu sejak awitan gejala (kurang dari 12 jam atau lebih dari 12 jam
Langkah 2: Tentukan pilihan yang lebih baik antara fibrinolisis atau strategi
invasif untuk kasus tersebut Bila pasien < 3 jam sejak serangan dan IKP dapat
dilakukan tanpa penundaan, tidak ada preferensi untuk satu strategi tertentu.
Pasien datang kurang dari 3 jam setelah awitan gejala dan terdapat
Transportasi bermasalah
dari 90 menit
61
Keadaan di mana strategi invasif lebih baik:
dari 90 menit
Syok kardiogenik
Kelas Killip 3
62
2.5.3 Syok Kardiogenik
indeks jantung berat (< 2,2 [L/menit]/m2) dan hipotensi arteri sistolik terus
baji kapiler pulmonal [pulmonary capillary wedge pressure, PCWP] >18 mmHg).
gagal miokardium primer, paling sering disebabkan oleh infark miokardium akut
dan jarang oleh kardiomiopati atau miokarditis, tamponade jantung atau penyakit
2.5.3.1 Patofisiologi
ventrikel kiri dan PCWP serta kongesti paru. Penurunan perfusi koroner
kerja jantung secara drastis, yang jika tidak tertangani, sering berakibat fatal.
Sindrom respons peradangan sistemik dapat menyertai infark luas dan syok.
63
terjadinya syok kardiogenik sama seperti yang terjadi pada bentuk lain. Asidosis
latat akibat perfusi jaringan yang buruk dan hipoksemia akibat edema paru dapat
disebabkan oleh kegagalan pompa dan berperan dalam lingkaran setan dengan
Takiaritmia atrium atau ventrikel kronis yang refrakter dapat menyebabkan atau
64
2.5.3.2 Gejala Klinis
seta tampak pucat, gelisah dan diaforetik. Kondisi mental dapat terganggu,
disertai somnolen, kebingungan, dan agitasi. Denyut jantung biasanya lemah dan
cepat, sering berkisar 90-110x/menit, atau terjadi bradikardia berat akibat blokade
jantung tingkat tinggi. Tekanan darah sistolik menurun (< 90 mmHg) dengan
tekanan nadi sempit (< 30 mmHg), tetapi kadang-kadang tekanan darah dapat
pelan, dan gallop S3 dapat terdengar. Ronki dapat didengar pada sebagian besar
2.5.3.3 Penatalaksanaan
Pada syok kardiogenik (TD sistolik < 100 mmHg), pemberian furosemid
dan nitrat adalah kontraindikasi. Dalam kondisi demikian, maka obat pilihan
adalah inotropik per intravenous yaitu dobutamin dan dopamin yang mampu
meningkatkan cardiac output. Perlu ditekankan disini bahwa indikasi kedua obat
ini adalah syok kardiogenik dan bukan pada pasien hipotensi. Dopamin dan
dobutamin adalah obat athrenergik yang sebaiknya diberikan pada dosis sekecil
65
Dobutamin
merupakan obat inotropik prioritas pertama untuk diberikan pada penderita syok
5% atau NaCl 0,9%) dengan dosis 2,5-5 g/ KgBB/ menit meningkatkan cardiac
hati karena pada dosis ini terjadi penurunan tahanan sistemik yang dapat
Dopamin
66
demikian dopamin dosis rendah merupakan inotropik pilihan pada syok
kardiogenik akibat infark miokard akut, karena efek diuresis pada dosis ini
Pemberian dosis rendah selama 2 3 hari biasanya cukup aman dengan ketentuan
bahwa volume darah yang beredar tetap adekuat, dan penderita tidak berada
dalam keadaan syok hipovolemik. Obat ini harus diberhentikan secara bertahap
gangren. Karena dopamin sangat iritatif, maka infus dopamin harus dilakukan
67
Gambar 8: Skema Penanganan Syok Kardiogenik
pasien harus memiliki tampilan berupa: Gejala gagal jantung (nafas pendek yang
tipikal saat istrahat atau saat melakukan aktifitas disertai / tidak kelelahan); tanda
retensi cairan (kongesti paru atau edema pergelangan kaki); adanya bukti objektif
dari gangguan struktur atau fungsi jantung saat istrahat (PERKI, 2015).
68
Gagal jantung menahun
GEJALA TANDA
TIPIKAL SPESIFIK
- Sesak nafas - Peningkatan JVP
- Ortopneu - Refluks hepatojugular
- Paroxysmal nocturnal dyspnoe - Suara jantung S3 (gallop)
- Toleransi aktifitas yang berkurang - Apex jantung bergeser ke lateral
- Cepat lelah - Bising jantung
- Begkak di pergelangan kaki
KURANG TIPIKAL KURANG TIPIKAL
69
Tabel 12: Klasifikasi Gagal Jantung Menurut AHA (American Heart
secara cepat (< 24 jam) akibat kelainan fungsi jantung, gangguan fungsi sistolik
atau diastolik atau irama jantung atau kelebihan beban awal (preload), beban
akhir (afterload), atau kontraktilitas dan keadaan ini dapat mengancam jiwa bila
70
Beberapa terminologi yang telah digunakan sebagai istilah acute heart
Volume Overload
- Dispneu saat melakukan kegiatan
- Orthopnea
- Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)
- Ronchi
- Cepat kenyang
- Mual dan muntah
- Hepatosplenomegali, hepatomegali, atau splenomegali
- Distensi vena jugular
- Reflex hepatojugular
- Asites
- Edema perifer
Hipoperfusi
- Kelelahan
- Perubahan status mental
- Penyempitan tekanan nadi
- Hipotensi
- Ekstremitas dingin
- Perburukan fungsi ginjal
Sumber: www.ashpadvantage.com/website_images/pdf/adhf_scios_06.pdf.
71
Tatalaksana Acute Decompensated Heart Failure
Sumber: www.ashpadvantage.com/website_images/pdf/adhf_scios_06.pdf.
72
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Anteroseptal.
oleh gejala yang dialami os yaitu sesak napas. Selama perawatan os juga
tidur dengan posisi 450. Maka terapai yang diberikan Furosemide jika TD
3.2. Kritik
73
Obat-obat kardiovaskuler tidak tersedia di apotik rumah sakit, sehingga
pasien dianjurkan untuk membeli obat diluar apotik rumah sakit. Hal ini
pasien Tn.AD ke status map kuning, padahal pasien Tn.AD telah dirawat 3
hari di ruang IGD. Sehingga data perjalanan penyakit dan terjadinya syok
tidak lengkap.
3.3 Saran
Pelatihan dan kursus EKG pada dokter dan perawat terutama yang
74