Anda di halaman 1dari 70

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembangunan nasional merupakan kegiatan dalam upaya pembangunan yang
berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan Keluarga.Untuk melaksanakan
pembangunan nasional yang bercita cita membangun Indonesia seluruhnya, maka sudah
sepantasnya jika kita berusaha meningkatkan taraf hidup Keluarga dengan jalan
meningkatkan taraf kesehatan manusia mulai sejak bayi.(Depkes RI 2008).
Salah satu program untuk mencapai Indonesia sehat 2015 adalah upaya pencegahan
pemberantasan penyakit menular. Salah satu penyakit ini adalah Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (ISPA). Dimana ISPA mendapatkan prioritas utama karena penyakit tersebut adalah
salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada usia dibawah 5 tahun (Ngatisyah,
2005).
Infeksi saluran pernafasan akut merupakan salah satu masalah penyakit menular yang
masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan merupakan penyebab utama kesakitan
dan kematian anak bawah lima tahun (balita). Menurut temuan Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) yang dikutip dari data DEPKES tahun 2007 diperkirakan sepuluh juta anak
meninggal tiap tahun yang disebabkan diare, HIV-AIDS, malaria dan ISPA (Irawan, 2009).
Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (RIKESDAS) ISPA menempati urutan
pertama penyebab kematian pada balita 18,2% tahun 2010 dan 38,8% tahun 2011. Selain itu,
ISPA juga sering berada pada daftar sepuluh penyakit terbesar di rumah sakit. Berdasarkan
data dari P2 program ISPA tahun 2009 cakupan penderita ISPA melampaui target 13,4%
hasil yang diperoleh 18.479 kasus, sementara target yang ditetapkan hanya 16.534 kasus.
Survey mortalitas yang dilakukan di subdit ISPA tahun 2010 menempatkan ISPA atau
pneumonia sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentase 22,3%
dari seluruh kematian balita (Ditjen Bina Yanmedik, 2009 dan DEPKES RI, 2012).
Menurut data dari survey sosial ekonomi nasional (SUSENAS) tahun 2002, prevalensi
keluhan ISPA balita di Indonesia sebesar 18,7%, di perkotaan 21,6% lebih tinggi
dibandingkan di pedesaan. Sebanyak 40-60% kunjungan berobat di puskesmas dan 15-30%
kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan bagian rawat inap disebabkan oleh ISPA.
Penyebab ISPA paling berat disebabkan oleh infeksi stertococcus pneumonia atau
haemophylus influenza (DEPKES, 2000). Di Sumatera Utara khususnya di kota Medan,
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 1
sepanjang 2008 ada sekitar 220.018 warga menderita ISPA dan Di kabupaten Deli Serdang
sendiri tahun 2008 diketahui angka morbiditas kasus ISPA sebanyak 12.871 kasus (37,1%)
dengan rincian 6.638 kasus terjadi pada kelompok umur bayi (51,5%) dan 6.223 kasus pada
usia 1-4 tahun (48,5%) (Agustama, 2008).
Selain infeksi bakteri tersebut diatas, factor polusi udara seperti paparan abu vulkanik
merupakan salah satu penyebab ISPA
Begitu juga dengan kasus ISPA di wilayah kerja Puskesmas Pancurbatu Kabupaten
Deli Serdang yang membawahi 22 desa merupakan daerah lalu lintas penghubung Medan
Berastagi berkaitan dengan tingginya polusi udara dari asap kendaraan serta paparan abu
vulkanik dari letusan gunung Sinabung serta dari sepuluh penyakit terbesar di Puskesmas
Pancurbatu , penyakit ISPA selalu menduduki peringkat teratas setiap tahunnya . Dimana
pada tahun 2015 awal januari sampai dengan bulan July tercatat sebanyak 3904 jiwa dari
77.975 jiwa terkena ISPA dari jumlah penduduk 19.771KK. Tercatat ada 4554 kasus ISPA
dari 18,889 kunjungan orang yang berobat ke Puskesmas Pancurbatu pada tahun 2014.

Daftar Penyakit Terbesar di Puskesmas Pancurbatu


Periode
Januari - Agustus 2015
Daftar 10 Penyakit Terbanyak Bulan Januari 2015

No Nama Penyakit Jumlah


1 ISPA 820
2 Dyspepsia 506
3 Hipertensi 490
4 Diare 141
5 Penyakit Pada Sistem Jaringan dan 128
Otot
6 Diabetes Mellitus 106
7 Asma 88
8 Infeksi Telinga Mastoid 78
9 Penyakit Kulit Infeksi 58
10 Penyakit Kulit Alergi 58

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 2
Daftar 10 Penyakit Terbanyak Bulan Febuari 2015

No Nama Penyakit Jumlah


1 Dyspepsia 852
2 ISPA 470
3 Hipertensi 384
4 Diabetes Mellitus 254
5 Diare 150
6 Asma 151
7 Penyakit Pada Sistem Jaringan dan 111
Otot
8 Typhoid 104
9 Penyakit Kulit Alergi 98
10 Penyakit Kulit Karena Jamur 94

Daftar 10 Penyakit Terbanyak Bulan Maret 2015

No Nama Penyakit Jumlah


1 ISPA 620
2 Dyspepsia 388
3 Hipertensi 353
4 Penyakit pada Sistem Jaringan dan 183
Otot
5 Penyakit Kulit Alergi 173
6 Penyakit Kulit Infeksi 169
7 Asma 166
8 Gastritis 127
9 Infeksi Telinga Tengah 109
10 Diabetes Mellitus 108

Daftar 10 Penyakit Terbanyak Bulan April 2015

No Nama Penyakit Jumlah


1 ISPA 229
2 Dyspepsia 207
3 Hipertensi 158
4 Penyakit Pada Sistem Jaringan dan 63
Otot
5 Diabetes Mellitus 50
6 Asms 50
7 Penyakit Kulit Infeksi 47
8 Diare 47
9 Penyakit Kulit Alergi 38
10 Penyakit Pada Telinga 18

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 3
Daftar 10 Penyakit Terbanyak Bulan Mei 2015

No Nama Penyakit Jumlah


1 ISPA 675
2 Hipertensi 311
3 Penyaki Pada Sistem Jaringan dan 184
Otot
4 Dyspepsia 164
5 Diabetes Mellitus 114
6 Diare 110
7 Asma 109
8 Infeksi Saluran Tengah 108
9 Penyakit Kulit Infeksi 96
10 Penyakit Kulit Alergi 95

Daftar 10 Penyakit Terbanyak Bulan Juni 2015

No Nama Penyakit Jumlah


1 ISPA 538
2 Dyspepsia 432
3 Hipertensi 314
4 Penyakit Pada Sistem Jaringan Otot 184
5 Penyakit Kulit Infeksi 92
6 Penyakit Kulit Alergi 88
7 Penyakit Lainnya 83
8 Diare 81
9 Asma 80
10 Infeksi Telinga Tengah 43

Daftar 10 Penyakit Terbanyak Bulan Juli 2015

No Nama Penyakit Jumlah


1 ISPA 518
2 Hipertensi 339
3 Reumatik 210
4 Penyakit Kulit Infeksi 132
5 Asma 119
6 Diare 106
7 Diabetes Mellitus 94
8 Penyakit Kulit Alergi 90
9 Infeksi Telinga Tengah 79
10 Penyakit Mata 78

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 4
Daftar 10 Penyakit Terbanyak Bulan Agustus 2015

No Nama Penyakit Jumlah


1 ISPA 522
2 Hipertensi 355
3 Penyakit Kulit Infeksi 152
4 Penyakit Kulit Alergi 149
5 Diare 101
6 Diabetes Melitus 98
7 Infeksi Telinga Tengah 96
8 Penyakit Mata 88
9 Asma 85
10 Disentri 74

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 5
Tabel Data Angka Kesakitan ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu
Bulan Agustus 2015
No. Nama Desa Jumlah Jumlah
Penduduk Kasus
(Jiwa)
1 Desa Lama 5855 71 Kasus
2 Durin Tonggal 2157 13 Kasus
3 Namo Bintang 6480 46 Kasus
4 Namo Simpur 1339 25 Kasus
5 Salam Tani 1667 25 Kasus
6 Namo Riam 1892 17 Kasus
7 Desa Hulu 4678 75 Kasus
8 Tanjung Anom 1118 9 Kasus
9 Desa Baru 7201 45 Kasus
10 Simalingkar A 2783 3 Kasus
11 Desa Tengah 2772 47 Kasus
12 Tuntungan I 4880 11 Kasus
13 Tuntungan II 2156 8 Kasus
14 Bintang Meriah 1326 6 Kasus
15 Pertampilen 1797 24 Kasus
16 Sugau 1528 8 Kasus
17 Namo Rih 1489 28 Kasus
18 Tiang Layar 1686 17 Kasus
19 Durin Simbelang 2783 21 Kasus
20 P Simalingkar 7795 8 Kasus
21 Sembahe Baru 3300 12 Kasus
22 Durin Jangak 2156 11 Kasus

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Anggota Keluarga dalam Upaya Pencegahan
dan Penanggulangan tentang Penyakit ISPA di Desa Hulu, Kecamatan Pancur Batu,
Kabupaten Deli Serdang tahun 2015.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 6
1.2 Rumusan Masalah
Desa Hulu merupakan salah satu dari 22 desa di Kecamatan Pancur Batu yang memiliki
jumlah penduduk yaitu 4678 jiwa, memiliki 1170 KK, dan memiliki jumlah penderita ISPA
tertinggi pada bulan Agustus tercatat sebanyak 75 kasus, dimana wilayah Desa Hulu
mencakup 4 Dusun dengan luas wilayah 2,14 km2. Desa Hulu juga merupakan wilayah padat
hunian.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum peneliti adalah untuk mengetahui sejauh mana Gambaran
Perilaku Keluarga dalam Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit ISPA di
Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui :
a. Tingkat pengetahuan Keluarga tentang Gambaran perilaku dalam Upaya
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit ISPA di Desa Hulu Kecamatan Pancur
Batu, Kabupaten Deli Serdang.
b. Sikap Keluarga tentang Gambaran perilaku dalam Upaya Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit ISPA di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten
Deli Serdang.
c. Tingkat tindakan Keluarga dalam Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
ISPA di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang.

1.4 Manfaat
Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan lingkungan di wilayah kerja
Puskesmas Pancur Batu dalam hal upaya Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
ISPA di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang.
Bagi Dinas Kesehatan
Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten dalam hal upaya
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit ISPA di Desa Hulu Kecamatan Pancur
Batu, Kabupaten Deli Serdang.
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 7
Bagi Keluarga
Sebagai bahan masukan untuk menambah pengetahuan tentang Upaya
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit ISPA di Desa Hulu Kecamatan Pancur
Batu, Kabupaten Deli Serdang.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku Kesehatan
Menurut Notoadmodjo (2008), perilaku dipandang dari segi biologis adalah suatu
kegiatan atau aktifitas organism yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakikatnya
adalah suatu aktifitas dari pada manusia itu sendiri.
Menurut Sarwono (2004), perilaku manusia merupakan hasil dari pada segala macam
pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon atau reaksi
individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini
dapat bersifat pasif (tanpa tindakan) maupun aktif (disertai tindakan). Secara lebih
operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organism atau seseorang terhadap
rangsangan (stimulus) dari luar subjek. Respon ini berbentuk dua macam yaitu:
(Notoadmodjo, 2008)
1. Bentuk Pasif
Adalah respon internal, yaitu yang terjadi dalam diri manusia dan tidak secara
langsung dapat dilihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin
dan pengetahuan. Misalnya seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu dapat mencegah
suatu penyakit tertentu. Contoh lain seseorang yang menganjurkan orang lain untuk
mengikuti keluarga berencana (KB) meskipun ia tidak ikut KB. Dari kedua contoh
tersebut terlihat bahwa si ibu telah mempunyai sikap yang pasif untuk mendukung
KB, meskipun dia sendiri belum melakukan secara konkrit terhadap kedua hal
tersebut, oleh karena itu perilaku mereka ini masih terselubung (cover Behavior).

2. Bentuk Aktif
Yaitu apabila perilaku tersebut jelas dapat diobservasisecara langsung, misalnya pada
contoh kedua tersebut diatas si ibu sudah membawa anaknya ke Puskesmas atau
fasilitas kesehatan lain untuk imunisasi dan orang pada kasus kedua sudah menjadi
aksptor KB. Oleh karena itu perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk
tindakan nyata (Overt Behavior).
Berikut ini adalah beberapa domain perilaku yaitu:

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 9
a) Pengetahuan (Knowlegde)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu, yakni dengan indera penglihatan,
pendengaran, penghidu, rasa dan raba sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2008). Ada enam tingkatan
pengetahuan yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari dengan menyebutkan,
menguraikan, mendefinikan, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehansion)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang suatu objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan
meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi ( Aplication)
Aplikasi diartikan suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis ( Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 10
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis yaitu menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
informasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan
dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi yaitu berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu cerita yang ditentukan sendiri, atau menggunakan criteria-
kriteria yang telah ada. Misalnya dapata menanggapi terjadinya diare di
suatu tempat dan sebagainya (Notoadmodjo, 2008).

b) Sikap (Attitude)
Sikap adalah merupakan suatu reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi
hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang bersifat emosional
terhadap stimulus sosial. Allport (1954), menjelaskan bahwa sikap ini
mempunyai 3 komponen pokok yaitu:
Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obejk.
Kecendrungan untuk bertindak (trend to behave)
Ketiga komponen ini secara bersamaan membentuk sikap yang utuh (total
attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir,
keyakinan dan emosi memegang peranan penting (Notoadmodjo, 2008).

c) Tindakan atau Praktek (Practice)


Notoadmodjo, (2008), mengatakan bahwa suatu sikap belum tentu otomatis
terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap
menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan factor pendukung (support) dari pihak
lain.
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 11
2.2 ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
2.2.1 Defenisi ISPA
Defenisi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut, istilah ini
diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Penyakit
infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran napas mulai dari
hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti
sinus, rongga telinga tengah dan pleura (WHO, 2008).
Menurut Alsagaff, dkk (2006), ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas
maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus maupun riketsia, tanpa atau
disertai radang parenkim paru.
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang dapat
menyerang saluran pernapasan bagian atas dan bawah (Erlien, 2008).
Istilah ISPA mengandung tiga unsur, yaitu infeksi, saluran pernapasan dan akut
seperti dalam penjelasan berikut :

A. Infeksi adalah masuknya bibit kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia
dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
B. Saluran pernapasan adalah organ yang dimulai dari hidung hingga alveoli beserta
organ adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Dengan demikian
ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran pernapasan
bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru), dan organ adneksa saluran pernapasan.

Gambar 2.1. Anatomi Saluran Pernapasan


Sumber : Fisiologi Manusia, Sherwood, Lauralee

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 12
C. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas ini diambil
untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat
digolongkan ke dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari (Ditjen
PPM & PL, 2004).

Dengan demikian ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang dapat berlangsung
selama 14 hari , dimana secara klinis tanda dan gejala akut akibat infeksi terjadi di setiap
bagian saluran pernapasan tidak lebih dari 14 hari (Ditjen PPM dan PL, 2004).

2.2.2 Epidemiologi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)


Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga yang saat ini berkembang menjadi kota
Metropolitan. Data profil kesehatan kota Medan berdasarkan kunjungan di Puskesmas tahun
2003 sebesar 765.763 orang sedangkan sampai Juni 2004 sebesar 473.539 orang, dimana
penyakit ISPA masih berada pada urutan pertama yaitu sebanyak 225.494 pasien (47,62 %).
Angka tertinggi terdapat di Kecamatan Medan Perjuangan yaitu sebanyak 1. 293 kasus (3,3
%). Di Kabupaten Deli Serdang pada 2004, diketahui angka morbiditas kasus ISPA sebanyak
12. 871 kasus (31, 7 %) dengan rincian 6. 638 terjadi pada kelompok umur bayi (51, 5 %) dan
6. 233 kasus pada usia 1 4 tahun (48, 5 %) (Agustama, 2005).

2.2.3 Etiologi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)


Etiologi ISPA terdiri dari lebih 300 jenis bakteri, virus, jamur dan riketsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain adalah Genus Streptokokus, Stafilokokus, Pnemokokus,
Hemofillus, Bordetella dan Koneabakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah
golongan Miksovirus, Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma dan Herpesvirus
(Erlien, 2008).
Selain itu ISPA juga dapat disebabkan oleh karena inspirasi asap kenderaan bermotor,
bahan bakar minyak / BBM biasanya minyak tanah dan cairan amonium pada saat lahir
(Widoyono, 2007).
Kebanyakan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) disebabkan oleh virus seperti
virus sinsial pernapasan (VSP), virus parainfluenza, adenovirus, rhinovirus dan koronavirus,
koksaki virus A dan B dan mikoplasma (Nelson, 2000).

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 13
Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) juga bisa disebabkan karena faktor
kelelahan, daya tahan tubuh lemah, polusi udara, asap kenderaan dan pembakaran hutan
setelah pergantian musim (Hatta, 2008).

2.2.4. Klasifikasi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)


Berdasarkan Program Penanggulangan (P2) ISPA, mengklasifikasikan ISPA sebagai
berikut :

A. Pneumonia Berat
Ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada ke dalam (chest indrawing)
pada saat bernapas.
B. Pneumonia
Ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
C. Bukan Pneumonia
Ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bila disertai demam tanpa tarikan dinding
dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong
bukan pneumonia (Erlien, 2008).
Klasifikasi ISPA berdasarkan Lokasi Anatomi
Infeksi Saluran Pernapasan atas Akut (ISPaA)
Infeksi yang menyerang hidung sampai bagian faring, seperti pilek, sinusitis, otitis
media (infeksi pada telinga tengah), dan faringitis (infeksi pada tenggorokan).
Infeksi Saluran Pernapasan bawah Akut (ISPbA)
Infeksi yang menyerang mulai dari bagian epiglotis atau faring sampai dengan alveoli,
dinamakan sesuai dengan organ saluran nafas, seperti epiglotitis, laringitis, laringotrakeitis,
bronkitis, bronkiolitis dan pneumonia (Erlien, 2008).
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA). Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan usia dibawah 2 bulan dan
untuk golongan usia 2 bulan sampai 5 tahun. Untuk golongan usia kurang dari 2 bulan ada 2
klasifikasi penyakit, yaitu :
A. Pneumonia Berat
Tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk
golongan usia kurang dari 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 14
B. Bukan Pneumonia
Ditandai dengan gejala seperti batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan
kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.

Untuk golongan usia 2 bulan sampai 5 tahun ada 5 klasifikasi penyakit ISPA, yaitu :

A. Pneumonia Sangat Berat


Bila disertai batuk atau kesulitan bernapas.
B. Pneumonia Berat
Bila disertai sesak napas yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam
pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan
tenang, tidak menangis atau meronta).
C. Pneumonia
Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 12 bulan adalah 50
kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 4 tahun adalah 40 kali per menit atau
lebih.
D. Bukan Pneumonia
Batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak
ada napas cepat.
E. Pneumonia Persisten
Pneumonia tetap sakit walau sudah diobati selama 10 14 hari disertai penarikan
dinding dada serta frekwensi pernapasan yang tinggi (WHO, 2008).

2.2.5. Patofisiologi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Saluran pernapasan dari hidung sampai bronchus dilapisi oleh membran mukosa
bersilia, udara yang masuk melalui rongga hidung disaring, dihangatkan dan dilembabkan.
Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut yang terdapat dalam hidung, sedangkan
partikel debu yang halus akan terjerat dalam lapisan mukosa. Gerakan silia mendorong
lapisan mukosa ke posterior ke rongga hidung dan ke arah superior menuju faring.
Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernapasan dapat
menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat berhenti
sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernapasan akibat iritasi oleh bahan pencemar.
Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernapasan dan
rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernapasan. Akibat dari hal tersebut akan
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 15
menyebabkan kesulitan bernapas sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat
dikeluarkan dari saluran pernapasan, hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran
pernapasan (Kenneth et al, 2003).

2.2.6. Cara Penularan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)


Penularan bibit penyakit ISPA dapat terjadi dari penderita penyakit ISPA dan carrier
yang disebut juga reservoir bibit penyakit yang ditularkan kepada orang lain melalui kontak
langsung atau melalui benda-benda yang telah tercemar bibit penyakit termasuk udara.
Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan yang terjadi tanpa
kontak dengan penderita maupun dengan benda yang terkontaminasi dan tidak jarang
penyakit yang sebagian ilmu besar penularannya adalah karena menghirup udara yang
mengandung penyebab atau mikroorganisme tempat kuman berada (reservoir) (Iwansain,
2007).
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dapat ditularkan melalui air ludah, darah,
cipratan bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat
kesaluran pernapasannya (Erlien, 2008).

2.2.7. Tanda dan Gejala Klinis Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan
dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi
lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh ke dalam kegagalan pernapasan dan mungkin
meninggal. Bila sudah dalam keadaan kegagalan pernapasan, maka dibutuhkan
penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu
diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat
ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan (Rasmaliah, 2005).
Tanda-tanda bahaya ISPA dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-
tanda laboratorium. Tanda-tanda klinis, yaitu :
a. Pada sistem respiratorik
Tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung,
cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
b. Pada sistem cardial
Tachycardia, bradycardium, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest.
c. Pada sistem cerebral
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 16
Gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, kejang dan koma.
d. Pada hal umum
Letih dan berkeringat banyak.
Tanda-tanda laboratorium, yaitu :
a. Hypoxemia
b. Hypercapnia, dan
c. Acydosis (metabolik dan atau respiratorik) (Rasmaliah, 2005).

Tanda dan gejala berdasarkan derajat keparahan penyakit dapat dibagi menjadi tiga
tingkat :
a. ISPA Ringan
Adapun tanda dan gejala ISPA ringan antara lain adalah :
1. Batuk
2. Pilek (keluar cairan ingus dari hidung)
3. Serak (bersuara parau pada waktu menangis atau berbicara)
4. Demam
b. ISPA Sedang
Tanda dan gejala ISPA sedang antara lain adalah :
1. Pernapasan yang cepat (lebih dari 50 kali per menit)
2. Wheezing
3. Demam dengan suhu tubuh 38C atau lebih
4. Sakit telinga atau keluar cairan
5. Bercak-bercak menyerupai campak
c. ISPA Berat
Tanda dan gejala ISPA berat antara lain adalah :
1. Chest indrawing (pernapasan dada kedalam)
2. Stridor (pernapasan ngorok)
3. Tidak ada nafsu makan
4. Sesak hingga cyanosis
5. Napas cuping hidung
6. Kejang
7. Dehidrasi
8. Kesadaran menurun (Depkes RI, 2003).

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 17
2.2.8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Terjadinya infeksi saluran pernapasan akut pada seseorang dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain :

A. Faktor agen atau disebut pula faktor penyebab penyakit dimana faktor ini yang
menyebabkan adanya penyakit.
B. Faktor host dalam hal ini manusia sebagai objek dari penyakit.
C. Faktor lingkungan dimana lingkungan sebagai medianya (Noor, 2008).

Faktor-faktor yang menyebabkan kejadian ISPA menurut (Depkes, 2003) adalah


sebagai berikut :

a. Usia
Kebanyakan infeksi saluran pernapasan sering mengenai anak usia dibawah 3
tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA dari pada usia yang lebih
lanjut.
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) banyak menyerang balita batasan 0-5
tahun, sebagian besar kematian balita di Indonesia karena ISPA. Balita merupakan
faktor resiko yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas infeksi saluran pernapasan
akut (ISPA) khususnya pneumonia karena pada usia balita daya tahan tubuh mereka
belum terlalu kuat (Erlien, 2008).
b. Jenis Kelamin
Berdasarkan Pedoman Rencana Kerja Jangka Menengah Nasional
Penanggulangan Pneumonia tahun 2005 2009 menunjukkan bahwa laki laki
memiliki resiko lebih tinggi daripada perempuan untuk terkena ISPA (Depkes RI,
2005).
Berdasarkan hasil penelitian Taisir di Kabupaten Aceh Selatan tahun 2005,
menunjukkan bahwa proporsi ISPA berdasarkan jenis kelamin laki-laki (43,3 %) lebih
tinggi daripada proporsi ISPA pada wanita (33,7 %), tetapi secara statistik, tidak ada
hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian ISPA di Kelurahan
Lhok Bengkuang. (Taisir, 2005).

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 18
Meskipun cara keseluruhan di negara yang sedang berkembang seperti di
Indonesia, masalah ini tidak terlalu diperhatikan, namun banyak penelitian yang
menunjukkan perbedaan prevalensi penyakit ISPA terhadap jenis kelamin tertentu.
c. Status Gizi
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak
yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga
didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrien.
Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada
antropometri serta biokimia dan riwayat diet (Beck, 2000).
Dengan makanan bergizi, tubuh manusia tumbuh dan dipelihara. Semua organ
tubuh dapat berfungsi dengan baik. Bagian tubuh yang rusak diganti. Kulit dan
rambut terus berganti, sel-sel tubuh terus bertumbuh. Sel-sel tubuh memasak dan
mengolah zat makanan yang masuk agar zat makanan dapat dipakai untuk pekerjaan
tubuh (Nadesul, 2001).
d. Status Imunisasi
Pemberian imunisasi adalah suatu cara dengan sengaja memberikan kekebalan
terhadap penyakit secara aktif sehingga seseorang dapat terhindar dari suatu penyakit.
Oleh sebab itu, anak yang tidak mendapat imunisasi lengkap akan lebih beresiko
terkena ISPA dibandingkan dengan anak yang mendapat imunisasi lengkap.
Tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan), ibu hamil, wanita
usia subur dan anak sekolah tingkat dasar. Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi
: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B, 1 dosis Campak. Pada
ibu hamil dan wanita usia subur meliputi 2 dosis TT. Untuk anak sekolah tingkat
dasar meliputi 1 dosis DT, 1 dosis Campak dan 2 dosis TT (Dinkes, 2009).
e. Status Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
Kolostrum (dari bahasa latin colostrum) adalah susu yang dihasilkan oleh
kelenjar susu dalam tahap akhir kehamilan dan beberapa hari setelah kelahiran bayi
(Wikipedia, 2008).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan
lain pada bayi berumur 0-6 bulan bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI
eksklusif ini (WHO, 2008).

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 19
Balita yang tidak diberi ASI juga berpotensi mengidap ISPA. Bayi usia 0-11
bulan yang tidak diberi ASI mempunyai resiko 3 kali lebih besar meninggal karena
ISPA dibandingkan bayi yang memperoleh ASI eksklusif. Bayi yang tidak diberi ASI
menyebabkan terjadinya defisiensi zat besi, ini menjadikan resiko kematian karena
ISPA sangat besar dibandingkan bayi yang secara eksklusif mendapatkan ASI dari si
ibu. Bayi yang diberi ASI eksklusif dapat tumbuh lebih baik dan lebih jarang sakit
serta angka kematian lebih rendah dibandingkan bayi yang tidak mendapatkan ASI.
Ini terjadi karena pemberian ASI dapat meningkatkan reaksi imunologis bayi, hampir
90 % kematian bayi dan balita terjadi di negara berkembang dan jumlah itu 4 % lebih
kematian disebabkan oleh ISPA (Kartasasmita, 2003).

f. Bakteri, virus, jamur, riketsia


Terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus, jamur dan riketsia. Bakteri penyebab
ISPA antara lain adalah Genus Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofillus,
Bordetella dan Koneabakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan
Miksovirus, Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma (Erlien, 2008).
Kebanyakan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) disebabkan oleh virus
seperti virus sinsial pernapasan (ISPA), virus parainfluenza, adenovirus, rhinovirus
dan koronavirus, koksaki virus A dan B dan mikoplasma (Nelson, 2000).
SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) adalah sejenis penyakit
pneumonia. SARS pertama kali muncul pada November 2002 di Provinsi Guangdong,
Tiongkok. SARS sekarang dipercayai disebabkan oleh virus SARS. Sekitar 10 % dari
penderita SARS meninggal dunia. WHO mengumumkan bahwa coronavirus yang
baru teridentifikasi adalah mayoritas agen penyebab SARS. Penyakit ini dapat
menular melalui penghirupan cairan yang dikeluarkan oleh si penderita ketika batuk
atau bersin (Wikipedia, 2013).
H5N1 adalah salah satu subtipe virus influenza yang menyebabkan penyakit
flu burung. Virus ini menimbulkan penyakit pada banyak spesies vertebrata, termasuk
manusia dan berpeluang menjadi pandemik influenza. Para ahli mengkhawatirkan
bahwa virus H5N1 dapat bermutasi menjadi bentuk yang dapat menular dengan
mudah dari manusia ke manusia, meskipun sampai sekarang belum ada kejadian kuat
yang mendukung kekhawatiran tersebut. Mutasi seperti itu pernah terjadi ketika virus
H2N2 berevolusi menjadi strain Flu Hongkong H3N2 (Wikipedia, 2013)

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 20
Swine Influenza (Flu Babi) adalah kasus-kasus influenza yang disebabkan oleh
virus Orthomyxoviridae yan endemik pada populasi babi. Galur virus flu babi yang
telah diisolasi sampai saat ini telah digolongkan sebagai influenzavirus C atau subtipe
genus influenzavirus A. Flu babi menginfeksi manusia tiap tahun dan biasanya
ditemukan pada orang orang yang bersentuhan dengan babi, meskipun ditemukan
juga kasus-kasus penularan dari manusia ke manusia. Gejala virus termasuk demam,
disorientasi, kekakuan pada sendi, muntah-muntah dan kehilangan kesadaran yang
berakhir pada kematian. Flu babi diketahui disebabkan oleh virus influenza A subtipe
H1N1, H1N2, H3N2 dan H2N3 (Wikipedia, 2013).
Sindrom Pernapasan Timur Tengah (Middle East Respiratory Syndrome)
merupakan sindrom pernapasan yang sumber infeksinya adalah koronavirus MERS.
Laporan awal membandingkan virus ini dengan sindrom pernapasan akut berat
(SARS) dan dijuluki dengan virus mirip SARS dari Arab Saudi. Gejala infeksi MERS
CoV termasuk gagal ginjal dan pneumonia akut, yang seringkali berakibat fatal.
Pasien pertama yang tercatat pada bulan Juni 2012 mengalami demam, batuk
berdahak, dan sesak napas selama 7 hari. MERS memiliki masa inkubasi sekitar 12
hari. MERS kadang juga dapat menyebabkan pneumonia, baik pneumonia viral
maupun pneumonia bakterial. Tidak ada pengobatan yang diketahui bagi penderita
MERS hingga saat ini. Beberapa terapi bisa dilakukan melalui inhibitor DPP4.
Perawatan terhadap penderita virus SARS bisa dijadikan dasar bagi perawatan wabah
MERS-CoV. Untuk saat ini pencegahan bisa dilakukan dengan cara memberikan
vaksinasi pneumokokus 5 tahunan kepada penderita untuk mengurangi atau
melemahkan tingkat keparahan infeksi MERS (Wikipedia, 2014).
g. Lingkungan

1. Ventilasi
Faktor lingkungan rumah seperti ventilasi juga berperan dalam penularan
ISPA, dimana ventilasi dapat memelihara kondisi udara yang sehat bagi manusia
(Ditjen PPM dan PL, 2004).
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah menjaga
agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar . Hal ini berarti keseimbangan
oksigen yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya
ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen di dalam rumah yang berarti kadar

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 21
karbondioksida yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat
(Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan hasil penelitian Sulistyowati di Kabupaten Trenggalek tahun
2010 didapatkan bahwa proporsi penderita pneumonia yang memiliki ventilasi rumah
yang tidak memenuhi syarat kesehatan sebesar 57,8 % . Hasil uji statistik diperoleh
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kejadian pneumonia dengan ventilasi
(p = 0,024). Nilai OR 1,9 (95 % CI : 1,0 3,4), artinya kemungkinan seseorang
menderita pneumonia 1,9 kali lebih besar pada seseorang yang memiliki ventilasi
rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan (Sulistyowati, 2010).
2. Kepadatan Hunian
Hasil penelitian Gulo (2009) di Kelurahan Ilir Gunung Sitoli Kabupaten Nias
tahun 2009 menunjukkan proporsi balita yang tinggal di rumah yang kepadatan
hunian rumahnya tergolong padat menderita ISPA sebesar 88,9 %. Hasil uji statistik
diperoleh bahwa ada hubungan yang bermakna antara kepadatan hunian rumah
dengan kejadian ISPA pada balita dengan nilai p = 0.037. Nilai ratio Prevalensi
kejadian ISPA pada balita yang tinggal di rumah yang kepadatan hunian rumahnya
tergolong padat dibandingkan dengan balita yang tinggal di rumah yang kepadatan
hunian rumahnya tergolong tidak padat adalah 1,189. Artinya hunian rumah yang
tergolong padat merupakan faktor resiko terjadinya ISPA.
3. Pemakaian Anti Nyamuk
Berdasarkan hasil penelitian Naria, dkk di wilayah kerja Puskesmas
Tuntungan tahun 2008 menunjukkan proporsi warga yang menggunakan obat nyamuk
menderita ISPA sebanyak 48 orang (73,8 %) sedangkan warga yang tidak menderita
ISPA sebanyak 17 orang (27,2 %). Hasil uji Chi Square diperoleh bahwa ada
hubungan yang bermakna antara penggunaan obat nyamuk dengan kejadian ISPA
dengan nilai p = 0,010. Hasil ratio Prevalensi kejadian ISPA pada penderita yang
menggunakan obat nyamuk dibanding dengan yang tidak menggunakan obat nyamuk
adalah 1,8. Artinya penggunaan obat nyamuk merupakan faktor resiko terjadinya
ISPA (Naria, dkk, 2008).
4. Keberadaan Perokok / Merokok
Paparan asap rokok merupakan penyebab signifikan masalah kesehatan seperti
infeksi pernapasan akut (ISPA). Satu batang rokok dibakar maka akan mengeluarkan
sekitar 4000 bahan kimia seperti nikotin, gas karbonmonoksida, nitrogen oksida,
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 22
hidrogen cianida, amonia, acrolein, acetilen, benzoldehide, urethane, methanol,
conmarin, 4-ethyl cathecol, ortcresor peryline dan lainnya (Ditjen PPM dan PL,
2004).
Sekitar 85 % asap tembakau dalam ruangan biasanya merupakan asap samping
(sidestream stroke) dari ujung rokok yang membara. Asap inilah yang biasanya
dihisap seseorang yang bukan perokok. Banyak racun didapatkan dalam kadar yang
lebih tinggi di asap samping daripada di dalam asap yang dihisap secara langsung
oleh perokok dari rokoknya (Crofton, 2009).
Hasil penelitian Harianja di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan
Tuntungan tahun 2010 dengan desain cross sectional menunjukkan ada hubungan
antara keberadaan anggota keluarga yang merokok dengan kejadian ISPA pada anak
dengan nilai p = 0,001. Hasil Ratio Prevalensi kejadian ISPA pada anak balita yang
memiliki anggota keluarga perokok dibandingkan dengan anak balita yang tidak
memiliki anggota keluarga perokok adalah 3,211 (95 % CI : 1,154 8,932). Artinya,
keberadaan anggota keluarga perokok merupakan faktor resiko terjadinya ISPaA
(Harianja, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian Suhandayani di Puskesmas Pati I tahun 2006
dengan desain case control, berdasarkan analisis bivariat hubungan keberadaan
anggota keluarga yang merokok dengan kejadian ISPA diperoleh nilai p = 0,000 dan
OR 4,63 (95 % CI : 2,04 10,52). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara
keberadaan anggota keluarga yang merokok dengan kejadian ISPA. OR 4,63 %
artinya seseorang yang tinggal serumah dengan anggota keluarga yang merokok
kemungkinan untuk menderita ISPA 4,63 kali dibandingkan seseorang yang tinggal
serumah dengan anggota keluarga yang tidak merokok (Suhandayani, 2007).
5. Bahan Bakar Untuk Memasak
Pencemaran udara di dalam rumah banyak terjadi di negara-negara
berkembang. Diperkirakan setengah dari rumah tangga di dunia memasak dengan
bahan bakar yang belum diproses seperti kayu, sisa tanaman dan batubara sehingga
akan melepaskan emisi sisa pembakaran di dalam ruangan tersebut (Suhandayani,
2007).
Pembakaran pada kegiatan rumah tangga dapat menghasilkan bahan pencemar
antara lain asap, debu, grid (pasir halus) dan gas (CO dan NO) (Ditjen PPM dan PL,
2004).
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 23
Berdasarkan hasil penelitian Naria, dkk di wilayah kerja Puskesmas
Tuntungan tahun 2008 menunjukkan proporsi balita yang tinggal di rumah yang
menggunakan bahan bakar kayu menderita ISPA sebanyak 39 orang (81,25 %),
sedangkan yang tidak menderita ISPA sebanyak 9 orang (19,75 %). Hasil uji Chi
Square diperoleh bahwa ada hubungan yang bermakna antara bahan bakar dengan
kejadian ISPA pada balita dengan nilai p = 0,001. Nilai Ratio Prevalensi kejadian
ISPA pada balita yang menggunakan bahan bakar kayu dibandingkan dengan balita
yang menggunakan bahan bakar minyak / gas adalah 1,715. Artinya penggunaan
bahan bakar kayu merupakan faktor resiko terjadinya ISPA (Naria, dkk, 2008).

2.9. Penatalaksanaan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Menurut Rasmaliah (2005) penatalaksanaan ISPA ada tiga :


1. Pneumonia Berat
Dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parentral, oksigen dan sebagainya.
2. Pneumonia
Dilakukan dengan pemberian antibiotik yang sesuai dengan hasil pemeriksaan
kuman maupun bakteri pada hari pertama serta harus sesuai dengan hasil uji
sensitif tes pada hari ketiga.
3. Bukan Pneumonia
Tanpa pemberian antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat
digunakan obat batuk. Sebaiknya obat batuk yang diberikan tidak mengandung zat
yang merugikan seperti kodein, dekstrometorfan dan antihistamin. Bila demam
diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk
pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat)
disertai pembesaran kelenjar getah bening di leher, dianggap sebagai radang
tenggorokan oleh kuman streptococcus dan harus diberi antibiotik (penisilin)
selama 10 hari.

2.2.10. Pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)


Menurut Rasmaliah (2005) ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya ISPA, antara lain :

1. Memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua tentang kebersihan dan sanitasi.
2. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 24
3. Memberikan imunisasi lengkap pada anak agar daya tahan tubuh terhadap penyakit
baik.
4. Rumah dengan ventilasi yang sempurna, sirkulasi udara lancar dan tanpa asap tungku
di dalam rumah yang dapat mengganggu pernapasan.
5. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.
6. Jangan berhubungan dengan klien ISPA. Salah satu cara adalah memakai penutup
hidung dan mulut (masker) bila kontak langsung dengan anggota keluarga atau orang
yang sedang menderita penyakit ISPA.
7. Menghindari berdekatan dengan orang sedang merokok serta STOP merokok pada
mereka yang aktif merokok.

2.3 Debu Vulkanik


2.3.1 Defenisi Debu Vulkanik
Debu vulkanik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke
udara saat terjadi letusan. Debu vulkanik terdiri dari batuan berukuran besar
sampai halis, yang berukuran besar biasanya jatuh sekitar kawah sampai radius
507 km dari kawah, sedangkan yang berukuran halus dapat jatuh pada jarak
mencapai ratusan kilometer bahkan ribuan kilometer bahkan ribuan kilometer
dari kawah disebabkan oleh adanya hembusan angin.

2.3.2 Efek Abu Vulkanik dan Penanganannya


Letusan gunung berapi sangatlah besar pengaruhnya bagi kehidupan manusia,
baik dari segi financial, ekonomi, sosial, sampai pada kesehatan. Secara umum,
asap, gas, dan abu yang dihasilkan oleh letusan tersebut memberikan dampak
negative bagi manusia, salah satunya bagi kesehatan dalam jangka waktu lama,
namun reaksi akut terhadap abu tersebut sudah cukup mengkawatirkan. Orang-
orang dapat menjadi lebih takut terhadap bahaya abu dan gas gunungsapi
terhadap kesehatan dari pada resiko kematian akibat bahaya primer letuan gunung
api (Anonim, 2013).
Paru, mata, dan kulit merupakan organ yang paling terganggu akibat abu
gunung api. Seseorang dapat mengalami luka bakar, cedera karena
terjatuh/terpeleset, atau penyakit infeksi dan pernafasan. Berikut adalah

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 25
penuturan spesifik mengenai pengaruh abu vulkanik bagi kesehatan manusia dan
bagaimana cara meminimalisir dampak abu tersebut bagi kesehatan manusia.

Gangguan pernafasan akut


Dari semua gangguan yang ditimbulkan abu terhadap kesehatan, gangguan
pernafasan merupakan salah satu dampak yang paling utama dari abu vulkanik.
Iritasi hidung dan tenggorokan, batuk, bronchitis, sesak nafas, hingga
penyempitan saluran nafas yang dapat menyebabkan kemtaina mungkin terjadi.
Gangguan pernapasan harus cepat ditangani, karena nafas adalah salah satu hal
vital yang menunjang hidup manusia. Dari penelitian yang dilakukan terhadap 12
letusan gunung berapi pada kurun waktu 10 tahun di dunia, salah satu penyebab
kematian dari korban bencana letusan adalah kesulitan bernafas yang sangat
parah. (Anonim , 2013)

Gangguan tersebut dapat terjadi karena debu bersifat korosif. Partikel abu
yang sangat halus (kurang dari 10 mikron) sangat mengganggu pernafasan,
khususnya bagi mereka yang sudah memiliki permasalahan paru-paru. Pada
penderita gangguan pernafasan, mempunyai riwayat gangguan pernafasan, dan
sedang mengalami gangguan jantung adalah mereka yang beresiko. Selain itu,
paparan debu sangat berbahaya bagi bayi, anak-anak, warga usia lajut dan orang
dengan penyakit paru kronis seperti asma.
Beberapa gejala gangguan pernafasan yang sering dilaporkan Keluarga
sepanjang hujan abu adalah sebagai berikut:
Iritasi hidung dan hidung berair
Iritasi dan radang tenggorokan, terkadang disertai batuk kering
Simpton bronchitis akut (batuk parah, produksi riak yang berlebihan,
bunyi nafas seperti menderita asma dan sesak nafas) pada orang dengan
riwayat penyakit paru sebelumnya (asma) penyakit paru kronik, ataupun
perokok dalam waktu lama)
Ketidaknyamanan dalam bernafas, akibat kontraksi saluran pernafasan
untuk mengeluarkan abu yang masuk
Gejala yang masuk ke saluran pernafasan dapat mempersempit saluran
pernafasan dan menyebabkan reaksi radang.
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 26
Berat ringannya gejala yang di timbulkan akibat menghirup abu
gunung api bervariasi. Konsentrasi partikel diudara, proporsi partikel halus
dalam abu, frekuensi dan lama pemaparan, kondisi awal kesehatan dan
penggunaan peralatan pelindung pernafasan yang komfatibel ikut
mempengaruhi tingkat gejala.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 27
BAB III
KERANGKA KONSEP

3.1 Konsep Penelitian

Tingginya Angka
Perilaku ( Pengetahuan, Sikap dan Kejadian Penyakit
Tindakan) Keluarga dalam upaya ISPA di Desa Hulu,
pencegahan dan penanganan ISPA Kecamatan Pancur
Batu, Kabupaten Deli
Serdang

Dari kerangka konsep penelitian tersebut diatas dapat dilihat bahwa untuk mencapai
tujuan utama penelitian yaitu upaya pencegahan dan penanggulangan ISPA di Desa Hulu.
Pada penelitian ini terdapat 3 variabel yaitu: pengetahuan, sikap, dan tindakan Keluarga di
Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu.
Variabel yang dilakukan dalam penelitian ini ada 2 yaitu variabel bebas (variabel
independent) dan variabel tergantung (variabel dependent. Variabel bebas adalah
pengetahuan, sikap dan tindakan Keluarga tentang Perilaku Keluarga Desa Hulu dalam
Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit ISPA. Variabel tergantung adalah
peningkatan angka kejadian ISPA di Desa Hulu, Kecamatan Pancur Batu.

3.2 Definisi Operasional


Definisi operasional adalah batasan uraian tentang variabel yang dimaksud atau
tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan.
1. Variabel Bebas
a. Pengetahuan adalah hal-hal yang diketahui keluarga tentang Upaya
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit ISPA di Desa Hulu Kecamatan
Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang
b. Sikap adalah setuju atau tidaknya Keluarga Desa Hulu terhadap Upaya
Pencegahan dan Penanggulanagan Penyakit ISPA.
c. Tindakan adalah perilaku atau perbuatan yang telah dilakukan Keluarga Desa
Hulu selama ini dalam Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
ISPA.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 28
2. Upaya pencegahan/penanganan :
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam mendorong keluarga untuk
ikut serta dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA, berupa
memberikan penyuluhan-penyuluhan atau informasi kepada seluruh Keluarga
tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan upaya pencegahan dan
penanggulangan penyakit ISPA. Dapat melalui penyebaran brosur atau poster-
poster ataupun melalui iklan di berbagai media massa, baik media cetak maupun
media elektronik. Penyuluhan atau informasi tersebut dilakukan secara terus
menerus dan berkesinambungan, kepada semua lapisan Keluarga, agar seluruh
Keluarga dapat mengerti mengenai upaya pencegahan dan penanggulangan
penyakit ISPA sehingga terhindar dari penyakit saluran pernafasan.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 29
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah bersifat survey deskriptif yaitu suatu penelitian yang
dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di
Keluarga. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini adalah ilmu kesehatan Keluarga.

4.2 Lokasi Penelitian


Penelitian dilakukan di Desa Hulu, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang
pada wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu.

4.3 Waktu Penelitian


Tabel 4.1 Waktu Penelitian

No Keterangan 21 September 2015 03 Oktober 2015


21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 1 2 3
Pembuatan X X
1.
Proposal
Pengumpulan X X X
2.
data
Pengolahan X
3.
data
Penyelesaian X X X X X
4.
hasil laporan

4.4 Populasi dan Sampel


4.4.1 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah jumlah keseluruhan dari unit di dalam
pengamatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini tentang perilaku Keluarga
dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit di Desa Hulu, Kecamatan
Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang yang memiliki 4678 jiwa dan 1170 KK.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 30
4.4.2 Sampel
Sampel ditentukan dengan cara simple random sampling dimana jumlah
sample ditentukan dengan rumus (Suyatno,2010):
Z 1 / 2P (1P) N
n=
d (N1) + Z 1 / 2P (1P)

Keterangan : Z1/2 = Derivat Baku Alpha= 1,96


N = Jumlah Populasi = 4678
d = Penyimpangan terhadap populasi / ketepatan yang diinginkan = 0,5
n = Jumlah sampel yang dibutuhkan
P = Harga Proporsi di Populasi (bila tidak diketahui ditetapkan 50% atau 0,50)
Berdasarkan rumus tersebut maka besar sampel dapat dihitung sebagai berikut:

Z 1 / 2P (1 P) N
n=
d (N 1) + Z 1 / 2P (1 P)

1,96 . 0,5 (1 0,5) . 4678


n=
0,1 (4678 1) + 1,96 . 0,5 (1 0,5)

3,8416 . 0,5 (0,5) . 1170


n=
0,01 . (1169) + 3,8416 . 0,5 . (0,5)

1123,668
n=
12,6504

n = 88,82
n = 89

4.5 Teknik Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data yang menunjang dan melengkapi penelitian ini dilakukan
dengan cara yaitu data primer dan sekunder.

4.5.1 Data Primer


Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dengan Keluarga dan
pengisian kuisioner yang dibuat.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 31
4.5.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait seperti kantor Camat
Pancur Batu dan Puskesmas Pancur Batu.

4.6 Instrumen Penelitian


Instrument penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data.
Instrument yang dipakai adalah berupa kuesioner yang terdiri dari 30 pertanyaan dan
rinciannya adalah:
1. Sepuluh pertanyaan tentang pengetahuan untuk memperoleh informasi upaya
pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA akibat asap dan debu.
2. Sepuluh pertanyaan tentang sikap untuk upaya pencegahan dan penanggulangan
penyakit ISPA.
3. Sepuluh pertanyaan mengenai tindakan untuk upaya pencegahan dan
penanggulangan penyakit ISPA.

Skoring kuesioner pengetahuan Keluarga tentang upaya pencegahan dan


penanggulangan penyakit ISPA di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli
Serdang.
1. a (1) b (0)
2. a (1) b (0)
3. a (1) b (0)
4. a (1) b (0)
5. a (1) b (0)
6. a (1) b (0)
7. a (1) b (0)
8. a (1) b (0)
9. a (1) b (0)
10. a (1) b (0)
Skoring kuesioner sikap Keluarga tentang upaya pencegahan dan penanggulangan
penyakit ISPA di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.
1. a (1) b (0)
2. a (1) b (0)
3. a (1) b (0)
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 32
4. a (1) b (0)
5. a (1) b (0)
6. a (1) b (0)
7. a (1) b (0)
8. a (1) b (0)
9. a (1) b (0)
10. a (1) b (0)
Skoring kuesioner tindakan Keluarga tentang upaya pencegahan dan penanggulangan
penyakit ISPA di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.
1. a (0) b (1)
2. a (0) b (1)
3. a (0) b (1)
4. a (0) b (1)
5. a (1) b (0)
6. a (1) b (0)
7. a (1) b (0)
8. a (1) b (0)
9. a (1) b (0)
10. a (1) b (0)
11.
4.7 Teknik Pengukuran
Teknik pengukuran/penelitian gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan Keluarga
dalam hal upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA di Desa Hulu Kecamatan
Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang berdasarkan teori dari Notoadmodjo (2010) adalah:
Baik jika jawaban benar >80% dari jumlah pertanyaan
Cukup jika jawaban benar 40%-70% dari jumlah pertanyaan
Kurang jika jawaban benar <40% dari jumlah pertanyaan
Pengetahuan Keluarga tentang upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA
di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang untuk menilai tingkat
pengetahuan responden berdasarkan skor (maksimum skor untuk quisioner adalah 10).
Baik >80% x 10 = skor 8-10
Cukup = 40% - 70% x 10 = skor 4-7
Kurang <40% x 10 = skor <4
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 33
Sikap Keluarga dalam hal upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA di
Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang untuk menilai tingkat sikap
responden berdasarkan skor (maksimum skor untuk quisioner adalah 10).
Baik >80% x 10 = skor 8-10
Sedang = 40% - 70% x 10 = skor 4-7
Kurang <40% x 10 = skor <4
Tindakan Keluarga dalam hal upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA
di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang untuk menilai tingkat sikap
responden berdasarkan skor (maksimum skor untuk quisioner adalah 10).
Baik >80% x 10 = skor 8-10
Cukup = 40% - 70% x 10 = skor 4-7
Kurang <40% x 10 = skor <4 ( Notoatmodjo, 2010)

4.8 Pengolahan Data


Data dibuat secara manual meskipun pengolahan data secara manual pada saat ini
memang jarang dilakukan karena sudah ketinggalan zaman. Namun dalam keterbatasan-
keterbatasan sarana dan prasarana atau kalau data tidak terlalu besar, pengolahan data secara
manual masih diperlukan. Langkah-langkah pengolahan data secara manual pada umumnya
melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Editing (Penyuntingan Data)
Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui quisioner
perlu daunting (edit) terlebih dahulu.kalau ternyata masih ada data atau informasi
yang tidak lengkap, tidak mungkin wawancara ulang, maka quisioner tersebut
dikeluarkan (drop out).
2. Membuat Lembaran Kode atau Kartu Kode (Coding Sheet)
Lembaran atau kartu kode adalah instrument berupa kolom-kolom untuk merekam
data secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomor responden, dan nomor-
nomor pertanyaan.
3. Memasukkan Data (Data Entry)
Yakni mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak kode atau kartu kode sesuai dengan
jawaban masing-masing pertanyaan.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 34
4. Tabulasi
Yakni membuat table-tabel data, sesuai dengan tujuan penellitian atau yang
diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo,2008).

4.9 Analisa Data


Menganalisis data tidak sekedar mendeksripsikan dan menginterprestasikan data yang
telah diolah. Keluaran akhir dari analisis data kita harus memperoleh makna atau arti dari
penelitian tersebut. Interprestasi data mempunyai dua sisi yaitu sisi yang sempit dan sisi
yang luas. Interprestasi data dari sisi yang sempit, hanya terbatas pada masalah penelitian
yang akan dijawab melalui data dari sisi yang sempit, hanya terbatas pada masalah
penelitian yang akan dijawab melalui data yang diperoleh tersebut. Sedangkan dari sisi yang
lebih luas, interprestasi data berarti mencari data hasil penelitian dengan cara tidak hanya
menjelaskan hasil penelitian tersebut, tetapi juga melakukan infrensi atau generalisasi dari
databyang diperoleh melalui penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010).
Oleh sebab itu secara rinci tujuan dilakukan analisis data adalah:
1. Memperoleh gambaran dari hasil penelitian yang telah dirumuskan dalam tujuan
penelitian.
2. Membuktikan hipotesis-hipotesis penelitian yang telah dirumuskan.
3. Memperolah kesimpulan secara umum dari penelitian, yang merupakan kontribusi
dalam pengembangan ilmu yang bersangkutan (Notoatmodjo,2010).

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 35
BAB V
HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Hasil Penelitian


5.1.1 Geografi
Desa Hulu memiliki luas wilayah 256 Ha dengan pekerjaan yang paling dominan
adalah sebagai buruh. Desa tersebut memiliki jumlah penduduk sebanyak 4.678 jiwa
pada tahun 2014 dan memiliki beberapa Pustu yang salah satunya Pustu Desa Hulu.
Dilihat dari agama yang terbanyak dalam desa tersebut adalah islam 2475 orang dan
sisanya kristen protestan, katolik, hindu dan budha, suku yang paling dominan suku
jawa 2353 orang, dan sisanya karo, batak toba, minang dan nias, keluarga yang produktif
adalah penduduk yang berusia 18 56 tahun .Dari segi tingkat pendidikan yang paling
banyak adalah SMA/ Sederajat 1136 orang dan sisanya SMP, tamat SD tidak tamat
SD,dan usia 7-21 tahun yang sedang dalam jenjang pendidikan. Pekerjaan dominan rata-
rata sebagai buruh dan wiraswasta 972 orang sisanya PNS, pensiunan PNS/ TNI/POLRI
dan petani untuk ibu pekerjaan dominan sebagai IRT/ tidak bekerja.Rata- rata
pendapatan keluarga di desa tersebut 1.110.350 ribu perbulan. Batas wilayah tersebut
adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Tengah Kecamatan Pancurbatu
Sebelah Selatan : Desa Pertampilan Kecamatan Pancurbatu
Sebelah Timur : Desa Namo Simpur Kecamatan Pancurbatu
Sebelah Barat : Desa Salam Tani

5.1.2 Demografi
Desa Hulu mempunyai jumlah penduduk 4678 jiwa dengan perincian jumlah
laki-laki 672 jiwa, jumlah perempuan 578 jiwa dan terdiri dari 1170 KK.

5.2. Hasil Penelitian


5.2.1. Karakteristik Responden
Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap Keluarga didapatkan karakteristik
dari responden sebagai berikut:

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 36
Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Tingkat Umur di Desa Hulu Kecamatan
Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015
No Usia Jumlah
Frekuensi Presentase (%)
1 16-25 8 9
2 26-35 13 15
3 3645 20 22
4 46-55 29 33
5 56-65 16 18
6 66-75 3 3
7 76-85 0 0
Jumlah 89 100

Analisa Data
Berdasarkan data tabel di atas, responden paling banyak berumur 46 hingga 55 tahun
dengan jumlah 29 responden sebanyak 33 %

Tabel 5.2 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan di Desa Hulu


Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015
Jumlah
No Pekerjaan
Frekuensi Persentase (%)

1 Ibu Rumah Tangga 43 48


2 Wiraswasta 18 20
3 Buruh 20 22
4 Pelajar 0 0
5 PNS 8 9
Jumlah 89 100

Analisa Data
Berdasarkan data tabel di atas, responden paling banyak adalah Ibu Rumah Tangga
dengan jumlah 43 responden (48%)

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 37
Tabel 5.3 Distribusi Responden Menurut Pendidikan di Desa Hulu
Kecamatan Pancurbatu Kabupaten Deli Serdang 2015
Jumlah
No Pendidikan
Frekuensi Persentase (%)
1 SD 3 3
2 SMP 13 15
3 SMA 57 64
4 D3 6 7
5 S1 10 11
Jumlah 89 100

Analisa Data
Berdasarkan data tabel di atas, responden paling banyak adalah tingkat pendidikan
SMA dengan Jumlah 57 responden (64%)

5.2.2. Karakteristik Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan dan


Penanggulangan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut di Desa Hulu Kecamatan
Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

A. PENGETAHUAN
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Gejala-
Gejala Infeksi Saluran Pernafasan Akut Yaitu Batuk, Pilek,
Demam
No Pengetahuan Frekuensi Presentase
(%)
1 Tahu 39 44
2 Tidak Tahu 50 56
Jumlah 89 100

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 38
Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 50 responden (56%) Yang mengetahui
tentang gejala-gejala Infeksi Saluran Pernafasan Akut dan Dijumpai 39 responden (44%)
yang tidak mengetahui Infeksi Saluran Pernafasan Akut.

Tabel 5.5 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Penyebab Infeksi


Saluran Pernafasan Akut Adalah Bakteri dan Virus
No Pengetahuan Frekuensi Presentase (%)
1 Tahu 41 46
2 Tidak tahu 48 54
Jumlah 89 100

Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 41 responden (46%) yang mengetahui
tentang penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Akut adalah bakteri dan virus dan dijumpai 48
responden (54%) yang tidak mengetahui tentang penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Akut
adalah bakteri dan virus.
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Penyebab Penyakit
Infeksi Saluran Pernafasan Akut Selain Bakteri dan Virus Ada
Penyebab Lain Seperti Polusi Udara Yang Mengandung Zat-Zat
Berbahaya
No Pengetahuan Frekuensi Presentase (%)

1 Tahu 50 56

2 Tidak tahu 39 44

Jumlah 89 100

Analisa Data

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 39
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 50 responden (56%) yang mengetahui
penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Akut selain bakteri dan virus ada penyebab lain seperti
polusi udara yang mengandung zat-zat berbahaya dan dijumpai 39 responden (44%) yang
tidak mengetahui penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Akut selain bakteri dan virus ada
penyebab lain seperti polusi udara yang mengandung zat-zat berbahaya.

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Debu / Asap Yang


Dapat Menyebabkan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
No Pengetahuan Frekuensi Presentase
(%)
1 Tahu 69 78
2 Tidak Tahu 20 22
Jumlah 89 100

Analisa Data
Dari 89 Responden di Desa Hulu dijumpai 69 responden (78%) yang mengetahui
tentang debu/ Asap dapat menyebabkan Infeksi Saluran Pernafasan Akut dan dijumpai 20
responden (22%) yang tidak mengetahui tentang debu/ asap dapat menyebabkan Infeksi
Saluran Pernafasan Akut.

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Bahwa dengan Memakai


Penutup Pada Hidung dan Mulut (Masker) Dapat Menghindari
Penularan Infeksi Penyakit Saluran Pernafasan Akut
No Pengetahuan Frekuensi Presentase
(%)
1 Tahu 40 45

2 Tidak tahu 49 55

Jumlah 89 100

Analisa Data
Data 89 responden di Desa Hulu dijumpai 49 responden (55%) yang mengetahui
bahwa dengan memakai penutup pada hidung dan mulut (masker) dapat menghindari

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 40
penularan penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut dan dijumpai 40 responden (45%) yang
tidak mengetahui bahwa dengan memakai penutup pada hidung dan mulut (masker) dapat
menghindari penularan penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut.

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Selain dengan Memakai


Masker Bapak/Ibu Dapat Memakai Sapu Tangan/Serbet
Untuk Melindungi Hidung dan Mulut
No Pengetahuan Frekuensi Presentase
(%)
1 Tahu 74 83
2 Tidak Tahu 15 17
Jumlah 89 100

Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 74 responden (83%) yang mengetahui
tentang cara memakai penutup hidung dan mulut (masker) dengan benar dan dijumpai 15
responden (17%) yang tidak mengetahui tentang cara memakai penutup hidung dan mulut
(masker) dengan benar.

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Cara Memakai


Penutup Hidung dan Mulut (Masker) dengan Benar
No Pengetahuan Frekuensi Presentase (%)
1 Tahu 18 20
2 Tidak Tahu 71 80
Jumlah 89 100

Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 71 responden (80%) yang mengetahui cara
memakai masker dengan benar dan dijumpai 18 responden (20%) yang tidak mengetahui
cara memakai masker dengan benar .

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 41
Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Pemakaian Masker
Dengan Benar Yaitu Menutupi Hidung Sampai Dagu
No Pengetahuan Frekuensi Presentase (%)
1 Tahu 9 10
2 Tidak Tahu 80 90
Jumlah 89 100

Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 80 responden (90%) yang mengetahui
tentang pemakaian masker yaitu menutupi hidung sampai dagu dan dijumpai 9 responden
(10%) yang tidak mengetahui tentang pemakaian masker yaitu menutupi hidung sampai dagu.

Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Gizi Seimbang dan


Imunisasi Lengkap Berpengaruh Pada Pencegahan ISPA
No Pengetahuan Frekuensi Presentase (%)
1 Tahu 35 39
2 Tidak Tahu 64 61
Jumlah 89 100

Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 64 responden (61%) yang mengetahui
tentang Gizi Seimbang dan imunisasi lengkap berpengaruh pada pencegahan ISPA dan
dijumpai 35 responden (39%) yang tidak mengetahui tentang Gizi Seimbang dan imunisasi
lengkap berpengaruh pada pencegahan ISPA.

Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Merokok Dalam


Ruangan Tertutup Sebagai Bentuk Pencegahan ISPA
No Pengetahuan Frekuensi Presentase (%)
1 Tahu 42 47
2 Tidak Tahu 47 53
Jumlah 89 100

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 42
Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 47 responden (53%) yang mengetahui
tentang Merokok dalam ruangan tertutup sebagaai bentuk pencegahan ISPA dan dijumpai 42
responden (47%) yang tidak mengetahui tentang merokok dalam ruangan tertutup sebagai
bentuk pencegahan ISPA.

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Tentang Pengobatan Penyakit Infeksi


Saluran ` Pernafasan Akut Dapat Didapatkan di Puskesmas
Terdekat
No Pengetahuan Frekuensi Presentase (%)
1 Tahu 58 65
2 Tidak Tahu 31 35
Jumlah 89 100

Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 58 responden (65%) yang mengetahui
tentang Pengobatan penyakit infeksi saluran pernafasan akut dapat didapatkan di Puskesmas
terdekat dijumpai 31 responden (35%) yang tidak mengetahui tentang Pengobatan penyakit
infeksi saluran pernafasan akut dapat didapatkan di Puskesmas terdekat.
Secara keseluruhan, responden yang memiliki:
Pengetahuan kurang (<40% %) mengenai upaya pencegahan dan penanggulangan
Tentang Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut sebanyak 78,6% (70 dari 89
responden).
Pengetahuan cukup ( 40-70% benar ) mengenai upaya pencegahan dan
penanggulangan Tentang Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut sebanyak 12,4%
(11 dari 89 responden)
Pengetahuan baik (>80 benar ) mengenai upaya pencegahan dan penanggulangan
Tentang Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut sebanyak 9% ( 8 dari 89
responden).

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 43
Grafik Persentase Frekuensi Pengetahuan Responden
Pengetahuan (%)

90
78.6
80

70

60

50

40

30

20
12.4
9
10

0
Kurang Cukup Baik

B. SIKAP
Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang Gejala-Gejala
Infeksi Saluran Pernafasan Akut Yaitu Batuk, Pilek, Demam.
No Sikap Frekuensi Persentase (%)
1 Setuju 73 82
2 Tidak Setuju 16 18
Jumlah 89 100

Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 73 responden (82%) yang setuju tentang
gejala-gejala Infeksi Saluran Pernafasan Akut yaitu batuk, pilek, dan demam dan dijumpai 16
responden (18%) yang tidak setuju tentang gejala-gejala infeksi Saluran Pernafasan Akut
yaitu batuk, pilek, demam.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 44
Tabel 5.15 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Penyebab infeksi Saluran
Pernafasan Akut adalah Bakteri dan Virus
No Sikap Frekuensi Presentase (%)
1 Setuju 49 55
2 Tidak Setuju 40 45
Jumlah 89 100

Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 49 responden (55%) yang setuju tentang
penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Akut adalah bakteri dan virus serta dijumpai 40
responden (45%) yang tidak setuju tentang penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Akut adalah
bakteri dan virus.

Tabel 5.16 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Penyebab Saluran


Pernafasan Akut Selain Bakteri dan Virus ada Penyebab lain,
Seperti Polusi udara yang mengandung Zat-Zat Berbahaya.
No Sikap Frekuensi Presentase (%)
1 Setuju 79 89
2 Tidak Setuju 10 11
Jumlah 89 100

Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu di jumpai 79 responden (89%) yang setuju dengan
penyebab Saluran Pernafasan Akut selain bakteri dan virus ada penyebab lain, seperti polusi
udara yang mengandung zat-zat berbahaya serta dijumpai 10 responden (11%) yang tidak
setuju dengan penyebab Saluran Pernafasan Akut selain bakteri dan virus ada penyebab lain,
seperti polusi udara yang mengandung zat-zat berbahaya.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 45
Tabel 5.17 Distribusi Frekuensi Sikap Responden bahwa Debu Asap
Dapat Menyebabkan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
No Sikap Frekuensi Presentase (%)
1 Setuju 87 98
2 Tidak Setuju 2 2
Jumlah 89 100

Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu di jumpai 87 responden (98%) yang setuju bahwa
debu v dapat menyebabkan Infeksi Saluran Pernafasan Akut serta dijumpai 2 responden (2%)
yang tidak setuju bahwa debu dapat menyebabkan Infeksi Saluran Pernafasan Akut.

Tabel 5.18 Distribusi Frekuensi Sikap Responden dengan Memakai Penutup


pada Hidung dan Mulut dapat Menghindari Penularan Penyakit
Saluran Pernafasan Akut.
No Sikap Frekuensi Presentase (%)
1 Setuju 73 82
2 Tidak Setuju 16 18
Jumlah 89 100

Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 73 responden (82%) yang setuju dengan
memakai penutup hidung dan mulut dapat menghindari Penularan Penyakit Saluran
Pernafasan Akut serta dijumpai 16 responden (18%) yang tidak setuju memakai penutup pada
hidung dan mulut dapat menghindari Penularan Penyakit Saluran Pernafasan Akut.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 46
Tabel 5.19 Distribusi Frekuensi Sikap Responden dengan Memakai masker
dapat memakai sapu tangan/serbet untuk melindungi hidung dan
mulut.
No Sikap Frekuensi Presentase (%)
1 Setuju 79 89
2 Tidak Setuju 10 11
Jumlah 89 100

Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 79 responden (89%) yang setuju dengan
memakai Masker dapat memakai sapu tangan/serbet melindungi hidung dan mulut 10
responden (11%) yang tidak setuju dengan memakai Masker dapat memakai sapu
tangan/serbet melindungi hidung dan mulut.

Tabel 5.20 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Selain dengan Memakai


penutup hidung dan mulut dengan menutupi dari bagian hidung
sampai dagu.
No Jawaban Frekuensi Presentase (%)
1 Ya 87 98
2 Tidak 2 2
Jumlah 89 100

Analisa Data
Data 89 responden di Desa Hulu dijumpai 87 responden (98,%) yang setuju dengan
selain memakai penutup hidung dan mulut dengan menutupi dari bagian hidung sampai dagu.
Dijumpai 2 responden 2% yang tidak setuju selain memakai penutup hidung dan mulut
dengan menutupi dari bagian hidung sampai dagu.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 47
Tabel 5.21 Distribusi Frekuensi Sikap Responden bahwa pola makan gizi
seimbang dan imunisasi lengkap dapat menambah sistem
kekebalan tubuh pada anak sehingga tidak mudah terserang
ISPA.
No Sikap Frekuensi Presentase (%)
1 Setuju 89 100
2 Tidak Setuju 0 0
Jumlah 89 100

Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 89 responden (100%) yang setuju bahwa
makan gizi seimbang dan imunisasi lengkap dapat menambah sistem kekebalan tubuh pada
anak sehingga tidak mudah terserang ISPA. serta dijumpai 0 responden (0%) yang tidak
setuju bahwa makan gizi seimbang dan imunisasi lengkap dapat menambah sistem kekebalan
tubuh pada anak sehingga tidak mudah terserang ISPA.

Tabel 5.22 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Bahwa salah satu upaya
pencegahan penyakit ISPA adalah dengan tidak merokok dalam
ruangan tertutup
No Sikap Frekuensi Presentase (%)
1 Setuju 89 100
2 Tidak Setuju 0 0
Jumlah 89 100

Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 89 responden (100%) yang setuju bahwa
salah satu upaya pencegahan penyakit ISPA adalah dengan tidak merokok dalam ruangan
tertutup. dijumpai 0 responden (0%) yang tidak setuju bahwa salah satu upaya pencegahan
penyakit ISPA adalah dengan tidak merokok dalam ruangan tertutup.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 48
Tabel 5.23 Distribusi Frekuensi Sikap Responden bahwa Pengobatan
Penyakit Saluran Pernapasan Akut dapat diperoleh di puskesmas
terdekat.
No Sikap Frekuensi Presentase (%)
1 Setuju 89 100
2 Tidak Setuju 0 0
Jumlah 89 100

Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu diperoleh semua respondes (100%) yang setuju
bahwa Pengobatan Penyakit Saluran Pernapasan Akut dapat diperoleh di Puskesmas terdekat
serta dijumpai 0 responden (0%) yang tidak setuju bahwa Pengobatan Penyakit Saluran
Pernapasan Akut dapat di peroleh di Puskesamas terdekat.
Secara keseluruhan, responden yang memiliki:
Sikap kurang (<40% benar) mengenai Upaya Pencegahan dan Penanggulangan
Tentang Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut sebagai sebanyak 0% ( 0 dari 89
responden)
Sikap cukup ( 40-70% benar ) mengenai Upaya Pencegahan dan Penanggulangan
Tentang Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut sebanyak 13,5% ( 12 dari 89
responden )
Sikap baik (>80% benar) mengenai Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Tentang
Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut sebanyak 86,5% ( 77 dari 89 responden)

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 49
Grafik Persentase Frekuensi Sikap Responden
Sikap (%)
100
90 86.5

80
70
60
50 0
40
30
20
11
10
0
Kurang Cukup Baik

C. Tindakan Responden
Tabel 5.24 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden dalam Mengalami
Gejala-Gejala Infeksi Saluran Pernafasan seperti Batuk, Pilek,
dan Demam
No Tindakan Frekuensi Presentase (%)
1 Ya 89 100
2 Tidak 0 0
Jumlah 89 100

Analisa data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 89 responden (I00%) yang pernah
mengalami gejala-gejala infeksi saluran pernapasan seperti batuk, pilek, demam, dan 0
responden (0%) yang tidak pernah mengalami gejala-gejala infeksi saluran pernapasan.seperti
batuk, pilek, dan demam.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 50
Tabel 5.25 Distribusi Tindakan Responden dalam Mengalami Infeksi Saluran
Pernapasan yang Disebabkan oleh Bakteri dan Virus
No Tindakan Frekuensi Presentase (%)
1 Ya 56 63
2 Tidak 23 26
Jumlah 89 100

Analisa data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 56 responden (63,%) yang pernah
mengalami infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri dan virus, dan 23
responden (26%) yang tidak pernah mengalami infeksi saluran pernapasan yang disebabkan
oleh bakteri dan virus.

Tabel 5.26 Distribusi Tindakan Responden dalam Mengalami Infeksi Saluran


Pernafasan yang Disebabkan oleh Penyebab Lain seperti Polusi
Udara yang Mengandung Zat-Zat Berbahaya selain Bakteri dan
Virus
No Tindakan Frekuensi Presentase (%)
1 Ya 76 85
2 Tidak 13 15
Jumlah 89 100

Analisa data
Data 89 responden di Desa Hulu dijumpai 76 responden (85%) yang pernah
mengalami infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh penyebab lain seperti polusi
udara yang mengandung zat-zat berbahaya , dan 13 responden (15%) yang tidak pernah
mengalami infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh penyebab lain seperti polusi
udara yang mengandung zat-zat berbahaya.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 51
Tabel 5.27 Distribusi Tindakan Responden dalam Mengalami Infeksi
Saluran Pernafasan oleh karena Debu dan Asap
No Tindakan Frekuensi Persentase (%)
1 Ya 82 92
2 Tidak 7 7
Jumlah 89 100

Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 82 responden (92%) yang pernah
mengalami infeksi saluran pernafasan oleh karena asap dan 7 responden (7%) yang tidak
pernah mengalami infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh debu atau asap.

Tabel 5.28 Distribusi Tindakan Responden dalam memakai Penutup pada


Hidung dan Mulut (Masker) untuk menghindari Penularan
Penyakit Saluran Pernafasan
No Tindakan Frekuensi Persentase (%)
1 Ya 83 93
2 Tidak 6 7
Jumlah 89 100

Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 83 responden (93%) yang pernah
mengalami infeksi saluran pernafasan karena tidak memakai penutup hidung dan mulut dan 6
responden (7%) yang tidak pernah mengalami infeksi saluran pernafasan karena tidak
memakai penutup pada hidung dan mulut (masker) untuk menghindari penularan penyakit
saluran pernafasan.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 52
Tabel 5.29 Distribusi Tindakan Responden dalam Memakai sapu tangan/s
serbet untuk melindungi hidung dan mulut selain dengan menggunakan Masker

No Tindakan Frekuensi Persentase (%)


1 Ya 89 100
2 Tidak 0 0
Jumlah 89 100

Analisa data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 89 responden (100 %) yang memakai
serbet/ sapu tangan untuk melindungi hidung dan mulut selain dengan memakai masker dan 0
responden (0%) yang tidak memakai serbet/sapu tangan untuk melindungi hidung dan mulut
selain dengan memakai masker.

Tabel 5.30 Distribusi Tindakan Responden yang memakai penutup hidung dan
mulut (masker) dengan benar yaitu menutupi bagian hidung sampai dagu.
No Tindakan Frekuensi Persentase (%)
1 Ya 76 85
2 Tidak 13 15
Jumlah 89 100

Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 76 responden (85%) yang memakai
penutup hidung dan mulut dengan benar yaitu menutupi bagian hidung sampai dagu. dan 13
responden (15%) yang tidak memakai penutup hidung dan mulut dengan benar yaitu
menutupi bagian hidung sampai dagu.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 53
Tabel 5.31 Distribusi Tindakan Responden tentang memberikan makanan
bergizi dan imunisasi lengkap pada anak agar tidak mudah
terinfeksi penyakit ISPA
No Tindakan Frekuensi Persentase (%)
1 Ya 81 91
2 Tidak 8 9
Jumlah 89 100

Analisa data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 81 responden (91%) yang memberikan
makanan bergizi dan imunisasi lengkap pada anak agar tidak mudah terinfeksi penyakit ISPA
dan 8 responden (9%) yang tidak memberikan makanan bergizi dan imunisasi lengkap pada
anak agar tidak mudah terinfeksi penyakit ISPA .

Tabel 5.32 Distribusi Tindakan Responden tentang tidak merokok dalam


ruangan tertutup merupakan salah satu pencegaan ISPA
No Tindakan Frekuensi Persentase (%)
1 Ya 69 78
2 Tidak 20 22
Jumlah 89 100

Analisa data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 69 responden (78%) yang dan 20
responden (22%) yang tidak merokok dalam ruangan tertutup adalah salah satu upaya
pencegahan penyakit ISPA penyakit ISPA .

Tabel 5.32 Distribusi Tindakan Responden dalam Mengobati Penyakit


Saluran Pernafasan di Pusekesmas Terdekat
No Tindakan Frekuensi Persentase (%)
1 Ya 78 88
2 Tidak 11 12
Jumlah 89 100

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 54
Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 78 responden (88%) yang mengobati
penyakit infeksi saluran pernafasan di Puskesmas terdekat dan 11 responden (12%) yang tifak
mengobati penyakit infeksi saluran pernafasan di Puskesmas terdekat.
Secara keseluruhan, responden yang memiliki:
Tindakan kurang (<40%benar) mengenai Upaya Pencegahan dan Penanggulangan
Tentang Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut sebanyak 3,4% (3 dari 89
responden).
Tindakan cukup (40-0% benar) mengenai Upaya Pencegahan dan Penanggulangan
Tentang Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut sebanyak 11,2% ( 10 dari 89
responden)
Tindakan baik (>80 % benar) mengenai Upaya Pencegahan dan Penanggulangan
Tentang Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut sebanyak 85,4% (76 dari 89
responden)

Grafik Persentase Frekuensi Tindakan Responden


Tindakan (%)
90.0
85.4
80.0
70.0
60.0
50.0
40.0
30.0
20.0
11.2
10.0 3.0
0.0
Kurang Cukup Baik

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 55
BAB VI
PEMBAHASAN

Usia atau umur adalah salah satu faktor dalam menentukan dan melihat kesiapan
dalam berumah tangga dan berpengaruh terhadap penyakit. Baik pada usia muda
dibawah lima tahun atau dewasa. Seiring bertambahnya usia maka sistem imun tubuh
akan semakin menurun dan rentan terhadap penyakit. Untuk kategori usia dari 89
anggota Keluarga sebagai responden di Desa Hulu responden terbanyak berumur 46
hingga 55 tahun sebanyak 29 responden (33%). Dari hasil responden karakteristik
usia kurang berhubungan dengan penyakit ISPA.

Dari 89 anggota keluarga sebagai responden di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu
menurut pekerjaan diperoleh 43 responden (48 %) rata rata sebagai IRT.(Ibu Rumah
Tangga). Walaupun demikian memang tingkat pekerjaan berhubungan dengan
penyakit ISPA contohnya yang bekerja sebagai buruh yang sangat memungkinkan
untuk terpapar debu atau asap kendaraan. Hal ini sangat berbeda dengan hasil
responden yang diperoleh.

Dari 89 anggota keluarga sebagai responden di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu
menurut tingkat pendidikan diperoleh 57 responden (64%) adalah SMA. Tingkat
pendidikan dalam keluarga khususnya ibu dapat menjadi faktor yang mempengaruhi
status gizi balita dalam keluarga. Tingkat pengetahuan yang diperoleh baik secara
formal ataupun nonformal, menentukan dalam memilih jenis makan yang dikonsumsi
oleh balita dan keluarga dan yang lainnya. Pendidikan gizi yang diperoleh bertujuan
untuk meningkatkan sumber daya makanan yang tersedia. Tingkat pendidikan sangat
erat kaitannya dengan pengetahuan orangtua, terlebih ibu, dalam membuat jenis
makanan yang akan dikonsumsi. Hal ini sesuai dengan kepustakaan (Suhardjo, 2004).
Hal ini sejalan dengan teori Gerungan, 2004 menyatakan bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah menerima informasi
sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Hasil penelitian ini juga
mendukung penelitian Ariyana (2007) membuktikan bahwa tingkat pendidikan sangat
berpengaruh terhadap perubahan sikap sehari-hari khususnya kesehatan.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 56
Dari 89 anggota keluarga sebagai responden di Desa Hulu Kecamatan Dari 89
anggota keluarga sebagai responden di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu, diperoleh
78,6% responden yang memiliki pengetahuan yang kurang, 12,4% responden
mempunyai pengetahuan yang cukup, 9% mempunyai pengetahuan yang baik dalam
upaya pencegahan dan penanggulangan infeski saluran pernafasan akut. Hal ini
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan Keluarga yang rata-rata hanya sebatas SMA dan
kurangnya informasi tentang kesehatan dan penyuluhan kesehatan. Tingkat
pendidikan dalam keluarga khususnya ibu dapat menjadi faktor yang mempengaruhi
status gizi balita dalam keluarga. Tingkat pengetahuan yang diperoleh baik secara
formal ataupun nonformal, menentukan dalam memilih jenis makan yang dikonsumsi
oleh balita dan keluarga dan yang lainnya. Pendidikan yang diperoleh bertujuan untuk
meningkatkan sumber daya yang tersedia. Hal ini sesuai dengan kepustakaan
(Suhardjo, 2004). Hal ini sejalan dengan teori Gerungan, 2004 menyatakan bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah menerima
informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

Dari 89 anggota keluarga sebagai responden di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu,
diperoleh 86,5% responden yang memiliki sikap yang baik, 13,5% responden
memiliki sikap cukup dalam upaya pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran
pernafasan akut. Hal ini memperlihatkan adanya kepedulian dari Keluarga untuk
menanggulangi masalah ISPA dan mau belajar untuk mengerti tentang ISPA. Hal ini
berkaitan dengan daerah desa tersebut merupakan daerah padat hunian dan area jalan
lintas dimana asap kendaraan menjadi pemicu penyakit ISPA

Dari 89 anggota keluarga sebagai responden di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu,
diperoleh 85,4% responden yang memiliki tindakan yang baik, 11,2% responden
mempunyai tingkat yang cukup, 3,4% mempunyai tingkat yang kurang. Hal ini
memperlihatkan bahwa Keluarga sudah mampu untuk menanggulangi dan mencegah
ISPA bila lebih meningkatkan upaya promotif kepada pihak Keluarga.Hal ini dapat
diartikan bahwa tindakan Keluarga di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu terhadap
upaya pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran pernafasan akut. Dari
pembahasan, maka diperlukan sosialisasi dan penyuluhan yang lebih sering dari
petugas kesehatan ke Keluarga tentang pencegahan dengan menggunakan masker,
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 57
mengkonsumsi makanan yang bergizi yang bertujuan untuk meningkatkan daya tahan
tubuh dan penanggulangan dengan segera berobat ke puskesmas ataupun sarana
kesehatan lainnya. Namun, yang ditemukan dalam Keluarga adalah mereka masih
memilih menggunakan obat-obat tradisional dibandingkan dengan berobat. Mereka
hanya berobat apabila tidak ada perbaikan dari mengkonsumsi obat-obatan
tradisional. Selain itu sebagian Keluarga juga lebih memilih berobat ke praktek bidan
setempat dari pada harus ke Puskesmas dengan alasan jarak lebih dekat.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 58
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh maka dapat disimpulkan
yaitu :
Untuk kategori usia Keluarga sebagai responden di Desa Hulu responden
terbanyak berumur 46 hingga 55 tahun .
Unuk kategori pekerjaan keluarga di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu rata
rata sebagai IRT.(Ibu Rumah Tangga), buruh dan wiraswasta.
Untuk kategori tingkat pendidikan keluarga sebagai responden di Desa Hulu
Kecamatan adalah SMA.
Untuk tingkat tindakan dan sikap anggota keluarga tentang upaya pencegahan
dan penanggulangan infeksi saluran pernafasan akut sudah tergolong baik
tetapi pengaplikasiannya berbanding terbalik dengan tingkat pengetahuan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa anggota keluarga di Desa Hulu masih
ingin tahu tetapi tidak mampu untuk melakukan upaya pencegahan dan
penanggulangan infeksi saluran pernafasan akut di daerah tersebut.

7.2 SARAN
Petugas Puskesmas diharapkan lebih menggiatkan penyuluhan tentang upaya
pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran pernafasan akut
Pemerintah diharapkan mampu mendukung upaya pencegahan dan
penanggulangan infeksi saluran pernafasan akut akibat melalui promosi
kesehatan agar Keluarga tahu, mau dan mampu dalam mencegah dan
menanggulangi ISPA .
Keluarga diharapkan mengetahui, mau dan mampu dalam mewujudkan upaya
pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran pernafasan akut .
Tokoh Keluarga dan tokoh agama di Desa Hulu diharapkan berperan serta
dalam memberikan penyuluhan dan motivasi tentang pentingnya upaya
pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran pernafasan akut dan
pentingnya berobat ke puskesmas atau sarana kesehatan lainnya yang terdekat.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 59
DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, H. dan H. Abdul Mukty. (2006). Dasar-Dasar Ilmu Penyakit


Paru.Cetakan Keempat. Surabaya. Erlangga University Press, pp : 60 65.
Beck, M.E. (2000). Ilmu Gizi dan Diet. Jakarta. Yayasan Essential Medika, pp
: 61.
Crofton, John dan Simpson, David. (2009). Tembakau Ancaman Global.
Jakarta. PT. Elex Media Komputindo, pp : 11.
Depkes RI. (2004). Profil Kesehatan Indonesia 2003. Jakarta.
Depkes RI (2006). Profil Kesehatan Indonesia 2005. Jakarta.
Depkes RI. (2007). Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita. Dirjen PP & PL.
Jakarta.
Depkes RI. (2007). Profil Kesehatan Indonesia 2006. Jakarta.
Depkes RI. (2008). Profil Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta.
Dinas Kesehatan Kota Medan. (2010). Profil Kesehatan Kota Medan Tahun
2009.
Dinkes Kota Medan. (2013). Profil Kesehatan Kota Medan 2012. Medan.
Ditjen Bina Yanmedik. (2009). Kunjungan ke Rumah Sakit, Jakarta.
Ditjen PPM & PL. (2004). Kajian Riset Operasional Intensifikasi
PemberantasanPenyakit Menular Tahun 1998 / 1999 - 2003. Depkes RI.
Jakarta.
Erlien, (2008). Penyakit Saluran Pernapasan. Jakarta: Sunda Kelapa Pustaka,
pp : 26, 47, 89 111, 132.
Gulo, R. R. (2009). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Infeksi
Saluran Pernafasan Atas (ISPA) di Kelurahan Ilir Gunung Sitoli Kabupaten
Nias Tahun 2008. Skripsi FKM USU Medan.
Harianja, E. (2010). Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Infeksi
Saluran Pernafasan Atas Akut (ISPaA) pada Anak Balita di Kelurahan
Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010. Skripsi FKM
USU Medan.
Hatta, Gemala R. (2008). Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana
Pelayanan Kesehatan. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta, pp : 24.
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 60
Iwansain. (2007). Difteria. www.iwansain.wordpress.com Diakses
Desember 2013.
Kartasasmita. (2009). Pneumonia Pembunuh yang Terlupakan. From
http://pustaka.unpad.ac.id. Diakses Desember 2013.
Kenneth et al. (2003). Obstetri Williams volume 1 edisi 21. Jakarta. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, pp : 226 230.
Mairusnita. (2009). Karakteristik Penderita ISPA Pada Pasien Usia Dewasa
Yang Berobat Ke Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah
(Bpkrsud) Kota Langsa Tahun 2006. Skripsi FKM USU Medan.
Marini, D. (2003). Gambaran Distribusi Frekwensi Penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) di Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota
Tahun 2002. Skripsi FK USU Medan.
Mudehir, Muridi. (2004). Hubungan Faktor-Faktor Lingkungan Rumah
Dengan Kejadian Penyakit ISPA di Kecamatan Jambi Selatan Tahun 2002,
Jakarta. http://www.lib.ui.ac.id/thesis/abstrak/detil?ISPA Diakses Marer
2014.
Nadesul, H. (2001). Cara Sehat Selama Hamil. Jakarta. Puspa Swara, pp : 12
15.
Naria, E., Indra Chahaya., Asmawati. (2008). Hubungan Kondisi Rumah
dengan Keluhan ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tuntungan
Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2008. Jurnal Info Kesehatan Masyarakat
Volume 12 No.1 Juni 2008.
Nelson. (2000). Ilmu Kesehatan Anak (edisi : 15, vol 2). Jakarta. EGC, pp :
854 856.
Ngastiyah, (2005). Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. EGC. Jakarta, pp : 56 60.
Noor, N.N. (2006). Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Cetakan
Kedua. Jakarta. Rineka Cipta, pp : 79 - 80.
Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar.
Cetakan Kedua. Jakarta. Rineka Cipta, pp : 111.
Nur, H. (2004). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit
ISPA Pada Balita di Kelurahan Pasie Nan Tigo Kecamatan Koto Tengah Kota
Padang. Skripsi FKM USU Medan.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 61
PDPI. (2011). Penanggulangan Penyakit Pernapasan Menular.
http://dr.tiarameilita.blogspot.com/2012/01/ispa.html - Diakses November
2013.
Puskesmas Pancur Batu. (2013). Profil Kesehatan Pancur Batu 2013. Medan.
Rasmaliah. (2005). Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan
Penanggulangannya. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara. http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-rasmaliah9 .pdf - Diakses
Desember 2013.
Siswono. (2007). Pengaruh Nutrisi Dan Gaya Hidup.
http://www.gizi.net/cgibin/berita/fullnews.cgi?newsid1194229775,27543
Diakses November 2013.
Suhandayani, I. (2007). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
ISPA pada Balita di Puskesmas Pati I Kabupaten Pati Tahun 2006. Skripsi
IKM FIKUNNES Semarang.
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH1450/712b0778.di
r/doc.pdf
Sulistyowati, R. (2010). Hubungan Antara Rumah Tangga Sehat dengan
Kejadian Pneumonia pada Balita di Kabupaten Trenggalek. Tesis Magister
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/171891512201011031.pdf
Suyatno 2010. Statistika Kedokteran . Jakarta: Bamboedoea
Comunication
Taisir. (2005). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian ISPA pada
Balita, di Kelurahan Lhok Bengkuang Kecamatan Tapak Tuan Aceh Selatan
Tahun 2005. Skripsi FKM USU. Medan.
WHO. (2003). Pneumonia Mortality in 2005. http://www.who.int Diakses
November 2013.
WHO. (2004). Penanganan ISPA Pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara
Berkembang. Pedoman Untuk Dokter Dan Petugas Kesehatan Senior. Alih
Bahasa; C. Anton Wijaya. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC, pp : 165
183.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 62
WHO. (2008). The Global Burden of Diseases. 2004 Update. Geneva.
http://www.who.int/healthinfo/global_burden_disease/GBD_report_2004updat
e_full.pdf - Diakses November 2013.
Widoyono. (2007). Penyakit Tropis Epidemiologi, Pencegahan dan
Pemberantasannya. Jakarta. Erlangga, pp : 68 83.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 63
Lampiran Dokumentasi

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 64
Lampiran
KUESIONER PENELITIAN

Tanggal Wawancara :
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Pendidikan :

Pengetahuan
1. Apakah bapak / ibu mengetahui gejala gejala infeksi saluran pernafasan yaitu
seperti batuk, pilek dan demam?
a. YA b. Tidak
Jelaskan:

2. Apakah bapak / ibu mengetahui bahwa penyebab infeksi saluran pernafasan


adalah bakteri dan virus?
a. YA b.Tidak
Jelaskan:

3. Apakah bapak/ibu mengetahui penyebab penyakit infeksi saluran pernafasan


selain bakteri dan virus ada penyebab lain seperti polusi udara yang mengandung
zat-zat berbahaya?
a. YA b. Tidak
Jelaskan:

4. Apakah bapak/ibu mengetahui bahwa debu , asap kendaraan dapat menyebabkan


infeksi saluran nafas?
a. YA b. Tidak
Jelaskan:

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 65
5. Apakah bapak/ibu mengetahui bahwa dengan memakai penutup pada hidung dan
mulut (masker) dapat menghindari penularan penyakit saluran pernafasan?
a. YA b. Tidak
Jelaskan:

6. Apakah bapak/ibu mengetahui selain dengan memakai masker bapak/ibu dapat


memakai sapu tangan/serbet untuk melindungi hidung dan mulut?
a. YA b. Tidak
Jelaskan:

7. Apakah bapak/ibu mengetahui cara memakai penutup hidung dan mulut (masker)
dengan benar yaitu dengan menutupi bagian hidung sampai dagu?
a. YA b. Tidak
Jelaskan:

8. Apakah bapak/ibu mengetahui bahwa pola makan dengan gizi seimbang serta
imunisasi lengkap dapat menambah sistem kekebalan tubuh pada anak sehingga
tidak mudah terserang infeksi saluran pernafasan?
a. YA b. Tidak
Jelaskan:

9. Apakah bapak/ibu mengetahui bahwa salah satu upaya pencegahan penyakit


ISPA adalah tidak merokok dalam ruangan tertutup ?
a. YA b.Tidak
Jelaskan :

10. Apakah bapak/ibu mengetahui bahwa pengobatan penyakit saluran pernafasan


dapat dilakukan di puskesmas terdekat?
a. YA b. Tidak
Jelaskan:

Sikap
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 66
1. Setujukah bapak/ibu bahwa gejala-gejala infeksi saluran pernafasan yaitu
batuk, pilek dan demam?
a. YA b. Tidak
Jelaskan:

2. Setujukah bapak/ibu penyebab infeksi saluran pernafasan adalah bakteri dan


virus?
a. YA b. Tidak
Jelaskan:

3. Setujukah bapak/ibu penyebab penyakit infeksi saluran pernafasan selain


bakteri dan virus ada penyebab lain seperti polusi udara yang mengandung
zat-zat berbahaya?
a. YA b. Tidak
Jelaskan:

4. Setujukah bapak/ibu bahwa debu/asap dapat menyebabkan infesksi saluran


pernafasan?
a. YA b. Tidak
Jelaskan:

5. Setujukah bapak/ibu dengan memakai penutup pada hidung dan mulut


(masker) dapat menghindari penularan penyakit saluran pernafasan?
a. YA b. Tidak
Jelaskan:

6. Setujukah bapak/ibu selain dengan memakai masker bapak/ibu dapat


memakai sapu tangan/serbet untuk melindungi hidung dan mulut?
a. YA b. Tidak
Jelaskan:

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 67
7. Setujukah bapak/ibu dengan cara memakai penutup hidung dan mulut
(masker) dengan menutupi dari bagian hidung sampai dagu?
a. YA b. Tidak
Jelaskan:

8. Setujukah bapak/ibu bahwa dengan pola makan gizi seimbang dan imunisasi
lengkap dapat menambah sistem kekebalan tubuh pada anak sehingga tidak
mudah terserang ISPA?
a. YA b. Tidak
Jelaskan:

9. Setujukah bapak/ibu bahwa salah satu upaya pencegahan penyakit ISPA


adalah dengan tidak merokok dalam ruangan tertutup?
a. YA b. Tidak
Jelaskan:

10. Setujukah bapak/ibu bahwa pengobatan penyakit saluran pernafasan dapat


dilakukan di Puskesmas terdekat?
a. YA b. Tidak
Jelaskan:

Tindakan
1. Pernahkah bapak/ibu mengalami gejala-gejala infeksi saluran pernafasan
yaitu seperti batuk, pilek dan demam?
a. YA b. Tidak
Jelaskan:

2. Pernahkah bapak/ibu mengalami infeksi saluran pernafasan yang


disebabkan oleh bakteri dan virus?
a. YA b. Tidak
Jelaskan:

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 68
3. Pernahkah bapak/ibu mengalami infeksi saluran pernafasan yang
disebabakan oleh penyebab lain seperti polusi udara yang mengandung
zat-zat berbahaya selain bakteri dan virus?
a. YA b. Tidak
Jelaskan:

4. Pernahkah bapak/ibu mengalami infeksi saluran nafas oleh karena


debu/asap?
a. YA b. Tidak
Jelaskan:

5. Pernahkah bapak/ibu memakai penutup pada hidung dan mulut (masker)


untuk menghindari penularan penyakit saluran pernafasan?
a. YA b. Tidak
Jelaskan:

6. Pernahkah bapak/ibu memakai sapu tangan/serbet untuk melindungi


hidung dan mulut selain dengan memakai masker?
a. YA b. Tidak
Jelaskan:

7. Pernakah bapak/ibu memakai penutup hidung dan mulut (masker) dengan


benar, yaitu menutupi bagian hidung sampai dagu?
a. YA b. Tidak
Jelaskan:

8. Pernahkah bapak/ibu memberikan makanan bergizi dan imunisasi lengkap


pada anak agar tidak mudah terinksi pinyakit ISPA?
a. YA b. Tidak
Jelaskan:

9. Pernakah bapak/ibu tidak merokok selama berada di dalam ruang tertutup


yang merupakan salah satu upaya pencegahan ISPA?
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 69
a. YA b. Tidak
Jelaskan:

10. Pernahkah bapak/ibu mengobati penyakit saluran pernafasan di Puskesmas


terdekat?
a. YA b. Tidak
Jelaskan:

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 70

Anda mungkin juga menyukai