Anda di halaman 1dari 44

Tugas Pokok KPP Pratama

KPP Pratama yaitu melaksanakan penyuluhan. pelayanan. dan pengawasan Wajib Pajak dibidang
Pajak Penghasilan. Pajak Pertambahan Nilai. Pajak penjualan atas Barang Mewah. Pajak Tidak
Langsung lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Fungsi KPP Pratama

Dalam melaksanakan tugasnya KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan mempunyai fungsi
sebagai berikut:

1. pengumpulan. pencarian dan pengolahan data. pengamatan potensi perpajakan. penyajian


informasi perpajakan. pendataan objek dan subjek pajak;
2. penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan;
3. pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan. penerimaan dan pengolahan Surat
Pemberitahuan. serta penerimaan surat lainnya;
4. penyuluhan perpajakan;
5. pelayanan perpajakan;
6. pelaksanaan pendaftaran Wajib Pajak;
7. pelaksanaan ekstensifikasi;Pengurangan sanksi pajak.
8. pelaksanaan pemeriksaan pajak;
9. pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak;
10. pelaksanaan konsultasi perpajakan;
11. pembetulan ketetapan pajak;
12. pelaksanaan administrasi kantor.

Struktur Kantor Pelayanan Pajak


Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 206.2/PMK.01/2014
tanggal 17 Oktober 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
167/PMK.01/2012 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak.
Struktur Kantor Pelayanan Pajak Pratama meliputi:

1. Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal mempunyai tugas melakukan urusan


kepegawaian, keuangan, tata usaha, rumah tangga, pengelolaan kinerja pegawai,
pemantauan pengendalian intern, pemantauan pengelolaan risiko, pemantauan kepatuhan
terhadap kode etik dan disiplin, dan tindak lanjut hasil pengawasan, serta penyusunan
rekomendasi perbaikan proses bisnis.
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan,
pencarian. dan pengolahan data. pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi
perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan.
pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis computer,
pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing. pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG, serta
pengelolaan kinerja organisasi.
3. Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum
perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan Surat Pemberitahuan, penerimaan surat lainnya, dan pelaksanaan pendaftaran
Wajib Pajak.
4. Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak,
penundaan dan angsuran tunggakan pajak. penagihan aktif, usulan penghapusan piutang
pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.
5. Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan,
pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, Penerbitan, penyaluran Surat Perintah
Pemeriksaan Pajak, dan administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya, serta pelaksanaan
pemeriksaan oleh petugas pemeriksa pajak yang ditunjuk kepala kantor.
6. Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi
perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak. pembentukan dan pemutakhiran basis data
nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi, bimbingan dan pengawasan Wajib Pajak
baru, dan penyuluhan perpajakan.
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I mempunyai tugas melakukan proses penyelesaian
permohonan Wajib Pajak, usulan pembetulan ketetapan pajak, bimbingan dan konsultasi
teknis perpajakan kepada Wajib Pajak, serta usulan pengurangan Pajak Bumi dan
Bangunan.
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, serta Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan
kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, penyusunan profil Wajib Pajak. analisis
kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi
dan himbauan kepada Wajib Pajak.

Tugas Pokok KPP Pratama

KPP Pratama yaitu melaksanakan penyuluhan. pelayanan. dan pengawasan Wajib Pajak dibidang
Pajak Penghasilan. Pajak Pertambahan Nilai. Pajak penjualan atas Barang Mewah. Pajak Tidak
Langsung lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Fungsi KPP Pratama

Dalam melaksanakan tugasnya KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan mempunyai fungsi
sebagai berikut:

1. pengumpulan. pencarian dan pengolahan data. pengamatan potensi perpajakan. penyajian


informasi perpajakan. pendataan objek dan subjek pajak;
2. penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan;
3. pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan. penerimaan dan pengolahan Surat
Pemberitahuan. serta penerimaan surat lainnya;
4. penyuluhan perpajakan;
5. pelayanan perpajakan;
6. pelaksanaan pendaftaran Wajib Pajak;
7. pelaksanaan ekstensifikasi;Pengurangan sanksi pajak.
8. pelaksanaan pemeriksaan pajak;
9. pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak;
10. pelaksanaan konsultasi perpajakan;
11. pembetulan ketetapan pajak;
12. pelaksanaan administrasi kantor.

Struktur Kantor Pelayanan Pajak


Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 206.2/PMK.01/2014
tanggal 17 Oktober 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
167/PMK.01/2012 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak.
Struktur Kantor Pelayanan Pajak Pratama meliputi:

1. Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal mempunyai tugas melakukan urusan


kepegawaian, keuangan, tata usaha, rumah tangga, pengelolaan kinerja pegawai,
pemantauan pengendalian intern, pemantauan pengelolaan risiko, pemantauan kepatuhan
terhadap kode etik dan disiplin, dan tindak lanjut hasil pengawasan, serta penyusunan
rekomendasi perbaikan proses bisnis.
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan,
pencarian. dan pengolahan data. pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi
perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan.
pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis computer,
pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing. pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG, serta
pengelolaan kinerja organisasi.
3. Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum
perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan Surat Pemberitahuan, penerimaan surat lainnya, dan pelaksanaan pendaftaran
Wajib Pajak.
4. Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak,
penundaan dan angsuran tunggakan pajak. penagihan aktif, usulan penghapusan piutang
pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.
5. Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan,
pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, Penerbitan, penyaluran Surat Perintah
Pemeriksaan Pajak, dan administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya, serta pelaksanaan
pemeriksaan oleh petugas pemeriksa pajak yang ditunjuk kepala kantor.
6. Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi
perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak. pembentukan dan pemutakhiran basis data
nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi, bimbingan dan pengawasan Wajib Pajak
baru, dan penyuluhan perpajakan.
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I mempunyai tugas melakukan proses penyelesaian
permohonan Wajib Pajak, usulan pembetulan ketetapan pajak, bimbingan dan konsultasi
teknis perpajakan kepada Wajib Pajak, serta usulan pengurangan Pajak Bumi dan
Bangunan.
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, serta Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan
kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, penyusunan profil Wajib Pajak. analisis
kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi
dan himbauan kepada Wajib Pajak.
9. Direktur Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur (KITSDA),
Bambang Tri Mulyanto menyampaikan laporannya bahwa kegiatan ini adalah bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan para pejabat UKI dalam hal melaksanakan tugas teknis
sebagai Kepala Seksi (Kasi) Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal (RIKI). Disamping itu
kegiatan ini juga untuk membangun silaturahmi, sharing, dan membesarkan hati dan
semangat para Kasi RIKI. "Memang ini baru pertama kali dilakukan. Umur kami baru
setahun, dan baru kali ini kita kumpulkan", katanya. Kegiatan peningkatan kapasitas Kasi
RIKI selama 3 hari ini diisi dengan paparan dari Inspektorat Jenderal (Itjen) -
Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), pemberian
semangat oleh motivator, dan kegiatan lapangan untuk membangun team building.
10. Direktur Jenderal Pajak, Fuad Rachmany dalam arahannya menyampaikan kepada para
Kasi RIKI bahwa UKI adalah unit yang sangat penting bagi DJP. "Keberadaan Unit
Kepatuhan Internal adalah mencerminkan bahwa organisasi di DJP adalah organisasi
yang modern. Ini adalah salah satu komponen yang harus ada dalam suatu instansi, yang
bertujuan untuk memastikan adanya quality assurance guna menjaga keutuhan organisasi
supaya instansinya itu tertib dan sesuai dengan aturan yang ada", ujarnya. Fuad juga
berbagi pengalaman dan sharing mengenai keberadaan unit kepatuhan internal di instansi
lain dan ketertiban di negara lain yang membuat negara itu menjadi maju. Dia mengajak
kepada seluruh peserta untuk mewujudkan Direktorat Jenderal Pajak menjadi instansi
terbaik di Indonesia.

Mengenal Unit Kepatuhan Internal


Dibuat: Selasa, 16 April 2013 15:53

Ditulis oleh Sy. Nani Rahmani

Oleh: Sy. Nani Rahmani


Beberapa waktu belakangan ini, nama UKI yang merupakan kependekan dari Unit
Kepatuhan Internal, menjadi salah satu topik yang sering dibicarakan di kantor. Dari berbagai
tanggapan tentang UKI yang penulis dengar, tidak sedikit yang bersifat negatif. Ada yang
mengatakan bahwa UKI akan menambah pekerjaan. Ada juga yang khawatir bahwa UKI akan
menjadi musuh bersama para pegawai karena pekerjaannya yang mencari-cari kesalahan.

Seperti kata pepatah, tak kenal maka tak sayang. Karena itu, ada baiknya kita mengenal
lebih dekat sosok UKI yang sebentar lagi akan mewarnai suasana kantor. Sehingga terjadi
kesamaan pengertian dan pandangan tentang keberadaan UKI dan tugas-tugasnya. Ini agar
tercapai sinergi antar berbagai bagian yang terlibat dalam seluruh aktivitas kantor, yang pada
akhirnya akan membantu tercapainya tujuan organisasi.

Untuk mengetahui siapa dan bagaimana UKI, artikel ini merujuk pada Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 32 Tahun 2013 tentang Kerangka Kerja Penerapan Pengendalian Intern dan
Pedoman Teknis Pemantauan Pengendalian Intern di Lingkungan Kementerian Keuangan. KMK
ini sendiri merupakan satu bentuk implementasi dari Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP) yang telah diatur sebelumnya di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008.

SPIP terdiri dari 5 unsur, yaitu :

1. Lingkungan Pengendalian
2. Penilaian Risiko
3. Kegiatan Pengendalian
4. Informasi dan Komunikasi
5. Pemantauan

Unit Kepatuhan Internal merupakan sebuah wadah yang dibentuk untuk melaksanakan
unsur SPIP yang kelima, yaitu unsur pemantauan. Disebutkan di dalam KMK Nomor
32/KMK.09/2013 bahwa Unit Kepatuhan Internal yang selanjutnya disebut UKI adalah unit kerja
pada masing-masing eselon I yang ditunjuk/memiliki tugas untuk membantu manajemen dalam
melaksanakan pemantauan pengendalian intern. Perlu digarisbawahi bahwa tugas UKI adalah
membantu pihak manajemen. UKI bukan dimaksudkan untuk mencari-cari kesalahan para
pegawai atau manajemen, untuk kemudian dilaporkan sebagai temuan. Ini perlu benar-benar
dipahami agar tidak muncul asumsi bahwa UKI merupakan perpanjangan tangan Inspektorat
Jenderal, dimana ia dapat melakukan pemeriksaan dan bertindak sebagai hakim terhadap
sebuah pelanggaran.

Unit Kepatuhan Internal sesungguhnya merupakan implementasi dari konsep tiga lini
pertahanan (three lines of defense) atau lini pertahanan tiga lapis yang ada di dalam sistem
pengendalian intern, yaitu :

1. Lini pertahanan pertama adalah manajemen dan seluruh pegawai yang


melaksanakan proses bisnis. Lini pertahanan ini merupakan lini pertahanan
terpenting dalam mencegah kesalahan, mendeteksi kecurangan, serta
mengidentifikasi kelemahan dan kerentanan pengendalian. Dengan demikian,
seluruh pimpinan dan pegawai harus memahami dan melaksanakan dengan
sungguh-sungguh tugas dan tanggung jawab pengendalian kegiatan masing-
masing.
2. Lini pertahanan kedua merupakan fungsi pemantauan. Dalam konteks
pengendalian intern di Kementerian Keuangan, fungsi ini dijalankan oleh Unit
Kepatuhan Internal (UKI) yang bertugas memantau pengendalian intern di setiap
tingkatan manajemen. Unit pemantau ini harus memperingatkan lini pertahanan
pertama apabila dijumpai kelemahan pengendalian intern baik dari segi tahapan
rancangan sampai dengan tahapan pelaksanaannya.
3. Lini pertahanan ketiga adalah fungsi auditor internal. Dalam konteks pengendalian
intern di Kementerian Keuangan, fungsi ini dijalankan oleh Inspektorat Jenderal.
Dengan demikian, seluruh organisasi harus memperhatikan dengan seksama
rekomendasi Inspektorat Jenderal untuk peningkatan pengendalian intern dan
memperbaiki kekurangan.

Dengan demikian, UKI pada dasarnya merupakan sahabat bagi manajemen dan seluruh
pegawai. Ia berfungsi sebagai pengingat manakala ditemukan kelemahan dalam sistem
pengendalian intern di dalam organisasi. Ini sangat bermanfaat untuk menghindarkan organisasi
dari hal-hal yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan. Diharapkan peringatan awal ini
menjadi langkah prefentif untuk menyelamatkan organisasi dari kemungkinan melakukan
kesalahan yang lebih besar.

Untuk menjalankan fungsi di atas, anggota UKI disyaratkan memiliki pemahaman yang baik
terhadap proses bisnis. Pemahaman proses bisnis diperlukan untuk memperoleh gambaran yang
jelas mengenai urutan proses, penanggung jawab, waktu pelaksanaan, dan keluaran yang
dihasilkan dari suatu kegiatan. Gambaran ini kemudian digunakan untuk pemetaan proses bisnis
yang sesuai dengan langkah (tahapan) yang ada pada SOP dan/atau peraturan/kebijakan tertulis
lainnya. Selanjutnya dilakukan pengelompokan tahapan sehingga tidak terjadi identifikasi apa
yang bisa salah dan pengendalian yang berlebihan.

Selain itu, anggota UKI harus memiliki kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi secara
efektif baik lisan maupun tertulis dengan berbagai pihak di lingkungan unit organisasinya.
Interaksi dan komunikasi yang baik membuat UKI dapat diterima oleh semua pihak di dalam
organisasi. Dalam hal ini UKI memiliki kemampuan menyampaikan segala sesuatu kepada pihak
manajemen dan seluruh pegawai dengan cara baik dan jelas. Ia menghindari sikap arogan atau
memposisikan diri di atas pegawai yang lain. UKI adalah sahabat dan bagian dari organisasi yang
bersama-sama pihak lain bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. Karena itu, UKI terdiri atas
orang-orang yang memiliki sikap mental (kepribadian) yang baik. Mereka adalah orang yang jujur,
objektif, tekun, loyal, bijaksana dan bertanggung jawab terhadap profesinya. Mereka juga
merupakan orang-orang yang memiliki keinginan untuk maju dan menambah
pengetahuan/meningkatkan kemampuan profesionalnya.

Untuk melaksanakan tugas pemantauan pengendalian intern, UKI dibentuk pada tiga level
organisasi sebagai berikut:

1. UKI tingkat eselon I yang selanjutnya disebut UKI-E1 membantu manajemen dalam
melaksanakan pemantauan pengendalian intern pada tingkat eselon I
2. UKI tingkat wilayah yang selanjutnya disebut UKI-W membantu manajemen dalam
melaksanakan pemantauan pengendalian intern pada tingkat wilayah
3. UKI tingkat pelayanan/operasional yang selanjutnya disebut UKI-P membantu
manajemen dalam melaksanakan pemantauan pengendalian intern pada tingkat
kantor pelayanan/operasional.

Agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara optimal, UKI terlebih dahulu
menyusun rencana pemantauan. Salah satu tahap rencana pemantauan adalah pemilihan
kegiatan yang dipantau. Artinya, tidak seluruh kegiatan yang dilaksanakan organisasi menjadi
objek pemantauan UKI. Dengan pertimbangan keterbatasan sumber daya, kegiatan yang akan
dipantau dipilih berdasarkan faktor risiko sebagai berikut:

1. Keterkaitannya dengan pencapaian sasaran strategis yang tercantum dalam


rencana strategis/road map unit eselon I/Kementerian Keuangan.
2. Kompleksitas dan karakteristik atau sifat suatu kegiatan, volume dan beban
pekerjaan yang melekat dalam kegiatan, dampak bila terjadi kesalahan, faktor
subjektivitas yang tinggi dalam pelaksanaan pekerjaan, perubahan operasi atau
lingkungan, kerentanan terhadap kerugian/fraud, kecukupan pengendalian, dan
hasil audit oleh auditor internal/eksternal atas kegiatan tersebut.
3. Kegiatan yang menjadi perhatian masyarakat/pimpinan.
4. Kegiatan yang berpengaruh langsung terhadap citra Kementerian Keuangan.
5. Hasil penilaian risiko dari proses manajemen risiko.
Selanjutnya, UKI melakukan dua macam pemantauan pengendalian intern, yaitu :

1. Pemantauan pengendalian (PPU), yaitu kegiatan untuk memastikan bahwa


pengendalian utama yang ditetapkan dalam suatu kegiatan telah berjalan dengan
menggunakan perangkat pemantauan yang telah disusun. Pemantauan ini
diterapkan pada level kegiatan (transactional level) dengan memilih kegiatan
tertentu berdasarkan pertimbangan faktor risiko.
2. Pemantauan efektivitas implementasi dan kecukupan rancangan pengendalian
intern, yaitu kegiatan untuk memastikan efektivitas pelaksanaan dan kecukupan
rancangan pengendalian dalam mendukung pencapaian tujuan kegiatan.
Pemantauan ini diterapkan terhadap penerapan unsur-unsur pengendalian intern
tingkat entitas dan kegiatan yang dipilih pada pemantauan pengendalian utama.
Kegiatan pokok yang dilakukan dalam pemantauan ini yaitu:
a. evaluasi pengendalian intern tingkat entitas (EPITE), dilakukan minimal sekali
dalam dua tahun atau apabila terdapat kondisi-kondisi yang dapat
mempengaruhi pengendalian intern tingkat entitas
b. pemantauan efektivitas implementasi pengendalian intern (PEI), dilaksanakan
sekali dalam setahun
c. evaluasi kecukupan rancangan pengendalian intern (EKR), dilakukan oleh UKI-
E1 minimal sekali dalam setahun atau dilakukan sewaktu-waktu apabila
terdapat perubahan proses bisnis, perubahan ketentuan, dan/atau hasil
pemantauan pengendalian utama merekomendasikan perlu perbaikan segera
d. perumusan kesimpulan keseluruhan
Hasil pemantauan pengendalian intern ini kemudian disusun dalam bentuk laporan dan
disampaikan kepada pimpinan unit kerja, pimpinan pelaksana pemantauan di atasnya, pimpinan
unit eselon I dan Inspektorat Jenderal. Ada beberapa bentuk laporan yang disusun oleh UKI, yaitu
:
1. Laporan Pemantauan Pengendalian Utama terdiri atas:
a. Laporan Hasil Pengujian Pengendalian Utama (LHPPU), disusun dan
disampaikan minimal dua kali dalam sebulan.
b. Laporan Temuan Segera, yaitu laporan mengenai temuan yang perlu segera
ditindaklanjuti karena ada pengendalian utama yang sering tidak dilaksanakan
dan berpengaruh tinggi terhadap strategi/aktivitas operasi dan/atau terhadap
kepentingan para pemangku kepentingan (stakeholders).
c. Laporan Temuan Berindikasi Fraud, yakni laporan mengenai adanya indikasi
fraud yang dilakukan secara sengaja oleh orang-orang intern Kementerian
Keuangan dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau
kelompoknya dan merugikan organisasi.
d. Laporan Akhir Triwulanan adalah laporan yang disusun setiap periode tiga
bulanan yang berisi kompilasi hasil pemantauan pengendalian utama sampai
dengan akhir triwulan tertentu.
2. Laporan pemantauan efektivitas implementasi dan kecukupan rancangan
pengendalian, yang terdiri atas :
a. Laporan hasil pemantauan efektivitas implementasi pengendalian intern
b. Laporan hasil pemantauan efektivitas implementasi dan kecukupan rancangan
pengendalian intern yang hanya disusun oleh UKI tingkat eselon I

Laporan hasil pemantauan digunakan oleh :

1. Pimpinan unit eselon I, untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencapaian


tujuan penyelenggaraan pemerintahan Negara, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan aset Negara dan keataatan terhadap peraturan perundang-
undangan
2. Inspektorat Jenderal, untuk menjadi bahan pertimbangan dalam rangka
melaksanakan pengawasan intern sesuai peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

Selanjutnya, setiap pimpinan unit eselon I menyampaikan laporan hasil pemantauan


pengendalian intern secara semesteran kepada Menteri Keuangan paling lama 4 minggu setelah
akhir periode pelaporan.
Daftar Pustaka
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 32 Tahun 2013 tentang Kerangka Kerja Penerapan
Pengendalian Intern dan Pedoman Teknis Pemantauan Pengendalian Intern di Lingkungan
Kementerian Keuangan
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah
A. PENGENDALIAN INTERN
Alasan bagi suatu perusahaan untuk menerapkan sistem pengendalian intern (internal control) adalah
untuk membantu manajemen dengan tujuan tercapainya mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif.
Struktur pengendalian intern sebagai suatu tipe pengawasan diperlukan karena adanya keharusan untuk
mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab dalam suatu organisasi. Seorang manajer/pemilik
perusahaan yang merasa tidak memiliki cukup waktu dan kemampuan untuk mengelola sendiri semua
kegiatan perusahaannya, akan mendelegasikan wewenang dan tanggung jawabnya kepada orang lain.
Tetapi bersamaan dengan atau segera setelah pemilik perusahaan mendelegasikan wewenang dan
tanggung jawabnya, pada saat itu pula dirasakan suatu kebutuhan untuk senantiasa mengawasi
pelaksanaan kegiatan dan hasil-hasil yang dicapai oleh para fungsionaris tersebut. Bentuk dan tipe dari
pengawasan harus mempertimbangkan atau membandingkan hubungan antara Cost and Benefit.
1. Pengertian Pengendalian Intern
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (2001:319.2) pengendalian intern sebagai suatu proses
yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas yang didesain untuk
memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan berikut ini:1. keandalan pelaporan
keuangan2. efektivitas dan efisiensi operasi3. kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang
berlaku.Mulyadi (1997:165) memberikan definisi mengenai sistem pengendalian intern meliputi struktur
organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi,
mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya
kebijakan manajemen.Dari definisi pengendalian intern tersebut terdapat beberapa konsep dasar
berikut ini :a) Pengendalian merupakan suatu proses. Pengendalian intern merupakan suatu proses
untuk mencapai tujuan tertentu, bukan tujuan itu sendiri.pengendalian intern merupakan suatu
rangkaian tindakan bersifat pervasif dan menjadi bagian tidak terpisahkan, bukan hanya sebagai
tambahan dari infrastruktur entitas.
b) Pengendalian dijalankan oleh orang.pengendalian intern bukan hanya terdiri dari pedoman kebijakan
dan formulir, namun dijalankan oleh orang dari setiap jenjang organisasi, yang menckup dewan
komisaris, manajemen dan personel lain.
c) Pengendalian intern dapat diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai, bukan keyakinan
mutlak, bagi manajemen dan komisaris entitas.
d) Pengendalian ditujukan untuk mencpai tujuan yang saling berkaitan: pelaporan, keuangan,
keparuhan dan operasi.
2. Tujuan Pengendalian Intern
Pengendalian dalam suatu perusahaan merupakan sistem yang dapat membantu pemimpin perusahaan
dalam melaksanakan kegiatannya, sehingga dapat diarahkan pada tingkat yang paling efisiensi dan
efektif guna mencegah kecurangan, penyelewengan dan pemborosan. Pengendalian ini berfungsi
apabila di dalamnya tercakup tujuan yang merupakan arah dalam pelaksanaan kegiatan.Menurut Wing
W. Winanrno yang dikutip oleh Lisa S.Onggowarsito (2001:21) bahwa manajemen merancang struktur
pengendalian intern yang efektif dengan empat tujuan pokok yaitu :
Menjaga kekayaan dan catatan organisasi. Mengecek ketelitian dan catatan
organisasi. Mendorong efisiensi. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.Menurut
tujuannya pengendalian intern dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu, pengendalian akuntansi (internal
accounting control) dan pengendalian administrasi (internal administrative control). Pengendalian
akuntansi yang merupakan bagian dari struktur pengendalian intern meliputi kebijakan dan prosedur
yang terutama untuk menjaga kekayaan dan catatan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan
data akuntansi. Pengendalian akuntansi yang baik akan menjamin keamanan kekayaan para investor
dan kreditur yang ditanamkan dalam perusahaan dan akan menghasilkan laporan keuangan yang andal.
Pengendalian administrasi meliputi kebijakan dan prosedur yang terutama untuk mendorong efisiensi
dan dipatuhinya kebijakan manajemen.3. Komponen Pengendalian Intern
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (2001:319) pengendalian terdiri dari lima komponen yang
saling terkait berikut ini :
a. Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran
pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen
pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur.
b. Penaksiran resiko adalah identifikasi entitas, dan analisi terhadap resiko yang relevan untuk
mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana resiko harus dikelola.
c. Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan
manajemen dilaksanakan.
d. Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, pengungkapan, dan pertukaran informasi dalam
suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka.
e. Pemantauan adalah proses yang menetukan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu.
4. Keterbatasan Struktur Pengendalian Intern
Struktur pengendalian intern setiap entitas memiliki keterbatasan bawaan sehingga hanya memberikan
keyakinan memadai , bukan mutlak , kepada manajemen dan dewan komisaris tentang pencapaian
tujuan entitas. Berikut adalah keterbatasan bawaan yang melekat setiap struktur pengendalian
intern: Kesalahan dalam pertimbangan.
Seringkali manajemen dan personil lain dapat salah dalam mempertimbangkan keputusan bisnis yang
diambil atau dalam melaksanakan tugas rutin karena tidak memadainya informasi, keterbatasan waktu
atau tekanan lain. Gangguan.
Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat terjadi karena personel secara keliru
memahami perintah atau membuat kesalahan karena lalai tidak adanya perhatian, atau
kelelahan.perubahanyang bersifat sementara atau permanen dalam personel atau dalam sistem dan
prosedur dapat pula mengakibatkan gangguan. Kolusi.
Tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan disebut kolusi, ini dapat mengakibatkan
bobolnya pengendalianintern yang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan tidak terungkapnya
ketidakberesan atau tidak terdeteksinya kecurangan oleh struktur pengendalian intern yang dirancang.
Pengabaian oleh manajemen.
Manajemen dapat mengabaikan kebijakan atau prosedur yang telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak
sah seperti keuntungan pribadi manajer, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan atau kepatuhan
semu. Biaya lawan manfaat.
Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan sistem pengendalian intern tidak boleh melebihi manfaat
yang diharapkan dari pengendalian intern tersebut.5. Bentuk Pengendalian Intern
Pada umumnya, ada empat kategori pengendalian intern yang dibentuk dalam suatu perusahaan untuk
kepentingan manajemen, yaitu:
a) Tersedia Data yang Dapat Dipercaya.
Manajemen harus mempunyai sumber informasi yang akurat atas operasi perusahaan. Beragam
informasi dengan area yang luas akan sangat membantu manajemen untuk mengambil keputusan yang
tepat.b) Pengamanan Atas Harta Perusahaan dan Sistem Pencatatan.
Bentuk fisik dari harta perusahaan dapat dicuri, disalahgunakan, dan rusak karena kecerobohan, kecuali
hal-hal tersebut dilindungi dengan pengawasan yang cukup memadai. Hal yang sama akan terjadi
dengan harta perusahaan yang tidak berbentuk fisik seperti piutang, dokumen-dokumen penting, dan
catatan lainnya, sehingga harus dilakukan peningkatan sistem pengamanan harta perusahaan tertentu
dan catatan atau dokumen enting lainnya. Dengan sistem computer, jumlah data yang tersimpan dalam
file magnetic tape juga dapat dicuri dan dimusnahkan, sehingga pengawasan dan pengamanan atas
sistem komputerisasi harus dilakukan dengan ketat.c) Mempromosikan Efisiensi dalam Bidang
Operasional.
Pengawasan yang berada dalam organisasi perusahaan bertujuan untuk menghindari duplikasi
pekerjaan, melindungi segala hal yang mempengaruhi bidang usaha, dan hal-hal lain atas penggunaan
sumber-sumber dalam perusahaan yang tidak efisien.d) Menyarankan Dipatuhinya Semua
Kebijaksanaan Tertulis.
Manajemen mempunyai suatu misi yang ingin dicapai dengan sistem dan prosedur, serta peraturan-
peraturan perusahaan. Sistem pengendalian intern diciptakan agar dapat dilakukan oleh semua
karyawan perusahaan.6. Elemen Pengendalian Internal:
a. Lingkungan Pengendalian
b. Sistem Akuntansi
c. Prosedur PengendalianLingkungan PengendalianLingkungan Pengendalian dari suatu organisasi
menekankan pada berbagai macam faktor yang secara bersamaan mempengaruhi kebijakan dan
prosedur pengendalian.a) Filosofi dan Gaya Operasional Manajemen
Filosofi adalah seperangkat keyakinan dasar yang menjadi parameter bagi perusahaan dan
karyawannya. (menggambarkan apa yang seharusnya dikerjakan dan yang tidak dikerjakan). Gaya
Operasional mencerminkan ide manajer tentang bagaimana kegiatan operasi suatu perusahaan harus
dikerjakan (Filosofi perusahaan dikomunikasikan melalui gaya operasi manajemen).b) Struktur
Organisasi
Salah satu elemen kunci dalam lingkungan pengendalian adalah struktur organisasi. Struktur Organisasi
menunjukkan pola wewenang dan tanggung jawab yang ada dalam suatu perusahaan. (Desentralisasi
maupun sentralisasi).c) Dewan Komisaris Dan Audit Komite
Dewan komisaris merupakan penghubung antara pemegang saham dengan pihak manajemen
perusahaan. Pemegang saham mempercayakan pengendalian atas manajemen melalui dewan
komisaris. (jadi semuanya tergantung dari dewan komisaris). Komite audit dibentuk oleh dewan
komisaris untuk melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan pengendalian operasional
perusahaan.d) Metode Pendelegasian Wewenang Dan Tanggung Jawab
Metode pendelegasian wewenang dan tanggung jawab mempunyai pengaruh yang penting dalam
lingkungan pengendalian. Biasanya metode ini tercermin dalam suatu bagan organisasi.e) Metode
Pengendalian ManajemenLingkungan pengendalian juga dipengaruhi oleh metode pengendalian
manajemen. Metode ini meliputi pengawasan yang efektif (melalui peranggaran), laporan pertanggung
jawaban dan audit internal.f) Kebijakan dan praktik kepegawaian
Kebijakan dan praktek yang berhubungan dengan perekrutan, pelatihan, evaluasi, penggajian dan
promosi pegawai, mempunyai pengaruh yang penting dalam mencapai tujuan perusahaan sebagaimana
juga dilakukan dalam meminimumkan resiko.g) Pengaruh Ekstern
Organisasi harus mematuhi aturan-aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun pihak yang
mempunyai juridiksi atas organisasi. Hal tersebut sangat berpengaruh pada pengendalian intern
perusahaan.Sistem Akuntansi Sistem akuntansi tidak hanya digunakan untuk menghasilkan laporan
keuangan saja, tetapi juga menghasilkan pengendalian manajemen.Prosedur PengendalianProsedur
pengendalian merupakan kebijakan dan aturan mengenai kelakuan karyawan yang dibuat untuk
menjamin bahwa tujuan pengendalian manajemen dapat tercapai.Secara umum prosedur pengendalian
yang baik terdiri dari:a) Penggunaan wewenang secara tepat untuk melakukan suatu kegiatan atau
transaksi.
Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang memiliki
wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu dalam organisasi harus
dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi.
Dengan adanya pembagian wewenang ini akan mempermudah jika akan dilakukan audit trail, karena
otorisasi membatasi aktivitas transaksi hanya pada orang-orang yang terpilih. Otorisasi mencegah
terjadinya penyelewengan transaksi kepada orang lain.b) Pembagian tugas.
Pembagian tugas memisahkan fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi akuntansi (pencatatan). Dan
suatu fungsi tidak boleh melaksanakan semua tahap suatu transaksi. Dengan pemisahakn fungsi operasi
dan penyimpanan dari fungsi pencatatan, catatan akuntansi yang disiapkan dapat mencerminkan
transaksi yang sesungguhnya terjadi pada fungsi operasi dan fungsi penyimpanan. Jika semua fungsi
disatukan, akan membuka kemungkinan terjadinya pencatatan transaksi yang sebenarnya tidak terjadi,
sehingga informasi akuntansi yang dihasilkan tidak dapat dipercaya kebenarannya, dan sebagai
akibatnya kekayaan organisasi tidak terjamin keamanannya.c) Pembuatan dan penggunaan dokumen
serta catatan yang memadai.
Prosedur harus mencakup perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang memadai untuk
membantu meyakinkan adanya pencatatan transaksi dan kejadian secara memadai. Selanjutnya
dokumen dan catatan yang memadai akan menghasilkan informasi yang teliti dan dapat dipercaya
mengenai kekayaan, utang, pendapatan dan biaya suatu organisasi.(biasanya dilakukan berdampingan
dengan penggunaan wewenang secara tepat)d) Keamanan yang memadai terhadap aset dan catatan.
Keamanan yang memadai meliputi pembatasan akses ke tempat penyimpanan aset dan catatan
perusahaan untuk menghindari terjadinya pencurian aset dan data/informasi
perusahaan.e) Pengecekan independen terhadap kinerja.
Semua catatan mengenai aktiva yang ada harus dibandingkan (dicek) secara periodik dengan aktiva yang
ada secara fisik. Pengecekkan ini harus dilakukan oleh suatu unit organisasi yang independen (selain unit
fungsi penyimpanan, unit fungsi operasi dan unit fungsi pencatatan) untuk menjaga objektivitas
pemeriksaan.7. Pentingnya SPI klien bagi Auditor
Arti pentingnya SPI bagi manajemen dan auditor independen sudah lama diakui dalam profesi
akuntansi, dan pengakuan tersebut makin meluas dengan alasan : Semakin luas lingkup dan ukuran
perusahaan mengakibatkan di dalam banyak hal manajemen tidak dapat melakukan pengendalian
secara langsung atau secara pribadi terhdap jalannya perusahaan. Pengecekan dan review yang
melekat pada sistem pengendalian intern yang baik dapat akan pula melindungi dari kelemahan
manusia dan mengurangi kekeliruab dan penyimpngan yang akan terjadi Di lain pihak, adalah tidak
praktis bagi auditor untuk melakukan pengauditan secara menyeluruh atau secara detail untuk hampir
semu transaksi perusahaan dalam waktu dan biaya terbatas.Menurut Bambang Hartadi, Ak berikut di
bawah ini di pandang sebagai alasan mengapa sistem pengendalian intern diperlukan.a) Luas dan
ukuran kesatuan usaha yang menjadi begitu kompleks dan meluas sehingga manajemen harus
mempercayai berbagai macam laporan-laporan dan analisis-analisis. Untuk mengendalikan operasi
secara efektif.
b) Pengawasan dan penelaahan yang melihat pada sistem pengendalian intern yang baik mampu
melindungi terhadap kelemahan manusia dan mengurangi kemungkinan kesalahan atau ketidakberesan
akan terjadi.
c) Tidak praktis apakah akuntan untuk memeriksa secara keseluruhan dan keterbatasan uang jasa (fee)
tanpa mempercayai sistem pengendalian intern.
Tujuan Auditor memahami struktur pengendalian intern adalah sebagai berikut ; Memenuhi standar
auditing
Untuk menentukan kemungkinan dilakukannya pemeriksaan.
Untuk menentukan luasnya atau ruang lingkup audit atau menentukan bukti-bukti audit yang harus
dikumpulkan.
Untuk membantu sebagai dasar rekomendasi (jika perlu) kepada manajemen untuk mengadakan
perbaikan-perbaikan supaya SPI semakin sempurna.
Secara umum, auditor perlu memperoleh pemahaman tentang SPI kliennya untuk perencanaan
auditnya. Secara khusus, pemahaman auditor tentang struktur pengendalian intern yang berkaitan
dengan suatu asersi adalah untuk digunakan dalam kegiatan berikut ini : kemungkinan atau tidaknya
audit dilaksanakan
salah saji material yang potensial dapat terjadi
risiko deteksi
perancangan pengujian substantive
8. Pertimbangan Pengendalian Intern Dalam Perencanaan Audit
Dalam semua Audit, Auditor harus memperoleh pemahaman masing-masing dari lima komponen
pengendalian intern yang cukup untuk merencanakan audit dengan melaksanakan prosedur untuk
memahami dewsain pengendalian relevan dengan suatu audit laporan keuangan dan apakah
pengendalian tersebut dioperasikan.Dalam perencanaaan audit pengetahuan tersebut harus digunakan
untuk : mengidentifikasi tipe salah saji potensial.
mempertimbangkan faktor-faktor yang berdampak terhadap resiko salah saji material.
mendesain pengujian substantif.
Sifat, saat dan luasnya prosedur yang dipilih auditor untuk memperoleh pemahaman akan bervariasi
dengan ukuran dan kompleksitas entitas, pengalaman sebelumnya dengan entitas, sifat pengendalian
khusus yang terkait, dan sifat dokumentasi pengendalian khusus yang diselenggarakan oleh entitas.
Apakah suatu pengendalian telah dioperasikan adalah berbeda dari efektivitas operasinya. Dalam
memperoleh pengetahuan tentang apakah pengendalian telah dioperasikan, auditor menentukan
bahwa entitas telah menggunakannya. Di lain pihak, efektivitas operasi, berkaitan dengan bagaimana
pengendalian tersebut diterapkan, konsistensi penerapannya, dan oleh siapa pengendalian tersebut
diterapkan. B. PROSEDUR PEMERIKSAAN
Prosedur Audit adalah tindakan yang di lakukan atau metode dan taknik yang digunakan oleh auditor
untuk mendapatkan atau mengevaluasi bukti audit.1. Jenis Jenis Prosedur Audit
Prosedur Analitis
Terdiri dari kegiatan yang mempelajari dan membandingkan data yang memiliki hubungan.Prosedur
analitis mengahsilkan bukti analitis. Menginspeksi
Meliputi kegiatan pemeriksaan secara teliti atau pemeriksaan secara mendalam atas dokumen catatan
atau pemeriksaan fisik atas sumber-sumber berwujud. Dengan cara ini auditor dapat membuktikan
keaslian suatu dokumen. Mengkonfirmasi
Adalah suatu bentuk pengajuan pertanyaan yang memungkinkan auditor untuk mendapatkan informasi
langsung dari sumber independent dari luar perusahaan. Mengajukan pertanyaan
Hal ini bisa dilakukan secara lisan ataupun tertulis.Pertanyaan bisa dilakukan kepada sumber intern pada
perusahaan klien atau pada pihak luar. Menghitung
Penerapan prosedur menghitung yang paling umum dilakukan adalah:a) melakukan perhitungan fisik
atas barang-barang berwujud.
b) menghitung dokumen bernomor tercetak
Tindakan yang pertama dimaksudkan untuk mengevaluasi bukti fisik dari jumlah yang ada di tangan
sedangkan yang kedua merupakan cara untuk mengevaluasi bukti dokumen khususnya yang berkaitan
dengan kelengkapan catatan akuntansi. Menelusur Kegiatan yang biasa dilakukan adalah:
a) Memilih dokumen yang di buat pada saat transaksi terjadi.
b) Menentukan bahwa dokumen pada transaksi tersebut telah dicatat dengan tepat dalam catatan
akuntansi.
Mencocokkan ke dokumen
Kegiatannya meliputi :a) Memilih ayat jurnal tertentu dalam catatan akuntansi.
b) Mendapatkan dan menginspeksi dokumen tanyg menjadi dasar pembuatan ayat jurnal tersebut
untuk menentukan validasi dan ketelitian transaksi yang dicatat.
Mengamati
Aktivitas ini merupakan kegiatan rutin dari suatu tipe transaksi. Melakukan ulang
Auditor juga bisa melakukan ulang beberapa aspek dalam proses transaksi tertentu untuk memastikan
bahwa proses yang telah dilakukan klien sesuai dengan prosedur dan kebijakan pengendalian yang
telah di tetapkan. Teknik audit berbantu computer
2. Prosedur Audit
Prosedur audit pada dasarnya dapat diuraikan sebagai berikut:a) Perencanaan audit (planning the
audit)
Yaitu pemahaman atas sasaran yg akan diaudit, pengumpulan informasi awal, dan pengidentifikasian
resikob) Pengujian pengendalian (test of controls)
Yaitu penyelidikan, inspeksi dan observasi dari prosedur-prosedur kontrol untuk mengevaluasi apakah
sistem telah mempunyai kontrol yg baikc) Pengujian substantif
Pengujian transaksi (test of transactions)
Di dalam hal audit keuangan terhadap sistem akuntansi berbasis komputer, contoh pengujian
pengendalian ialah meneliti apakah transaksi-transaksi sudah dengan tepat dibukukan dalam catatan
akuntansi. Sedangkan dalam audit operasional, pengujian pengendalian ini dapat dilakukan misalnya
dengan memeriksa apakahrespon time sudah sesuai dengan yang diharapkan.
Pengujian saldo/keseluruhan hasil(test of balances or overall result)
Dalam audit keuangan, pengujian substantif atas saldo misalnya dilakukan dengan memeriksa apakah
saldo suatu account(rekening, misalnya piutang) telah sesuai. Teknik audit dapat dilakukan dengan
mengirimkan surat konfirmasi ke debitur. Sedangkan pada audit operasional misalnya dilakukan dengan
memeriksa terhadap efisiensi dan efektifitas dalam kegiatan komputerisasi.d) Penyelesaian audit
(Completion of the Audit)
Membuat kesimpulan/rekomendasi untuk dikomunikasikan pada manajemen.Beberapa hal penting
yang harus diperhatikan berkaitan dengan pelaksanaan audit ini, antara lain:a. Pemahaman auditor
terhadap objek audit
Objek audit meliputi keseluruhan perusahaan dan/atau kegiatan yang dikelola oleh perusahaan tersebut
dalam rangka mencapai tujuannya. Untuk mencapai tujuannya, objek audit menetapkan berbagai
program yang pelaksanaannya dijabarkan ke dalam berbagai bentuk kegiatan. Auditor harus
mengkomunikasikan dengan atasan pengelola objek atau pemberi tugas audit tentang pemahamannya
terhadap berbagai program/aktivitas objek audit untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman.
Komunikasi ini lebih efektif jika dilakukan secara tertulis, dengan meminta tanggapan pemberi tugas
audit tentang hal-hal berikut:o Informasi yang mendukung tujuan audit.
o Informasi yang mengarahkan ruang lingkup audit
o Informasi yang mengarah pada tujuan audit
b. Penentuan tujuan audit
Tujuan audit harus mengacu pada alasan mengapa audit harus dilakukan pada objek audit dan
didasarkan pada penugasan audit. Dalam merumuskan tujuannya, auditor dapat melakukannya dengan
cara sebagai berikut:o Mengidentifikasi tujuan yang ada, yang mungkin mempunyai arti penting pada
pemberi tugas.
o Mempertimbangkan tujuan audit yang telah ditetapkan pada masa sebelumnya.
o Membahas dengan pemberi tugas dan pengelola objek audit
c. Penentuan ruang lingkup dan tujuan audit
Ruang lingkup audit menunjukkan luas(area) dari tujuan audit. Penentuan ruang lingkup audit harus
mengacu pada tujuan audit yang telah ditetapkan. Secara garis besar ruang lingkup audit manajemen
terdiri atas:o Bidang keuangan
o Ketaatan kepada peraturan dan kebijakan perusahaan
o Ekonomisasi
o Efisiensi
o Efektivitas
Tujuan audit adalah target yang akan diaudit. Ada tiga elemen pentig dalam setiap tujuan audit, yaitu:
Kriteria, Penyebab, Akibat.d. Review terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berkaitan
dengan objek audit
Review (penelaahan) ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang peraturan-peraturan yang
berhubungan dengan objek audit baik bersifat umum maupun yang berhubungan khusus dengan
berbagai program/aktivitas yang diselenggarakan pada objek audit. Dengan penelaahan ini auditor
dapat memahami batas-batas wewenang objek audit dan berbagai program yang dilaksanakan dalam
mencapai tujuannya.e. Pengembangan kriteria awal dalam audit
Kriteria adalah norma atau standar yang merupakan pedoman bagi setiap individu maupun kelompok
dalam melakukan aktivitasnya di dalam perusahaan. Faktor yang mempengaruhi kriteria yang akan
digunakan dalam audit antara lain: Tujuan dari kegiatan yang diaudit, Pendekatan audit, Aktivitas tujuan
audit. Karakteristik kriteria yang baik antara lain: Realistis
Dapat dipercaya
Bebas dari pengaruh kelemahan manusia
Mengarah pada temuan-temuan dan kesimpulan untuk memenuhi kebutuhan informasi pemberi
tugas audit
Dirumuskan secara jelas dan tidak mengandung arti ganda yang dapat menimbulkan interpretasi
yang berbeda
Dapat dibandingkan
Diterima semua pihak
Lengkap
Memastikan adanya rentang waktu pada saat suatu kejadian/kegiatan berlangsung.
f. Kesimpulan Hasil Audit
Dari hasil audit, auditor harus membuat kesimpulan atas hasil audit pendahuluan yang telah dilakukan.
Kesimpulan ini akan menjadi dasar dalam menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam
tahapan audit selanjutnya.Adapun prosedur audit yang biasa dilakukan oleh auditor
meliputi:1) Inspeksi: Merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen dan kondisi fisik sesuatu.
2) Pengamatan (observation): Pengamatan atau observasi merupakan prosedur audit untuk melihat dan
menyaksikan suatu kegiatan.
3) Permintaan Keterangan (enquiry): Merupakan prosedur audit yang dilakukan dengan meminta
keterangan secara lisan.
4) Konfirmasi: Konfirmasi merupakan bentuk penyelidikan yang memungkinkan auditor memperoleh
informasi secara langsung dari pihak ketiga yang bebas.
5) Penelusuran (tracing): Penelusuran terutama dilakukan pada bahan bukti dokumenter. Dimana
dilakukan mulai dari data awal direkamnya dokumen, yang dilanjutkan dengan pelacakan pengolahan
data-data tersebut dalam proses akuntansi.
6) Pemeriksaan bukti pendukung (vouching): Pemeriksaan bukti pendukung (vouching) merupakan
prosedur audit yang meliputi; Inspeksi terhadap dokumen-dokumen yang mendukung suatu transaksi
atau data keuangan untuk menetukan kewajaran dan kebenarannya. Pembandingan dokumen tersebut
dengan catatan akuntansi yang berkaitan.
7) Perhitungan (counting): Prosedur audit ini meliputi perhitungan fisik terhadap sumberdaya berwujud
seperti kas atau sediaan tangan, pertangungjawaban semua formulir bernomor urut tercetak.
8) Scanning: Scanning merupakan penelaahan secara cepat terhadap dokumen, cacatan, dan daftar
untuk mendeteksi unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan penyelidikan lebih mendalam.
9) Pelaksanaan ulang (reperforming): Prosedur audit ini merupakan pengulangan aktivitas yang
dilaksanakan oleh klien.
10) Computer-assisted audit techniques: Apabila catatan akuntansi dilaksanakan dalam media
elektronik maka auditor perlu menggunakan Computer-assisted audit techniques dalam menggunakan
berbagai prosedur audit di atas.
DAFTAR PUSTAKA Ovy. 2009. Pengendalian Internal.
http://ovy19.wordpress.com/2009/11/04/pengendalian-internal/ (diakses tanggal 25 September 2013
pukul 18.00 WIB)
Fitiana, Meiza. 2010. Auditor Internal Perusahaan Dan Sistem Pengendalian Internal.
http://xmeizafitrianax.wordpress.com/2010/10/30/auditor-internal-perusahaan-dan-sistem-
pengendalian-internal/ (diakses tanggal 25 September 2013 pukul 18.00 WIB)
Bowop, Tri. 2012. Prosedur Audit Pemeriksaan Akuntansi. http://tri-
bowop.blogspot.com/2012/01/prosedur-auditpemeriksaan-akuntansi.html (diakses tanggal 25
September 2013 pukul 18.00 WIB)
Alvin A.Arens, Randal J.Elder, Mark S.Beasly (2004), Auditing dan Pelayanan Verifikasi, Pendekatan
Terpadu, Edisi Kesembilan, Jilid Satu, Penerbit PT IND

Diposkan oleh cindy di 11:15:00


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook

6 comments:

yo ga said...

Terima kasih atas informasinya, saya semakin paham mengenai Definisi Pengendalian
Internal

Thursday, 19 March 2015 at 15:24:00 GMT+7


yo ga said...

Salah satu fungsi internal audit adalah untuk mengevaluasi kecukupan pengendalian
seperti yang dijelaskan pada pengertian atau definisi mengenai internal audit menurut
IIA, Sawyer maupun menurut para ahli lainnya, baca selengkapnya mengenai: Definisi
Internal Audit

Friday, 20 March 2015 at 16:23:00 GMT+7

Cindy Rizka Qurlita said...

iya sama-sama :)

Monday, 23 March 2015 at 13:12:00 GMT+7

cindy said...

okay :)

Monday, 13 April 2015 at 08:48:00 GMT+7

cindy said...

sama2

Monday, 13 April 2015 at 08:49:00 GMT+7

sidoe.ga said...

Sebelumnya terima kasih atas penjelasannya, yang ingin saya tanyakan adalah apakah
internal audit memiliki tanggung jawab penuh terhadap pengendalian internal suatu
organisasi
DASAR DAN METODE PENGAWASAN

DASAR-DASAR DAN METODE PENGAWASAN

14.1. Pengertian Pengawasan


Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang
dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan
tersebut. Controlling is the process of measuring performance and taking action to ensure desired results.
Pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang terlaksana sesuai dengan apa
yang telah direncanakan . The process of ensuring that actual activities conform the planned activities.

Menurut Winardi Pengawasan adalah semua aktivitas yang dilaksanakan oleh pihak manajer
dalam upaya memastikan bahwa hasil aktual sesuai dengan hasil yang direncanakan. Sedangkan
menurut Basu Swasta Pengawasan merupakan fungsi yang menjamin bahwa kegiatan-kegiatan dapat
memberikan hasil seperti yang diinginkan. Sedangkan menurut Komaruddin Pengawasan adalah
berhubungan dengan perbandingan antara pelaksana aktual rencana, dan awal Unk langkah perbaikan
terhadap penyimpangan dan rencana yang berarti.

Pengawasan adalah suatu upaya yang sistematik untuk menetapkan kinerja standar pada
perencanaan untuk merancang sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan kinerja aktual
dengan standar yang telah ditentukan, untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan
tersebut, serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua
sumber daya perusahaan atau pemerintahan telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna
mencapai tujuan perusahaan atau pemerintahan. Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa pengawasan merupakan hal penting dalam menjalankan suatu perencanaan. Dengan
adanya pengawasan maka perencanaan yang diharapkan oleh manajemen dapat terpenuhi dan berjalan
dengan baik.

Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya kemungkinan


penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai. melalui pengawasan diharapkan dapat
membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah
direncanakan secara efektif dan efisien. Bahkan, melalui pengawasan tercipta suatu aktivitas yang
berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai sejauhmana pelaksanaan kerja sudah
dilaksanakan. Pengawasan juga dapat mendeteksi sejauhmana kebijakan pimpinan dijalankan dan sampai
sejauhmana penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut.

Konsep pengawasan demikian sebenarnya menunjukkan pengawasan merupakan bagian dari


fungsi manajemen, di mana pengawasan dianggap sebagai bentuk pemeriksaan atau pengontrolan dari
pihak yang lebih atas kepada pihak di bawahnya. Dalam ilmu manajemen, pengawasan ditempatkan
sebagai tahapan terakhir dari fungsi manajemen. Dari segi manajerial, pengawasan mengandung makna
pula sebagai :

Pengamatan atas pelaksanaan seluruh kegiatan unit organisasi yang diperiksa untuk menjamin
agar seluruh pekerjaan yang sedang dilaksanakan sesuai dengan rencana dan peraturan.

Sementara itu, dari segi hukum administrasi negara, pengawasan dimaknai sebagai :

Proses kegiatan yang membandingkan apa yang dijalankan, dilaksanakan, atau diselenggarakan
itu dengan apa yang dikehendaki, direncanakan, atau diperintahkan.

Sasaran pengawasan adalah temuan yang menyatakan terjadinya penyimpangan atas rencana
atau target. Sementara itu, tindakan yang dapat dilakukan adalah :

a. Mengarahkan atau merekomendasikan perbaikan.


b. Menyarankan agar ditekan adanya pemborosan.
c. Mengoptimalkan pekerjaan untuk mencapai sasaran rencana.

Pada dasarnya ada beberapa jenis pengawasan yang dapat dilakukan :

a. Pengawasan Intern dan Ekstern


Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau badan yang ada di dalam
lingkungan unit organisasi yang bersangkutan. Pengawasan dalam bentuk ini dapat dilakukan dengan
cara pengawasan atasan langsung atau pengawasan melekat (built in control) atau pengawasan yang
dilakukan secara rutin oleh inspektorat jenderal pada setiap kementerian dan inspektorat wilayah untuk
setiap daerah yang ada di Indonesia, dengan menempatkannya di bawah
pengawasan Kementerian Dalam Negeri.
Pengawasan ekstern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh unit pengawasan yang berada di
luar unit organisasi yang diawasi. Dalam hal ini di Indonesia adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yang
merupakan lembaga tinggi negara yang terlepas dari pengaruh kekuasaan manapun. Dalam menjalankan
tugasnya, BPK tidak mengabaikan hasil laporan pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah,
sehingga sudah sepantasnya di antara keduanya perlu terwujud harmonisasi dalam proses pengawasan
keuangan negara. Proses harmonisasi demikian tidak mengurangi independensi BPK untuk tidak memihak
dan menilai secara obyektif aktivitas pemerintah.

b. Pengawasan Preventif dan Represif


Pengawasan preventif lebih dimaksudkan sebagai, pengawasan yang dilakukan terhadap suatu
kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakan, sehingga dapat mencegah terjadinya penyimpangan.
Lazimnya, pengawasan ini dilakukan pemerintah dengan maksud untuk menghindari adanya
penyimpangan pelaksanaan keuangan negara yang akan membebankan dan merugikan negara lebih
besar. Di sisi lain, pengawasan ini juga dimaksudkan agar sistem pelaksanaan anggaran dapat berjalan
sebagaimana yang dikehendaki. Pengawasan preventif akan lebih bermanfaat dan bermakna jika
dilakukan oleh atasan langsung, sehingga penyimpangan yang kemungkinan dilakukan akan terdeteksi
lebih awal.

Di sisi lain, pengawasan represif adalah pengawasan yang dilakukan terhadap suatu kegiatan
setelah kegiatan itu dilakukan. Pengawasan model ini lazimnya dilakukan pada akhir tahun anggaran, di
mana anggaran yang telah ditentukan kemudian disampaikan laporannya. Setelah itu, dilakukan
pemeriksaan dan pengawasannya untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyimpangan.

c. Pengawasan Aktif dan Pasif


Pengawasan dekat (aktif) dilakukan sebagai bentuk pengawasan yang dilaksanakan di tempat
kegiatan yang bersangkutan. Hal ini berbeda dengan pengawasan jauh (pasif) yang melakukan
pengawasan melalui penelitian dan pengujian terhadap surat-surat pertanggung jawaban yang disertai
dengan bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran. Di sisi lain, pengawasan berdasarkan pemeriksaan
kebenaran formil menurut hak (rechmatigheid) adalah pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah
sesuai dengan peraturan, tidak kadaluarsa, dan hak itu terbukti kebenarannya. Sementara, hak
berdasarkan pemeriksaan kebenaran materil mengenai maksud tujuan pengeluaran (doelmatigheid)
adalah pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah memenuhi prinsip ekonomi, yaitu pengeluaran
tersebut diperlukan dan beban biaya yang serendah mungkin.
d. Pengawasan kebenaran formil menurut hak (rechtimatigheid) dan pemeriksaan kebenaran materiil
mengenai maksud tujuan pengeluaran (doelmatigheid)

Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan negara, pengawasan ditujukan untuk menghindari


terjadinya korupsi, penyelewengan, dan pemborosan anggaran negara yang tertuju pada aparatur atau
pegawai negeri. Dengan dijalankannya pengawasan tersebut diharapkan pengelolaan dan pertanggung
jawaban anggaran dan kebijakannegara dapat berjalan sebagaimana direncanakan.

14.2. Tahap Proses Pengawasan


Menurut Handoko (1998), proses pengawasan biasanya terdiri dari paling sedikit lima tahap
(langkah). Tahap-tahapnya adalah sebagai berikut :

a. Penetapan standar pelaksanaan


Standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat digunakan sebagai
patokan untuk penilaian hasil-hasil. Tujuan, sasaran, kuota, dan target pelaksanaan dapat digunakan
sebagai standar. Adapun bentuk standar yang lebih khusus antara lain target penjualan, anggaran, bagian
pasar, marjin keuntungan, keselamatan kerja dan sasaran produksi.

Ada tiga bentuk standar yang umum :

1. Standar-standar phisik; meliputi kuantitas barang atau jasa, jumlah langganan, atau kualitas produk.
2. Standar-standar moneter; yang ditunjukkan dalam rupiah dan mencakup biaya tenaga kerja, biaya
penjualan, laba kotor, pendapatan penjualan, dan sejenisnya.

3. Standar-standar waktu; meliputi kecepatan produksi atau batas waktu suatu pekerjaan harus diselesaikan.

b. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan


Penetapan standar adalah sia-sia bila tidak disertai berbagai cara untuk mengukur pelaksanaan
kegiatan nyata. Oleh sebab itu, langkah kedua dalam proses pengawasan adalah menentukan pengukuran
pelaksanaan kegiatan secara tepat.

c. Pengukuran pelaksanaan kegiatan


Ada berbagai cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan, yaitu 1) pengamatan (observasi),
2) laporan-laporan, baik lisan dan tertulis, 3) metode-metode otomatis dan 4) inspeksi, pengujian (test),
atau dengan pengambilan sampel.

d. Pembandingan pelaksanaan dengan standar dan analisa penyimpangan


Tahap kritis dari proses pengawasan adalah pembandingan pelaksanaan nyata dengan
pelaksanaan yang direncanakan atau standar yang telah ditetapkan. Penyimpangan-penyimpangan harus
dianalisa untuk menentukan mengapa standar tidak dapat dicapai.

e. Pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan


Bila hasil analisa menunjukkan perlunya tindakan koreksi, tindakan ini harus diambil. Tindakan
koreksi dapat diambil dalam berbagai bentuk, seperti :

Mengubah standar mula-mula (barangkali terlalu tinggi atau terlalu rendah).

Mengubah pengukuran pelaksanaan (inspeksi terlalu sering frekwensinya, atau kurang, atau bahkan
mengganti sistem pengukuran itu sendiri).

Mengubah cara dalam menganalisa dan menginterpretasikan penyimpangan-penyimpangan.

14.3. Alat Bantu Pengawasan Manajerial


Alat-alat pengawasan yang paling dikenal dan paling umum digunakan adalah :

a. Manajemen Pengecualian (Management by Exception)


Manajemen pengecualian adalah teknik pengawasan yang memungkinkan hanya penyimpangan
kecil antara yang direncanakan dan kinerja aktual yang mendapatkan perhatian dari wirausahawan.
Manajemen penegecualian didasarkan pada prinsip pengecualian, prinsip manajemen yang muncul paling
awal pada literatur manajemen. Prinsip pengecualian menyatakan bahwa bawahan menangani semua
persoalan rutin organisasional, sementara wirausahawan menangani persoalan organisasional non rutin
atau diluar kebiasaan.

b. Management Information System (MIS)


MIS yaitu suatu metoda informal pengadaan dan penyediaan bagi manajemen, informasi yang
diperlukan dengan akurat dan tepat waktu untuk membantu proses pembuatan keputusan dan
memungkinkan fungsi-fungsi perencanaan, pengawasan dan operasional organisasi yang dilaksanakan
secara efektif.

MIS dirancang melalui beberapa tahap utama yaitu :

Tahap survei pendahuluan dan perumusan masalah


Tahap desain konseptual
Tahap desain terperinci
Tahap implementasi akhir

Kriteria agar MIS berjalan efektif, yaitu :

Mengikut sertakan pemakai dalam tim perancangan

Mempertimbangkan secara hati-hati biaya system

Sedangakan criteria utama MIS efektif yaitu :

Pengawasan terhadap kegiatan yang benar

Tepat waktu dalam pemakainya

Menekan biaya secara efektif

System yang digunakan harus tepat dan akurat

Dapat diterima oleh yang bersangkutan

c. Analisa Rasio
Rasio adalah hubungan antara dua angka yang dihitung dengan membagi satu angka dengan
angka lainnya. Analisa rasio adalah proses menghasilkan informasi yang meringkas posisi financial dari
organisasi dengan menghitung rasio yang didasarkan pada berbagai ukuran finansial yang muncul pada
neraca dan neraca rugi-laba organisasi.

d. Penganggaran
Anggaran dalam organisasi ialah rencana keuangan yang menguraikan bagaimana dana pada
periode waktu tertentu akan dibelanjakan maupun bagaimana dana tersebut akan diperoleh. Anggaran
juga merupakan laporan resmi mengenai sumber-sumber keuangan yang telah disediakan untuk
membiayai pelaksanaan aktivitas tertentu dalam kurun waktu yang ditetapkan. Disamping sebagai
rencana keuangan, anggaran juga merupakan alat pengawasan.

Anggaran adalah bagian fundamental dari banyak program pengawasan organisasi. Pengawasan
anggaran atau Budgetary Control itu sendiri merupakan suatu sistem sasaran yang telah ditetapkan dalam
suatu anggaran untuk mengawasi kegiatan-kegiatan manajerial, dengan membandingkan pelaksanaan
nyata dan pelaksanaan yang direncanakan.

14.4. Metode dan Karakteristik Pengawasan yang Efektif


Secara garis besar pengawasan dapat dibagi menjadi dua, yaitu metode pengawasan kualitatif
dan metode pengawasan kuantitatif. Pengawasan kualitatif dilakukan oleh manajer untuk menjaga
performance organisasi secara keseluruhan, sikap serta performance karyawan. Metode pengawasan
kuantitatif dilakukan dengan menggunakan data, biasanya digunakan untuk mengawasi kuantitas maupun
kualitas produk. Ada beberapa cara yang biasa digunakan untuk mengadakan pengawasan kuantitatif,
antara lain: dengan menggunakan anggaran, mengadakan auditing, analisis break even, analisis rasio dan
sebagainya.

Adapun metode-metode pengawasan bisa dikelompokkan ke dalam dua bagian yakni :

a. Pengawasan Non-Kualitatif
Pengawasan non-kualitatif tidak melibatkan angka-angka dan dapat digunakan untuk mengawasi
prestasi organisasi secara keseluruhan. Teknik-teknik yang sering digunakan adalah :

1) Pengamatan (pengendalian dengan observasi). Pengamatan ditujukan untuk mengendalikan kegiatan


atau produk yang dapat diobservasi.
2) Inspeksi teratur dan langsung. Inspeksi teratur dilakukan secara periodic dengan mengamati kegiatan atau
produk yang dapat diobservasi.
3) Laporan lisan dan tertulis. Laporan lisan dan tertulis dapat menyajikan informasi yang dibutuhkan dengan
cepat disertai dengan feed-back dari bawahan dengan relatif lebih cepat.
4) Evaluasi pelaksanaan.
5) Diskusi antara manajer dengan bawahan tentang pelaksanaan suatu kegiatan. Cara ini dapat menjadi alat
pengendalian karena masalah yang mungkin ada dapat didiagnosis dan dipecahkan bersama.
6) Management by Exception (MBE). Dilakukan dengan memperhatikan perbedaan yang signifikan antara
rencana dan realisasi. Teknik tersebut didasarkan pada prinsip pengecualian. Prinsip tersebut mengatakan
bahwa bawahan mengerjakan semua kegiatan rutin, sementara manajer hanya mengerjakan kegiatan
tidak rutin.

b. Pengawasan Kuantitatif
Pengawasan kuantitatif melibatkan angka-angka untuk menilai suatu prestasi. Beberapa teknik
yang dapat dipakai dalam pengawasan kuantitatif :

1) Anggaran
Anggaran operasi, anggaran pembelanjaan modal, anggaran penjualan, anggaran kas.
Anggaran khusus, seperti planning programming, bud getting system (PBS), zero-base budgeting ( ZBB ),
dan human resource accounting (HRA).
2) Audit
Internal audit, tujuannya adalah membantu semua anggota manajemen dalam melaksanakan tanggung
jawab mereka dengan cara mengajukan analisis, penilaian, rekomendasi dan komentar mengenai
kegiatan mereka.
Eksternal audit, tujuannya menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar
keadaan keuangan dan hasil perusahaan.
3) Analisa Break-Even
Menganalisa dan menggambarkan hubungan biaya dan penghasilan untuk menentukan pada volume
berapa agar biaya total sehingga tidak mengalami laba atau rugi.

4) Analisis Rasio
Menyankut dua jenis perbandingan :
Membandingkan rasia saat ini dengan rasia-rasia dimasa lalu.
Membandingkan rasia-rasia suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis.

gat kerja sumber daya manusia, dsb.


Pengawasan sebagi salahsatu fungsi manajemen merupakan suatu proses yang tidak
terputus untuk menjaga agar pelaksanaan tugas, fungsi, dan wewenang tidak menyimpang dari
aturan yang telah ditetapkan dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Pengawasan pada hakikatnya harus menegakkan pilar-pilar efesiensi, efektivitas, dan
akuntabilitas serta sesuai aturan dan tepat sasaran. Pimpinan dalam melakukan pengawasan
terhadap kinerja anggota adalah untuk mengetahui pelaksanaan tugas ataupun pekerjaan yang
dibebankan pada anggotanya.
Samsudin menjelaskan bahwa dengan memerhatikan beberapa aspek pengawasan sumber
Daya manusia, maka perlu adanya ketentuan-ketentuan stanndar minimaldalam berbagai aspek
sebagai pedoman tolak ukur . tolak ukur semacam ini penting untuk memungkinkan sasaran-
sasaran yang diinginkan pada setiap aspek da[at dicapai dengan baik dan terkendali.
Pengawasan merupakan fungsi fundamental yang keempat dari fungsi manajemen.
Pengawasan dapat dianggap sebagai aktivitas untuk menemukan, mengoreksi penyimpangan-
penyimpangan penting dalam hasil yang dicapai dari aktivitas-aktivitas yang direncanakan.
Pengawasan harus mengusahakan terjadinya hal-hal tertentu maksudnya mencapai tujuan melalui
aktivitas-aktivitas yang telah direncanakan.
Menurut samsudin ketentuan standar minimal tolak ukur kinerja, antara lain:[2]
1. Jumlah personel yang harus ada dalam organisasi atau perusahaan yang bersangkutan untuk
mencapai sasaran yang ingin dicapai,
2. Kualitas kemampuan tenaga kerja yang bagaimana yang harus mengisi bagian dalam
organisasidengan segala jenis latar belakang pendidikannya,
3. Sasaran-sasaran apa saja pada tiap bagian yang ingin dicapai dan keterkaitan antara bagian-bagian
tersebut sehingga dalam mencapai sasaran organisasi dapat dilakukan secara sistematis,
4. Pola karier dari para pegawai dalam organisasi yang berpengaruh terhadap peningkatan prestasi
kerja, dsb.
Pengawasan disini lebih menekankan kepada penentuan apa yang sedang dilaksanakan
dengan cara menilai hasil atau prestasi kerja yang dicapai maupun bilamana diketemukan
penyimpangan atas standar kinerja yang telah di tetapkan pengawasan adalah suatu kegiatan
positif, karena berfungsi mengarahkan seluruh pelaksanaan pekerjaan guna mencapai sasaran
organisasi secara sistematis. Pengawasan dalam arti manajemen yang diformalkan tidak akan ada
tanpa adanya perencanaan, perorganisasian, dan menggerakan yang terjadi pada kegiatan
sebelumnya.
Kegagalan suatu pengawasan merupakan kegagalan perencanaan dan keberhasilan
perencanaan tersebut adalah merupakan keberhasilan dari tindakan pengawasan tersebut.
Pengawasan yang efektif akan membantu usaha-usaha untuk mengatur pekerjaan yang
direncanakan untuk memastikan bahwa pelasanaan pekerjaan tersebut berlangsung sesuai rencana.
2.2. Fungsi Pengawasan
Dalam kaitan dengan bahasan tentang fungsi pengawasan tersebut, berikut dikemukakan
pendapat dari beberapa ahli di bidang manajemen sumber daya manusia.
a. Fungsi pengawasan menurut Winardi[3]
Menetapkan tujuan-tujuan dan merencanakan bagaimana mencapainya;
Menentukan berapa banyak orang (karyawan) diperlukan serta keterampilan-keterampilan yang
perlu dimiliki mereka (organization);
Menyeleksi individu-individu untuk mengisi posisi-posisi (staffing) dan kemudian mereka diberi
tugas kerja dan ia membantu mereka yang bertanggung jawab untuk melaksanakannya dengan
baik (direction);
Dengan aneka macam laporan, ia meneliti bagaimana baiknya rencana-rencana dilaksanakan dan
ia mempelajari kembali rencana-rencana sehubungan dengan hasil-hasil yang dicapai dan apabila
perlu, rencana-rencana tersebut dimodifikasi.
Berdasakan uraian tersebut, berikut ini dikemukakan bahwa terhadap fungsi pengawasan
tersebut yaitu menetapkan tujuan-tujuan dan merencanakan bagaimana mencapainya, hal ini
berarti fungsi pengawsan ini tidak bisa terlepas dari fungsi manajemen lainnya khususnya
perencanaan (planning). Apabila fungsi planning tersebut berjalan dengan baik, diharapkan
didalam implementasinya juga dapat berjalan dengan sempurna. Namun demikian, untuk
mengontrol sejauh mana kesesuaian antara rencana kerja dengan proses kerja serta hasil
diperlukannya adanya pengawsan atau controlling. Dalam planning disini tersebut, organisasi
menetapkan apa yang ingin dikerjakan. Hal ini tentu saja terkait dengan ditetapkannya tujuan
organisasi, baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang, serta bagaimana cara untuk
mencapainya

Pengawasan adalah salah satu fungsi dasar manajemen yaitu kegiatan pengamatan agar
tugas-tugas yang telah direncanakan dilaksanakan dengan tepat sesuai rencana, dan
apabila terdapat penyimpangan diadakan tindakan-tindakan perbaikan[1]. Proses
pengawasan terdiri dari beberapa tindakan (langkah pokok) tertentu yang bersifat
fundamental bagi semua pengawasan manajerial, langkah-langkah pokok ini menurut
pakar manajemen George R. Terry meliputi: Menetapkan standar pengawasan;
Mengukur pelaksanaan pekerjaan; Membandingkan standar pengawasan dengan hasil
pelaksanaan pekerjaan; dan Tindakan koreksi apabila diperlukan (corrective action).

Standar Pengawasan adalah suatu standar (tolok ukur) yang merupakan patokan
bagi pengawas dalam menilai apakah obyek atau pekerjaan yang diawasi berjalan
dengan semestinya atau tidak. Standar pengawasan mengandung tiga aspek, yaitu :
Rencana yang telah ditetapkan; Ketentuan serta kebijaksanaan yang berlaku; dan
Prinsip-prinsip daya guna dan hasil guna dalam melaksanakan pekerjaan.
Aspek rencana yang telah ditetapkan mencakup kualitas dan kuantitas hasil
pekerjaan yang hendak dicapai; Sasaran-sasaran fungsional yang dikehendaki; dan
faktor waktu penyelesaian pekerjaan.
Aspek ketentuan serta kebijaksanaan yang berlaku mencakup ketentuan tentang
tata kerja; ketentuan tentang prosedur kerja (tata cara kerja); peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan pekerjaan; dan kebijaksanaan resmi yang berlaku, dll.
Aspek prinsip-prinsip daya guna dan hasil guna dalam melaksanakan pekerjaan
mencakup aspek rencana dan ketentuan serta kebijaksanaan telah terpenuhi. Pekerjaan
belum dapat dikatakan berjalan sesuai semestinya apabila efisien dan efektivitasnya
diabaikan, artinya kehematan dalam penggunaan dana, tenaga, material dan waktu juga
perlu mendapat perhatian yang serius.

Dalam tulisan ini akan dibahas beberapa jenis pengawasan yaitu pengawasan
melekat, pengawasan fungsional dan pengawasan politis.

Pengawasan Melekat

Pengawasan Atasan Langsung yang lebih familier disebut Pengawasan Melekat


memiliki dasar yaitu : Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 1983 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengawasan Presiden Republik Indonesia.

Dalam Instruksi Presiden tersebut disebutkan bahwa pengawasan terdiri dari


Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan atasan langsung baik di tingkat Pusat
maupun di tingkat Daerah dan Pengawasan yang dilakukan secara fungsional oleh
aparat pengawasan. Pengawasan yang dimaksud dalam kalimat pertama itulah yang
disebut sebagai pengawasan melekat.

Pengawasan melekat dimaksud dilakukan melalui enam hal yaitu: Penggarisan


struktur organisasi yang jelas dengan pembagian tugas dan fungsi beserta uraiannya
yang jelas pula; Melalui perincian kebijaksanaan pelaksanaan yang dituangkan secara
tertulis yang dapat menjadi pegangan dalam pelaksanaannya oleh bawahan yang
menerima pelimpahan wewenang dari atasan; Melalui rencana kerja yang
menggambarkan kegiatan yang harus dilaksanakan, bentuk hubungan kerja antar
kegiatan tersebut, dan hubungan antar berbagai kegiatan beserta sasaran yang harus
dicapainya; Melalui prosedur kerja yang merupakan petunjuk pelaksanaan yang jelas dari
atasan kepada bawahan; Melalui pencatatan hasil kerja serta pelaporannya yang
merupakan alat bagi atasan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan bagi
pengambilan keputusan serta penyusunan pertanggung-jawaban, baik mengenai
pelaksanaan tugas maupun mengenai pengelolaan keuangan; dan Melalui pembinaan
personil yang terus menerus agar para pelaksana menjadi unsur yang mampu
melaksanakan dengan baik tugas yang menjadi tanggungjawabnya dan tidak melakukan
tindakan yang bertentangan dengan maksud serta kepentingan tugasnya.

Pemerintah melakukan tindakan-tindakan untuk meningkatkan pengawasan


melekat. Tindakan-tindakan tersebut berfokus pada program lima aspek yaitu: Aspek
sarana pengawasan melekat; Aspek manusia dan budaya; Aspek tugas pokok dan fungsi
unit kerja; Aspek langkah-langkah pelaksanaan pengawasan melekat yang biasa disebut
dengan Standard Operational Prosedure (SOP); dan Aspek pelaporan pengawasan
melekat.

Pengawasan Fungsional

Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat yang


diadakan khusus untuk membantu pimpinan dalam menjalankan fungsi pengawasan di
lingkungan organisasi yang menjadi tanggung jawabnya. Pengawasan fungsional terdiri
dari Pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) ; Inspektorat Jenderal Departemen, Aparat Pengawasan
Lembaga Pemerintah Non Departemen/instansi pemerintah lainnya; dan Inspektorat
Wilayah Provinsi; dan Inspektorat Wilayah Kabupaten/Kota Madya.

Kegiatan pelaksanaan Pengawasan Fungsional dilaksanakan berdasarkan


rencana program kerja pengawasan tahunan yang disusun sesuai dan sejalan dengan
petunjuk MENKO EKUIN dan WASBANG. Usulan program kerja tahunan pengawasan
tahunan tersebut disusun oleh BPKP menjadi program kerja pengawasan tahunan
setelah berkonsultasi dengan aparat pengawasan fungsional yang bersangkutan.

Koordinasi Pelaksanaan Pengawasan Fungsional penting dilakukan untuk


menjamin keserasian dan keterpaduan pelaksanaan pengawasan. Kepala BPKP
memberikan pertimbangan kepada Menteri Keuangan dan Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional / Ketua BAPPENAS mengenai anggaran pelaksanaan program
kerja pengawasan tahunan.

Hasil pelaksanaan pengawasan, baik berdasarkan program kerja, pengawasan


tahunan maupun berdasarkan pengawasan khusus, dilakukan oleh aparat pengawasan
fungsional masing-masing kepada Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non
Departemen/Pimpinan Instansi yang bersangkutan dengan tembusan kepada Kepala
BPKP disertai saran tindak lanjut mengenai penyelesaian masalah yang terungkap
daripadanya. Khusus untuk masalah yang mempunyai dampak luas baik terhadap
jalannya pemerintahan maupun terhadap kehidupan masyarakat, aparat pengawasan
fungsional masing-masing melaporkan kepada MENKO EKUIN & WASBANG dan
Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen/Pimpinan Instansi Pemerintah
yang bersangkutan, dengan tembusan kepada Kepala BPKP.

Tujuan Pengawasan
Saydam mengemukakan tujuan pengawasan yaitu: Terciptanya kondisi yang mendukung
kelancaran dan ketepatan pelaksanaan tugas, kebijaksanaan pertauran perundang-undangan yang
dilakukan oleh atasan langsung.[5]
Adapun dari tujuan pengawasan adalah :
1. Mengetahui lancar atau tidaknya pekerjaan tersebut sesuai dengan yang telah direncanakan;
2. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat dengan melihat kelemahan-kelemahan, kesulitan-
kesulitan dan kegagalan-kegagalan dan mengadakan pencegahan agar tidak terulang kembali
kesalahan-kesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan baru;
3. Mengetahui apakah penggunaan fasilitas pendukung kegiatan telah sesuai dengan rencana atau
terarah pada pasaran;
4. Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan dalam perencanaan
semula;
5. Mengetahui apakah segala sesuatu berjalan efisien dan dapatkah diadakan perbaikan-perbaikan
lebih lanjut sehingga mendapatkan efisiensi yang besar.

Disamping itu, Griffin menjelaskan bahwa terdapat empat tujuan dari pengawasan:
1. Adaptasi Lingkungan
Maksudnya adalah agar perusahaan dapat terus beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di
lingkungan perusahaan, baik lingkungan yang bersifat internal maupun lingkungan lingkungan
eksternal.Dengan demikian fungsi pengawasan tidak saja dilakukan untuk memastikan agar
kegiatan perusahaan berjalan sebagaimana rencana yang telah ditetapkan, akan tetapi juga agar
kegiatan yang dijalankan sesuai dengan perubahan lingkungan, karena sangat memungkinkan
perusahaan juga merubah rencana perusahaan disebabkan terjadinya berbagai perubahan di
lingkungan yang dihadapi perusahaan.
2. Meminimumkan Kegagalan
Maksudnya adalah ketika perusahaan melakukan kegiatan produksi, misalnya perusahaan
berharap agar kegagalan seminimal mungkin. Oleh karena itu perusahaan perlu menjalankan
fungsi pengawasan agar kegagalan-kegagalan tersebut dapat diminimumkan.
3. Meminimumkan Biaya
Maksudnya adalah ketika perusahaan mengalami kegagalan maka akan ada pemborosan yang
tidak memberikan keuntungan bagi perusahaan. Maka untuk meminimumkan biaya sangat
diperlukan adanya pengawasan.
4. Antisipasi Kompleksitas Organisasi
Maksudnya adalah agar perusahaan dapat mengantisipasi berbagai kegiatan organisasi yang
kompleks. Kompleksitas tersebut mulai dari pengelolaan terhadap produk, tenaga kerja hingga
berbagai prosedur yang terkait dengan manajemen organisasi.
Pada dasarnya pengawasan bertujuan untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan yang terjadi
nantinya dapat digunakan sebai pedoman untuk mengambil kebijakan guna mencapai sasaran yang
optimal.

2.4. Proses Pengawasan


Pengawasan terdiri dari suatu proses berikut ini:
a. Menetapkan standar pelaksanaan
Standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat digunakan sebagai
patokan untuk penilaian hasil-hasil. Tujuan, sasaran, kuota, dan target pelaksanaan dapat
digunakan sebagai standar. Tujuan dilakukan penetapan standar pelaksanaan yaitu agar dalam
melakukan pengawasan manajer mempunyai standard yang jelas.

b. Mengukur hasil pekerjaan


Pengukuran di sini adalah tindakan memastikan jumlah atau kapasitas suatu entisitas yang
digariskan dengan baik. tanpa pengukuran, seseorang pimpinan dipaksa utnuk menerka atau
menggunakan metode kira-kira(rule-of-thumb methods) yang mungkin tidak dapat dipercaya. Pada
umumnya entisitas yang sedang diukur dapat diklasifikasikan ke dalam dua buah kelompok,yakni
pertama, yang berhubungan dengan pelaksanaan sebuah program atau pelaksanaannya secara
keseluruhan; dan kedua,mempersoalkan output per unit kerja langsung yang dipergunakan.
Apabila dihadapkan problem pengukuran untuk tujuan pengawasan, yaitu dalam bentuk hasil-
hasil yang kentara dan yang tidak kentara (tangible-and-intangible achievements). Jumlah
kesatuan yang diproduksi, jumlah sample yang dibagikan adalah contoh hasil-hasil intengible
adalah pengembangan para pimpinan; afektifitas komunikasi;dan pembentukan moral pegawai.
Lebih lanjut, Martoyo menjelaskan sebagai berikut semua pengawasan sumber daya manusia
ini harus diamati dengan penuh perhatian untuk memungkinkan tercapainya efisiensi dan
efektifitas pengolaan organisasi. Dalam hal ini tetap di perhatikan aspek menusiawinya pada batas
kewajaran atau pada batas proporsionalitas yan tepat, khusunya dalam rangka hubungan perburuan
pancasila.
Berdasarkan paparan diatas, dapat dikemukakan bahwa pengawasan sumber daya manusia ini
harus diamati dengan penuh perhatian,hal ini dimaksudkan bahwa pengawasan tidak semata-mata
ditujukan untuk menemukan siapa yang salah dalam hal terjadinya penyimpangan dalam realisasi
rencana. Namun, suatu pengawasan adalah untuk mencari fakta tantang apa yang tidak beres dalam
sistem, sehingga terjadi penyimpangan tersebut. Dengan demikian, pengawasan yang efektifas,
perbaikan sistem, serta penyelenggaraan kegiatan oprasional dimungkinkan akan terjadi.

c. Membandingkan hasil pekerjaan dengan standar


Tahap kritis dari proses pengawasan adalah pembandingan pelaksanaan nyata dengan
pelaksanaan yang direncanakan atau standar yang telah ditetapkan. Penyimpangan-penyimpangan
harus dianalisa untuk menentukan mengapa standar tidak dapat dicapai.
Suatu pengawasan harus pula diarahkan pada pencarian dan penemuan siapa yang salah karena
penyimpangan hanya mungkin terjadi karena faktor manusianya. Jadi pengawasan ini adalah suatu
tindakan membandingkan hasil pekerjaan dengan standart yang telah ditetapkan oleh organisasi.
Dalam hal membandingkan hasil pekerjaan dengan dasar pengawasan, maka soal kekecualian
yang perlu mendapatkan perhatian pemimpin. pimpinan yang bersangkutan tidak perlu
menghiraukan situasi-situasi hasil pekerjaan sama dengan atau sangat berdekatan dengan hasil-
hasil yang diharapkan.

d. Mengoreksi penyimpangan yang tidak dikehendaki melalui tindakan perbaikan.


Pengawasan atau pimpinan harus mampu memahami dengan pikiran yang jernih terhadap
seluruh pegawai yang diawasi. Apabila terjadi masalah atau semacam diskrepensi antara hasil
pekerjaan yang ditetapkan dalam rencana dengan kinerja yang ditampilkan oleh para pelaksana
tugas. Dalam hal mengkoreksi penyimpangan-penyimpangan, ini dapat dianggap sebagai tindakan
memaksa agar dilakukan usaha-usaha untuk mencapai hasil yang sesuai dengan apa yang
diharapkan.
Apabila hasil analisa menunjukkan perlunya tindakan koreksi, tindakan ini harus diambil.
Tindakan koreksi dapat diambil dalam berbagai bentuk, seperti:
Mengubah standar mula-mula (barangkali terlalu tinggi atau terlalu rendah)
Mengubah pengukuran pelaksanaan (inspeksi terlalu sering frekwensinya, atau kurang, atau
bahkan mengganti sistem pengukuran itu sendiri.)
Mengubah cara dalam menganalisa dan menginterpretasikan penyimpangan-penyimpangan.

2.5. Jenis-jenis Pengawasan


a. Menurut Nawawi, jenis-jenis pengawasan sebagai berikut:
1. Pengawasan internal
Pengawasan internal, yakni kegiatan pengawasan yang dilakukan orlh pimpinan/manajer puncak
dan/ manajer unit/ satuan kerja di lingkungan organisasi dan/ unit/ satuan kerja masing-masing;
2. Pengawasan eksternal
Pengawasan eksternal, yakni kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh organisasi kerja dari luar
organisasi kerja yang diawasi dalam menjalankan tugas pokoknya.

b. Pengawasan berdasarkan metode atau cara melaksanakannya, menurut Nawawi


1. Pengawasan tidak langsung
Pengawasan tidak langsung, yakni kegiatan pengawasan yang dilakukan mengevaluasi laporan,
baik tertulis maupun lisan. Pengawassan ini disebut pengawasan jarak jauh. Dengan adanya
laporan secara tertulis yang merupakan fakta autentik, maka akan menjadi bahan bagi pengawas
dalam mengetahui sejauh mana kinerja yang telah dicapai.
2. Pengawasan langsung
Pengawasan langsung, yakni kegiatan pengawasan yang dilakukan dengan mendatangi personel
dan/ unit kerja yang diawasi. Kegiatannya dapat dilakukan dengan mengumpulkan dan
mempelajari dokumen-dokumen, melakukan observasi, wawancara, pengujian sampel, dll.

c. Pengawasan berdasarkan pelaksanaanya, menurut Nawawi


1. Pengawasan fungsional
Pengawasan fungsional (wasnal), yaitu proses pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi oleh
aparatur pengawasan dalam sistem pemerintahan yang berfungsi dan tugas pokoknya khusus di
bidang pengawasan. Badan tersebut adalah Badan Pemeriksa Keuangan, Inspektorat Jenderal
Pembangunan (IRJENBANG), Badan Pengawas Keuangan dan Pembagunan (BPKP).
2. Pengawasan masyarakat
Pengawasan masyarakat adalah setiap penaduan, kritik, saran, pertanyaan, dll yang disampaikan
anggoata masyarakat mengenai pelaksanaan pekerjaan oleh unit/ organisasi kerja nonprofit di
bidang pemerintahan dalam melaksanakan tugas pokoknya memberikan pelayanan umum dan
pembangunan untuk kepentingan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Pengawasan melekat
Pengawasan melekat (Waskat), yaitu proses pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi oleh pimpinan
unit/organisasi kerja terhadap fungsi semua komponen dalam melaksanakan pekerjaan di
lingkungan suatu organisasi nonprofit dan terhadap pendayagunaan semua sumber daya, untuk
mengetahui kelemahan dan kelebihan yang dapat digunakan untuk pengembangan unit/organisasi
di masa yang akan datang.
Sasaran yang hendak dituju dalam pengawasan melekat adalah meningkatkan disiplin,
prestasi kerja, menekan penyalahgunaan wewenang, menekan kebocoran, pemborosan, pungutan
liar, dan pencapaian sasaran pelaksanaan pekerjaan.
Pegawasan melekat dilakukan oleh atasan langsung terhadap pelaksanaan pekerjaan
bawahan. Dalam hal ini atasan langsung berkewajiban mengawasi setiap pelakasanaan pekerjaan
yang dilaksanakan oleh bawahannya dengan tujuan agar pelaksanaan pekerjaan tersebut tidak
terjadi penyimpangan. Oleh karena itu, tugas tersebut tidak mungkin dilimpahkan kepada orang
lain.
Pengawasan melekat dapat dilakukan melalui:
1. pengarisan struktur organisasi yang jelas dengan pembagian tugas dan fungsi beserta uraiannya
yang jelas pula;
2. perincian kebijaksanaan pelaksanaan dituangkan secara tertulis yang dapat menjadi pegangan
dalam pelaksanaannya oleh bawahan yang menerima pellimpahan wewenang dari atasan;
3. rencana kerja yang menggambarkan kegiatan harus dilaksanaan, bentuk hubungan kerja
antarkegiatan dan hubungan antara berbagai kegiatan beserat sasaran yang harus dicapainya.
4. prosedur kerja yang merupakan petunjuk pelaksanaan yang jelas dari atasan kepada bawahannya;
5. pencatatan hasil kerja serta pelaporannya yang merupakan alat untuk mendapatkan informasi yang
diperlukan;
6. pembinaan personel yang terus-menerus agar para pelaksana menjadi unsur yang mampu
melaksanakan tugas yang menjadi tanggungjawabnya.
Dalam pelaksanaan pengawasan yang melekat, atasan juga perlu melakukan pemantauan
atas berbagai aspek. Aspek yang perlu dipantau adalah:
sasaran
sistem kerja
pelaksanaan tugas itu sesndiri.
Sedangkan cara pemantauannya dibagi menjadi:
pemantauan dilakukan secara formal pada waktu tertentu
pemantauan dilakukan secara informal yang bersifat terus-menerus melaksanakan komunikasi
terbuka antara atasan dengan bawahan.
Setelah melakukan pamantauan, perlu adanya evaluasi mengenai bagaimana ketetapan pemakaian
sarana, sistem kerja, pelaksanaan pekerjaan, dan hasil dari pekerjaan tersebut. Langkah-langkah
evaluasi dalam pengawasan melekat adalah sebagai berikut:
1. pengumpulan data;
2. melakukan analisis terhadap data yang masuk;
3. membandingkan dengnan standar kerja yang ada;
4. menganalisis sebab-sebab terjasinya penyimpangan;
5. menyusun pelaksanaan tindak lanjut yang akan dilakukan terhadap penyimpangan yang terjadi.

2.6. Pentingnya Pengawasan


Suatu organisasi akan berjalan terus dan semakin komplek dari waktu ke waktu, banyaknya
orang yang berbuat kesalahan dan guna mengevaluasi atas hasil kegiatan yang telah dilakukan,
inilah yang membuat fungsi pengawasan semakin penting dalam setiap organisasi. Tanpa adanya
pengawasan yang baik tentunya akan menghasilkan tujuan yang kurang memuaskan, baik bagi
organisasinya itu sendiri maupun bagi para pekerjanya.
Ada beberapa alasan mengapa pengawasan itu penting, diantaranya :
a. Perubahan lingkungan organisasi
Berbagai perubahan lingkungan organisasi terjadi terus-menerus dan tak dapat dihindari,
seperti munculnya inovasi produk dan pesaing baru, diketemukannya bahan baku baru dsb.
Melalui fungsi pengawasannya manajer mendeteksi perubahan yang berpengaruh pada barang dan
jasa organisasi sehingga mampu menghadapi tantangan atau memanfaatkan kesempatan yang
diciptakan perubahan yang terjadi.

b. Peningkatan kompleksitas organisasi


Semakin besar organisasi, makin memerlukan pengawasan yang lebih formal dan hati-hati.
Berbagai jenis produk harus diawasi untuk menjamin kualitas dan profitabilitas tetap terjaga.
Semuanya memerlukan pelaksanaan fungsi pengawasan dengan lebih efisien dan efektif.

c. Meminimalisasikan tingginya kesalahan-kesalahan


Bila para bawahan tidak membuat kesalahan, manajer dapat secara sederhana melakukan
fungsi pengawasan. Tetapi kebanyakan anggota organisasi sering membuat kesalahan. Sistem
pengawasan memungkinkan manajer mendeteksi kesalahan tersebut sebelum menjadi kritis.

d. Kebutuhan manager untuk mendelegasikan wewenang


Bila manajer mendelegasikan wewenang kepada bawahannya tanggung jawab atasan itu
sendiri tidak berkurang. Satu-satunya cara manajer dapat menentukan apakah bawahan telah
melakukan tugasnya adalah dengan mengimplementasikan sistem pengawasan.

2.7. Prinsip-prinsip Pengawasan


Pengawasan mempunyai sifat menyeluruh dan luas, maka dalam pelaksanaanya diperlukan
prinsip-prinsip pengawasan yang dapat dipatuhi dan dijalankan, adapun prinsip-prinsip
pengawasan itu adalah sebagai berikut :
1. Objektif dan menghasilkan data, Artinya pengawasan harus bersifat objektif dan harus dapat
menemukan fakta-fakta tentang pelaksanaan pekerjaan dan berbagai faktor yang
mempengaruhinya.
2. Berpangkal tolak dari keputusan pimpinan, Artinya untuk dapat mengetahui dan menilai ada
tidaknya kesalahan-kesalahan dan penyimpangan, pengawasan harus bertolak pangkal dari
keputusan pimpinan yang tercermin dalam:
a) Tujuan yang ditetapkan
b) Rencana kerja yang telah ditentukan
c) Kebijaksanaan dan pedoman kerja yang telah digariskan
d) Perintah yang telah diberikan
e) Peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.
3. Preventif, Artinya bahwa pengawasan tersebut adalah untuk menjamin tercapainya tujuan yang
telah ditetapkan, yang harus efisien dan efektif, maka pengawasan harus bersifat mencegah jangan
sampai terjadi kesalahan- kesalahan berkembangnya dan terulangnya kesalahan-kesalahan.
4. Bukan tujuan tetapi sarana, Artinya pengawasan tersebut hendaknya tidak dijadikan tujuan
tetapi sarana untuk menjamin dan meningkatkan efisiensi dan efekt ifitas pencapaian tujuan
organisasi.
5. Efisiensi, Artinya pengawasan haruslah dilakuan secara efisien, bukan justru menghambat
efisiensi pelaksanaan kerja.
6. Apa yang salah, Artinya pengawasan haruslah dilakukan bukanlah semata- mata mencari siapa
yang salah, tetapi apa yang salah, bagaimana timbulnya dan sifat kesalahan itu.
7. Membimbing dan mendidik, Artinya pengawasan harus bersifat membimbing dan mendidik
agar pelaksana dapat meningkatkan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang ditetapkan

Karakteristik pelaksanaan pengawasan yang berhasil


1. Meningkatkan disiplin dan prestasi kerja pegawai;
2. Terjadi pengurangan tingkat penyalahgunaan wewenang dan berkuranganya kebocoran dan
pemborosan serta berbagai bentuk pungutan;
3. Semakin berkurangnya kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan pekerjaan.

A. PENGERTIAN PENGAWASAN

Gaya Operasional mencerminkan ide manajer tentang Pengawasan adalah proses dalam
menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil
yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut. Pengawasan adalah proses
untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah
direncanakan

Menurut Winardi Pengawasan adalah semua aktivitas yang dilaksanakan oleh pihak manajer
dalam upaya memastikan bahwa hasil aktual sesuai dengan hasil yang direncanakan. Sedangkan
menurut Basu Swasta Pengawasan merupakan fungsi yang menjamin bahwa kegiatan-kegiatan
dapat memberikan hasil seperti yang diinginkan. Sedangkan menurut Komaruddin
Pengawasan adalah berhubungan dengan perbandingan antara pelaksana aktual rencana, dan
awal Unk langkah perbaikan terhadap penyimpangan dan rencana yang berarti.

Pengawasan adalah suatu upaya yang sistematik untuk menetapkan kinerja standar pada
perencanaan untuk merancang sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan kinerja
aktual dengan standar yang telah ditentukan, untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu
penyimpangan tersebut, serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk
menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan atau pemerintahan telah digunakan seefektif
dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan perusahaan atau pemerintahan. Dari beberapa
pendapat tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengawasan merupakan hal penting
dalam menjalankan suatu perencanaan. Dengan adanya pengawasan maka perencanaan yang
diharapkan oleh manajemen dapat terpenuhi dan berjalan dengan baik.

Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya kemungkinan


penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai. melalui pengawasan
diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai
tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien. Bahkan, melalui pengawasan tercipta
suatu aktivitas yang berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai sejauhmana
pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan. Pengawasan juga dapat mendeteksi sejauhmana kebijakan
pimpinan dijalankan dan sampai sejauhmana penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan
kerja tersebut.

Konsep pengawasan demikian sebenarnya menunjukkan pengawasan merupakan bagian dari


fungsi manajemen, di mana pengawasan dianggap sebagai bentuk pemeriksaan atau
pengontrolan dari pihak yang lebih atas kepada pihak di bawahnya. Dalam ilmu manajemen,
pengawasan ditempatkan sebagai tahapan terakhir dari fungsi manajemen. Dari segi manajerial,
pengawasan mengandung makna pula sebagai:

pengamatan atas pelaksanaan seluruh kegiatan unit organisasi yang diperiksa untuk menjamin
agar seluruh pekerjaan yang sedang dilaksanakan sesuai dengan rencana dan peraturan.

atau

suatu usaha agar suatu pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan, dan dengan adanya pengawasan dapat memperkecil timbulnya hambatan, sedangkan
hambatan yang telah terjadi dapat segera diketahui yang kemudian dapat dilakukan tindakan
perbaikannya.
Sementara itu, dari segi hukum administrasi negara, pengawasan dimaknai sebagai

proses kegiatan yang membandingkan apa yang dijalankan, dilaksanakan, atau diselenggarakan
itu dengan apa yang dikehendaki, direncanakan, atau diperintahkan.

Hasil pengawasan ini harus dapat menunjukkan sampai di mana terdapat kecocokan dan
ketidakcocokan dan menemukan penyebab ketidakcocokan yang muncul. Dalam konteks
membangun manajemen pemerintahan publik yang bercirikan good governance (tata kelola
pemerintahan yang baik), pengawasan merupakan aspek penting untuk menjaga fungsi
pemerintahan berjalan sebagaimana mestinya. Dalam konteks ini, pengawasan menjadi sama
pentingnya dengan penerapan good governance itu sendiri.

Dalam kaitannya dengan akuntabilitas publik, pengawasan merupakan salah satu cara untuk
membangun dan menjaga legitimasi warga masyarakat terhadap kinerja pemerintahan dengan
menciptakan suatu sistem pengawasan yang efektif, baik pengawasan intern (internal control)
maupun pengawasan ekstern (external control). Di samping mendorong adanya pengawasan
masyarakat (social control).

Sasaran pengawasan adalah temuan yang menyatakan terjadinya penyimpangan atas rencana
atau target. Sementara itu, tindakan yang dapat dilakukan adalah:

a. mengarahkan atau merekomendasikan perbaikan;

b. menyarankan agar ditekan adanya pemborosan;

c. mengoptimalkan pekerjaan untuk mencapai sasaran rencana.

B. JENIS-JENIS PENGAWASAN

Pada dasarnya ada beberapa jenis pengawasan yang dapat dilakukan, yaitu:

1) Pengawasan Intern dan Ekstern

Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau badan yang ada di dalam
lingkungan unit organisasi yang bersangkutan. Pengawasan dalam bentuk ini dapat dilakukan
dengan cara pengawasan atasan langsung atau pengawasan melekat (built in control) atau
pengawasan yang dilakukan secara rutin oleh inspektorat jenderal pada setiap kementerian dan
inspektorat wilayah untuk setiap daerah yang ada di Indonesia, dengan menempatkannya di
bawah pengawasan Kementerian Dalam Negeri.

Pengawasan ekstern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh unit pengawasan yang berada di
luar unit organisasi yang diawasi. Dalam hal ini di Indonesia adalah Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK), yang merupakan lembaga tinggi negara yang terlepas dari pengaruh kekuasaan manapun.
Dalam menjalankan tugasnya, BPK tidak mengabaikan hasil laporan pemeriksaan aparat
pengawasan intern pemerintah, sehingga sudah sepantasnya di antara keduanya perlu terwujud
harmonisasi dalam proses pengawasan keuangan negara. Proses harmonisasi demikian tidak
mengurangi independensi BPK untuk tidak memihak dan menilai secara obyektif aktivitas
pemerintah.

2) Pengawasan Preventif dan Represif

Pengawasan preventif lebih dimaksudkan sebagai, pengawasan yang dilakukan


terhadap suatu kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakan, sehingga dapat mencegah terjadinya
penyimpangan. Lazimnya, pengawasan ini dilakukan pemerintah dengan maksud untuk
menghindari adanya penyimpangan pelaksanaan keuangan negara yang akan membebankan dan
merugikan negara lebih besar. Di sisi lain, pengawasan ini juga dimaksudkan agar sistem
pelaksanaan anggaran dapat berjalan sebagaimana yang dikehendaki. Pengawasan preventif akan
lebih bermanfaat dan bermakna jika dilakukan oleh atasan langsung, sehingga penyimpangan
yang kemungkinan dilakukan akan terdeteksi lebih awal.

Pengawasan represif adalah pengawasan yang dilakukan terhadap suatu kegiatan


setelah kegiatan itu dilakukan. Pengawasan model ini lazimnya dilakukan pada akhir tahun
anggaran, di mana anggaran yang telah ditentukan kemudian disampaikan laporannya. Setelah
itu, dilakukan pemeriksaan dan pengawasannya untuk mengetahui kemungkinan terjadinya
penyimpangan.

3) Pengawasan Aktif dan Pasif

Pengawasan dekat (aktif) dilakukan sebagai bentuk pengawasan yang dilaksanakan di


tempat kegiatan yang bersangkutan. Hal ini berbeda dengan pengawasan jauh (pasif) yang
melakukan pengawasan melalui penelitian dan pengujian terhadap surat-surat pertanggung
jawaban yang disertai dengan bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran. Di sisi lain, pengawasan
berdasarkan pemeriksaan kebenaran formil menurut hak (rechmatigheid) adalah pemeriksaan
terhadap pengeluaran apakah telah sesuai dengan peraturan, tidak kadaluarsa, dan hak itu
terbukti kebenarannya. Sementara, hak berdasarkan pemeriksaan kebenaran materil mengenai
maksud tujuan pengeluaran (doelmatigheid) adalah pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah
telah memenuhi prinsip ekonomi, yaitu pengeluaran tersebut diperlukan dan beban biaya yang
serendah mungkin.

4) Pengawasan kebenaran formil menurut hak (rechtimatigheid) dan pemeriksaan kebenaran


materiil mengenai maksud tujuan pengeluaran (doelmatigheid).

Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan negara, pengawasan ditujukan untuk


menghindari terjadinya korupsi, penyelewengan, dan pemborosan anggaran negara yang tertuju
pada aparatur atau pegawai negeri. Dengan dijalankannya pengawasan tersebut diharapkan
pengelolaan dan pertanggung jawaban anggaran dan kebijakan negara dapat berjalan
sebagaimana direncanakan.

Pengertian pengawasan menurut para ahli,yaitu;

Sondang P.siagian , pengawasan ialah proses pengamatan pelaksanaan seluruh kegiatan


organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilaksanakan brjalan,sesuai
dengan rencana yang telah ditentukan.

Suvamto, pengawasan ialah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai
kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas atau kegitan,apakah sesuai dengan yang
semestinya atau tidak.

C. FUNGSI DAN TUJUAN PENGAWASAN;

a. Fungsi pengawasan yaitu

Menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk melakukan akutansi atas perubahan


social,ekonomi.

Membantu menentukan apakah sumber daya dan pelayanan yang simaksudfkan untuk
kelompok sasaran.

Bermanfaat untuk menetukan apakah tindakan diri para administrator sesuai dengan baik.

b. Tujuan pengawasan yaitu;

Mengatahui jalanya pekerjaan apakah lancer atau tidak.

Memperbaiki kesalahan yg dbuat oleh pegawai.

Mengetahui penggunaan budget yang tlah ditetapkan dalam rencana awal yg terarah
kepada sasarannya dan sesuai dgn rencanakan.

Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dgn program.

Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dgn yang telah ditetapkan dalam perencanaan.

c. Sifat sifat pengawasan yaitu,

Polik

Yuridis

Administrative

Fungsional

Masyrakat

Ekonomis

Moril
d. Langkah-langkah pengawasan;

Suatu membuat planning (perencanaan).

Adanya pelaksanaan dari aktfitas

Harus perlihat perubahaanyg terjadi.

Bersifat ekonomi

e. Prinsip prinsip pengawasan;

Meniliki motivasi

Memiliki apa yg sedang dikerjakan

Membandingkanyg diperoleh dari hasilyg diberikan

Penerimaan hasilatau hak hasil

f. Keuntungan pekerjaan pengawasan;

Tujuan lebih mudah dapat dicapai

Bercipta suasana keterbukaan dan kejujuran

Menimbulkan rasa PD dan menghilangkan rasa curigaan dalam organisasi

Menimbulkan rasa aman dan mendorong jiwa yg sehat

Mendukung rasa saling memiliki

Meningkatkan pikran yg sehat

Meningkatkan PD dan produkti

Anda mungkin juga menyukai