Anda di halaman 1dari 2

Perencananaan serangan umum di seluruh wilayah Divisi III.

Seluruh pucuk pimpinan divisi III mengadakan koordinasi yang disebut dengan rapat
pimpinan tertinggi militer dan sipil. Rapat ini diselenggarakan pada tanggal 18 Februari
1949. Pada kesempatan kali ini sesuai dengan perintah Jenderal Soedirman, W.
Hutagalung menyampaikan grand design serangan umum di seluruh wilayah Divisi III.
Pokok-pokok rencana tersebut adalah sebagai berikut1.

1. Serangan dilakukan secara serentak di seluruh wilayah Divisi III yang melibatkan
wehkreis I, II, dan III.
2. Mengerahkan seluruh potensi militer dan sipil di bawah gubernur militer.
3. Mengadakan serangan spektakuler terhadap satu kota besar di wilayah Divisi III.
4. Harus berkoordinasi dengan Divisi II agar memperoleh efek lebih besar.
5. Serangan tersebut harus diketahui dunia internasional.

Selain pokok-pokok di atas, dalam konsep pertahanan rakyat total sebagai pelengkap
perintah siasat panglima besar no. 1 Staf Operatif pada tanggal 3 Juni 1948
mengeluarkan intruksi yang tertera pada butir ke -8 mengenai kesehatan yang berbunyi
kesehatan terutama tergantung pada kesehatan rakyat dan PMI karena itu evakuasi para
dokter dan rumah obat mesti menjadi perhatian.

Waktu persiapan pelaksanaan serangan umum ini dimulai sejak tanggal 25 Februari 1949,
sedangkan serangan umum ke ibu kota Yogyakarta direncanakan akan dilaksanakan
pada tanggal 1 Maret 1949 pada pukul 06.00. Perintah ini diberikan langsunng oleh
Panglima Divisi III, Kolonel Bambang Sugeng, kepada Letnan kolonel Suharto.
Keseluruhan hasil rapat ini disampaikan kepada Jenderal Soedirman melalui kurir.

Dalam pelaksanaannya serangan umum ini dipusatkan di Yogyakarta dan sekitarnya,


khususnya Magelang. Namun serangan umum juga dilakukan di seluruh wilayah Divisi III,
khususnya kota Solo. Hal ini dimaksudkan agar pasukan Belanda yang ada di Yogyakarta
tidak memperoleh bantuan kekuatan dari wilayah sekitarnya.

Serangan ini sesungguhnya merupakan sebuah taktik untuk membuktikan kepada dunia
bahwa tentara Indonesia masih ada dan kuat. Sesuai dengan grand design poin ke 5
maka dipilihlah pemuda-pemuda Indonesia yang berperawakan tinggi dan fasih berbahasa

1
Hutagalung, Batara R. 2010. Serangan Umum 1 Maret 1949: Dalam Kaleidoskop Sejarah Perjuangan
Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia. Yogyakarta: LkiS. (hal. 437-438)
asing, terutama bahasa inggris, belanda, dan perancis. Mereka dilengkapi dengan
seragam tentara Indonesia.

Selain itu, upaya untuk menyebarluaskan berita serangan umum juga dilakukan dengan
cara berkoordinasi dengan stasiun pemancar radio AURI. Berita tersebut disiarkan dari
pangkalan di playen kemudian ditangkap oleh stasiun pemancar di Bukit Tinggi,
Sumatera. Selanjutnya berita tersebut diteruskan ke Aceh dan berhasil ditangkap oleh
stasiun radio Birma. Berita ini ditangkap pula oleh stasiun radio di India, All India Radio.
Stasiun radio inilah yang kemudian menyebarluaskan berita ini ke seluruh dunia hingga
terdengar oleh dewan keamanan PBB.

Anda mungkin juga menyukai