Anda di halaman 1dari 11

EVALUASI PERAN PARITAS TERHADAP PROSES PERSALINAN DAN

HASILNYA MENGGUNAKAN PARTOGRAF WHO TERMODIFIKASI

JURNAL READING

Disusun untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Madya


LAB/SMF Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSD.dr.Soebandi Jember

Disusun oleh:
Ghuiranda Syabannur Ramadhan
122011101043

Pembimbing:
dr. Gogot Suharyanto, Sp.OG

LAB/SMF ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSD dr. SOEBANDI JEMBER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER
2017
International Journal Of Reproduction, Contraception, Obstetrics, and
Gynecology Shah N et al. Int J Reprod Contracept Obstet Gynecol. 2016 Mar;
5(3): 860-863.

* Nupur Shah, Nandita Maitira, S. L. Pagi

Abstrak
Proses persalinan dan hasilnya dapat dipengaruhi oleh paritas ibu. Hal ini
dapat dibuktikan secara grafis menggunakan suatu alat pengukuran yang tidak
mahal, yaitu partograf WHO yang telah dimodifikasi. Plotting pada partograf
tersebut dapat digunakan untuk mengenali dan mencegah timbulnya komplikasi
selama persalinan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui serta
membandingkan perjalanan persalinan dan hasilnya pada ibu hamil primigravida
dengan multigravida. Alat pemantauan proses persalinan pada penelitian ini
adalah partograf WHO yang telah dimodifikasi.

Penelitian ini telah dilaksanakan di rumah sakit SSG, Baroda mulai bulan
Agustus 2012 hingga bulan Juli 2013. Sebanyak 124 ibu hamil primigravida dan
124 ibu hamil multigravida dimasukkan ke dalam subyek penelitian berdasarkan
kriteria inklusif dan eksklusif. Perjalanan persalinan dimulai dari kala 1 fase aktif
kemudian dinilai dan di catat dalam partograf WHO yang telah dimodifikasi.
Hasil dari penelitian ini mencakup: durasi kala 1 fase aktif dan kala 2, kecepatan
dilatasi servikal/progres cervicometric, angka kejadian induksi persalinan, angka
kejadian persalinan secara operasi, dan dampak persalinan terhadap neonatus
(skor APGAR, lama perawatan di NICU dan berat badan lahir).

Didapatkan hasil durasi kala 1 fase aktif (5.07 jam) dan kala 2 (33.57
menit) lebih lama pada primigravida dibanding pada ibu hamil multigravida (3.78
jam dan 22.86 menit) . Hal ini ditandai dengan proses persalinan yang lebih lama
berdasarkan ploting pada partograf WHO yang telah dimodifikasi. Kecepatan
dilatasi servikal pada primigravida adalah sebesar 1.22 + 0.287 cm/jam dimana
hal ini lebih lama dibanding dengan multigravida yaitu sebesar 1.65 + 0.408
cm/jam. Selain itu angka kejadian kelahiran melalui bedah sesar lebih banyak
terjadi pada primigravida dibanding pada multigravida (16.93% dibanding
3.22%).

Kesimpulannya berdasarkan hasil pada penelitian ini, partograf WHO


yang telah dimodifikasi merupakan alat yang sangat berguna di lapangan untuk
membandingkan perjalanan atau proses persalinan.

Pendahuluan
Risiko selama persalinan terutama ditentukan oleh riwayat obstetri. Risiko
persalinan ini lebih banyak ditemukan pada ibu hamil primipara. Persalinan yang
memanjang dan terhambat merupakan salah satu penyebab mortalitas maternal
dan perinatal yang dapat dicegah. Pencegahan salah satunya diawali dengan
pengenalan awal tanda-tanda disproporsi cefalo-pelvis. Selain itu, untuk
mencegah timbulnya risiko persalinan tersebut, maka digunakan partograf untuk
membantu memantau persalinan dan menentukan waktu yang tepat untuk merujuk
pasien atau waktu memberikan intervensi. Partograf telah dimodifikasi oleh WHO
agar dapat digunakan di rumah sakit. Partograf ini tidak dapat digunakan untuk
memantau proses persalinan yang masih dalam fase laten. Selain itu, grafik
plotting dimulai dari dilatasi serviks sebesar 4 cm. Grafik plotting ini dimulai dari
dilatasi serviks sebesar 4 cm untuk mencegah adanya intervensi pada ibu hamil
multigravida dengan serviks patulous yang masih belum dalam persalinan. Pada
penelitian ini, kami menggunakan partograf WHO yang telah dimodifikasi untuk
mendeteksi perbedaan proses dan hasil persalinan pada ibu hamil primigravida
dibanding dengan ibu hamil multigravida.

Metode

Penelitian ini dilakukan di ruang persalinan di rumah sakit SSG; Baroda


mulai dari bulan Agustus 2012 hingga bulan Juli 2013. Penelitian ini
menggunakan ibu hamil primigravida dan multigravida yang memiliki kriteria-
kriteria berikut:
Ibu hamil dengan usia kehamilan >37 minggu, dilatasi >4cm, persalinan
spontan, presentasi kepala dan kehamilan tunggal merupakan kriteria inklusif
pada penelitian ini.
Adanya riwayat bedah uterin sebelumnya, disproporsi cefalopelvik, adanya
komplikasi seperti pre-eklampsia, eklampsia, anemia, ketuban pecah dini,
perdarahan antepartum, dan adanya penyakit penyerta merupakan kriteria
eksklusif pada penelitian ini.
Sebanyak 124 ibu hamil primigravida dan 124 ibu hamil dengan
multigravida digunakan dalam penelitian ini kemudian perjalanan persalinan
diploting dalam partograf WHO yang telah dimodifikasi. Hasil penelitian yang
diharapkan adalah durasi fase aktif kala satu dan kala dua, kecepatan dilatasi
servikal, mengetahui angka kejadian induksi persalinan, mengetahui angka
kejadian persalinan dengan cara Caesar dan dampak persalinan terhadap kondisi
neonatus (skor Apgar, lama perawatan di NICU dan berat badan lahir).

Protokol persalinan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

Pemeriksaan pervaginam dilakukan saat pasien tiba di rumah sakit dan


pemeriksaan diulang tiap 4 jam atau lebih sering apabila diperlukan.
Parameter maternal dan fetal diplotting selama persalinan aktif di partograf
WHO yang telah dimodifikasi.
Apabila proses persalinan tampak normal pada partograf, maka ibu tidak perlu
mendapat intervensi. Namun apabila proses persalinan melewati garis
waspada, maka kondisi pasien dan kemajuan persalinan harus segera dinilai
kembali.
Induksi persalinan dipertimbangkan apabila proses persalinan telah melewati
garis waspada atau telah 6 jam sejak pasien tiba di rumah sakit namun
kontraksi uterin masih belum adekuat (ditandai dengan kontraksi <4x setiap
10 menit dan tiap kontraksi berlangsung selama <40 detik).
Apabila proses persalinan pasien telah melewati garis bertindak, maka
sebaiknya pasien segera mendapat intervensi berupa bedah sesar.
Tahap Memasukkan Data dan Analisis Statistik
Data mengenai pasien beserta nilai hasil penelitian yang sesuai
dimasukkan ke dalam lembar Excel (Microsoft Excel Windows 2007). Variabel
kuantitatif dalam penelitian ini antara lain kecepatan dilatai servikal, durasi fase
aktif kala satu dan durasi kala dua. Variabel-variabel kuantitatif tersebut dianalisis
menggunakan analisis T test.

Persetujuan Etik

Persetujuan etik didapatkan dari Institutional Ethics Committee of the


Medical College dan Rumah Sakit SSG Baroda.

Hasil

Tabel 1: Perbandingan beberapa variabel pada primigravida dengan multigravida

Primigravida Multigravida t (p<0.001)


Rata-rata durasi 5.07 + 1.24 jam 3.78 + 1.16 jam 8.17
fase aktif kala 1
Rata-rata durasi 33.57 + 9.50 menit 22.86 + 6.38 menit 9.7064
kala 2
Rata-rata kecepatan 1.22cm/jam + 0.287 1.65 cm/jam + 0.408 9.247
dilatasi servikal

Rata- rata durasi fase aktif kala satu pada primigravida adalah 5.07 + 1.24
jam sedangkan rata-rata durasi fase aktif kala satu pada multigravida adalah 3.78
+ 1.16 jam. Rata-rata durasi kala 2 pada primigravida dalam penelitian ini adalah
33.57 + 9.50 menit, sedangkan rata--rata durasi kala 2 pada multigravida adalah
22.86 + 6.38 menit.

Angka kejadian pemberian induksi persalinan pada primigravida dalam


penelitian ini adalah 43.68% (n=124) dan 16.6% pada multigravida. Rata-rata
kecepatan dilatasi servikal pada primigravida adalah 1.22cm/jam + 0.287,
sedangkan pada multigravida adalah 1.65 cm/jam + 0.408 dimana nilai ini lebih
tinggi dibanding pada primigravida.
Angka kejadian persalinan secara Caesar pada primigravida adalah sebesar
16.93% sedangkan pada multigravida adalah sebesar 3.22%. Secara keseluruhan,
kemungkinan persalinan secara Caesar dalam penelitian ini adalah 10%, dimana
dari 21 pasien primigravida, 15 di antaranya menjalani persalinan secara Caesar
akibat distress janin pada kala satu, 3 di antaranya akibat kala 1 memanjang dan 3
di antaranya akibat kala 2 memanjang. Sebanyak 2 dari 4 pasien multigravida
melahirkan secara Caesar karena mengalami distress janin pada kala 1, 1 di
antaranya akibat distress janin pada kala 2 dan 1 di antaranya akibat kala1
memanjang.

Tabel 2: Proses persalinan dan hasilnya pada primigravida dan multigravida

Sebelah kiri garis Di antara dua garis Sebelah kanan garis


waspada (n=168) (n=70) bertindak (n=9)

Primi Multi Primi Multi Primi Multi


(n=68) (n=100 (n=49) (n=21) (n=6) (n=3)
)
Induksi persalinan 13 0 39 19 6(100% 1(33.33%
(19.11%) (79.59%) (90.47% ) )
)
Cara Sponta 61 99 41 20 0 2(66.66%
melahirka n (89.7%) (99%) (83.67%) (65.23% )
n )
SC 7(10.29% 1(1%) 8(16.32% 1(4.7%) 6(100% 1(33.33%
) ) ) )
Asfiksia neonatus 4(5.88%) 2(2%) 6(12.24% 0 1 0
)

Tidak terdapat perbedaan berat badan lahir yang signifikan antara bayi
yang dilahirkan oleh ibu primigravida dengan bayi dari ibu multigravida.
Sebanyak 11 neonatus dari ibu primigravida dan sebanyak 2 neonatus dari
multigravida memiliki skor Apgar <7 pada menit ke-0,1 dan 5.

Persentase bayi dari ibu primigravida yang harus dirawat di NICU adalah
sebesar 14.51%, sedangkan pada multigravida adalah sebesar 3.22%. dari 18
neonatus dari ibu primigravida, 8 di antaranya dirawat di NICU hanya dalam
waktu 24 jam dan kemudian dipindah ke rawat gabung bersama ibu. Bayi tersebut
di rawat di NICU karena pada saat melahirkan, ketuban ibu mekoneum yang
disertai dengan skor Apgar yang rendah atau terdapat tanda-tanda distres nafas.

Diskusi

Rata-rata kecepatan dilatasi servikal pada primigravida adalah 1.22cm/jam. Hasil


ini mirip dengan penelitian oleh Freidmann et al. Yaitu 2.1 cm/jam, Zhang et al.
Yaitu 1.1cm/jam dan Neal et al. 1.2 cm/jam.

Penelitian oleh Kunal Shhinde et al. yang juga dilakukan pada populasi
yang mirip dengan penelitian ini menggunakan partograf WHO yang telah
dimodifikasi menunjukkan bahwa kecepatan dilatasi servikal pada ibu hamil
multigravida adalah sebesar 1.7cm/jam. Kecepatan dilatasi tersebut lebih besar
dibanding pada ibu hamil primigravida, yaitu sebesar 1.3cm/jam. Hasil penelitian
tersebut mirip dengan hasil pada penelitian ini. Pada penelitian lain, Aboyeji et al.
menunjukkan bahwa kecepatan dilatasi pada ibu hamil primigravida adalah
sebesar 1.76cm/jam, dimana hasil penelitian tersebut lebih besar dibanding pada
penelitian ini. Perbedaan tersebut mungkin karena adanya perbedaan ras antara
penelitian tersebut dengan penelitian ini, penelitian tersebut dilakukan pada
penduduk Afrika. Ibu hamil primigravida tersebut memiliki kecepatan dilatasi
servikal yang lebih rendah jika dibandingkan dengan multigravida.

Tingginya angka kejadian persalinan secara Caesar pada primigravida


(16.93% dibanding pada multigravida yang sebesar 3.22%) dalam penelitian ini
mirip dengan hasil penelitian oleh Nazia hashim et al. di Karachi (15% dibanding
pada multigravida yang sebesar 1%). Penelitian yang dilakukan oleh E Orji
menunjukkan angka kejadian persalinan secara Caesar pada multigravida yang
lebih besar (16.21% pada primigravida dibanding 34.80% pada multigravida). Hal
ini terjadi karena adanya perbedaan ras dan etnik antara subyek pada penelitian
tersebut dengan penelitian ini, selain itu perbedaan ini juga dapat disebabkan oleh
adanya keragu-raguan bagi para dokter untuk memberikan induksi persalinan
karena ditakutkan akan menimbulkan ruptur uteri. Berdasarkan penelitian oleh
Kunals Shinde et al., secara keseluruhan angka kejadian persalinan secara secara
Caesar adalah sebesar 10%, dimana penelitian tersebut menggunakan 50 ibu
hamil primigravida, 50 ibu hamil multigravida serta menggunakan partograf
WHO yang dimodifikasi untuk memantau proses persalinan.

Berdasarkan penelitian oleh Shrotri AN et al., sebanyak 5.7% ibu hamil


primigravida menjalani proses persalinan secara Caesar dan 79.9% di antaranya
menjalani persalinan spontan apabila plotting dalam partograf masih berada di sisi
kiri dari garis waspada. Angka kejadian persalinan secara Caesar dalam penelitian
ini lebih tinggi karena tidak ada persalinan yang menggunakan alat-alat bantuan
persalinan.

Pada penelitian ini, sebanyak 70 plotting melewati garis waspada, 9


(12.85%) menjalani persalinan secara Caesar karena adanya distress janin dan 60
(87.14%) menjalani persalinan secara spontan. Sebanyak 50 ibu hamil harus
mendapatkan induksi persalinan dan dapat melahirkan secara spontan. Pada
penelitian Shrotro AN et al., angka kejadian persalinan secara Caesar adalah
sebesar 26.7%. persalinan secara Caesar tersebut dilakukan apabila plotting telah
melewati garis waspada. Angka kejadian tersebut mirip dengan hasil penelitian
dari Drouin et al.

Dari 9 plotting yang telah melewati garis bertindak, 6 di antaranya


merupakan ibu hamil primigravida yang telah mendapat induksi persalinan namun
harus menjalani persalinan secara Caesar karena dilatasi servikal tidak kunjung
lengkap. Satu ibu hamil multigravida telah mendapat induksi persalinan namun
harus menjalani persalinan Caesar karena tidak da perbaikan dilatasi servikal.
Induksi persalinan mayoritas dilakukan pada ibu hamil primigravida karena
memiliki kecepatan dilatasi servikal yang rendah.

Berdasarkan penelitian oleh Drouin et al., persalinan secara Caesar


dilakukan pada 1.3% ibu hamil dengan plotting yang masih berada di sisi kiri
garis waspada, 26.7% setelah plotting melewati garis waspada dan 72% setelah
plotting melewati garis bertindak.

Asfiksia neonatus lebih sering terjadi pada bayi dari ibu hamil
primigravida (8.87% dibanding 1.61% pada multigravida) tanpa memperhatikan
proses persalinan yang mengindikasikan bahwa pemantauan terhadap janin pada
ibu hamil primigravida harus dilakukan secara hati-hati di semua kala persalinan.
Pada penelitian ini, tingginya angka perawatan bayi di NICU dari ibu hamil
primigravida (14.51% dibanding 3.22% dari ibu multigravida) sesuai dengan hasil
penelitian oleh Malkiel et al. (15.7% dibanding 0% pada multigravida). Tingginya
angka perawatan bayi pada primigravida di NICU pada penelitian ini disebabkan
oleh tingginya angka kejadian asfiksia neonatus dan lambatnya proses persalinan.

Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemantauan proses persalinan


menggunakan partograf WHO yang dimodifikasi akan meningkatkan kualitas dan
keteraturan pemantauan kesejahteraan terhadap ibu dan bayi. Selain itu,
pemantauan ini akan meningkatkan kewaspadaan terhadap adanya proses
persalinan yang abnormal dan dapat membantu menentukan apakah ibu hamil
perlu segera dirujuk atau tidak. Selain itu, pemantauan ini juga dapat digunakan
untuk menentukan apakah ibu hamil memerlukan intervensi atau terminasi
persalinan.

Meski penelitian telah mengetahui bahwa perjalanan persalinan pada


primigravida lebih lambat dibanding pada multigravida, namun penelitian ini
bertujuan untuk membuktikan hal tersebut ke dalam sebuah grafik. Selain itu, dari
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa persalinan secara Caesar pada
multigravida lebih tinggi karena adanya perbedaan ras, etnik dan prosedur
persalinan. Berdasarkan penelitian ini, tingginya risiko persalinan pada ibu hamil
primigravida menyebabkan perlunya pemantauan yang lebih ketat pada ibu hamil
primigravida.
Penelitian lebih lanjut dengan jumlah populasi yang lebih banyak masih
diperlukan karena penelitian ini masih terbatas pada kelompok populasi kecil.

Referensi

1. WHO. World Health Organisation partograph in the management of labour.


Lancet. 1994;343:1399-404.

2. Kwast BE, Poovan P, Vera E, Kohls E. The modified WHO partograph: do we


need a latent phase African Journal of Midwifery and Women's Health.
2008;2:143-8.

3. Orji E. Evaluating progress of labour in nulliparasand multiparas using WHO


Modified partograph: International Journal of Obstetrics and Gynaecology.
2008;102(3):249-52.

4. Hashim N, Naqvi S, Khanam M, Jafry HF. Journal Pakistan Medical


Association. 2012;62:694.

5. Shinde KK, Bangal VB, Singh RK. Study of course of labour by Modified
WHO partograph International Journal of Biomedical and advance research.
2012;03:391-6.

6. Drouin P, Nasah BT, Nkounawa F. Value of partograph in management of


labour. Obs Gynae. 1979;53:741-5.

7. Shrotri AN. Early recognition of abnormal labor in primigravidae Journal of


Obs Gyn of India. 1991;41(3).

8. Friedman EA. Primigravidae labour,A graphic And Statistical analysis. Obst


Gynecol.1955;6:567-99.

9. Ijaiya MA, Aboyeji AP, Fakeye OO, Balogun OR, Nwachukwu DC, Abiodun
MO. Pattern of cervical dilatation among parturients in Ilorin, Nigeria. Ann Afr
Med. 2009;8:181-4.
10. Avishay Malkiel, Pnina Mor RN, Haim Aloni, Efraim Gdansky, Sorina
Grisaru-Granovsky. Primiparity: A Traditional Intrapartum Obstetric Risk
Reconfirmed. Israel Medical Association Journal. 2008;10:508-11

11. Zhang J, Troendle J, Mikolajczyk R, Sundaram R,, Beaver J, Fraser W,


Reassessing labor curve in nulliparous women- Am J OG. 2002:115,4,705-10.

Anda mungkin juga menyukai