TINJAUAN PUSTAKA
3.1.1 Definisi
frekuensi yang tidak normal (meningkat), konsistensi tinja menjadi lebih lembek
atau cair. Menurut definisi WHO, diare adalah pasase feses dengan konsistensi
lebih encer dan frekuensi lebih sering yaitu (lebih dari 3 kali dalam satu hari)
dapat disertai dengan darah dan atau lendir. Definisi lain adalah pasase feses lebih
dari 200 g/hari pada dewasa atau lebih dari 10 ml/KgBB/hari pada bayi dan balita
bila tidak ditemukan infeksi sebagai penyebab pada kasus tersebut. Diare organik
3.1.2 Epidemiologi
Diare sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan tidak saja di
maju sudah mendapatkan pelayanan kesehatan yang tinggi dan sosial ekonomi yang
baik tetapi penyakit diare tetap sesuatu penyakit yang mempunyai angka kesakitan
yang tinggi yang biasanya disebabkan oleh foodborne infection dan waterborn
21
22
diare pada orang dewasa di seluruh dunia setiap tahun. Di Amerika Serikat,
insidens kasus diare mencapai 200 juta hingga 300 juta kasus per tahun. Sekitar
900.000 kasus diare perlu perawatan di rumah sakit. Di seluruh dunia, sekitar 2,5
juta kasus kematian karena diare per tahun. Di Amerika Serikat, diare terkait
mortalitas tinggi pada lanjut usia. Satu studi data mortalitas nasional melaporkan
lebih dari 28.000 kematian akibat diare dalam waktu 9 tahun, 51% kematian
terjadi pada lanjut usia. Selain itu, diare masih merupa kan penyebab kematian
masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen
Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada
tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /
1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010
menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering
terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69
Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%).
Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang,
dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB
kelompok umur di Indonesia adalah 3.5 persen. Lima provinsi dengan insiden dan
period prevalen diare tertinggi adalah Papua (6,3% dan 14,7%), Sulawesi Selatan (5,2% dan
10,2%), Aceh (5,0% dan 9,3%), Sulawesi Barat (4,7% dan 10,1%), dan Sulawesi Tengah
pekerjaan (7,1%)
sangkaan food-borne transmisi dengan masa inkubasi yang pendek. Jika tidak ada
demam dan masa inkubasi yang lebih panjang, ini karakteristik suatu etiologi infeksi.
Beberapa jenis toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme (seperti E.coli 0157:H7)
1) Diare akut
Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat
dan konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya
dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu. Menurut Depkes (2002),
diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari tanpa diselang-
gradasi penyakit diare akut dapat dibedakan dalam empat kategori, yaitu:
(1) Diare tanpa dehidrasi, (2) Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan
yang hilang 2-5% dari berat badan, (3) Diare dengan dehidrasi sedang,
24
apabila cairan yang hilang berkisar 5-8% dari berat badan, (4) Diare
dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih dari 8-10%.
2) Diare persisten
merupakan kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan
kronik.
3) Diare kronik
atau gangguan metabolisme yang menurun. Lama diare kronik lebih dari
A. Infeksi
1. Virus
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70 80%). Beberapa
pada hewan dan manusia. Dan serotype 5,6, dan 7 didapati hanya pada
hewan.
Norwalk virus : terdapat pada semua usia, umumnya akibat food borne
atau water borne transmisi, dan dapat juga terjadi penularan person to
person.
25
Cytomegalovirus
2. Bakteri
yaitu faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit
pada usus halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat stabile (ST)
menginvasi mukosa.
dari membrane mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan
aktifitas disakaridase.
memegang peranan.
1 dan 2 yang disebut juga Shiga-like toxin yang menimbulkan edema dan
26
uremic syndrome.
Shigella spp. Shigella menginvasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon,
serta membantu proses invasi dan toksin (Shiga toxin dan Shiga-like toxin)
diarrhea
kontak langsung dengan hewan (unggas, anjing, kucing, domba dan babi)
daging ayam dan air. Kadang-kadang infeksi dapat menyebar melalui kontak
invasi kedalam usus halus dan usus besar.Ada 2 tipe toksin yang dihasilkan,
diare. Toksin kolera ini sangat mirip dengan heat-labile toxin (LT) dari
3. Protozoa
dengan manifestasi diare akut yang disertai mual, nyeri epigastrik dan
Amebiasis yang simtomatik dapat berupa diare yang ringan dan persisten
dari kasus diare pada anak. Infeksi biasanya siomtomatik pada bayi dan
28
asimtomatik pada anak yang lebih besar dan dewasa. Gejala klinis berupa
diare akut dengan tipe watery diarrhea, ringan dan biasanya self-limited.
diare yang lebih berat dan resisten terhadap beberapa jenis antibiotik.
Microsporidium spp
Isospora belli
Cyclospora cayatanensis
4. Helmints
abdomen.
B. Faktor Malabsorbsi
29
2. Malabsorbsi lemak
3. Malabsorbsi protein
D. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan
E. Faktor Pendidikan
oral dengan baik pada balita dibanding dengan kelompok ibu dengan status
pendidikan orang tua, semakin baik tingkat kesehatan yang diperoleh si anak.
F. Faktor pekerjaan
Ayah dan ibu yang bekerja Pegawai negeri atau Swasta rata-rata mempunyai
pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan ayah dan ibu yang bekerja sebagai
buruh atau petani. Jenis pekerjaan umumnya berkaitan dengan tingkat pendidikan
dan pendapatan. Tetapi ibu yang bekerja harus membiarkan anaknya diasuh oleh
orang lain, sehingga mempunyai risiko lebih besar untuk terpapar dengan
penyakit.
30
G. Faktor lingkungan
lingkungan. Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan
tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia.
Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta
berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui
H. Faktor Gizi
Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya. Oleh karena itu,
diare tersebut. Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian besar meninggal
karena diare. Hal ini disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi. Faktor gizi
dilihat berdasarkan status gizi yaitu baik = 100-90, kurang = <90-70, buruk = <70
keluarga besar dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak
3.1.5 Patofisiologi
dibawah ini :
1) Diare osmotic
31
Jika bahan makanan tidak dapat diabsorbsi dengan baik oleh usus halus, maka
reabsorbsi kolon menyebabkan terjadinya diare yang cair. Diare akan berhenti
ditegakkan bila osmotic gap feses > 125 mosmol/kg (normal<50 masmol/Kg).
2) Diare sekretorik
berupa feses cair, banyak, tidak nyeri, dan tidak ada mucus, maupun darah.
3) Diare eksudatif/inflamatorik
Terjadi akibat inflamasi dan kerusakan mukosa usus. Diare dapat disertai
malabsorbsi lemak, cairan dan elektrolit serta hipersekresi dan hiper motilitas
akibat pelepasan sitokin pro inflamasi. Penyebabnya (1) infeksi bakteri yang
coli (EHEC), colistridium difficile atau infeksi amoeb; (2) non-infeksi berupa
Karakteristik berupa feses dengan pus, mucus, atau darah, karena kerusakan
4) Diare dismotiliti
bowel syndrome.
Infeksi di usus halus biasanya tidak invasive, sementara di kolon bersifat invasive.
Diare karena kelainan usus halus biasanya banyak, cair berhubungan dengan
sangat meningkat, disertai mucus dan darah segar dan disertai nyeri perut dan
syok, dan lain-lain), kolik abdomen, kejang dengan atau tanpa demam,
sakit kepala.
fatigue.
3.1.7 Diagnosis
A. Anamnesis
mucus, atau darah segar pada feses, atau melena. Eksplorasi gejala penyerta
seperti mual, muntah, nyeri perut, demam, dan tenesmus. Muntah paling sering
virus, colitis, diverticulitis atau IBD. Tiga penyebab terkhir biasanya disertai nyeri
Tanyakan pula mengenai awitan, durasi gejala, dan apakah gejala seperti ini
Nilai penurunan berat badan untuk mengetahui derajat dehidrasi sekaligus adanya
34
tanda bahaya. Indicator dehidrasi lain adalah rasa haus, volume dan kapan terakhir
Terakhir, tanyakan factor risiko seperti konsumsi makanan yang tidak dimasak
dapat memicu diare, riwayat kontak dengan orang lain yang diare, serta tinggal di
B. Pemeriksaan fisik
Nilai tanda vital dan derajat dehidrasi pasien. Keadaan bercak-bercak pada
abdomen, tenderness dan defans muscular abdomen serta bising usus harus
komplikasi. Bila tidak yakin mengenai adanya darah di feses atau diare
C. Pemeriksaan penunjang
Analisis feses rutin pada setiap kasus bila sumber daya tersedia. Analisis feses
pada diare inflamatorik akan menunjukkan peningkatan jumlah leukosit feses, tes
darah samar tinja positif, laktoferin dan calciprotein positif. Pemeriksaan telur dan
parasit diindikasikan pada diare >14 hari, refrakter terhadap terapi antibiotic, atau
pasien imunokompromais.
>38,5C, diare berdarah, nyeri abdomen pada pasien > 50thn, atau setelah 3 hari
toksin harus dilakukan pada pasien dengan riwayat hospitalisasi dan penggunaan
antibiotic.
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni:
Prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang tepat, dan
A. Pencegan primer
lingkungan dan faktor pejamu. Untuk faktor penyebab dilakukan berbagai upaya
lingkungan. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dari pejamu maka dapat
Air adalah salah satu kebutuhan pokok hidup manusia, bahkan hampir 70%
tubuh manusia mengandung air. Air dipakai untuk keperluan makan, minum,
mandi, dan pemenuhan kebutuhan yang lain, maka untuk keperluan tersebut
WHO menetapkan kebutuhan per orang per hari untuk hidup sehat 60 liter. Selain
dari peranan air sebagai kebutuhan pokok manusia, juga dapat berperan besar
Air dapat juga menjadi sumber penularan penyakit. Peran air dalam terjadinya
penyakit menular dapat berupa, air sebagai penyebar mikroba patogen, sarang
insekta penyebar penyakit, bila jumlah air bersih tidak mencukupi, sehingga orang
tidak dapat membersihkan dirinya dengan baik, dan air sebagai sarang hospes
sementara penyakit.
Untuk mencegah terjadinya diare maka air bersih harus diambil dari sumber
yang terlindungi atau tidak terkontaminasi. Sumber air bersih harus jauh dari
kandang ternak dan kakus paling sedikit sepuluh meter dari sumber air. Air harus
ditampung dalam wadah yang bersih dan pengambilan air dalam wadah dengan
menggunakan gayung yang bersih, dan untuk minum air harus di masak.
menderita diare lebih kecil bila dibandingkan dengan masyarakat yang tidak
b. Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung khusus
c. Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-anak
e. Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang bersih dan
cukup.
Pembuangan tinja yang tidak tepat dapat berpengaruh langsung terhadap insiden penyakit
tertentu yang penularannya melalui tinja antara lain penyakit diare. Keluarga yang tidak
memiliki jamban harus membuat dan keluarga harus membuang air besar di jamban.
Jamban harus dijaga dengan mencucinya secara teratur. Jika tak ada jamban, maka
anggota keluarga harus membuang air besar jauh dari rumah, jalan dan daerah anak
bermain dan paling kurang sepuluh meter dari sumber air bersih.
kotoran manusia harus dikelola dengan baik. Suatu jamban memenuhi syarat
tidak mengotori air permukaan, tidak dapat di jangkau oleh serangga, tidak
a. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh
3. Mencuci Tangan
dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan
sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum
sebesar 47%).
4. Status gizi
penggunaan makanan oleh tubuh (Parajanto, 1996). Penilaian status gizi dapat
atau kombinasikan untuk mendapatkan hasil yang lebih efektif. Makin buruk gizi
seseorang anak, ternyata makin banyak episode diare yang dialami. Mortalitas
bayi dinegara yang jarang terdapat malnutrisi protein energi (KEP) umumnya
kecil.
5. Imunisasi
B. Pencegahan Sekunder
Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan kepada sianak yang telah menderita
diare atau yang terancam akan menderita yaitu dengan menentukan diagnosa dini
dan pengobatan yang cepat dan tepat, serta untuk mencegah terjadinya akibat
C. Pencegahan tersier
kecatatan dan kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap ini penderita diare
tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat
samping dari penyakit diare. Usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan terus
dan ikut memberikan dukungan secara mental kepada anak. Anak yang menderita
dipenuhi dan kebutuhan sosial dalam berinteraksi atau bermain dalam pergaulan
Vomitus persisten
Pasien imunocompromais
Terapi diare akut terdiri atas rehidrasi. Nutrisi, terapi simptomatik dan terapi
terhadap etiologi.
1. Rehidrasi
40
Oral : diberikan pada pasien dengan diare akut tanpa komplikasi atau
pipa nasogastrik.
komplikasi lain.
beberapa cara :
Idealnya, cairan rehidrasi oral harus terdiri dari 3,5 gram natrium klorida,
2,5 gr am natrium bikarbonat, 1,5 gram kalium klorida, dan 20 gram glukosa per
liter air. Cairan seperti itu tersedia secara komersial dalam paket yang mudah
disiapkan dengan dicampur air. Jika sediaan secara komersial tidak ada, cairan
rehidrasi oral pengganti dapat dibuat dengan menambahkan 1/2 sendok garam, 1/2
sendok teh baking soda, dan 2-4 sendok makan gula per liter air. Dua pisang atau
1 cangkir jus jeruk diberikan untuk mengganti kalium. Pasien harus minum cairan
tersebut sebanyak mungkin sejak merasa haus pertama kalinya. Jika terapi
normal atau ringer laktat, suplemen kalium diberikan sesuai panduan kimia darah.
41
vital, pernapasan, dan urin, serta penyesuaian infus jika diperlukan. Pemberian
Cairan diberikan dengan cara 50% deficit diberikan dahulu dalam satu jam
pertama, setelah itu sisa deficit dilanjutkan dalam 3 jam berikutnya sambil
rumusdaldiyono.
42
2. Nutrisi
Makanan diberikan dalam bentuk small and fracuent feeding dibagi menjadi 6x
makan sehari. Diet terdiri dari menu tinggi kalori dan mikronutrien seperti nasi,
gandum, daging, buah dan sayur-sayuran. Susu sapi, kafein, alcohol dan buah-
buahan kaleng sebaiknya dihindari terlebih dahulu karena dapat memicu diare.
3. Simptomatik
Anti motilitas
diare berdarah atau dicurigai diare inflamatori (misalnya pada pasien yang
Antisekretorik
kolera.
Antispasmodic
Pengeras feses
tablet/24 jam.
3.1.10 Komplikasi
terutama pada lanjut usia dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera,
sudah tidak dapat diatasi lagi, dapat timbul nekrosis tubular akut ginjal dan
selanjutnya terjadi gagal multi organ. Komplikasi ini dapat juga terjadi bila
tercapai.
EHEC. Pasien HUS menderita gagal ginjal, anemia hemolisis, dan trombositopeni
12-14 hari setelah diare. Risiko HUS meningkat setelah infeksi EHEC dengan
masih kontroversial.
3.1.11 Prognosis
dan terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius sangat baik
morbiditas dan mortalitas terutama pada anak-anak dan pada lanjut usia. Di
3.2 Scabies
3.2.1 Definisi
Istilah skabies berasal dari bahasa Latin yang berarti menggaruk (to
scratch). Skabies adalah penyakit kulit akibat investasi dan sensitisasi oleh tungau
Sarcoptes scabei. Skabies tidak membahayakan bagi manusia. Adanya rasa gatal
pada malam hari merupakan gejala utama yang mengganggu aktivitas dan
produktivitas. Penyakit scabies banyak berjangkit di: (1) lingkungan yang padat
kurankg. Skabies cenderung tinggi pada anak-anak usia sekolah, remaja bahkan
orang dewasa.
3.2.2 Epidemiologi
Penyakit ini tersebar di seluruh dunia dan dapat menyerang semua ras dan
terdapat sekitar 300 juta kasus skabies di seluruh dunia setiap tahun.
6 - 27% dari populasi umum. Skabies menyerang semua ras dan kelompok umur
dan yang tersering adalah kelompok anak usia sekolah dan dewasa muda (remaja).
Pada penelitian yang dilakukan Inair I dkk pada tahun 2002 terhadap 785 anak
potong lintang yang dilakukan oleh Ogunbiyi AO dkk pada tahun 2005 terhadap
1066 anak sekolah dasar di Ibadan, Nigeria, diperoleh 50 anak (4,7%) menderita
skabies.
kota besar di Indonesia, diperoleh sebanyak 892 penderita skabies dimana insiden
tertinggi yaitu pada kelompok usia sekolah (5-14 tahun) sebesar 54,6%. Depkes RI,
berdasarkan data dari puskesmas seluruh Indonesia pada tahun 2008, angka
3.2.3 Etiologi
merupakan tungau dimana seluruh siklus hidupnya berada di kulit. Tungau ini
46
termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Acari, famili Sarcoptidae, dan
genus Sarcoptes.
rata dan berwarna putih kotor. Ukuran tungau betina berkisar antara 330-450 x
250-350 m, sedangkan tungau jantan berukuran lebih kecil yakni 200-240 x 150-
200 m. Bentuk dewasa memiliki empat pasang kaki, dua pasang kaki di depan
sebagai alat untuk melekat dan dua pasang kaki lainnya pada wanita berakhir
dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan
Infestasi tungau ini terjadi apabila seseorang tertular tungau betina yang
telah dibuahi, melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Penularan dapat
terjadi melalui kontak erat dan lama antara kulit dengan kulit (sekitar 20 menit),
ataupun melalui kontak seksual. Skabies juga dapat ditularkan melalui kontak
dengan tempat tidur, pakaian atau handuk dari orang yang terinfeksi.
tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Pada orang dewasa hubungan
tidur, pakaian atau handuk dahulu dikatakan mempunyai peran kecil pada
3.2.5 Patogenesis
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi
juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh
sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kurang
lebih satu bulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai
Kelainan kulit dapat ditemukan papul, vesikel urtika. Selain itu akibat
garukan terdapat lesi berupa erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Pada
penyakit ini terdapat empat tanda cardinal yang harus dipenuhi minimal dua.
Pruritus noktural yaitu gatal pada malam hari karena aktifitas tungau yang
berbentik garis lurus dan berkelok dengan rata-rata panjang 1 cm dan berujung
48
papul atau vesikel. Area predileksi mencakup sela jari tangan, pergelangan
tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak depan, aerola mamae,
Ditemukan tungau.
3.2.7 Diagnosis
a. Temukan terowongan dan cari ujung terowongan yang berupa papul. Pada
papul tersebut lakukan pencongkelan dengan jarum dan letakkan di atas kaca
b. Menyikat lesi dengan sikat, ditampung di atas kertas putih, dan dilihat dengan
kaca pembesar.
c. Membuat biopsy irisan dengan cara lesi dijepit dengan dua jari dan dibuat
3.2.8 Tatalaksana
bagian :
Pada pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi secara teratur
setiap hari. Semua pakaian, sprei, dan handuk yang telah digunakan harus
dicuci secara teratur dan bila perlu direndam dengan air panas. Demikian pula
49
dengan anggota keluarga yang beresiko tinggi untuk tertular, terutama bayi
dan anak-anak, juga harus dijaga kebersihannya dan untuk sementara waktu
1) Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep
atau krim. Kekurangannya ialah berbau dan mengotori pakaian dan kadang-
kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2
tahun.
setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi,
krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium,
4) Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan,
mempunyai dua efek sebagai anti skabies dan anti gatal. Harus dijauhkan dari
jam. Bila belum sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak anjurkan pada bayi
3.2.9 Pencegahan
b. Mencuci pakaian, sprei, sarung bantal, selimut dan lainnya secara teratur
e. Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang dicurigai
Sebaiknya mandi dua kali sehari, serta menghindari kontak langsung dengan
51
penderita, mengingat parasit mudah menular pada kulit. Walaupun penyakit ini
hanya merupakan penyakit kulit biasa, dan tidak membahayakan jiwa, namun
dilakukan secara tuntas, tidak menjamin terbebas dari infeksi ulang, langkah yang
a. Cuci sisir, sikat rambut dan perhiasan rambut dengan cara merendam di cairan
antiseptik.
b. Cuci semua handuk, pakaian, sprei dalam air sabun hangat dan gunakan
tentang cara penularan, diagnosis dini dan cara pengobatan penderita skabies dan
serentak yaitu pakaian dalam dan sprei yang digunakan oleh penderita dalam
pemanasan pada proses pencucian dan pengeringan, hal ini dapat membunuh