Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

Perdarahan uterus abnormal adalah perdarahan uterus yang jumlah, lama

atau frekuensinya lebih dari normal. Perdarahan uterus abnormal dapat

disebabkan oleh karena kelainan organic alat reproduksi maupun disfungsi atau

gangguan fungsi kerja hipotalamus-hipofisis-ovarium-endometrium. Perdarahan

uterus abnormal dapat terjadi pada usia pasca reproduksi dan terjadi pada umur

lebih dari 40 tahun sampai menopause. Perdarahan uterus pada usia 40 tahun atau

lebih mempunyai kecenderungan dan harus dipikirkan kemungkinan adanya

keganasan endometrium (Noerpramana N, 2004).

Kelainan patologis endometrium yang sering didapatkan adalah

hyperplasia endometrium. Hyperplasia endometrium adalah proliferasi non

fisiologis, noninvasive endometrium dengan kelenjar yang tidak beraturan dan

ukuran yang berbeda-beda, bentuk dan ukuran kelenjar, susunan kelenjar

bertambah menjadi 2-3 lapis serta mempunyai potensial menjadi suatu bentuk sel

yang atipik bila tidak ada suatu keseimbangan inhibitor dan inisiator dari

proliferasi sel kelenjar tersebut, di mana peningkatan kelenjar endometrium ke

stroma terlihat rasio lebih besar dari 1:1.

Hiperplasia endometrium merupakan prekursor terjadinya kanker

endometrium yang terkait dengan stimulasi estrogen yang tidak terlawan

(unopposed estrogen) pada endometrium uterus. Stimulasi estrogen yang tidak

terlawan dari siklus anovulatory dan penggunaan dari bahan eksogen pada wanita

postmenopause menunjukkan peningkatan kasus hiperplasia endometrium dan

karsinoma endometrium.

1
2

The American Cancer Society (ACS) memperkirakan ada 40.100 kasus

baru dari kanker rahim yang didiagnosis pada tahun 2003, dimana 95 % berasal

dari endometrium. Insidensi hyperplasia endometrium sangat berbeda tergantung

dari usia dan gejala yang ditimbulkan. Pada wanita premenopouse dengan tanpa

gejala, insidensi hyperplasia endometrium tanpa atypia sebesar < 5%., dan dengan

atypia sebesar < 1 %. Pada wanita premenopouse dengan perdarahan uterus

abnormal, insidensi EH dilaporkan mencapai 10%. Pada wanita dengan PCOS dan

oligomenorea, dilaporkan insidensi hyperplasia endometrium sebesar > 20%. Hal

ini penting karena 10-20% dari karsinoma endometrium terjadi sebelum usia

menopause, khususnya terjadi pada wanita usia 40-50 tahun.

Pada wanita menopause dengan perdarahan uterus, risiko hyperplasia

endometrium lebih rendah, tetapi risiko karsinoma endometrium lebih tinggi

daripada wanita premenopouse. Pada penelitain terbaru insidensi hyperplasia

endometrium tanpa atypia sebanyak 4%, dan dengan atypia mencapai 2%, dan

insidensi karsinoma endometrial mencapai 24%.

Reed et al pada tahun 2009 didapatkan insidensi hiperplasia endometrium

jenis simpleks adalah 142 per 100.000 wanita, kompleks 213/100.000 wanita,

atipik 56/100.000 wanita dengan usia terbanyak untuk jenis simpleks dan

kompleks adalah 50 tahun sedangkan jenis atipik adalah 60 tahun.

Terapi yang tepat pada penderita hiperplasia endometrium sangat

ditentukan oleh adanya ketepatan diagnosis histopatologi, yang tergantung pada

ketepatan dalam mendapatkan sediaan endometrium. Banyak cara untuk

mendapatkan sediaan endometrium, dengan diantaranya adalah sitologi, biopsi,


3

dilatasi dan kuretase (D & C), serta biopsi dengan histeroskopi. Dari beberapa

review cara diagnosis hiperplasia endometrium dikemukakan bahwa pengambilan

sediaan dengan dilatasi dan kuretase adalah cara yang terbaik dengan mengurangi

subyektifitas gambaran endometrium bila dibandingkan dengan biopsi

menggunakan histeroskopi, serta lebih akurat dibandingkan dengan sitologi dan

biopsi dengan akurasi 97% dan mempunyai nilai sensitivitas 98%, spesifitas 95%,

positive predictive value 96% serta negative predictive value 98%.

Anda mungkin juga menyukai