Anda di halaman 1dari 4

BAB 4

KESIMPULAN

Diare menurut definisi Hippocrates adalah buang air besar dengan

frekuensi yang tidak normal (meningkat), konsistensi tinja menjadi lebih lembek

atau cair. Menurut definisi WHO, diare adalah pasase feses dengan konsistensi

lebih encer dan frekuensi lebih sering yaitu (lebih dari 3 kali dalam satu hari)

dapat disertai dengan darah dan atau lender.

Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen

Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik.

Berdasarkan riskesdas tahun 2013 Insiden diare untuk seluruh kelompok umur di

Indonesia adalah 3.5 persen. Lima provinsi dengan insiden dan period prevalen

diare tertinggi adalah Papua (6,3% dan 14,7%), Sulawesi Selatan (5,2% dan

10,2%), Aceh (5,0% dan 9,3%). Selain itu, diare masih merupa kan penyebab

kematian anak di seluruh dunia, meskipun tatalaksana sudah maju.

penyebab diare bervariasi mulai dari infeksi dapat berupa infeksi virus,

bakteri, parasit mauoun cacing, Faktor Malabsorbsi, factor makanan, factor

sikologis, factor pendidikan, pekerjaan dan lingkungan, serta factor gizi dan social

ekonomi masyarakat. Manifestasi klinis tergantung kepada lokasi anatomi dan

agen penyebab. Infeksi di usus halus biasanya tidak invasive, sementara di kolon

bersifat invasive. Diare karena kelainan usus halus biasanya banyak, cair

berhubungan dengan malabsorbsi, dan sering ditemukan dehidrasi. diare

diakibatkan kelainan kolon biasanya sedikit, frekuensinya sangat meningkat,

disertai mucus dan darah segar dan disertai nyeri perut dan sensasi ingin BAB.

53
54

Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni:

pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention) yang meliputi promosi

kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua (Secondary

Prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang tepat, dan

pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi pencegahan

terhadap cacat dan rehabilitasi. Pencegahan primer merupakan hal yang sangat

penting. Pencegahan primer terhadap diare dapat dilakukan dengan penyediaan air

bersih yang baik dan cukup, mempunyai tempat pembuangan tinja yang berfungsi

baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga, selalu mencuci tangan dan

berperilaku hidup bersih dan sehat, memperbaiki status gizi dan imunisasi yang

lengkap.

Istilah skabies berasal dari bahasa Latin yang berarti menggaruk (to

scratch). Skabies adalah penyakit kulit akibat investasi dan sensitisasi oleh tungau

Sarcoptes scabei. Skabies tidak membahayakan bagi manusia. Adanya rasa gatal

pada malam hari merupakan gejala utama yang mengganggu aktivitas dan

produktivitas.

Penyakit scabies banyak berjangkit di: (1) lingkungan yang padat

penduduknya, (2) lingkungan kumuh, (3) lingkungan dengan tingkat kebersihan

kurankg. Skabies cenderung tinggi pada anak-anak usia sekolah, remaja bahkan

orang dewasa. Diperkirakan terdapat sekitar 300 juta kasus skabies di seluruh

dunia setiap tahun. Depkes RI, berdasarkan data dari puskesmas seluruh Indonesia

pada tahun 2008, angka kejadian skabies adalah 5,6%-12,95%. Skabies di

Indonesia menduduki urutan ke tiga dari dua belas penyakit kulit tersering.
55

Penyebab skabies pada manusia adalah S. scabiei varietas hominis, yang

merupakan tungau dimana seluruh siklus hidupnya berada di kulit. Penularan

skabies terutama melalui kontak langsung seperti berjabat tangan, tidur bersama

dan hubungan seksual. Pada orang dewasa hubungan seksual merupakan hal

tersering, sedangkan pada anak-anak penularan didapat dari orang tua atau

temannya. Penularan melalui kontak tidak langsung, misalnya melalui

perlengkapan tidur, pakaian atau handuk.

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi

juga oleh penderita sendiri akibat garukan. kelainan kulit menyerupai dermatitis

dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat

timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.

Pada pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi secara teratur

setiap hari. Semua pakaian, sprei, dan handuk yang telah digunakan harus dicuci

secara teratur dan bila perlu direndam dengan air panas. Demikian pula dengan

anggota keluarga yang beresiko tinggi untuk tertular, terutama bayi dan anak-

anak, juga harus dijaga kebersihannya dan untuk sementara waktu menghindari

terjadinya kontak langsung.

Cara pencegahan penyakit skabies dapat dilakukan dengan mandi secara

teratur dengan menggunakan sabun, mencuci pakaian, sprei, sarung bantal,

selimut dan lainnya secara teratur minimal 2 kali dalam seminggu, menjemur

kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali, tidak saling bertukar pakaian dan

handuk dengan orang lain, hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta
56

pakaian yang dicurigai terinfeksi tungau scabies, menjaga kebersihan rumah dan

berventilasi cukup.

Bila pengobatan sudah dilakukan secara tuntas, tidak menjamin terbebas dari

infeksi ulang, langkah yang dapat diambil yaitu cuci sisir, sikat rambut dan

perhiasan rambut dengan cara merendam di cairan antiseptik. cuci semua handuk,

pakaian, sprei dalam air sabun hangat dan gunakan seterika panas untuk

membunuh semua telurnya, atau dicuci kering, keringkan peci yang bersih,

kerudung dan jaket, hindari pemakaian bersama sisir, mukena atau jilbab.

Anda mungkin juga menyukai