Hari :
Tanggal :
Mahasiswa
Nurul Alfiani
Mengetahui
Kepala Ruangan
LAPORAN PENDAHULUAN
1. DEFINISI
Gagal jantung (heart failure) adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi
jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan dan/atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume
diastolic secara abnormal (Mansjoer, Arif, 2008:434).
Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu
memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan.(Price Sylvia A. 2008 : 583)
Gagal jantung (dikenal juga sebagai insufisiensi krodiak) adalah keadaan dimana jantung
sudah tidak mampu lagi memompa darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. (C. Long, 2009
Vol. 2 : 579).
2. KLASIFIKASI
3. ETIOLOGI
1. Disfungsi Miokard
Sebagai akibat kenaikan beban, tekanan, beban volume & kebutuhan metabolisme yang
meningkat atau gangguan pengisian jantung.
2. Beban Tekanan yang Berlebihan / Pembebanan Sistolik
Beban sistolik yang berlebihan diluar kemampuan ventrikel, menyebabkan hambatan
pada pengosongan ventrikel sehingga menurunkan curah ventrikel atau isi sekuncup,
misalnya pada hipertensi dan stenosis aorta.
3. Peningkatan Kebutuhan Metabolik / Peningkatan Kebutuhan yang Berlebihan
4. Beban Volume Berlebihan / Pembebanan Diastolik
Beban isian kedalam ventrikel yang berlebiahn atau beban isian berlebih pada waktu
diastolik dalam batas tertentu masih dapat ditampung oleh ventrikel ( preload yang
meningkat ). Preload yang berlebihan dan melampaui kapasitas ventrikel ( diastolik
overload ) akan menyebabkan tekanan dan volume pada akhir diastolik dalam ventrikel
meninggi. Curah jantung mula-mula meningkat sesuai regangan otot, bila beban terus
bertambah sampai melampaui batas tertentu, maka curah jantung akan menurun kembali,
misalnya pada insupisiensi aorta (beban volume ventrikel kiri ). Insupisiensi mitral
(beban volume ventrikel kiri ), insupisiensi trikuspid ( beban volume ventrikel kanan ),
hipovolemia sekkunder (gangguan eksresi cairan).
5. Kebutuhan Metabolik Meningkat Melebihi Kemampuan Daya Kerja Jantung.
6. Hambatan pengisian kapiler, menyebabkan pengeluaran atau output ventrikel berkurang
dan curah jantung menurun.
Merupakan kumpulan gejala atautanda gangguan jantung kiri / kanan secara bersamaan,
misalnya :
Pembesaran jantung.
Kadang terdengar bunyi jantung III (proto diastolik gallop).
Dan tanda-tanda lain yang sudah disebutkan di atas.
5. PATOFISIOLOGI
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Doenges (2007)
a. EKG,
Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia dan kerusakan pola
mungkin terlihat. Distrimia, misalnya takikardia, fibrasi atrial, kenaikan segmen ST/T
persisten 6 minggu atau lebih setelah infark miokard menunjukan adanya aneurisme
ventrikuler (dapat menyebabkan gagal/disfungsi jantung)
b. Sonogram (ekokardiogram, ekokardiogram doople)
Dapat menunjukan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur katup,
atau area penurunan kontratilitas ventrikuler.
c. Scan jantung
Tindakan penyuntikan fraksi dan mempekirakan gerakan dinding
d. Katerisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung sisi
kanan versus kiri, dan stenosis katup atau insufisiensi. Juga mengkaji patensi arteri
koroner. Zat kontras disuntikan kedalam ventrikel menunjukan ukuran abnormal dan
ejeksi fraksi/perubahan kontraktilitas.
e. Rontgen dada
Dapat menunjukan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi/hipertorfi bilik
atau perubahan dalam pembuluh darah mencerminkan peningkatan tekanan pulmonal.
f. Enzim hepar
Meningkatkan dalam gagal/kongesti hepar.
g. Elektrolit
Mungkin berubah karena perpindahan cairan/penurunan fungsi ginjal, terapi diuretik.
h. Oksimetri nadi
Saturasi oksigen mungkin rendah, terutama GJK akut memperbutuk PPOM atau GJK
kronis.
i. BGA (Blood Gas Analisis)
Gagal ventrikel kiri di tandai dengan alkalosis respiratorik ringan (dini) atau hipoksemia
dengan peningkatan PCO2 (akhir)
j. BUN, kreatinin
Peningkatan BUN menandakan penurunan perfusi ginjal. Kenaikan baik BUN dan
kreatinin merupakan indikasi gagal ginja
k. Albumin/transferin serum
Mungkin menurun sebagai akibat penurunan pemasukan protein atau penurunan sintesis
protein dalam hepar yang mengalami kongesti.
l. Kecepatan sedimentasi (ESR)
Mungkin meningkat, menandakan reaksi inflamasi akut
m. Pemeriksaan tiroid
Penigkatan aktifitas tiroid menunjukan hiperaktifitas tiroid sebagai pre-pencetus GJK
7. PENATALAKSANAAN
Kelas 1 : Non farmakologi.
Kelas 2, 3 : Diuretik, digitalis, ACE inhibitor, vaso dilator. (kombinasi 2 atau 3)
Kelas 4 : kombinasi diuretik, digitalis, ACE inhibitor seumur hidup.
Atasi faktor pencetus : Aritmia, infeksi, anemia dll.
Terapi non farmakologi : diet rendah garam, batasi cairan, mengurangi BB, menghindari
alkohol, manajemen stress, aktifitas fisik.
Obat-obat lain : Aspirin, anti koagulan, antagonis beta adrenoreseptor, agonis reseptor
dopamin.
Keperawatan
Kaji tanda vital, frekwensi dan irama jantung, nadi ferifer /bunyi napas.
Kaji warna kulit /sianosis.
Kaji tingkat kesadaran
Kaji haluaran urine ~ catat penurunan & konsentrasi urine.
Tingkatkan istirahat dengan posisi senyaman mungkin
Atur lingkungan tenang, hendari stress.
Kaji tingkat toleransi aktivitas & catat respon cardiopulmonal terhadap aktivitas.
Berikan / penuhi kebutuhan klien sesuai tingkat toleransi.
Ukur BB dan lingkar perut tiap hari.
Kaji distensi vena jugularis & vitting oedem.
kolaborasi pemberian O2 dan obat-obatan.
Diet rendah garam.
Medis
Pengobatan / pengendalian kelainan dasar jantung atau vaskuler, misalnya operasi, &
pengobatan.
Obat obatan yang diberikan :
- Preparat digitalis ~ meningkatkan kembali daya kontraksi jantung
- Mengatasi retensi cairan ~ diuretic
- Memperbaiki oksigenasi jaringan ~ O2, kadar tinggi dengan konsentrasi 24-28 %
kecepatan 2-3 l/mt
- Menurunkan beban hemodinamis jantung ~ obat vasodilator (nitrogliserin).
- Pengobatan oedem akut ~ O2 & diuretik / vasodilator.
8. KOMPLIKASI
Kematian
edema pulmoner akut
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Fokus
a. Aktivitas / istirahat
b. Sirkulasi
Mempunyai riwayat IMA, Penyakit jantung koroner, CHF, Tekanan darah tinggi,
diabetes melitus.
Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau
terlambatnya capilary refill time, disritmia.
Suara jantung , suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin mencerminkan
terjadinya kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan kontraktilitasnya.
Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau muskulus papilaris
yang tidak berfungsi.
Heart rate mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy atau bradi cardia).
Irama jantung mungkin ireguler atau juga normal.
Edema: Jugular vena distension, odema anasarka, crackles mungkin juga timbul
dengan gagal jantung.
Warna kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku.
c. Integritas ego
d. Eleminasi
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal, penurunan frekuensi BAK,
diare/konstipasi
e. Makanan/cairan
f. Neurosensori
g. Nyeri/kenyamanan
Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat atau dengan
nitrogliserin. Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang sangat yang
pernah di alami. Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah yang
menyeringai, perubahan pustur tubuh, menangis, penurunan kontak mata, perubahan
irama jantung, ECG, tekanan darah, respirasi dan warna kulit serta tingkat kesadaran.
h. Pernapasan
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan penyakit
pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan respirasi, pucat
atau cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesikuler.
i. Keamanan
Gejala : Perubahan fungsi mental, kehilangan kekuatan / tonus otot, kulit lecet.
Klien akan : Menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia
terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung , Melaporkan penurunan epiode
dispnea, angina, Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung.
Intervensi
d. Pantau TD
Rasional : Pada GJK dini, sedng atu kronis tekanan drah dapat meningkat. Pada HCF
lanjut tubuh tidak mampu lagi mengkompensasi danhipotensi tidak dapat norml lagi.
Klien akan : Berpartisipasi pad ktivitas yang diinginkan, memenuhi perawatan diri sendiri,
Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oelh menurunnya
kelemahan dan kelelahan.
Intervensi
a. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien
menggunakan vasodilator,diuretic dan penyekat beta.
Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat
(vasodilasi), perpindahan cairan (diuretic) atau pengaruh fungsi jantung.
Klien akan : Mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan dan
pengeluaran, bunyi nafas bersih/jelas, tanda vital dalam rentang yang dapat diterima, berat
badan stabil dan tidak ada edema., Menyatakan pemahaman tentang pembatasan cairan
individual.
Intervensi :
a. Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana diuresis terjadi.
Rasional : Pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena penurunan perfusi ginjal.
Posisi terlentang membantu diuresis sehingga pengeluaran urine dapat ditingkatkan
selama tirah baring.
c. Pertahakan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama fase akut.
Rasional : Posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH
sehingga meningkatkan diuresis.
e. Kaji bisisng usus. Catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi.
Rasional : Kongesti visceral (terjadi pada GJK lanjut) dapat mengganggu fungsi
gaster/intestinal.
4. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan : perubahan membran kapiler-
alveolus.
Tujuan /kriteria evaluasi,
Intervensi :
DAFTAR PUSTAKA
Barbara E, 2010. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah , vol 2, alih bahasa Samba,
Suryati, Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif, 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Jakarta : Media Aesculapius
FKUI.
Muttaqin, Arif, 2006. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sisten Kardiovaskular,
Banjarmasin : Unpublished
Tucker, Susan Martin dkk, 2008. Standar Perawatan Pasien, vol. 1, Alih bahasa Yasmin Asih dkk,
Jakarta : EGC