Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hampir separuh dari jumlah penduduk dunia adalah pekerja, 80% diantaranya
bekerja dan hidup tanpa memiliki akses pelayanan kesehatan kerja. Jumlah
masyarakat pekerja dari tahun ke tahun terus meningkat dimana data BPS 2005
menunjukkan terdapat 105,8 juta jiwa. Dari jumlah tersebut 68% bekerja pada
sektor informal dan 32 % bekerja pada sektor formal dengan berbagai
permasalahan kesehatan yang timbul akibat pekerjaan dan lingkungan kerjanya
(Gunawan, 2014).

Undang-undang Kesehatan Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang


Kesehatan pada BAB XII Kesehatan Kerja Pasal 164 ayat (1) menyatakan bahwa
upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan
terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan. Pekerja dalam ayat tersebut termasuk tenaga kesehatan dan non
kesehatan yang bekerja di Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Polindes, dan
Poskesdes (Posyandu, Pos UKK, dan lain-lain). Hal ini didukung pula dalam
Undang-undang Republik Indonesia No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
yang berbunyi, Upaya meningkatkan derajat kesehatan para pekerja dengan cara
pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat
kerja, promosi kesehatan kerja, pengobatan, dan rehabilitsi (Sumamur, 2009).

Berdasarkan hal tersebut Kementerian Kesehatan memberikan perhatian terhadap


kesehatan tenaga kerja. Bentuk nyata dari implementasi kebijakan tersebut
tertuang dalam program kesehatan kerja, yaitu suatu upaya pemberian
perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja bagi masyarakat pekerja yang
bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
pekerja, mencegah timbulnya gangguan kesehatan, melindungi pekerja dari
bahaya kesehatan serta menempatkan pekerja di lingkungan kerja yang sesuai
dengan kemampuan fisik dan psikis pekerja. Upaya kesehatan kerja mencakup
kegiatan pelayanan, pendidikan dan pelatihan serta penelitian di bidang
kesehatan melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit termasuk
pengendalian faktor risiko, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
termasuk pemulihan kapasitas kerja (Depkes RI, 2005).

Upaya kesehatan kerja merupakan salah satu program upaya kesehatan


pengembangan puskesmas yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan
yang ditemukan di masyarakat sesuai dengan kemampuan puskesmas. Bentuk
upaya kesehatan kerja puskesmas salah satunya adalah dibentuknya Pos Upaya
Kesehatan Kerja (Pos UKK) di daerah pemukiman penduduk atau di lokasi
kelompok pekerja. Pos UKK merupakan bentuk upaya kesehatan bersumberdaya
masyarakat (UKBM) yang memberikan pelayanan kesehatan dasar (primary
health care) bagi masyarakat pekerja, terutama pekerja informal. Pos UKK
dibentuk untuk meningkatkan kesehatan pekerja sehingga dapat meningkatkan
produktivitas kerja (Depkes RI, 2005).

Salah satu yang termasuk kedalam pekerja informal adalah pengurus atau pekerja
bank sampah. Bank Sampah merupakan program Kementerian Lingkungan
Hidup yang diwadahi melalui peraturan menteri lingkungan hidup nomor 13
Tahun 2012. Adapun fungsi Bank Sampah tempat melakukan pemilahan dan
pengumpulan sampah yang dapat didaur ulang dan/atau diguna ulang yang
memiliki nilai ekonomi. Pekerja atau pengurus bank sampah adalah pekerja yang
bertugas untuk mengumpulkan dan memilah sampah untuk dijual ke pendaur
sehingga dapat menjadi produk lain yang lebih mempunyai nilai ekonomi.
Disinilah pengurus berperan penting dalam pemilahan sampah rumah tangga
yang disetorkan ke bank sampah.

Di Kelurahan Unyur sudah terbentuk bank sampah salah satunya adalah bank
sampah lestari 25 yang berlokasikan di Taman Banten Lestari. Bank sampah
lestari 25 sendiri mulai berjalan sejak tahun 2015. Bank sampah lestari 25
menampung jenis sampah non organik seperti kardus, botol plastik, kaleng
alumunium, tembaga, kertas, botol beling, mika dan sebagainya.

Jika dilihat dari segi kesehatan, pekerjaan bank sampah memiliki risiko untuk
terkena penyakit. Dengan lingkungan kerja yang tidak kondusif, kemungkinan
besar pekerja dapat terjangkit berbagai macam penyakit seperti, batuk pilek,
gatal-gatal, flu dan lain-lain. Dari segi keselamatan kerja, pekerja juga memiliki
risiko yang cukup tinggi untuk mengalami kecelakaan seperti jatuh, terpeleset,
atau tersandung yang disebabkan oleh sisa cairan yang berasal dari sampah yang
sedang dipilah.

Dalam melakukan aktivitas, pekerja bank sampah terkadang tidak terlalu


memperhatikan kesehatan diri maupun lingkungan sekitarnya. Bau tidak sedap,
benda benda berbahaya yang mengandung zat kimia dan bakteri saat
pengumpulan dan pemilahan sampah, dianggap tidak menjadi risiko bagi
kesehatan mereka. Padahal barang bekas yang sebelumnya digunakan sebagai
bahan pembungkus zat kimia sangat berbahaya jika bersentuhan langsung dengan
kulit atau terhirup melalui hidung. Sebagai contoh bahan kimia yang ada pada aki
bekas, besi isi, tembaga dan kardus-kardus bekas pembungkus bahan kimia yang
banyak mengandung kalsium, mangan dan besi seperti pada kertas HVS, jika
komponen barang bekas tersebut sampai termakan, maka akan menyebabkan
orang jatuh sakit. Barang-barang bekas yang mengandung bakteri ataupun kuman
akan menjadi bibit penyakit, seperti bakteri coli penyebab disentri atau bakteri
penyebab penyakit kusta dan lain-lain akan. Bakteri ini bisa masuk ke tubuh
manusia melalui pori-pori, kulit atau pernapasan.

Melihat dari kemungkinan terjadinya PAK (Penyakit Akibat Kerja) dan KAK
(Kecelakaan Akibat Kerja) pada saat proses pemilahan sampah, maka di
Puskesmas Unyur membentuk Pos UKK untuk Bank Sampah, yaitu pada tanggal
11 Maret 2017 di Bank Sampah Lestari 25 Kelurahan Unyur, Kota Serang. Pos
UKK ini bernama Belimbing Kuning Sehat. Pos UKK ini didirikan dengan
tujuan antara lain: mencegah PAK (Penyakit Akibat Kerja) dan KAK
(Kecelakaan Akibat Kerja) yang kemungkinan terjadi dari kegiatan Bank
Sampah, dan mendapatkan pengobatan sederhana bagi masyarakat yang berisiko
terpajan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja atau mengalami kecelakaan saat
bekerja.

Untuk melaksanakan kegiatannya, Pos UKK akan selalu didampingi oleh Ibu
Worogati, AM.Kep selaku petugas sanitarian di Puskesmas dan arahan serta
bimbingan dari Kepala Puskesmas Unyur, Hj. Susanti, SKM,. Pos UKK ini akan
melaksanakan kegiatan pertemuan secara rutin mulai bulan April mendatang.

Diharapkan dengan adanya Pos UKK Belimbing Kuning Sehat dapat menuruni
angka kejadian PAK (Penyakit Akibat Kerja) dan KAK (Kecelakaan Akibat
Kerja) pada pekerja bank sampah. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam
keselamatan dan kesehatan kerja. Kegiatan Pos UKK dilakukan dengan
pelaksanaan pelayanan preventif, kader memberikan informasi atau
mempraktekkan cara menggunakan alat pelindung diri (APD) yang benar dan
tepat guna. Kegiatan preventif ini disejalankan dengan kegiatan promosi
kesehatan kerja. Sementara dalam pelayanan kuratif, anggota yang mengalami
masalah kesehatan atau mengalami kecelakan, langsung datang ke pos UKK
untuk mendapatkan pertolongan dasar. Namun bila masalah tidak dapat
ditanggulangi, korban langsung di rujuk ke puskesmas setempat.

Berdasarkan permasalahan tersebut, pada makalah ini menarik penulis untuk


melakukan penelitian tentang Upaya Pencegahan PAK (Penyakit Akibat Kerja)
dan KAK (Kecelakaan Akibat Kerja) melalui Pembentukan Pos UKK di Bank
Sampah Wilayah Kerja Puskesmas Unyur Kota Serang.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Menurunkan angka kejadian PAK (Penyakit Akibat Kerja) dan KAK


(Kecelakaan Akibat Kerja) dengan cara melakukan promosi kesehatan seperti
memberikan informasi atau mempraktekkan cara menggunakan alat pelindung
diri (APD) yang benar dan tepat guna di Pos UKK Belimbing Sehat
Kelurahan Unyut Kota Serang.

2. Tujuan Khusus
a. Meningkat penemuan PAK dan KAK
b.

C. Ruang Lingkup

Untuk menghindari kesimpangsiuran dan ketidakfokusan


masalah dalam pembahasan ini, maka ruang lingkup dan
pembahasan makalah ini dibatasi pada beberapa masalah
berkaitan dengan Pos UKK Belimbing Sehat Ilham sebagai faktor
resiko timbulnya gangguan kesehatan masyarakat.

Angka PAK (Penyakit Akibat Kerja) hingga saat ini masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang sulit ditanggulangi.
Berbagai kondisi kesehatan lingkungan, ekses pelayanan
kesehatan, prilaku hidup sehat, rendahnya pendidikan kesehatan
di masarakat dan belum maksimalnya pendekatan program
dasar di Puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai