Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hampir separuh dari jumlah penduduk dunia adalah pekerja, 80% diantaranya
bekerja dan hidup tanpa memiliki akses pelayanan kesehatan kerja. Jumlah
masyarakat pekerja dari tahun ke tahun terus meningkat dimana data BPS 2005
menunjukkan terdapat 105,8 juta jiwa. Dari jumlah tersebut 68% bekerja pada
sektor informal dan 32 % bekerja pada sektor formal dengan berbagai
permasalahan kesehatan yang timbul akibat pekerjaan dan lingkungan kerjanya
(Gunawan, 2014).
Salah satu yang termasuk kedalam pekerja informal adalah pengurus atau pekerja
bank sampah. Bank Sampah merupakan program Kementerian Lingkungan
Hidup yang diwadahi melalui peraturan menteri lingkungan hidup nomor 13
Tahun 2012. Adapun fungsi Bank Sampah tempat melakukan pemilahan dan
pengumpulan sampah yang dapat didaur ulang dan/atau diguna ulang yang
memiliki nilai ekonomi. Pekerja atau pengurus bank sampah adalah pekerja yang
bertugas untuk mengumpulkan dan memilah sampah untuk dijual ke pendaur
sehingga dapat menjadi produk lain yang lebih mempunyai nilai ekonomi.
Disinilah pengurus berperan penting dalam pemilahan sampah rumah tangga
yang disetorkan ke bank sampah.
Di Kelurahan Unyur sudah terbentuk bank sampah salah satunya adalah bank
sampah lestari 25 yang berlokasikan di Taman Banten Lestari. Bank sampah
lestari 25 sendiri mulai berjalan sejak tahun 2015. Bank sampah lestari 25
menampung jenis sampah non organik seperti kardus, botol plastik, kaleng
alumunium, tembaga, kertas, botol beling, mika dan sebagainya.
Jika dilihat dari segi kesehatan, pekerjaan bank sampah memiliki risiko untuk
terkena penyakit. Dengan lingkungan kerja yang tidak kondusif, kemungkinan
besar pekerja dapat terjangkit berbagai macam penyakit seperti, batuk pilek,
gatal-gatal, flu dan lain-lain. Dari segi keselamatan kerja, pekerja juga memiliki
risiko yang cukup tinggi untuk mengalami kecelakaan seperti jatuh, terpeleset,
atau tersandung yang disebabkan oleh sisa cairan yang berasal dari sampah yang
sedang dipilah.
Melihat dari kemungkinan terjadinya PAK (Penyakit Akibat Kerja) dan KAK
(Kecelakaan Akibat Kerja) pada saat proses pemilahan sampah, maka di
Puskesmas Unyur membentuk Pos UKK untuk Bank Sampah, yaitu pada tanggal
11 Maret 2017 di Bank Sampah Lestari 25 Kelurahan Unyur, Kota Serang. Pos
UKK ini bernama Belimbing Kuning Sehat. Pos UKK ini didirikan dengan
tujuan antara lain: mencegah PAK (Penyakit Akibat Kerja) dan KAK
(Kecelakaan Akibat Kerja) yang kemungkinan terjadi dari kegiatan Bank
Sampah, dan mendapatkan pengobatan sederhana bagi masyarakat yang berisiko
terpajan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja atau mengalami kecelakaan saat
bekerja.
Untuk melaksanakan kegiatannya, Pos UKK akan selalu didampingi oleh Ibu
Worogati, AM.Kep selaku petugas sanitarian di Puskesmas dan arahan serta
bimbingan dari Kepala Puskesmas Unyur, Hj. Susanti, SKM,. Pos UKK ini akan
melaksanakan kegiatan pertemuan secara rutin mulai bulan April mendatang.
Diharapkan dengan adanya Pos UKK Belimbing Kuning Sehat dapat menuruni
angka kejadian PAK (Penyakit Akibat Kerja) dan KAK (Kecelakaan Akibat
Kerja) pada pekerja bank sampah. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam
keselamatan dan kesehatan kerja. Kegiatan Pos UKK dilakukan dengan
pelaksanaan pelayanan preventif, kader memberikan informasi atau
mempraktekkan cara menggunakan alat pelindung diri (APD) yang benar dan
tepat guna. Kegiatan preventif ini disejalankan dengan kegiatan promosi
kesehatan kerja. Sementara dalam pelayanan kuratif, anggota yang mengalami
masalah kesehatan atau mengalami kecelakan, langsung datang ke pos UKK
untuk mendapatkan pertolongan dasar. Namun bila masalah tidak dapat
ditanggulangi, korban langsung di rujuk ke puskesmas setempat.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Meningkat penemuan PAK dan KAK
b.
C. Ruang Lingkup
Angka PAK (Penyakit Akibat Kerja) hingga saat ini masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang sulit ditanggulangi.
Berbagai kondisi kesehatan lingkungan, ekses pelayanan
kesehatan, prilaku hidup sehat, rendahnya pendidikan kesehatan
di masarakat dan belum maksimalnya pendekatan program
dasar di Puskesmas.