Anda di halaman 1dari 11

Larutan

1. Pendahuluan
Larutan : Campuran antara dua zat atau lebih yang
serba sama ( homogen), dan merupakan fasa tunggal.
Jenis larutan :
Larutan Bineri : Campuran 2 zat
Laruatan Terneri : Campuran 3 zat
Larutan Kuarterneri : Campuran 4 zat
Larutan Terdiri dari :
1. Pelarut : Jumlahnya relatif lebih besar
2. Zat terlarut : jumlahnya relatif lebih kecil

Berdasarkan pelarutnya, Larutan dapat dibagi


tiga yaitu :
1. Larutan Gas : Campuran gas atau uap
misal : udara ( nitrogen + oksigen)
2. Larutan Cair :
Gas terlarut dalam zat cair
Misal : Oksigen dalam air
Zat cair terlarut dalam zat cair
Misal : Alkohol dalam air
Zat padat terlarut dalam zat cair
Misal : Gula dalam air
3. Larutan Padat :
Gas terlarut dalam zat padat
Misal : gas H2 dalam serbuk platina
Zat cair terlarut dalam Zat padat
Misal : Hg dalam Emas
Zat Padat terlarut dalam zat padat
Misal : Zn dalam Cu ( kuningan)

Hubungan kelarutan
Kelarutan adalah nilai batas kemampuan pelarut dalam
volume tertentu (biasanya 1 dm3 ) untuk
melarutkan zat terlarut pada suhu 25oC,
tekanan 1 atm yang menghasilkan larutan yang
homogen.

1
Konsentrasi adalah jumlah zat terlarut dalam larutan
atau dalam pelarut pada volume atau berat
tertentu.

Berdasarkan konsentrasi maka dikenal beberapa istilah


tentang larutan:

Larutan encer : jika konsentrasi zat terlarutnya lebih


kecil daripada setengah nilai
kelarutannya.

Larutan Pekat : jika konsentrasi zat terlarutnya sama


atau lebih besar daripada setengah
nilai kelarutannya

Larutan Jenuh : Jika mengandung konsentrasi zat


terlarut dalam jumlah maksimal,
sehingga pada penambahan zat
terlarut lebih lanjut tidak akan larut lagi

Larutan tak jenuh : Jika mengandung konsentrasi zat


terlarut lebih sedikit dari pada larutan
jenuhnya.

Larutan lewat jenuh : Jika mengandung konsentrasi zat


terlarut lebih banyak dari pada larutan
jenuhnya.

Ada dua cara yang dapat digunakan untuk menyatakan


konsentrasi larutan, yaitu :

1. Berat zat terlarut dalam sejumlah berat pelarut atau


larutan

Persen Berat (% berat/berat)


grzatterlarut
Persenberat %b / b x100%
grzatterlarut grpelarut
atau
grzatterlarut
Persenberat %b / b x100%
grlaru tan
2
Ppm adalah satu bagian berat zat terlarut dalam satu juta
bagian berat larutan larutan.

beratzatterlarut
ppm x106
beratlaru tan

1 ppm = 1 mg/kg

1. Molalitas adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gr


(1 kg) pelarut
molzatterlarut
m
kgpelarut

Fraksi mol adalah Perbandingan jumlah mol zat terlarut


terhadap jumlah mol seluruh zat dalam larutan

nA nB
XA dan XB
nA nB n A nB
Hubungan fraksi mol kedua zat dalam larutan ,
berlaku : XA + X B = 1

Persen mol = Fraksi mol x 100%

2. Berat zat terlarut dalam sejumlah volume tertentu


larutan

Persen Berat per volume (%b/v)


grzatterlarut
Persenberatpervolume(%b / v) x100%
mllaru tan

Molaritas adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter


larutan
molzatterlarut
M
Literlaru tan

Normalitas adalah jumlah gram ekivalen (grek) zat terlarut


dalam satu liter larutan
Gram ekivalen zat terlarut
N = Volume larutan
3

Berat zat terlarut


Grek = Berat ekivalen (BE)

BE = BM , maka
n
N = n x Berat zat terlarut
BM x Vol. Larutan

N = n x M

Normalitas sering digunakan untuk analisa volumetri


terutama dalam reaksi asam-basa dan oksidasi dan
reduksi(Redoks).

Mengubah konsentrasi larutan dengan cara pengenceran.

Larutan induk (konsentrasinya tinggi) diencerkan


menghasilkan larutan dengan konsentrasi rendah.
Jumlah zat terlarut (gr)
Misal : Konsentrasi =
Volume
Maka :
Jumlah zat terlarut (gr) = konsentrasi x volume
Catatan :
Selama penambahan pelarut jumlah zat
terlarut(gr) tidak berubah, tetapi hanya
mengurangi perbandingan zat terlarut dengan
pelarut. Atau dengan perubahan volume pelarut
massa zat terlarut tetap, tetapi konsentrasi larutan
berubah menjadi lebih rendah.
Sehingga rumus pengenceran adalah :

V 1 M1 = V2 M 2

Untuk pencampuran larutan sejenis dengan konsentrasi berbeda,


maka konsentrasi yang baru (Mb) dapat dihitung sbb:

(V1M 1 ) (V2 M 2 )
Mb
(V1 V2 )
Dik: V1 = volume larutan sebelum pengenceran
V2 = Volume larutan setelah pengenceran
M1 = Konsentrasi larutan sebelum pengenceran
M2 = Konsentrasi larutan setelah pengenceran
4

2.larutan Ideal
Larutan ideal adalah larutan yang gaya tarik menarik antara
molekul terlarut dan pelarutnya sama dengan
gaya tarik menarik antara molekul terlarut atau
molekul pelarutnya masing-masing

Suatu larutan dikatakan ideal, jika mempunyai ciri-ciri sebagai


berikut :
1. Homogen pada seluruh kisaran konsentrasi, mulai dari fraksi
mol nol sampai satu ( 0 < x < 1 ).
2. Pada pembentukan larutan dari komponen-komponennya,
tidak ada perubahan entalpi (H campuran = 0 ), artinya jumlah
volume larutan sebelum dan sesudah pencampuran sama.
3. Perubahan volume sama nol (V Campuran = 0 ) artinya jumlah
volume larutan sebelum dan sesudah pencampuran sama.
4. Memenuhi Hukum Raoult.

Hukum Batas Larutan (Hukum Raoult)

Misal : Larutan terdiri dari :


Pelarut yang mudah menguap
Zat terlarut yang tidak mudah

Uap

T, P0
Gambar 1a.
P

Tekanan Uap pelarut murni


Pelarut
murni

Uap

T, P P
Gambar 1b.
Tekanan Uap larutan
larutan

Diketahui :
Po = Tekanan uap pelarut murni
P = Tekanan uap larutan

Ternyata : P < Po
p Bila:
x2 = 0, maka p = p0
P0 x2 bertambah, maka p turun
x2 0 , tekanan mendekati
garis putus-putus (garis ideal)

0 x2 1
Gambar 2. Tekanan uap sebagai fungsi x2

Persamaan garis ideal :


p = b + mx2
Bila :
x2 = 0 , maka p = p0 , sehingga b = p0
x2 =1, maka p = 0, sehingga, 0 = b+m atau m = -b = -p0
Karena itu :
p = p0 - p0x2
p = (1 - x2) p0 karena, x + x2 = 1
dimana :
x = fraksi mol pelarut
x2 = fraksi mol zat terlarut

p = x p0 (Hukum Raoult)......................(1)

Larutan ideal =
memenuhi hukum Raoult pada semua
rentang konsentrasi.
Larutan nyata = menyimpang dari hukum Raoult namun
dapat memenuhi hukum Raoult jika
larutannya sangat encer ( Konsentrasi terlarut 0)

Dari persamaan 1, maka Penurunan Tekanan Uap(p p0) dapat


dihitung.
p0 - p = p0 - x p 0

p = (1 - x) p0 karena x + x2 = 1

p = x2 p0 .....................................(2)
Jika zat terlarut ada beberapa zat.
2 - x = x2 + x3 + x4 + ..................
maka :
p = (x2 + x3 + x4 + ......) p0

2. Sifat Larutan
Jika suatu zat terlarut yang tidak mudah menguap dilarutkan
ke dalam pelarut murni , maka sifat larutan itu berbeda dari sifat
pelarut murninya. Perbedaan ini dapat dijelaskan melalui hukum
sifat koligatif. Ada empat macam sifat koligatif larutan, yaitu
1. Penurunan Tekanan Uap
2. Kenaikan Titik didih
3. Penurunan titik Beku
4. Tekanan Osmosis
Sifat koligatif adalah sifat larutan yang
Tidak bergantung pada sifat dan jenis zat terlarut
tetapi.
Bergantung pada jumlah molekul zat terlarut relatif
terhadap jumlah total molekul.

Sifat Koligatif untuk larutan ideal


1. Penurunan Tekanan Uap
Tekanan uap adalah ukuran kecenderungan molekul-molekul
suatu cairan untuk menguap. Makin mudah
molekul molekul cairan menjadi uap, makin
besar tekanan uapnya
Besarnya tekanan uap bergantung pada jenis zat dan suhu.
7

Jika suatu zat terlarut yang tidak mudah menguap di larutkan


dalam suatu pelarut murni maka, Pada temperatur yang tetap,
tekanan uap pelarut murni ( P 0 ) > tekanan uap larutan ( P ),
besarnya penurunan tekanan uap (P) = (P0 P )

p0 p = p0 xp0
P = ( 1 - x ) p0

P = x2p0 .......................(3)

2. Kenaikan Titik Didih


Titik didih adalah suhu pada saat tekanan uap larutan sama
dengan tekanan udara luar ( 1 atm)
Pada suhu tetap , adanya zat terlarut yang tidak mudah
menguap menyebabkan terjadi penurunan tekanan uap ,
akibatnya titik didih larutan menjadi lebih tinggi daripada titik
didih pelarut murni sehingga terjadi kenaikan titik didih. Hal ini
dapat dilihat pada gambar 3.

P(atm) pelarut murni


1

cair
P
a
padat larutan

b
Gas
T

Tb T bo Tdo Td
Gambar 3
Kenaikan titik didih dan titik beku

Kenaikan Titik didih dinyatakan sbb:


Td = Td Tdo ..................................(4)
Dik :
Td = Kenaikan titik didih
Td = Titik didih larutan
Tdo = Titik didih pelarut murni
Besarnya kenaikan titik didih yang dirumuskan oleh Raoult, yaitu

Td = Kd m .................................(5)
Diketahui :
2
MRT o
Kd
1000H uap

Dimana :
Kd = Tetapan kenaikan titik didih ( der. kg/mol)
m = molalitas (mol/ kg)
M = Berat molekul (gr/mol)
R = Tetapan gas ideal (kalori/mol K)
o
T = Titik didih pelarut (K)
Huap = Kalor penguapan (kalori/mol)

Nilai Kd bergantung pada sifat pelarut murninya


Untuk air , dik :
M = 18,016 gr/mol
To = 373 K
Huap = 9717,1 kalori/mol
Maka :
Kb
18,016 1,987 373 2 0,513K .Kg .mol 1
1000(9717,1)

3. Penurunan Titik Beku


Titik beku adalah suhu pada saat larutan mulai membeku pada
tekanan luar 1 atm
Penurunan titik beku juga merupakan akibat dari penurunan
tekanan uap, dimana titik beku larutan lebih rendah daripada titik
beku pelarutsehinga terjadi penurunan titik beku yang dinyatakan
sbb:
Tb = Tob T
9

Besarnya Tb larutan juga bergantung pada jumlah partikel terlarut.


Menurut Raoult untuk larutan ideal berlaku :
Tb Kb.m
Dimana :
(6)
2
RT o m
Kb
1000H peleburan
Kb = Tetapan penurunan titik beku yang bergantung pada jenis
pelarut murni.

Untuk air :
M = 18,016 gr mol-1
T0 = 273,15 K
Huap = 1436,3 kal mol-1
Maka:
(18,016)(1,987)(273,15) 2
Kb 1,860 K .kg.mol 1
1000(1436,3)

4. Tekanan Osmosis
Osmosis adalah suatu proses mengalirnya pelarut ke
dalam larutan melalui membran semi permiabel

Tekanan Osmosis adalah tekanan yang harus diberikan


pada larutan untuk menghentikan
pelarut mengalir ke larutan melalui
membran semi permiabel
Membran
Semi permiabel
h2 h
h1 h1
h2

pelarut murni larutan

gambar 4. proses osmosis

10

Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Van Hoff (1885) bahwa


untuk larutan yang sangat encer rumusan tekanan osmotik mempunyai
kesamaan dengan tekanan suatu gas.

Pada suhu (T) tetap, tekanan osmotik berbanding lurus dengan


konsentrasi :
C ( T tetap )
Pada konsentrasi (C) tetap, tekanan osmotik berbanding lurus dengan
suhu mutlaknya
T ( C tetap )

Gabungan dari kedua persamaan di atas diperoleh :

CT
atau

k (tetap)
CT
Karena konsentrasi berbanding terbalik dengan volume, maka untuk n
mol zat terlarut berlaku :

V
k (tetap )
nT

Dimana k adalah suatu tetapan yang besarnya sama dengan tetapan


gas , maka persamaan menjadi :

V = nRT

Rumus ini mirip dengan persamaan gas ideal PV = nRT, sehingga


persamaannya adalah :

= n/V RT

Untuk n/V = M, maka:

= M RT

Persamaan di atas dikenal sebagai persamaan Van Hoff dan hanya


berlaku untuk persamaan ideal.
Pengukuran dari sifat-sifat koligatif dapat digunakan untuk menentukan
konsentrasi larutan, berat molekulzat terlarut datau sifat-sifat koligatif
lainnya

11

Anda mungkin juga menyukai