Anda di halaman 1dari 4

Sejarah Kehidupan Syaikh Nashruddin Al-Albani, Dari

Seorang Tukang Reparasi Jam Sampai Menjadi Ulama


Ahli Hadist Sebagai Bantahan Fitnah Yang Beredar
Terhadap Beliau Ditengah-Tengah Ummat Muslim
Posted: 5 Juli 2012 in Tokoh Islam
Tag:Ahlussunah, Al Hadist, aliran sesat, Buku Islam, Buku-buku, Fitnah, hukum islam, Karya, Reparasi Jam,
Sanad, Seorang Tukang, Syaikh Nashruddin Al-Albani, Ulama Ahli Hadist, Ummat Muslim
12

Nashiruddin Al-AlBani

Ini merupakan bantahan ditengah banyaknya isu yang beredar ditengah-tengah ummat
muslim, yang mana banyak yang berkata bahwa Syaikh Nashruddin Al-AlBani adalah
seorang tukang reparasi jam dan bukan ahli hadist, yah.. memang benar beliau adalah seorang
tukang reparasi jam..namun walau demikian bukan berarti seorang tukang reparasi jam tidak
bisa menjadi seorang ahli hadist. Apalagi beliau juga menimba ilmu disekolah agama dari
kecil sampai beliau dewasa, Bahkan ada juga yang berpendapat bahwa beliau sanadnya
lemah dengan alasan karena beliau tidak berguru kepada siapapun. Padahal, dilihat dari
sejarah kehidupan beliau..jangankan berguru..bahkan beliau menjadi guru pengajar Al Hadist
di Universitas Islam Madinah pada masanya.

Jika buku-buku beliau tidak layak dijadikan rujukan bagi ummat Islam, tentu ulama-ulama
pada masa beliau juga tidak bodoh sehingga membiarkan karya-karya beliau beredar didunia
Islam seperti saat ini bahkan beliau juga menentang para aliran sesat. Selain itu, Beliau juga
berkumpul dengan para ulama, yang membahas kajian al hadist dan berbagai syariat ajaran
agama. Jika disari dari kitab-kitab dan buku-buku karangan beliau, insha ALLAH..tidak ada
yang bertentangan dengan ajaran Islam bahkan sejalan dengan hukum Islam itu sendiri.
Selayaknya manusia janganlah melihat suatu bingkisan atau kado dari sampulnya, melainkan
lihatlah segala apa yang menjadi isinya. Artinya, janganlah melihat seseorang dari wajah,
status, pekerjaan, dan sebagainya, melainkan lihatlah ilmu dan hatinya. Atau janganlah
melihat seseorang itu dari dunianya, melainkan..lihatlah ia menurut akhiratnya. Wallahi..jika
ALLAH mengkehendaki, tentu bagi sesiapapun mudah bagi ALLAH Subhana wa Taala.

Firman ALLAH Taala :

maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa
yang dikehendaki-Nya;. Faathir : 008.

Seperti halnya seorang DaI ummat Muslim saat ini yaitu Ahmed Deedat, adalah beliau juga
bukan pakar kristolog maupun pendakwah pada mulanya. Melainkan adalah hanya seorang
penjual garam, namun setelah seorang penginjil ( Missionaris ) kristen ingin
memurtadkannya dengan membacakan ayat-ayat injil padanya. Beliau ingin membantah,
namun sayangnya saat itu beliau belum cukup pengetahuan jika ingin membantah sang
pendeta dengan Al-Quran. Apalagi dengan Injil yang bukan merupakan kitab agama beliau
yang merupakan seorang Muslim. Dan selepas si penginjil pergi, dari seorang penjual garam
ia merasa tertantang untuk mempelajari kitab suci agama kristen yaitu injil untuk lebih
mewaspadai para penginjil jika masih datang di masa berikutnya. Alhamdulillah..seperti yang
antum/anty dengar sekarang, selepas beliau mempelajari berbagai buku-buku kekristenan dan
tidak berguru kepada sesiapapun sampai mempelajari injil sendiri. Seorang pendeta sekaligus
pemilik toko buku tempat beliau hendak membeli buku mengajaknya berdialog dengan
mengandalkan doktrin kekristenan, Al-hasil sang pendeta tak berkutik untuk menjawab
argument tolak balik oleh DaI ummat muslim seperti Ahmed Deedat ini hingga kemudian
nama beliau melanglang buana di media-media barat sampai ke Indonesia ini sendiri hanya
dari seorang penjual garam.

Saya teringat dengan sabda Nabi, yang menceritrakan bahwa tanda-tanda kiamat itu (Baca
disini) yang saya bagi menjadi dua golongan yaitu 1. Tanda-tanda kiamat menurut keadaan
alam dan 2. Tanda tanda kiamat menurut keadaan manusianya. Yang mana pada tanda-
tanda kiamat menurut manusianya dijelaskan bahwa ALLAH akan mencabut ilmu para
ulama sehingga para ulamapun akan saling memfitnah. Yah..kiamat memang sudah dekat
dan dengan demikian, entah hujatan kepada syaikh Al-Albani tersebut adalah fitnah dari
siapa dan untuk apa?? Sesungguhnya fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan :

Firman ALLAH Taala :

dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan. Al-baqarah : 191.

dan fitnah hanyalah pekerjaan bagi orang-orang yang fasik :

Firman ALLAH Taala :

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita,
maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu
kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu
itu. Al-Hujuraat : 006.

Namun demikian, berikut adalah sejarah kehidupan beliau dari seorang tukang jam sampai
menjadi seorang Ulama Ahli Hadist yang saya sadur dari situs besar Indonesia
republika.co.id :
Hadits merupakan salah satu rujukan sumber hukum Islam di samping kitab suci Alquran. Di
dalam hadits itulah terkandung jawaban dan solusi masalah yang dihadapi oleh umat di
berbagai bidang kehidupan.

Berbicara tentang ilmu hadits, umat Islam tidak akan melupakan jasa Syekh Muhammad
Nashiruddin al-Albani atau yang lebih dikenal dengan Syekh Al-Albani. Ia merupakan salah
satu tokoh pembaharu Islam abad ini.

Karya dan jasa-jasanya cukup banyak dan sangat membantu umat Islam terutama dalam
menghidupkan kembali ilmu hadits. Ia berjasa memurnikan ajaran Islam dari hadits-hadits
lemah dan palsu serta meneliti derajat hadits.

Nama lengkapnya adalah Abu Abdirrahman Muhammad Nashiruddin bin Al-Haj Nuh Al-
Albani. Dilahirkan pada tahun 1333 H (1914 M) di Ashqodar (Shkodra), Ibukota Albania
masa lampau. Ia dibesarkan di tengah keluarga yang tak berpunya secara materi, namun
sangat kaya ilmu, khususnya ilmu agama.

Ayahnya, Al-Haj Nuh, adalah lulusan lembaga pendidikan ilmu-ilmu syariat di ibukota
negara kesultanan Turki Usmani (yang kini menjadi Istanbul). Ia wafat pada hari Jumat
malam, 21 Jumadil Tsaniyah 1420 H, atau bertepatan dengan tanggal 1 Oktober 1999, di
Yordania.

Ketika Ahmet Zogu berkuasa di Albania dan mengubah sistem pemerintahan menjadi
pemerintah sekuler, Syekh Al-Haj Nuh amat mengkhawatirkan dirinya dan keluarganya.
Akhirnya, ia memutuskan untuk berhijrah ke Syam (Suriah, Yordania dan Lebanon sekarang)
dalam rangka menyelamatkan agamanya dan karena takut terkena fitnah. Dari sana, ia
sekeluarga bertolak ke Damaskus.

Setiba di Damaskus, Albani kecil mulai mempelajari bahasa Arab. Ia masuk madrasah yang
dikelola oleh Jumiyah Al-Isaf Al-Khairiyah. Ia belajar di sekolah tersebut hingga kelas
terakhir dan lulus di tingkat Ibtidaiyah.

Selanjutnya, ia meneruskan belajarnya langsung kepada para ulama. Ia belajar Alquran dari
ayahnya sampai selesai, selain juga mempelajari sebagian fikih mazhab Hanafi. Ia juga
mempelajari keterampilan memperbaiki jam dari ayahnya sampai mahir betul. Keterampilan
ini kemudian menjadi salah satu mata pencahariannya.

Pada usia 20 tahun, ia mulai mengkonsentrasikan diri pada ilmu hadits lantaran terkesan
dengan pembahasan-pembahasan yang ada dalam majalah Al-Manar, sebuah majalah yang
diterbitkan oleh Syekh Muhammad Rasyid Ridha. Kegiatan pertama di bidang ini ialah
menyalin sebuah kitab berjudul Al-Mughni an Hamli Al-Asfar fi Takhrij ma fi Al-Ishabah min
Al-Akhbar, sebuah kitab karya Al-Iraqi, berupa takhrij terhadap hadits-hadits yang terdapat
pada Ihya Ulumuddin karangan Imam al-Ghazali.

Kegiatan Syekh Al-Albani dalam bidang hadits ini ditentang oleh ayahnya yang berkomentar,
Sesungguhnya ilmu hadits adalah pekerjaan orang-orang pailit.

Namun, Syekh Al-Albani justru semakin menekuni dunia hadits. Pada perkembangan
berikutnya, Al-Albani tidak memiliki cukup uang untuk membeli kitab. Karenanya, ia
memanfaatkan Perpustakaan Az-Zhahiriyah di Damaskus.
Disamping juga meminjam buku dari beberapa perpustakaan khusus. Karena kesibukannya
ini, ia sampai-sampai menutup kios reparasi jamnya. Ia tidak pernah beristirahat menelaah
kitab-kitab hadits, kecuali jika waktu shalat tiba.

Akhirnya, kepala kantor perpustakaan memberikan sebuah ruangan khusus di perpustakaan


untuknya. Bahkan kemudian ia diberi wewenang untuk membawa kunci perpustakaan.
Dengan demikian, ia menjadi makin leluasa dan terbiasa datang sebelum pengunjung lain
datang. Begitu pula, ketika orang lain pulang pada waktu shalat Dzuhur, ia justru pulang
setelah shalat Isya. Hal ini dijalaninya selama bertahun-tahun.

Menulis dan Mengajar


Semasa hidupnya, Syekh Albani secara rutin mengisi sejumlah jadwal kajian yang dihadiri
para penuntut ilmu dan dosen-dosen untuk membahas kitab-kitab. Dari sinilah kemudian ia
banyak menulis karya ilmiah dalam bidang hadits, fikih dan akidah. Karya-karya ilmiahnya
ini menjadikannya tokoh yang memiliki reputasi yang baik dan sebagai rujukan alim ulama.

Oleh karena itu, pihak Jamiah Islamiyyah (Universitas Islam Madinah) meminta Albani
untuk mengajar hadits dan ilmu-ilmu hadits di perguruan tinggi tersebut. Ia bertugas selama
tiga tahun, dari 1381 H sampai 1383 H. Setelah itu ia pindah ke Yordania.

Pada tahun 1388 H, Departemen Pendidikan Yordania meminta Syekh Al-Albani untuk
menjadi ketua jurusan Dirasah Islamiyah pada program pasca sarjana di sebuah Perguruan
Tinggi di Kerajaan Yordania.Tetapi situasi dan kondisi saat itu tidak memungkinkan dia
memenuhi permintaan itu.

Pada tahun 1395-1398 H, ia kembali ke Madinah untuk bertugas sebagai anggota Majelis
Tinggi Jamiyah Islamiyah di sana. Di negeri itu pula, Al-Albani mendapat penghargaan
tertinggi dari kerajaan Arab Saudi berupa King Faisal Foundation atas jasa-jasanya dalam
mengajarkan ilmu hadits pada tanggal 14 Dzulqaidah 1419 H.

Sebelum berpulang, Syekh Al-Albani berwasiat agar perpustakaan pribadinya, baik berupa
buku-buku yang sudah dicetak, buku-buku hasil fotokopi, manuskrip-manuskrip (yang ditulis
olehnya ataupun orang lain) seluruhnya diserahkan kepada pihak Perpustakaan Jamiah
Islamiyyah.

Karya-karya Syekh Albani amat banyak, ada yang sudah dicetak, ada yang masih berupa
manuskrip dan ada yang hilang. Jumlahnya sekitar 218 judul. Karya yang terkenal antara
lain Dabuz-Zifaf fi As-Sunnah al-Muthahharah, Al-Ajwibah an-Nafiah ala asilah masjid
al-Jamiah, Silisilah al-Ahadits ash Shahihah, Silisilah al-Ahadits adh-Dhaifah wal
Maudhuah, At-Tawasul wa anwauhu, dan Ahkam Al-Janaiz wa bidauha.

Di samping itu, dia juga memiliki buku kumpulan ceramah, bantahan terhadap berbagai
pemikiran sesat, dan buku berisi jawaban-jawaban tentang berbagai masalah yang yang
dihadapi umat Islam.

Sumber terkait : republika.co.id

Anda mungkin juga menyukai