Anda di halaman 1dari 12

Definisi

Miopia adalah anomali refraksi pada mata dimana bayangan difokuskan di depan retina,

ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi. Ini juga dapat dijelaskan pada kondisi refraktif

dimana cahaya yang sejajar dari suatu objek yang masuk pada mata akan jatuh di depan retina,

tanpa akomodasi. Miopia berasal dari bahasa Yunani muopia yang memiliki arti menutup mata.

Miopia merupakan manifestasi kabur bila melihat jauh, istilah populernya adalah

nearsightedness.

Klasifikasi

Miopia dibagi berdasarkan beberapa karakteristik sebagai berikut :

1. Menurut jenis kelainannya, Vaughan membagi miopia menjadi :

a) Miopia aksial, dimana diameter antero-posterior dari bola mata lebih panjang dari normal.

b) Miopia kurvatura, yaitu adanya peningkatan curvatura kornea atau lensa.

c) Miopia indeks, terjadi peningkatan indeks bias pada cairan mata.

2. Menurut derajat beratnya miopia dibagi dalam :

a) Miopia sangat ringan sampai dengan 1.00 D

b) Miopia ringan 1.00 s/d 3.00 D

c) Miopia sedang 3.00 s/d 6.00 D

d) Miopia tinggi 6.00 s/d 10.00 D

3. Menurut perjalanan penyakitnya, miopia di bagi atas :

a) Miopia stasioner yaitu miopia yang menetap setelah dewasa.

b) Miopia progresif, yaitu miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah

panjangnya bola mata.


c) Miopia maligna, yaitu keadaan yang lebih berat dari miopia progresif, yang dapat

mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan.

Epidemiologi

Miopia umum ditemukan di seluruh dunia. Di negara maju, persentase pendudukyang

menderita miopia biasanya lebih tinggi. Di Amerika Serikat, sekitar 25% dari penduduk dewasa

menderita miopia. Sementara itu, di Jepang, Singapura, dan Taiwan, persentasenya jauh lebih

besar, yakni mencapai sekitar 44%. Di Indonesia, walaupun tidak ada data statistiknya, dapat

diduga hampir di setiap rumah terdapat penghuni yang menderita miopia.

China merupakan tingkat miopia tertinggi di dunia dgn 400 juta dari 1,3 miliar orang rabun.

Prevalensi miopia di sekolah tinggi di China 77,3%, dan di perguruan tinggi lebih dari 80 %.

Yordania usia 17 sampai 40 ditemukan lebih dari setengah (53,7%) menderita miopi.

Etiologi

Etiologi miopia belum diketahui secara pasti. Ada beberapa keadaan yang dapat

menyebabkan timbulnya miopia seperti alergi, gangguan endokrin, kekurangan makanan,

herediter, kerja dekat yang berlebihan dan kekurangan zat kimia (kekurangan kalsium, kekurangan

vitamin).

Pada mata miopia fokus sistem optik mata terletak di depan retina, sinar sejajar yang masuk

ke dalam mata difokuskan di dalam badan kaca. Jika penderita miopia tanpa koreksi melihat ke

objek yang jauh, sinar divergenlah yang akan mencapai retina sehingga bayangan menjadi kabur.

Ada dua penyebab yaitu : daya refraksi terlalu kuat atau sumbu mata terlalu panjang.
Miopia yang sering dijumpai adalah miopia aksial. Miopia aksial adalah bayangan jatuh di

depan retina dapat terjadi jika bola mata terlalu panjang. Penyebab dari miopia aksial adalah

perkembangan yang menyimpang dari normal yang di dapat secara kongenital pada waktu awal

kelahiran, yang dinamakan tipe herediter. Bila karena peningkatan kurvatura kornea atau lensa,

kelainan ini disebut miopia kurvatur.

Penyebab panjangnya bola mata dapat diakibatkan beberapa keadaan :

a) Tekanan dari otot ekstra okuler selama konvergensi yang berlebihan.

b) Radang, pelunakan lapisan bola mata bersama-sama dengan peningkatan tekanan yang

dihasilkan oleh pembuluh darah dari kepala sebagai akibat dari posisi tubuh yang

membungkuk.

c) Bentuk dari lingkaran wajah yang lebar yang menyebabkan konvergensi yang

berlebihan.

Peningkatan kurvatura kornea dapat ditemukan pada keratokonus yaitu kelainan pada bentuk

kornea. Pada penderita katarak (kekeruhan lensa) terjadi miopia karena lensa bertambah cembung

atau akibat bertambah padatnya inti lensa.

Miopia dapat ditimbulkan oleh karena indeks bias yang tidak normal, misalnya akibat kadar

gula yang tinggi dalam cairan mata (diabetes mellitus) atau kadar protein yang meninggi pada

peradangan mata. Miopia bias juga terjadi akibat spasme berkepanjangan dari otot siliaris (spasme

akomodatif), misalnya akibat terlalu lama melihat objek yang dekat. Keadaan ini menimbulkan

kelainan yang disebut pseudo myopia.

Patogenesis
Miopia dapat terjadi karena ukuran sumbu bola mata yang relatif panjang dan disebut

sebagai miopia aksial. Dapat juga karena indeks bias media refraktif yang tinggi atau akibat indeks

refraksi kornea dan lensa yang terlalu kuat. Dalam hal ini disebut sebagai miopia refraktif.

Miopia degeneratif atau miopia maligna biasanya apabila miopia lebih dari - 6 dioptri(D)

disertai kelainan pada fundus okuli dan pada panjangnya bola mata sampai terbentuk stafiloma

postikum yang terletak pada bagian temporal papil disertai dengan atrofi korioretina. Atrofi retina

terjadi kemudian setelah terjadinya atrofi sklera dan kadang-kadang terjadi ruptur membran Bruch

yang dapat menimbulkan rangsangan untuk terjadinya neovaskularisasi subretina. Pada miopia

dapat terjadi bercak Fuch berupa hiperplasi pigmen epitel dan perdarahan, atropi lapis sensoris

retina luar dan dewasa akan terjadi degenerasi papil saraf optik.

Terjadinya perpanjangan sumbu yang berlebihan pada miopia patologi masih belum

diketahui. Sama halnya terhadap hubungan antara elongasia dan komplikasi penyakit ini, seperti

degenerasi chorioretina, ablasio retina dan glaukoma. Di dalam pertumbuhan normal, tekanan

intraokular meluas ke rongga mata dimana sklera berfungsi sebagai penahannya. Jika kekuatan

yang berlawanan ini merupakan penentu pertumbuhan okular postnatal pada mata manusia, dan

tidak ada bukti yang menentangnya maka dapat pula disimpulkan dua mekanisme patogenesis

terhadap elongasi berlebihan pada miopia.

Abnormalitas mesodermal sklera secara kualitas maupun kuantitas dapat mengakibatkan

elongasi sumbu mata. Pembuangan sebagian masenkim sklera dari perkembangan ayam

menyebabkan ektasia daerah ini, karena perubahan tekanan dinding okular. Dalam keadaan normal

sklera posterior merupakan jaringan terakhir yang berkembang. Keterlambatan pertumbuhan

strategis ini menyebabkan kongenital ektasia pada area ini.


Sklera normal terdiri dari pita luas padat dari kumpulan serat kolagen, hal ini terintegrasi

baik, terjalin bebas, ukuran bervariasi tergantung pada lokasinya. Kumpulan serat terkecil terlihat

menuju sklera bagian dalam dan pada zona ora ekuatorial. Bidang sklera anterior merupakan area

potong lintang yang kurang dapat diperluas perunitnya dari pada bidang lain. Pada test bidang ini

ditekan sampai 7,5 g/mm2.

Tekanan intraokular equivalen 100 mmHg, pada batas terendah dari stress ekstensi pada

sklera posterior ditemukan empat kali daripada bidang anterior dan equator. Pada batas lebih tinggi

sklera posterior kira-kira dua kali lebih diperluas.Perbedaan tekanan diantara bidang sklera normal

tampak berhubungan dengan hilangnya luasnya serat sudut jala yang terlihat pada sklera posterior.

Struktur serat kolagen abnormal terlihat pada kulit pasien dengan Ehlers-Danlos yang merupakan

penyakit kalogen sistematik yang berhubungan dengan miopia.

Meningkatnya suatu kekuatan yang luas terhadap tekanan intraokular basal. Contoh klasik

miopia skunder terhadap peningkatan tekanan basal terlihat pada glaukoma juvenil dimana bahwa

peningkatan tekanan berperan besar pada peningkatan pemanjangan sumbu bola mata.

Secara anatomi dan fisiologi, sklera memberikan berbagai respons terhadap induksi

deformasi. Secara konstan sklera mengalami perubahan pada stres. Kedipan kelopak mata yang

sederhana dapat meningkatkan tekanan intraokular 10 mmHg, sama juga seperti konvergensi kuat

dan pandangan ke lateral. Pada valsava manuver dapat meningkatkan tekanan intraokular 60

mmHg. Juga pada penutupan paksa kelopak mata meningkat sampai 70-110 mmHg. Gosokan

paksa pada mata merupakan kebiasaan jelek yang sangat sering diantara mata miopia, sehingga

dapat meningkatkan tekanan intraokular.

Untuk melihat sesuatu objek dengan jelas, mata perlu berakomodasi. Akomodasi berlaku

apabila kita melihat objek dalam jarak jauh atau terlalu dekat. Otot siliari mata melakukan
akomodasi mata. Teori Helmholtz mengatakan akomodasi adalah akibat daripada ekspansi dan

kontraksi lensa, hasil daripada kontraksi otot siliari. Teori Helmholtz merupakan teori yang

sekarang sering digunakan oleh dokter.

Akibat daripada kelelahan mata menyebabkan kelelahan pada otot mata.Otot mata

berhubungan dengan bola mata hingga menyebabkan bentuk mata menjadi tidak normal.Kejadian

ini adalah akibat akomodasi yang tidak efektif hasil dari otot mata yang lemah dan tidak stabil.

Pada mata miopia, bola mata terfiksasi pada posisi memanjang menyulitkan untuk melihat objek

jauh.

Gambaran Klinik

Sebahagian kasus-kasus miopia dapat diketahui dengan adanya kelainan pada jarak pandang.

Pada tingkat ringan, kelainan baru dapat diketahui bila penderita telah diperiksa.

1. Gejala subjektif :

a) Akibat sinar dari suatu objek jauh difokuskan di depan retina, maka penderita miopia

hanya dapat melihat jelas pada waktu melihat dekat, sedangkan penglihatan kabur bila

melihat objek jauh.

b) Keluhan astenopia, seperti sakit kepala yang dengan sedikit koreksi dari miopianya dapat

disembuhkan.

c) Kecendrungan penderita untuk menyipitkan mata waktu melihat jauh untuk mendapatkan

efek pinhole agar dapat melihat dengan lebih jelas.

d) Penderita miopia biasanya suka membaca, sebab mudah melakukannya tanpa usaha

akomodasi.

2. Gejala objektif :
Miopia simple :

a) Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif lebar.

Kadang-kadang bola mata ditemukan agak menonjol.

b) Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai kresen

miopia yang ringan disekitar papil saraf optik.

Miopia Patologi :

a) Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simple.

b) Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kalainan-kelainan pada :

(i) Korpus vitreum

(ii) Papil saraf optik

(iii) Makula

(iv) Retina terutama pada bagian temporal

(v) Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina.

Diagnosis

Diagnosis miopia dapat ditegakkan dengan cara refraksi subjektif dan objektif, setelah

diperiksa adanya visus yang kurang dari normal tanpa kelainan organic.

1. Cara Subyektif

Cara subyektif ini penderita aktif menyatakan kabur terangnya saat di periksa. Pemeriksaan

dilakukan guns mengetahui derajat lensa negatif yang diperlukan untuk memperbaiki tajam

penglihatan sehingga menjadi normal atau tercapai tajam penglihatan terbaik. Alat yang

digunakan adalah kartu Snellen, bingkai percobaan dan sebuah set lensa coba.

Tehnik pemeriksaan :
a) Penderita duduk menghadap kartu Snellen pada jarak 6 meter.

b) Pada mata dipasang bingkai percobaan dan satu mata ditutup.

c) Penderita di suruh membaca kartu Snellen mulai huruf terbesar dan diteruskan

sampai huruf terkecil yang masih dapat dibaca.

d) Lensa negatif terkecil dipasang pada tempatnya dan bila tajam penglihatan

menjadi lebih baik ditambahkan kekuatannya perlahan-lahan hingga dapat di baca

huruf pada baris terbawah.

e) Sampai terbaca basis 6/6.

f) Mata yang lain dikerjakan dengan cara yang sama.

2. Cara Obyektif

Cara ini untuk anomali refraksi tanpa harus menanyakan bagaimana tambah atau kurangnya

kejelasan yang di periksa, dengan menggunakan alat-alat tertentu yaitu retinoskop. Cara

objektif ini dinilai keadaan refraksi mata dengan cara mengamati gerakan bayangan cahaya

dalam pupil yang dipantulkan kembali oleh retina. Pada saat pemeriksaan retinoskop tanpa

sikloplegik (untuk melumpuhkan akomodasi), pasien harus menatap jauh. Mata kiri diperiksa

dengan mata kiri, mata kanan dengan mata kanan dan jangan terlalu jauh arahnya dengan

poros visuil mata. Jarak pemeriksaan biasanya meter dan dipakai sinar yang sejajar atau

sedikit divergen berkas cahayanya. Bila sinar yang terpantul dari mata dan tampak di pupil

bergerak searah dengan gerakan retinoskop, tambahkan lensa plus. Terus tambah sampai

tampak hampir diam atau hampir terbalik arahnya. Keadaan ini dikatakan point of reversal

(POR), sebaliknya bila terbalik tambahkan lensa minus sampai diam. Nilai refraksi sama
dengan nilai POR dikurangi dengan ekivalen dioptri untuk jarak tersebut, misalnya untuk jarak

meter dikurangi 2 dioptri.

Cara pemeriksaan subyektif dan obyektif biasanya dilakukan pada setiap pasien. Cara ini

sering dilakukan pada anak kecil dan pada orang yang tidak kooperatif, cukup dengan

pemeriksaan objektif. Untuk yang tidak terbiasa, pemeriksaan subjektif saja pada umumnya

bisa dilakukan.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan miopia adalah dengan mengusahakan sinar yang masuk mata difokuskan

tepat di retina. Penatalaksanaan miopia dapat dilakukan dengan cara :

1. Cara optik

a) Kacamata (Lensa Konkaf)

Koreksi miopia dengan kacamata, dapat dilakukan dengan menggunakan lensa konkaf

(cekung/negatif) karena berkas cahaya yang melewati suatu lensa cekung akan menyebar.

Bila permukaan refraksi mata mempunyai daya bias terlalu tinggi atau bila bola mata

terlalu panjang seperti pada miopia, keadaan ini dapat dinetralisir dengan meletakkan

lensa sferis konkaf di depan mata. Lensa cekung yang akan mendivergensikan berkas

cahaya sebelum masuk ke mata, dengan demikian fokus bayangan dapat dimundurkan ke

arah retina.

b) Lensa kontak

Lensa kontak dari kaca atau plastik diletakkan dipermukaan depan kornea. Lensa ini tetap

ditempatnya karena adanya lapisan tipis air mata yang mengisi ruang antara lensa kontak
dan permukaan depan mata. Sifat khusus dari lensa kontak adalah menghilangkan hampir

semua pembiasan yang terjadi dipermukaan anterior kornea, penyebabnya adalah air mata

mempunyai indeks bias yang hampir sama dengan kornea sehingga permukaan anterior

kornea tidak lagi berperan penting sebagai dari susunan optik mata. Sehingga permukaan

anterior lensa kontaklah yang berperan penting.

2. Cara operasi pada kornea

Ada beberapa cara, yaitu :

a) Radikal keratotomy (dengan pisau) yaitu operasi dengan menginsisi kornea perifer

sehingga kornea sentral menjadi datar. Hal ini menyebabkan sinar yang masuk ke mata

menjadi lebih dekat ke retina.

b) Excimer laser (dengan sinar laser) yaitu operasi dengan menggunakan tenaga laser

untuk mengurangi kecembungannya dan dilengketkan kembali.

c) Keratomileusis yaitu bila kornea yang terlalu cembung di insisi kemudian dikurangi

kecembungannya dan dilengketkan kembali.

d) Terapi dengan menggunakan laser dengan bantuan keratomilesis (LASIK) atau operasi

lasik mata, yang telah populer dan banyak digunakan para ahli bedah untuk mengobati

miopia. Dalam prosedurnya dilakukan pergantian ukuran kornea mata dan dirubahnya

tingkat miopia dengan menggunakan sebuah laser.

e) Epiratopati yaitu operasi dengan melakukan penjahitan keratolens yang sesuai dengan

koreksi refraksi ke kornea penderita yang telah di buang epitelnya.


Cara operasi di atas masih mempunyai kekurangan kekurangan, oleh karena itu para ahli

mencoba untuk mencari jalan lain yang dapat mengatasi kekurangan tersebut dengan jalan

mengambil lensa mata yang masih jernih (clear lens extraction/CLE).

Prognosis

Pada tingkat ringan dan sedang dari miopia simple prognosisnya baik bila penderita miopia

memakai kacamata yang sesuai dan mengikuti petunjuk kesehatan. Bila progresif miopia

prognosisnya buruk terutama bila di sertai oleh perubahan koroid dan vitreus, sedangkan pada

miopia maligna prognosisnya sangat jelek.

Komplikasi

1. Ablasio retina

Resiko untuk terjadinya ablasio retina pada 0 sampai (- 4,75) D sekitar 1/6662.Sedangkan

pada (- 5) sampai (-9,75) D risiko meningkat menjadi 1/1335.Lebih dari (-10) D risiko ini

menjadi 1/148. Dengan kata lain penambahan faktor risiko pada miopia lebih rendah tiga kali

sedangkan miopia tinggi meningkat menjadi 300 kali.

2. Vitreal Liquefaction dan Detachment

Badan vitreus yang berada di antara lensa dan retina mengandung 98% air dan 2% serat

kolagen yang seiring pertumbuhan usia akan mencair secara perlahan-lahan, namun proses ini

akan meningkat pada penderita miopia tinggi. Halini berhubungan dengan hilangnya struktur

normal kolagen. Pada tahap awal, penderita akan melihat bayangan-bayangan kecil (floaters).

Pada keadaan lanjut, dapat terjadi kolaps badan viterus sehingga kehilangan kontak dengan

retina. Keadaan ini nantinya akan menimbulkan risiko untuk terlepasnya retina dan
menyebabkan kerusakan retina. Vitreus detachment pada miopia tinggi terjadi karena luasnya

volume yang harus diisi akibat memanjangnya bola mata.

3. Miopik makulopati

Dapat terjadi penipisan koroid dan retina serta hilangnya pembuluh darah kapiler pada mata

yang berakibat atrofi sel-sel retina sehingga lapangan pandang berkurang. Dapat juga terjadi

perdarahan retina dan koroid yang bisa menyebabkan berkurangnya lapangan pandang. Miopi

vaskular koroid atau degenerasi makular miopia juga merupakan konsekuensi dari degenerasi

makular normal dan ini disebabkan oleh pembuluh darah yang abnormal yang tumbuh di

bawah sentral retina.

4. Glaukoma

Risiko terjadinya glaukoma pada mata normal adalah 1,2%, pada miopia sedang 4,2%, dan

pada miopia tinggi 4,4%. Glaukoma pada miopia terjadi dikarenakan stres akomodasi dan

konvergensi serta kelainan struktur jaringan ikat penyambung pada trabekula.

5. Katarak

Lensa pada miopia kehilangan transparansi. Dilaporkan bahwa pada orang dengan miopia,

onset katarak muncul lebih cepat.

Referensi :

Riordan-Eva, Paul; John P. Whitcher. Vaughan & Asburys General Ophthalmology.

2007. Jakarta: EGC

Guyton A.C. and J.E. Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. 2007. Jakarta:

EGC

Anda mungkin juga menyukai