Anda di halaman 1dari 21

Oleh: Meitia Dwi Tirtasari A.

111 2015 2260

Pembimbing: dr. Muh Imran, Sp. OT


PENDAHULUAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas struktural tulang.
Fraktur dapat bersifat total ataupun parsial yang umumnya
disebabkan oleh tekanan yang berlebihan, sering diikuti
oleh kerusakan jaringan lunak dengan berbagai macam
derajat, mengenai pembuluh darah, otot dan persarafan.
Prinsip penanganan fraktur adalah mengembalikan posisi
patahan tulang ke posisi semula (reposisi) dan
mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan
patah tulang (imobilisasi)
DEFINISI

Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas

tulang, baik yang bersifat total maupun sebagian,

biasanya disebabkan oleh trauma.


ETIOLOGI
Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan

tekanan membengkok, memutar dan tarikan akibat trauma yang

bersifat langsung maupun tidak langsung

Tekanan pada tulang dapat berupa:

(1) tekanan berputar

(2) tekanan membengkok


(3) tekanan sepanjang aksis tulang

(4) kompresi vertikal

(5) trauma langsung disertai dengan resistensi pada satu


jarak tertentu

(6) trauma karena tarikan pada ligamen atau tendo akan


menarik sebagian tulang
KLASIFIKASI
Secara umum, keadaan patah tulang secara klinis
dapat diklasifikasikan sebagai

fraktur terbuka,

fraktur tertutup
Klasifikasi Fraktur terbuka menurut Gustillo dan Anderson

Tipe Batasan
I Luka bersih dengan panjang luka < 1 cm
II Panjang luka > 1 cm tanpa kerusakan jaringan lunak yang berat
III Kerusakan jaringan lunak yang berat dan luas, fraktur segmental terbuka, trauma
amputasi, luka tembak dengan kecepatan tinggi, fraktur terbuka di pertanian, fraktur
yang perlu repair vaskuler dan fraktur yang lebih dari 8 jam setelah kejadian.
IIIA Periosteum masih membungkus fragmen fraktur dengan kerusakan jaringan
lunak yang luas
IIIB Kehilangan jaringan lunak yang luas, kontaminasi berat, periosteal striping
atau terjadi bone expose

IIIC Disertai kerusakan arteri yang memerlukan repair tanpa melihat tingkat
kerusakan jaringan lunak.
DIAGNOSIS

Diagnosis fraktur dapat ditegakkan dengan anamnesis


yang lengkap mengenai kejadian trauma meliputi waktu,
tempat, dan mekanisme trauma; pemeriksaan fisik yang
lengkap dan menyeluruh, serta pemeriksaan imejing
menggunakan foto polos sinar-x.
PENATALAKSANAAN
Tujuan terapi penderita fraktur adalah mencapai union
tanpa deformitas dan pengembalian (restoration) fungsi
sehingga penderita dapat kembali pada pekerjaan atau
kegiatan seperti semula
Life saving dan life limb adalah tindakan prioritas utama
pada penderita trauma multipel. Setelah tindakan life
saving dan life limb diatasi, tindakan awal untuk
menangani fraktur dapat dilakukan
Prinsip Umum Tatalaksana Fraktur

1. First, do no harm

2. Tatalaksana dasar berdasarkan diagnosis dan prognosis yang


akurat

3. Pemilihan tatalaksana dengan tujuan yang spesifik

Tujuan spesifik dalam tatalaksana fraktur yaitu :


a) Untuk mengurangi rasa nyeri
b) Untuk memelihara posisi yang baik dari fragmen fraktur
c) Untuk mengusahakan terjadinya penyatuan tulang (union)
d) Untuk mengembalikan fungsi secara optimal
4. Mengingat hukum-hukum penyembuhan secara alami
5. Bersifat realistik dan praktis dalam memilih jenis
pengobatan
6. Seleksi pengobatan sesuai dengan pasien secara
individua
Sebelum mengambil keputusan untuk melakukan pengobatan
definitif, prinsip pengobatan ada empat (4R), yaitu :

Recognition; diagnosis dan penilaian fraktur


Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan
fraktur dengan anamnesis, pemeriksaan klinik, dan radiologis.
Pada awal pengobatan perlu diperhatikan lokalisasi fraktur,
bentuk fraktur, menentukan teknik yang sesuai untuk
pengobatan, dan komplikasi yang mungkin terjadi selama dan
sesudah pengobatan.
Reduction; reduksi fraktur apabila perlu

Restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk mendapatkan posisi


yang dapat diterima. Pada fraktur intra-artikuler diperlukan
reduksi anatomis dan sedapat mungkin mengembalikan fungsi
normal dan mencegah komplikasi seperti kekakuan,
deformitas, serta perubahan osteoartritis di kemudian hari.

Posisi yang baik adalah alignment yang sempurna dan aposisi


yang sempurna.

Retention; imobilisasi fraktur

Rehabilitation; mengembalikan aktifitas fungsional


semaksimal mungkin
penatalaksanaan definitif fraktur adalah dengan
menggunakan gips atau dilakukan operasi dengan:

Eksternal / OREF (Open Reduction External


Fixation)
- Gips (plester cast)
- Traksi
Internal / ORIF (Open Reduction Internal Fixation)
- K-wire,
- plating,
- screw,
- k-nail.
Metode-Metode Pengobatan Fraktur

FRAKTUR TERTUTUP
Metode pengobatan fraktur pada umumnya dibagi dalam:
Konservatif
Reduksi tertutup dengan fiksasi eksterna atau fiksasi
kutaneus
Reduksi terbuka dan fiksasi interna atau fiksasi eksterna
tulang
Eksisi fragmen tulang dan penggantian proses
konservatif

A. Traksi dengan gaya berat D. Traksi Hamilton Russel


B. Traksi menetap E. Traksi berimbang dengan
C. Traksi berimbang bebat dan bagian fleksi lutut
reduksi terbuka dengan fiksasi interna atau fiksasi
eksterna tulang
FRAKTUR TERBUKA
Fraktur terbuka merupakan keadaan darurat yang memerlukan

penanganan yang terstandar untuk mengurangi resiko infeksi.

Selain mencegah infeksi juga diharapkan terjadi penyembuhan

fraktur dan restorasi fungsi anggota gerak.

Salah satu tindakan untuk fraktur terbuka yaitu dilakukan

debridemen.

Tindakan pembedahan berupa eksisi pinggir luka, kulit, subkutis,

fisia, dan pada otot-otot nekrosis yang kotor


Komplikasi fraktur terbuka :
Perdarahan, syok septic sampai kematian

Septikemia, toksemia oleh karena infeksi piogenik

Tetanus

Gangren

Perdarahan sekunder

Delayed union

Nounion dan malunion

Kekauan sendi
DAFTAR PUSTAKA

1. Helmi ZN. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.


2011
2. American College of Surgeon Committee of Trauma (ACSCOT). 2008.
Advanced Trauma Life Support for Doctor. Chicago: ATLS Student Course
Manual.
3. Apley GA, Solomon L. Buku ajar ortopedi dan fraktur sistem Apley. Edisi ke-
7. Jakarta, 1995. Widya Medika;
4. Bucholz RW, Heckman JD, Court-Brown CM. Rockwood & Green's
Fractures in Adults, 6th Edition. USA: Maryland Composition. 2006.
5. Sjamsuhidayat, de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran ECG. 2011.
6. Salter RB. Textbook Disorders and Injuries of The Muskuloskeletal System
Third Edition. USA: Lippincott Williams and Wilkins. 1999.
7. Jong W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta: ECG
8. Rasjad C. Pengantar ilmu bedah ortopedi. Jakarta:Yarsif Watampone; 2009.

Anda mungkin juga menyukai