Anda di halaman 1dari 22

AKAD PERJANJIAN MURABAHAH

Disusun Oleh:
Kelompok III Kelas PS-5B
IAIN Tulungagung
1. Ika Septianawati (3223113041)
2. Irfan Jazuli (3223113046)
3. Isna Lailin Nikmah (3223113049)
4. Lailia Rohmatul Hasanah (3223113054)
5. Rahadian Fatawi (3223103058)

A. Landasan Teoritis
Murabahah adalah akad jual beli atas suatu barang, dengan harga yang disepakati antara
penjual dan pembeli, setelah sebelumnya penjual menyebutkan dengan sebenarnya harga
perolehan atas barang tersebut dan besarnya keuntungan yang diperolehnya. Dalam Kamus
Istilah Keuangan dan Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh Direktorat Perbankan Syariah,
Bank Indonesia mengemukakan:
Murabahah (bai murabahah) adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati. Dalam bai murabahah, penjual harus memberitahu harga
produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.
Dalam Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional dijelaskan:
Murabahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli
dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih tinggi sebagai laba.
Dalam PSAK 102 dijelaskan bahwa:
Murabahah adalah menjual barang dengan harga jual sebesar harga perolehan ditambah
keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan harga perolehan barang
tersebut kepada pembeli.
Rukun Bai Murabahah:
a. Bai atau penjual (pihak yang memiliki barang)
b. Musytari atau pembeli (pihak yang akan membeli barang)
c. Mabi atau barang yang akan diperjualbelikan
d. Tsaman atau harga barang
e. Sighat atau Ijab dan qabul
Syarat Bai Murabahah:
a. Pihak yang berakad cakap hukum dan tidak dalam keadaan terpaksa, sukarela (ridha)
b. Barang yang diperjualbelikan tidak termasuk yang dilarang/diharamkan, dan jelas jenis maupun
jumlahnya.
c. Harga barang harus dinyatakan secara transparan (harga pokok dan komponen keuntungan) dan
cara pembayarannya disebutkan dengan jelas.
d. Pernyataan serah terima harus jelas dengan menyebutkan secara spesifik pihak-pihak yang
berakad.
Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Dalam
murabahah berdasarkan pesanan, penjual melakukan pembelian barang setelah ada
pemesanan dari pembeli. Barang yang diperjualbelikan harus ada pada saat akad, sedangkan
pembayarannya dapat dilakukan secara tunai atau secara tangguh atau cicilan. Akad berakhir
ketika pembayaran angsuran telah lunas atau karena sebab tertentu terjadi pembatalan akad
oleh penjual maupun pembeli.

Daftar Referensi:
Rivai, Islamic Financial Management, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008.
Wiroso, Akuntansi Transaksi Syariah, Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta, 2011.

B. Negosiasi
Berikut ini adalah contoh negosiasi antara PT Bank Syariah STAIN Tulungagung yang
diwakili oleh Fahri Wicaksono, SE, M.M selaku kepala divisi pemasaran dengan Bapak
Muhammad Syafii (30 tahun) selaku nasabah pembiayaan Murabahah. Nasabah memiliki
uang sejumlah Rp 30.000.000,00 dan ingin membeli satu unit mobil Honda Brio warna putih
tahun 2012 on the road. Untuk menutupi kekurangan biaya pembelian, ia meminta bantuan
bank untuk membelikan mobil sesuai spesifikasinya dan akan dibayar secara angsuran. PT
Bank Syariah STAIN Tulungagung menyanggupi keinginan nasabah dan mencarikan mobil
sesuai spesifikasi ke dealer Putra Jaya Surabaya seharga Rp 120.000.000,00.
Syafii : Assalamualaikum
Fahri : Waalaikumsalam Pak Syafii
Syafii : Bagaimana pesanan saya dua hari yang lalu apakah sudah tersedia?
Fahri : O iya Pak kemarin pihak Bank sudah mencarikan mobil sesuai spesifikasi yang bapak
inginkan dengan harga perolehan dari dealer Rp 120.000.000,00. Kemudian bank sendiri
akan mengambil keuntungan atas penjualan mobil tersebut kepada bapak sebesar 15% atau
senilai dengan Rp 18.000.000,00. Untuk pembayarannya bapak dapat mengangsur.
Bagaimana Pak, ingin diangsur selama berapa tahun?
Syafii : Baiklah pak, saya setuju. Untuk pembayarannya bagaimana kalau saya angsur selama 2 tahun
setiap tanggal 5-10.
Fahri : Baik, saya setuju, kemudian untuk DP nya bapak dapat menyerahkan kepada kami nanti ketika
akad ditandatangani. Bapak akan menyerahkan DP berapa?
Syafii : Iya, berhubung saya sudah membawa DP nya hari ini, jadi nanti saya serahkan DP Rp
30.000.000,00. Jadi angsuran saya setiap bulannya berapa pak?
Fahri : Untuk pembayarannya dengan angsuran selama 2 tahun setelah dikurangi DP yang Bapak
berikan yaitu sebesar Rp 120.000.000,00 ditambah keuntungan bank sebesar Rp.
18.000.000,00 dan dikurangi DP sebesar Rp 30.000.000,00. Jadi total biaya yang harus
Bapak bayar senilai Rp 108.000.000,00 dibagi dengan 24 bulan sama dengan
Rp.4.500.000,00 setiap bulannya.
Syafii : Untuk DPnya apakah itu sudah termasuk angsuran pertama Pak?
Fahri : Bukan pak, untuk angsuran pertama tetap Rp 4.500.000,00 seperti keinginan Bapak dapat
membayar angsuran setiap tanggal 5-10.
Syafii : Baik kalau begitu saya sepakat dengan harga tersebut dan cara pembayarannya.
Fahri : Karena Bapak telah sepakat, maka silahkan ditunggu akan kami buatkan draft kontraknya.

C. Draft Kontrak Murabahah

AKAD MURABAHAH
No. 0123/MRB/BS-STA/XI/2013



Dan Allah SWT telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba
(Qs.Al-Baqarah (2) : 275)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu....
(Qs.An Nisaa (4) : 29)
Dengan memohon petunjuk dan ridho Allah SWT, akad pembiayaan Murabahah ini dibuat
dan ditandatangani pada hari ini, Jumat, 1 November 2013 Pukul 09.00 WIB, bertempat
di kantor PT Bank Syariah STAIN Tulungagung, oleh para pihak sebagai berikut :
1. Nama : Fahri Wicaksono, SE, M.M
Tempat dan Tanggal Lahir : Kediri, 20 Desember 1985
NIK : 20002197658755
Jabatan : Kepala Divisi Pemasaran
Alamat : Jl.Basuki Rahmat No.12 Kediri
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama PT Bank Syariah STAIN Tulungagung yang
berkantor dan berkedudukan di Jalan Mayor Sujadi Timur Nomor 46 Plosokandang,
Tulungagung, selanjutnya disebut sebagai Pihak ke-1.
2. Nama : Muhammad Syafii
Tempat dan Tanggal Lahir : Tulungagung, 19 Agustus 1983
NIK : 30034798576547
Pekerjaan : Pegawai Perusahaan Swasta
Alamat : Jl.Pattimura No.1 Tulungagung
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas namanya sendiri, selanjutnya disebut sebagai Pihak
ke-2.
Para pihak terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Bahwa Pihak ke-2 telah mengajukan permohonan fasilitas pembiayaan kepada Pihak ke-1
untuk membeli barang berupa satu unit mobil Honda Brio warna putih tahun 2012 (on the
road) dengan uang muka senilai Rp 30.000.000,00, selanjutnya Pihak ke-1 menyetujui, dan
dengan akad perjanjian ini mengikatkan diri untuk menyediakan fasilitas pembiayaan untuk
pihak ke-2 sesuai dengan ketentuan tersebut.
2. Bahwa berdasarkan ketentuan Syariah, pembiayaan oleh Pihak ke-1 kepada Pihak ke-2 diatur
dan akan berlangsung menurut ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
- Pihak ke-1 membeli barang dari dealer Putra Jaya Surabaya untuk memenuhi kepentingan
Pihak ke-2, dan selanjutnya Pihak ke-1 menjual barang tersebut kepada Pihak ke-2 dengan
harga yang telah disepakati antara Pihak ke-2 dan Pihak ke-1.
- Penyerahan barang tersebut dilakukan oleh dealer langsung kepada Pihak ke-2 dengan
persetujuan dan dengan sepengetahuan Pihak ke-1.
- Pihak ke-2 membayar harga pokok ditambah margin keuntungan atas jual beli setelah
dikurangi dengan jumlah uang muka yang diberikan Pihak ke-2 dalam jangka waktu yang
telah disepakati kedua belah pihak, sehingga sebelum Pihak ke-2 membayar lunas harga
pokok dan margin keuntungan setelah dikurangi dengan jumlah uang muka kepada Pihak ke-
1, Pihak ke-2 berutang kepada Pihak ke-1.
- Selanjutnya kedua belah pihak sepakat menuangkan Akad Perjanjian ini dalam Akad
Pembiayaan Murabahah (selanjutnya disebut Akad dengan syarat-syarat serta ketentuan-
ketentuan sebagai berikut:

PASAL 1

KETENTUAN UMUM

Yang dimaksud dengan :


1. Murabahah adalah Akad jual beli antara Pihak ke-1 dan Pihak ke-2. Pihak ke-1 membeli
barang yang diperlukan pihak ke-2 dan menjual kepada pihak ke-2 sebesar harga pokok
ditambah dengan keuntungan yang disepakati.
2. Barang adalah satu unit mobil Honda Brio warna putih tahun 2012 (on the road).
3. On the road adalah harga kendaraan termasuk surat-suratnya secara lengkap (STNK dan
BPKB)
4. Harga pokok adalah sejumlah uang yang dikeluarkan Pihak ke-1 untuk membeli barang dari
dealer atas permintaan Pihak ke-2.
5. Keuntungan adalah sejumlah uang sebagai tambahan dari harga pokok yang diberikan oleh
Pihak ke-1 atas terjadinya jual-beli yang ditetapkan dalam Akad ini, yang harus dibayar oleh
Pihak ke-2 kepada Pihak ke-1 sesuai dengan jadwal pembayaran yang telah disepakati.
6. Hari Kerja Pihak ke-1 adalah hari kerja Bank Indonesia yaitu Senin sampai Jumat kecuali hari
libur nasional.
7. Jangka Waktu Akad adalah masa berlakunya Akad ini sesuai kesepakatan.
8. Pembukuan Pembiayaan adalah pembukuan atas nama Pihak ke-2 pada Pihak ke-1 yang
khusus mencatat seluruh transaksi Pihak ke-2 sehubungan dengan pembiayaan, yang
merupakan bukti sah dan mengikat Pihak ke-2 atas segala kewajiban pembayaran, sepanjang
tidak dapat dibuktikan sebaliknya dengan cara yang sah menurut hukum.
9. Cedera Janji adalah peristiwa yang menyebabkan Pihak ke-1 dan Pihak ke-2 dapat dikenakan
sanksi sesuai kesepakatan dalam Akad ini.
10. Keadaan Memaksa atau Force Majeure adalah keadaan dimana salah satu pihak yang
mengadakan akad terhalang untuk melaksanakan prestasinya.

PASAL 2
PEMBIAYAAN DAN TUJUAN PENGGUNAANNYA

Ayat 1
Pihak ke-1 berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk menyediakan dan menjual barang
yang dipesan oleh Pihak ke-2 dengan rincian sebagai berikut:
- Harga Pokok Rp 120.000.000,00
- Margin Keuntungan Rp 18.000.000,00

- Jumlah Pembiayaan Rp 138.000.000,00

- Terbilang (seratus tiga puluh delapan juta rupiah)


Ayat 2
Penyerahan barang dilakukan oleh dealer Putra Jaya Surabaya langsung kepada Pihak ke-2
dengan persetujuan dan dengan sepengetahuan Pihak ke-1.
Ayat 3
Pihak ke-2 berjanji serta dengan ini mengikatkan diri untuk membeli dan menerima barang
serta membayar harganya kepada Pihak ke-1 dan karenanya telah berutang kepada Pihak ke-1
sejumlah pembiayaan pada ayat 1 dikurangi dengan uang muka Rp 30.000.000,00
- Jumlah Pembiayaan Rp 138.000.000,00
- Uang Muka (Rp 30.000.000,00)
- Jumlah Utang Rp 108.000.000,00
- Terbilang (seratus delapan juta rupiah)
Ayat 4
Barang yang diperjualbelikan tersebut akan digunakan untuk kepentingan pribadi Pihak ke-2.

PASAL 3
HAK DAN KEWAJIBAN

Ayat 1
Hak dan Kewajiban Pihak ke-1:
1. Pihak ke-1 wajib memberitahu Pihak ke-2 tentang harga pokok dan margin keuntungan.
2. Pihak ke-1 wajib menyerahkan barang sesuai spesifikasi dari Pihak ke-2 maksimal 3 (tiga)
hari setelah akad ditandatangani.
3. Pihak ke-1 wajib mengganti barang apabila terdapat cacat tersembunyi setelah barang
diterima oleh Pihak ke-2 dan bukan karena kesalahan Pihak ke-2, kecuali jika Pihak ke-2
dapat menerima kekurangan tersebut dan tidak mempermasalahkannya.
4. Pihak ke-1 berhak menerima pembayaran atas harga barang sampai batas waktu yang telah
disepakati.
5. Pihak ke-1 berhak menahan Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) selama jangka
waktu pembayaran sampai Pihak ke-2 dapat melunasi angsuran.
Ayat 2
Hak dan Kewajiban Pihak ke-2:
1. Pihak ke-2 wajib melakukan pembayaran secara tertib kepada Pihak ke-1 selama jangka
waktu yang telah disepakati.
2. Pihak ke-2 wajib memberitahu Pihak ke-1 apabila terjadi hal-hal diluar pengetahuan Pihak
ke-2 mengenai cacat tersembunyi dari barang yang diterima maksimal 3 (tiga) hari setelah
barang diterima oleh Pihak ke-2.
3. Pihak ke-2 berhak menerima barang dari Pihak ke-1 maksimal 3 (tiga) hari setelah akad
ditandatangani.
4. Pihak ke-2 berhak mendapatkan ganti rugi dari Pihak ke-1 apabila terjadi cacat tersembunyi
pada barang yang diterima di luar kesalahan Pihak ke-2.

PASAL 4
JANGKA WAKTU DAN CARA PEMBAYARAN

Ayat 1
Pihak ke-2 berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk membayar kembali jumlah seluruh
utang kepada Pihak ke-1 sebagaimana tersebut pada Pasal 2 ayat 3 Akad ini dalam jangka
waktu 24 (duapuluh empat) bulan terhitung sejak tanggal 1 November 2013 sampai dengan
tanggal 1 November 2015.
Ayat 2
Cara pembayaran dilakukan secara angsuran setiap tanggal 5-10 terhitung sejak tanggal akad
ini ditandatangani sampai lunas pada saat jatuh tempo 24 (duapuluh empat) bulan.
Ayat 3
Jumlah angsuran setiap bulannya sebesar jumlah utang dibagi dengan jangka waktu
pembayaran yaitu Rp 108.000.000,00 dibagi 24 bulan atau sama dengan Rp 4.500.000 (empat
juta lima ratus ribu rupiah) per bulan.
Ayat 4
Dalam hal jatuh tempo, pembayaran angsuran pembiayaan bertepatan dengan bukan hari
kerja Pihak ke-1, maka Pihak ke-2 berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk melakukan
pembayaran pada hari pertama Pihak ke-1 bekerja kembali.

PASAL 5
TEMPAT PEMBAYARAN

Ayat 1
Setiap pembayaran kembali/pelunasan utang oleh Pihak ke-2 kepada Pihak ke-1 dilakukan di
kantor Pihak ke-1 atau di tempat lain yang ditunjuk Pihak ke-1, atau dilakukan melalui
rekening yang dibuka oleh dan atas nama Pihak ke-2 di Pihak ke-1.
Ayat 2
Dalam hal pembayaran dilakukan melalui rekening Pihak ke-2 di Pihak ke-1, maka dengan
ini Pihak ke-2 memberi kuasa yang tidak dapat berakhir karena sebab-sebab yang ditentukan
dalam Pasal 1813 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata kepada Pihak ke-1, untuk mendebet
rekening Pihak ke-2 guna membayar/melunasi utang Pihak ke-2.

PASAL 6
PEMBUKUAN PEMBIAYAAN

Pembukuan pembiayaan dilakukan oleh Pihak ke-1 atas seluruh transaksi yang dilakukan
Pihak ke-2 terkait pembayaran angsuran setiap bulan yang dinyatakan dalam Buku Angsuran
Pembiayaan dan diberikan kepada Pihak ke-2 sebagai bukti pembayaran angsuran yang telah
dibayar.

PASAL 7
CEDERA JANJI DAN AKIBAT CEDERA JANJI

Pihak dapat dianggap melakukan cedera janji, apabila karena kesalahannya:


1. Pihak ke-1 tidak memberitahu Pihak ke-2 tentang harga pokok dan margin keuntungan maka
terjadi pembatalan akad.
2. Pihak ke-1 tidak menyerahkan barang sesuai spesifikasi dari Pihak ke-2 maksimal 3 (tiga)
hari setelah akad ditandatangani maka Pihak ke-2 boleh meminta ganti rugi berupa potongan
biaya angsuran pertama sebesar Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) atau Pihak
ke-2 boleh meminta pembatalan akad.
3. Pihak ke-1 tidak mengganti barang apabila terdapat cacat tersembunyi setelah barang diterima
oleh Pihak ke-2 diluar kesalahan Pihak ke-2 maka Pihak ke-2 boleh menuntut ganti rugi
sebesar biaya yang ditimbulkan oleh cacat barang tersebut, kecuali jika Pihak ke-2 dapat
menerima kekurangan tersebut dan tidak mempermasalahkannya.
4. Pihak ke-2 terlambat melakukan pembayaran kepada Pihak ke-1, maka Pihak ke-2 harus
membayar denda pada Pihak ke-1 sebesar Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk tiap-
tiap hari keterlambatan, terhitung sejak kewajiban pembayaran tersebut jatuh tempo sampai
dengan tanggal dilaksanakannya pembayaran kembali.
5. Pihak ke-2 memberitahu Pihak ke-1 bahwa terjadi hal-hal diluar pengetahuan Pihak ke-2
mengenai cacat tersembunyi dari barang yang diterima lebih dari 3 (tiga) hari setelah barang
diterima oleh Pihak ke-2 maka Pihak ke-1 tidak wajib mengganti rugi sebesar biaya yang
ditimbulkan oleh cacat barang tersebut.

PASAL 8
KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE)

Ayat 1
Apabila terjadi keterlambatan atau kegagalan salah satu pihak untuk memenuhi kewajiban
sebagaiman tercantum dalam akad ini yang disebabkan oleh keadaan yang memaksa seperti
bencana alam, huruhara, dan sabotase, yang tidak dapat dihindari dengan melakukan tindakan
sepatutnya, maka kerugian yang diakibatkan tersebut ditanggung oleh Pihak ke-1 dan Pihak
ke-2.
Ayat 2
Dalam hal terjadi keadaan memaksa, pihak yang mengalami peristiwa yang dikategorikan
keadaan memaksa wajib memberitahukan secara tertulis tentang hal tersebut kepada pihak
lainnya dengan melampirkan bukti secukupnya dari kepolisian atau instansi yang berwenang
mengenai kejadian memaksa tersebut selambat-lambatnya 5 (lima) hari terhitung sejak
keadaan memaksa tersebut terjadi.
Ayat 3
Apabila dalam waktu 10 (sepuluh) hari sejak diterimanya pemberitahuan sebagaimana ayat 2
tersebut, belum atau tidak ada tangggapan dari pihak yang menerima pemberitahuan, maka
adanya peristiwa tersebut dianggap telah disetujui oleh Pihak ke-1 dan Pihak ke-2.
Ayat 4
Apabila keadaan memaksa tersebut mengakibatkan kegagalan dalam pelaksanaan ketentuan-
ketentuan dalam akad ini selama 3 bulan, maka akad ini dapat diakhiri dengan suatu
perjanjian antara Pihak ke-1 dan Pihak ke-2.

PASAL 9
PENYELESAIAN SENGKETA

Ayat 1
Apabila terjadi perbedaan pendapat dalam memahami atau menafsirkan bagian-bagian dari
isi, atau terjadi perselisihan dalam melaksanakan akad ini, maka Pihak ke-1 dan Pihak ke-2
akan berusaha untuk menyelesaikan secara musyawarah.
Ayat 2
Apabila usaha menyelesaikan perbedaan pendapat atau perselisihan melalui musyawarah
untuk mufakat tidak menghasilkan keputusan yang disepakati oleh Pihak ke-1 dan Pihak ke-
2, maka dengan ini Pihak ke-1 dan Pihak ke-2 sepakat untuk menunjuk dan menetapkan serta
memberi kuasa kepada Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI) untuk memberikan
putusannya, menurut tata cara dan prosedur berarbitrase yang ditetapkan oleh dan berlaku di
badan tersebut.
Ayat 3
Apabila usaha penyelesaian perbedaan pendapat atau perselisihan melalui BAMUI tidak
menghasilkan keputusan yang disepakati oleh Pihak ke-1 dan Pihak ke-2, maka dengan ini
Pihak ke-1 dan Pihak ke-2 sepakat untuk melanjutkan perkara ke Pengadilan Agama
Kabupaten Tulungagung.

PASAL 10
ADDENDUM
Pihak ke-1 dan Pihak ke-2 telah bersepakat bahwa segala sesuatu yang belum diatur dalam
akad ini, akan diatur kemudian dalam addendum-addendum dan surat-surat yang akan dibuat
dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari akad ini.

PASAL 11
PENUTUP

Akad Perjanjian ini ditandatangani dan dibuat dalam rangkap 2 (dua), masing-masing
bermaterai cukup dan mempunyai kekuatan pembuktian yang sama, ditandatangani oleh
Pihak ke-1 dan Pihak ke-2 dengan suka rela (saling ridho) tanpa paksaan dari pihak manapun,
serta disaksikan oleh :
1. Sony Prasetyo
2. David Simanjuntak

Tulungagung, 1 November 2013


Pihak ke-1 Pihak ke-2

Fahri Wicaksono, SE, M.M Muhammad Syafii

Saksi 1 Saksi 2

Sony Prasetyo David Simanjuntak


Disusun oleh:
Ardian Putra P. N. : 3223113015
Arini Hidayati : 3223113016
Ati Rochmah Mujiharti : 3223113018
Beauty Choirun.N. : 3223113022

JURUSAN : SYARIAH
PRODI : PS.A/5

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) TULUNGAGUNG


TAHUN 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dijadikan Allah SWT sebagai mahluq social yang saling membutuhkan antara satu d
engan yang lain . untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia harus berusaha mencari kar
unia Allah yang ada dimuka bumi ini sebagai sumber ekonomi.
Dalam kehidupan social, Nabi Muhammad SAW mengajarkan pada kita semua tentang berm
uamala agar terjadi kerukunan antar umat serta memberikan keuntungan bersama.Dalam pem
bahasan masalah ini makalah akan menjelaskan tentang murabahah karena dalam pembahasa
n ini terdapat suatu hikmah untuk kehidupan sosial.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Murabahah?
2. Apa hukum Murabahah?
3. Apa saja syarat dan rukun murabahah?
4. Apa saja prinsip prinsip pembiayaan islam dalam murabahah?
5. Bagaimanakah ketentuan ketentuan umum murabahah yang terdapat dalam bank syariah?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Murabahah.
2. Mengetahui hukum Murabahah.
3. Mengetahui syarat dan rukun murabahah.
4. Mengetahui prinsip prinsip pembiayaan islam dalam murabahah.
5. Mengetahui ketentuan ketentuan umum murabahah yang terdapat dalam bank syariah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Murabahah.
Bai Al Murabahah adalah prinsip bai (jual
Beli ) dimana harga jualnya terdiri dari harga pokok barang ditambah nilai keuntungan (ribh
un) yang disepakati. Pada murabahah, penyerahan barang dilakukan pada saat transaksi seme
ntara pembayaranya dilakukan secara tunai, tangguh ataupun dicicil. Untuk pembayan cicilan
, di Malaisia lebih dikenal dengan BBA (Bai Bitsaman Ajil. Secara istilah, sebenarnya tran
saksi jual beli yang dilakukan dengan pembayaran tangguh disebut Bai Al Muajjal, sedangka
n yang dicicil disebut bai ut taksid.
Bai al murabahah menurut para ahli hukum adalah sebagai berikut:
1) abd ar-
rahman al jazairi mendefinisikan bai al murabahaj sebagai menjual barang dengan harga pok
ok beserta keuntungn dengan syarat syarat tertentu.
2) Menurut wahab az
zuhali adalah jual beli dengan harga pertama (pokok) beserta tambahan keuntungan.
3) Ibnu qudamah ahli hukum hambali mengatakan bahwa murabahah adalah jual beli dengan
harga pokok ditambah margin keuntungan.
Kesimpulanya murabahah adalah suatu bentuk jual beli dimana penjual member tahu kepada
pembeli tentang harga pokok atau modal barang dan pembeli membelinya berdasarkan harga
pokok tersebut kemudian memberikan margin keuntungan kepada penjual sesuai dengan kese
pakatan. Tentang keuntungan yang diepakati penjual haarus memberi tahu pembeli tentan
g harga pembelian baran yang menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya
tersebut.

B. Dalil atau Hukum Murabahah.


Dalil Al-Quran tentang murabahah.
pada hal telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba
(QS. Al Baqarah :275)
Dalil Al Hadist tentang murabahah
pendapatan yang paling afdhal adalah hasil karya tangan seseorang dan jual beli yang mabru
r. (HR.Ahmad AlBazzar Ath Thabrani)
Dari Syuaib, Rasulullah SAW bersabda: tiga perkara yang didalamnya terdapat keberkahan :
menjual dengan pembayaran secara tangguh, muqaradah (nama lain mudharabah), dan menc
ampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah dan tidak untuk dijual. (HR.Ibnu Maj
ah).

C. Syarat dan Rukun Murabahah.


Menurut mayoritas (jumhur ) ahli hokum islam, rukun yang membentuk akad murabahah ada
empat yaitu sebagai berikut:
1) Adanya penjual (bai).
2) Adanya pembeli (musytari).
3) Objek atau barang (mabi) yang diperjualbelikan.
4) Harga (tsaman) nilai jual barang berdasarkan mata uang.
Sementara itu, syarat murabahah yaitu sebagai berikut:
1) Penjual membertahu biaya modal kepada nasabah .
2) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
3) Kontrak harus bebas riba.
4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelia
n.
5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika p
embelian dilakukan secara utang. Jadi, disini terlihat adanya unsur keterbukaan.

D. Prinsip Prinsip Pembiayaan Islam dalam Murabahah.


Perbedaan pokok antara bank konvensional dan bank syariah terletak pada landasan falsafah
yang dianutnya. Bank syariah tidak melaksanakan system bunga pada seluruh aktifitasnya, se
dangkan Bank Konvensional sebaliknya. Hal ini memiliki implikasi yang sangat dalam dan s
angat berpengaruh pada aspek operasional dan produk yang dikembangkan oleh Bank Islam.
Selain menghindari transaksi bunga, maka transaksi yang digunakan atau yang dikembangka
n adalah jual beli serta kemitraan yang di implementasikan dalam bentuk bagi hasil. Walaupu
n pola bagi hasil ini merupakan produk unggulan Bank Syariah, namun jika meneliti kembali
pokok
pokok syariah dimana aqidah yang berlaku untuk urusan muamalah (interaksi sosial) adalah
bahwa semuanya diperbolehkan, kecuali yang dilarang. Berarti semua jenis transaksi pada u
mumnya diperbolehkan, sepanjang tidak mengandung unsure bunga (riba), spekulasi (maysir)
, tipu / menipu menyembunyikan sesuatu (gharar) dan bathil.
Pada pembiayaan murabahah,nasabah mengajukan permohonan harus memenuhi syarat sah p
erjanjian, yaitu syarat subjektif harus berumur 21 tahun atau telah / pernah menikah, sehat ja
smani dan rohani. Objek murabahah tersebut juga harus tertentu dan jelas serta merupakan mi
lik yang penuh dari pihak Bank . Dalam pelaksanaanya, pembeli objek murabahah tersebut da
pat dilakukan oleh pembeli murabahah tersebut sebagai wakil dari pihak bank dengan akad w
akalah atau perwakilan.
Setelah akad wakalah, pembeli murabahah bertindak untuk dan atas nama bank untuk melaku
kan pembelian objek murabahah tersebut. Setelah akad wakalah selesai dan objek murabahah
tersebut secara prinsip telah menjadi hak milik bank, maka terjadi akad kedua antara Bank de
ngan pembeli, yaitu akad murabahah. Hal ini dimungkinkan dan tidak menyalahi syariah isla
m seperti dijelaskan fatwa DSN MUI No. 04/DSN-
MUI/IV/2000bahwa jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang da
ri pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip, menj
adi milik Bank.
Perihal murabahah ini diatur dalam fatwa DSN No.04/DSN
MUI / IV/2000 tentang murabahah, yang mengatur hal hal berikut ini.
1) Ketentuan umum murabahah dalam Bank Syariah.
a) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
b) Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syariah islam.
c) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kuali
fikasinya.
d) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, serta pembelian ini
harus sah dan bebas riba.
e) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pe
mbelian dilakukan secara utang.
f) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senil
ai harga beli, plus keuntunganya. Dalam kaitan ini, bank harus memberitahu secara jujur harg
a pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.
g) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu
yang telah disepakati.
h) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dap
at mengadakan perjanjian khusus nasabah.
i) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, aka
d jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank.
2) Ketentuan murabahah kepada nasabah.
a) Nasabah mnunjukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang atau asset.
b) Jika Bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu asset yang dip
esanya secara sah dengan pedagang.
c) Bank kemudian menawarkan asset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus menerima (
membeli)nya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati karena secara hukum, perjanjian
tersebut mengikat kemudian kedua belah pihak harus membuat kotrak jual beli.
d) Dalam jual beli ini, bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat m
enandatangani kesepakatan awal pemesanan.
e) Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus dibayar dar
i uang muka tersebut.
f) Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh bank, bank dapat m
eminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah.
g) Jika uang muka memakai kontrak urbun sebagai alternative dari uang muka, maka:
1) Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal membayar sisa harga.
2) Jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank, maksimal sebesar kerugian ya
ng ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut.dan jika uang muka tidak mencukupi, na
sabah wajib melunasi kuranganya.
3) Jaminan dalam murabahah.
a) Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya.
b) Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang.
4) Utang dalam murabahah
a) Secara prinsip, penyelesaian utang nasabah dalam transaksi murabahah tidak ada kaitanya
dengan transaksi lain yang digunakan nasabah dengan pihak ke tiga atas barang tersebut. Jika
nasabah menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewa
jiban untuk menyelesaikan utangnya kepada bank.
b) Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, ia tidak wajib sege
ra melunasi seluruh angsuranya.
c) Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap harus menyelesaikan
utangnya sesuai kesepakatan awal. Ia tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau
menerima kerugian itu diperhitungkan.

5) Jaminan pembayaran dalam murabahah.


a) Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian utangnya.
b)Jikanasabahmenundanunda pembayaran dengan sengaja atau jika salah satu pihak tidak me
nunaikan kewajibanya, maka penyelesaianya dilakukan melalui badan arbitrsi syariah, setelah
tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

E. Ketentuan Umum Murabahah dalam Bank Syariah.


Ketentuan ketentuan umum murabahah dalam bank syariah adalah sebagai berikut:
1) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah bebas riba.
2) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah islam.
3) Bank membiayai seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.
4) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini
harus sah dan bebas riba.
5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pe
mbelian dilakukan secara utang.
6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual seni
lai harga beli plus keuntunganya. Dalam kaitan ini, bank harus memberitahu secara jujur harg
a pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.
7) Nasabah membayar harga yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang t
elah disepakati.
8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau keruakan akad tersebut, pihak bank dapat
mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.
9) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dan pihak ke tiga, ak
ad jual murabahah harus dilakukan setelah barang dari pihak ketiga, akad dijual murabahah h
arus disediakan setelah barang ada, yang secara prinsip menjadi milik bank.

F.Ilustrasi Dialog
Pihak kedua : assalamu;alaikum
Pihak pertama :waalaikum salam wr.wb, ada yang bisa kami bantu ibu?
Pihak kedua
: begini bu,kedatangan saya kesini itu menginginkan sebual mobil, akan tetapi saya belum m
emiliki dana yang cukup untuk membeli mobil tersebut?
Pihak pertama
:kami bisa membantu ibu dengan mengadakan mobil tersebut,akan tetapi ibu harus membaya
r mobil tersebut dengan mengangsur setiap bulannya?ibu menginginkan mobil yang seperti a
pa?
Pihak kedua
:saya menginginkan mobil suzuki ertiga, tahun 2013, warna putih, domisili mobil tulungagun
g. Terus rincian angsuran,dan DPnya itu seperti apa bu?
Pihak pertama
: begini bu kalau secara cash harganya 145jt, akan tetapi ibu membelinya secara utang kepad
a bank kami maka jatuhnya harganya 167jt dengan rincian sebagai berikut : angsuran setiap
bulan 4,5jt selama 36 bulan dan DPnya 5jt bu, jadi kami mendapatkan keuntungan 22jt bu,
jadi gimana bu?
Pihak kedua : baiklah bu , saya setuju, untuk melakukan utang di bank ibu, guna melakukan
pembiayaan sebuah mobil dengan ketentuan yang ibu katakan. Trimakasih bu, telah memper
cayai saya untuk membiayai sebuah mobil.
Pihakn pertama
: iya bu, trimakasih kami harap kita bisa kerjasama dengan baik.dan ibu bisa mengurus regist
rasi besok,
Pihak kedua : iya bu,assalamu;alaikum
Pihak pertama :wa;alaikum salam wr.wb

G.Contoh kontrak Murabahah


AKAD MURABAHAH
No. 0123/MRB/BMT-BUM/II/2013





.....hai orang-
orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan j
alan batil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela diantaramu...
(Qs.An Nissa(4):29)

Dengan berlindung kepada Allah dan senantiasa memohon RahmatNya. Akad ini dibuat dan
ditandatangani pada hari : Rabu tanggal :6 November 2013 tempat : Tulungagung oleh para p
ihak sebagai berikut :
1. Nama : Arini Hidayati, Kepala Divisi Pemasaran, dalam hal ini berwenang bertindak untuk
dan atas nama BMT Bina Usaha Mandiri yang berkedudukan dan berkantor di Tulungagung
untuk selanjutnya disebut PIHAK I.
2. Nama: Beautu Choirun Nikmah, bertempat tinggal di Jepun RT 003 RW 001 Kecamatan T
ulungagung Kabupaten Tulungagung, memiliki No KTP 3221133458978 Umur : 27 tahun, n
omor hp: 08512345678, yang dalam hal ini telah mendapat persetujuan dari suami bernama F
afa Yudistira bertindak untuk dan atas nama pribadi/diri sendiri, yang untuk selanjutnya diseb
ut PIHAK II .
Kedua belah pihak bertindak dalam kedudukannya masing-
masing sebagaimana tersebut di atas, telah sepakat melakukan perjanjian jual beli Murabahah
yang terikat dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut.

Pasal 1
Jual Beli

PIHAK I menjual barang kepada PIHAK II berupa barang/barang-


barang yang tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari a
kad perjanjian ini, sebesar: Rp167,000,000,00(seratus enam puluh tujuh juta rupiah) dengan p
erincian harga pokok sebesar: Rp145,000,000,00(seratus empat puluh lima juta rupiah)

Pasal 2
Sistem, Jangka Waktu Pembayaran Kembali dan Biaya-biaya

PIHAK II sepakat untuk membeli barang sebagaimana tersebut pada pasal 1 dengan ketentua
n-ketentuan sebagai berikut :
1. Sistem pembayaran adalah angsuran / jatuh tempo
2. Tata cara pembayaran diatur dalam lembar tersendiri yang merupakan bagian yang melekat
dan tidak terpisahkan dari perjanjian ini.
3. Jangka waktu pembayaran adalah 36 bulan oleh karena itu perjanjian jual beli ini berlaku s
ejak tanggal ditandatanganinya. Adapun pelunasan pembayaran dapat dilakukan sebelum jatu
h tempo atau selambat-lambatnya akan jatuh tempo pada november 2016
4. Wajib membayar seluruh kewajiban yang muncul akibat adanya perjanjian jual beli ini sa
mpai dengan lunas sebagaimana mestinya kepada PIHAK I.
5. Dalam hal pembayaran yang dilakukan PIHAK II sesuai kesepakatan jatuh pada hari ahad
atau hari libur umum atau hari bukan hari kerja lainnya, maka pembayaran dilakukan sebelu
m hari tersebut .
6. Dalam hal terjadi kelalaian dalam hal membayar seperti apa yang diperjanjikan PIHAK II s
ebagaimana bunyi perjanjian ini, maka segala ongkos penagihan, termasuk juga biaya kuasa d
ari PIHAK I, harus dipikul serta dibayar oleh PIHAK II.

Pasal 3
Pengutamaan Pembayaran

PIHAK II akan melakukan angsuran sesuai dengan kesepakatan sebagaimana bunyi pasal 2 b
erikut tata cara pembayarannya secara tertib dan teratur dan akan lebih mengutamakan kewaji
ban pembayaran ini daripada pembayaran kepada pihak lain.

Pasal 4
Pengakuan Utang dan Pernyataan Jaminan
1. Berkaitan dengan jual-
beli ini,selama harga Pihak I sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat 3 belum dilunasi oleh anggo
ta kepada dari PIHAK I, maka anggota dengan ini mengaku berutang kepada dari PIHAK I, s
ebagaimana dari PIHAK I menerima pengakuan utang tersebut dari anggota sebesar harga ata
u sisa harga yang belum dibayar lunas oleh anggota.
2. Untuk menjamin keamanan dan terpenuhinya akad sebagaiman perjanjian jual-
beli ini, maka PIHAK II menyerahkan jaminan.
3. PIHAK II menyerahkan Akta Rumah sebagaimana jaminan akad jual-
beli yang telah disepakati.
4. Obyek jaminan tetap menjadi milik PIHAK II dan obyek jaminan tersebut dapat dikuasaka
n penyimpanannya pada PIHAK I.
5. Apabila PIHAK II berkehendak menggunakan obyek jaminan tersebut, maka PIHAK I dap
at menyerahkan obyek jaminan kepada PIHAK II dan PIHAK II berkewajiban untuk memeli
hara obyek jaminan tersebut dengan sebaik-
baiknya dan melakukan semua tindakan yang diperlukan untuk pemeliharaan dan perbaikan a
tas obyek jaminan atas biaya dan tanggungan PIHAK II sendiri serta membayar pajak, retribu
si dan beban lainnya yang berkaitan dengan itu.
6. Apabila bagian dan atau seluruhnya dari obyek jaminan tersebut rusak, hilang atau diantara
obyek jaminan tersebut tidak dapat dipergunakan lagi, maka PIHAK II dengan ini mengikatk
an diri untuk mengganti bagian dan atau seluruhnya dari obyek jaminan sejenis dan atau setar
a nilainya dari yang digantikan serta disetujui oleh PIHAK I.
7. PIHAK II tidak berhak melakukan penjaminan ulang atas obyek jaminan dengan cara apa
pun, menggadaikan atau menjual atau mengalihkan obyek jaminan kepada pihak lain tanpa p
ersetujuan tertulis terlebih dahulu dari PIHAK I.
8. PIHAK II bersedia bertanggung jawab untuk melepaskan hak atas jaminan tersebut pada P
asal 3 ayat 3 kepada PIHAK I, apabila PIHAK II selama tiga periode angsuran tidak memenu
hi angsuran tidak memenuhi kewajibannya untuk mengangsur sebagaimana diatur pada Pasal
2 perjanjian ini. Dengan ini PIHAK I memiliki hak terhadap barang tersebut dengan tanpa ses
uatu yang dikecualikan untuk menarik jaminan dan atau untuk menjualnya kepada pihak man
apun untuk melunasi kewajiban PIHAK II. Kelebihan nilai jual jaminan dengan nilai pinjama
n dikembalikan pada PIHAK II.
Pasal 4
Peristiwa wan prestasi
Apabila terjadi hal-hal di bawah ini, setiap kejadian demikian, masing-
masing secara tersendiri atau disebut peristiwa cidera janji ;
1. Kelalaian PIHAK II untuk melaksanakan kewajiban menurut perjanjian ini untuk memilih
dan membayarkan barang sesuai ketentuan.
2. Apabila terdapat suatu janji, pernyataan, jaminan, atau kesepakatan menurut perjanjian ini
atau berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam suatu surat , sertifikat, atau bukti-
bukti lain yang perlu diadakan menurut Perjanjian ini atau sehubungan dengan suatu perjanjia
n yang disebut dalam Perjanjian ini ternyata tidak benar, tidak tepat atau menyesatkan.
3. Diputuskan oleh suatu pengadilan atau instansi Pemerintah lainnya bahwa suatu perjanjian
atau dokumen yang merupakan bukti kepemilikan atas barang yang dipilih oleh PIHAK II ad
alah tidak syah atau dengan cara yang lain tidak dapat di berlakukan.
4. Jikalau PIHAK II melanggar atau tidak dapat memenuhi peraturan-
peraturan dan ketentuan-ketentuan dalam perjanjian ini atau tidak dapat memenuhi syarat-
syarat perjanjian ini serta perjanjian-perjanjiaban lainnya yang bersangkutan dan atau syarat-
syarat serta ketentuan yang ditetapkan oleh BMT Bina Usaha Mandiri baik surat-
surat atau dokumen-dokumen termasuk jaminan yang diberikan.
5. Jikalau PIHAK II tidak menjalankan wakalah dengan sungguh-
sunggguh dan atau melanggar syari hukum yang berlaku maka seluruh akad akan menjadi jat
uh tempo dan seluruh kewajiban-kewajiban dan biaya-
biaya yang menjadi kewajiban PIHAK II harus dibayarkan kepada PIHAK I , dan PIHAK I d
apat mengambil tindakan apapun yang perlu berhubungan dengan perjanjian ini.

Pasal 5
Peristiwa Force Majeure

1. Apabila terjadi keterlambatan atau kegagalan salah satu pihak untuk memenuhi kewajiban
sebagaiman tercantum dalam perjanjian ini yang disebabkan oleh karena keadaan yang mema
ksa seperti bencana alam, huruhara, dan sabotase, dan tidak dapat dihindari dengan melakuka
n tindakan sepatutnya, maka kerugian yang diakibatkan tersebut ditanggung oleh PIHAK I.
2. Dalam hal terjadi keadaan memaksa, pihak yang mengalami peristiwa yang dikategorikan
keadaan memaksa wajib memberitahukan secara tertulis tentang hal tersebut kepada pihak lai
nnya dengan melampirkan bukti secukupnya dari kepolisian atau instansi yang berwenang me
ngenai kejadian memaksa tersebut selambat-
lambatnya 14 hari terhitung sejak keadaan memaksa tersebut.
3. Apabila dalam waktu 30 hari sejak diterimanya pemberitahuan sebagaimana ayat 2 tersebu
t belum atau tidak ada tangggapan dari pihak yang menerima pemberitahuan, maka adanya pe
ristiwa tersebut dianggap telah disetujui oleh pihak tersebut.
4. Apabila keadaan memaksa tersebut mengakibatkan kegagalan dalam pelaksanaan ketentua
n-
ketentuan dalam perjanjian ini selama 3 bulan, maka perjanjian ini dapat diakhiri dengan suat
u perjanjian antara para pihak.

Pasal 6
Addendum
Kedua belah pihak telah bersepakat, bahwa segala sesuatu yang belum diatur dalam akad ini,
akan diatur dalam addendum-addendum dan atau surat-surat dan atau lampiran-
lampiran yang akan dibuat dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini.

Pasal 7
Domisili Hukum
Tentang akad ini dan segala akibatnya, para pihak memilih domisili hukum yang tetap dan tid
ak berubah di kantor Pengadilan Agama Kabupaten Tulungagung

Pasal 8
Pasal Tambahan

Perjanjianini ditandatangani dibuat dalam rangkap 2(dua) masing-


masing bermaterai cukup dan mempunyai kekuatan pembuktian yang sama, ditandatangani k
edua belah pihak dengan suka rela (saling ridlo) tanpa paksaan dari pihak manapun, serta disa
ksikan oleh :
1. Ati Rohmah
2.Ardian Putra P
Tulungagung, 06 November 2011

Pihak I Pihak II
(Arini Hidayati) (BiyutiChoirun Nikmah )
Saksi :
1.Ati Rohmah
2. Ardyan Putra

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Murabahah adalah suatu bentuk jual beli dimana penjual member tahu kepada pembeli tentan
g harga pokok atau modal barang dan pembeli membelinya berdasarkan harga pokok tersebut
kemudian memberikan margin keuntungan kepada penjual sesuai dengan kesepakatan.
Dalil Al-Quran tentang murabahah.
pada hal telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba
(QS. Al Baqarah :275)
Akad murabahah ada empat yaitu sebagai berikut:
1) Adanya penjual (bai).
2) Adanya pembeli (musytari).
3) Objek atau barang (mabi) .
4) Harga (tsaman).
Syarat murabahah yaitu sebagai berikut:
1) Penjual membertahu biaya modal kepada nasabah .
2) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
3) Kontrak harus bebas riba.
4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelia
n.
5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika p
embelian dilakukan secara utang. Jadi, disini terlihat adanya unsur keterbukaan.
Bank syariah tidak melaksanakan system bunga pada seluruh aktifitasnya, sedangkan Bank K
onvensional sebaliknya. Hal ini memiliki implikasi yang sangat dalam dan sangat berpengaru
h pada aspek operasional dan produk yang dikembangkan oleh Bank Islam. Selain menghind
ari transaksi bunga, maka transaksi yang digunakan atau yang dikembangkan adalah jual beli
serta kemitraan yang di implementasikan dalam bentuk bagi hasil.

B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan. Apabila terdapat kesalahan dari kami baik da
ri segi penulisanmaupunpenyampaian,kamiselakupemakala
mohon maaf yang sebesabesarnya. Kritik dan saran yang dapat merekonstruksi senantiasa ka
mi harapkan dari pembaca sekalian sebagai masukan dan perbaikan makalah kami selanjutny
a. Meskipun banyak kekurangan, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Karena ke
sempurnaan hanyalah milik Allah semata. Terima Kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Suteti, Adrian, Perbankan Syariah Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 2009.
Ryanrahmahadi99.blogspot.com/2013/04/makalah-
murabahah.html/m=I diakses pada tanggal 10/31/2013/ pukul 6:37 am.
Zulkifli, Narto, panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Zikrul Hakim, Jakarta, 200
3.

Anda mungkin juga menyukai