Anda di halaman 1dari 23

BAB V

SEDIMENTOLOGI

Menurut Wadell (1932), sedimentologi adalah ilmu yang mempelajari


sedimen atau endapan. Sam Boggs Jr. dalam bukunya Principles of
Sedimentology and Stratigraphy, sedimentologi adalah sains yang mempelajari
tentang klasifikasi, asal dan interpretasi sedimen dan batuan sedimen. Gary
Nichols (2009), sedimentologi adalah studi yang membahas proses
pembentukan, transportasi dan pengendapan material yang terakumulasi sebagai
sedimen pada lingkungan darat dan laut yang pada akhirnya membentuk batuan
sedimen. Secara umum sedimentologi didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari sedimen alami, baik yang telah terlitifikasi maupun belum
terlitifikasi dan proses pembentukannya. Dalam sedimentologi terdapat
beberapa unsur yang menjadi dasar pembahasan serta menjadi objek utama
dalam studinya, yaitu sedimen, proses pembentukan sedimen, mekanisme
transportasinya, lingkungan dan proses pengendapannya serta bentuk yang
dihasilkan oleh sedimen tersebut.

5.1. Sedimen
Sedimen adalah bahan alami yang dipecah oleh proses pelapukan dan
erosi, dan kemudian diangkut oleh aksi angin, air, atau es, dan atau oleh gaya
gravitasi yang bekerja pada partikel itu sendiri (wikipedia.org). Pada umumnya
media transportasi atau pengangkutan sedimen adalah air (proses fluvial), angin
(proses Aeolian) dan gletser. Pasir pantai dan sungai adalah contoh transportasi
fluvial, meskipun sedimen juga sering diendapkan secara perlahan dalam air
danau maupun laut. Gundukan pasir gurun adalah contoh transportasi Aeolian.
Sedangkan endapan moraine dan till adalah contoh transportasi glasial atau

140
gletser. Klasifikasi sedimen pada umumnya dilakukan berdasarkan ukuran dan
komposisinya. Berdasarkan ukuran butirnya, sedimen dibagi menjadi beberapa
jenis berdasarkan ukuran diameter butirnya yang kemudian ditetapkan dalam
ukuran skala tertentu. Klasifikasi ukuran butir yang paling umum dan dijadikan
standar adalah klasifikasi ukuran butir sedimen oleh Wentworth. Sedangkan
dari komposisinya, sedimen diklasifikasikan berdasarkan batuan asalnya,
komposisi mineral dan komposisi kimianya.

Gambar 5.1 Sumber Sedimen

5.2. Pembentukan Sedimen


Sedimen sebagai material padat alami yang bersifat lepas terbentuk dari
pecahan partikel batuan yang telah ada sebelumnya. Proses pelepasan partikel
batuan menjadi sedimen umumnya disebut pelapukan. Dalam bukunya
Sedimentology and Stratigraphy (2009), Gary Nichols membedakan proses
pelapukan menjadi 2 jenis, yaitu pelapukan fisika dan pelapukan kimiawi.

141
Gambar 5.2 Pelapukan Fisik dan Kimiawi

Selain dari pelapukan batuan secara langsung, proses sedimen juga dapat
terbentuk oleh faktor biologis yang terjadi pada permukaan batuan, proses ini
akan menghasilkan tanah, dimana dalam pengertiannya secara geologis tanah
adalah material sedimen lepas yang tidak atau belum mengalami proses
transportasi.

Gambar 5.3 Profil perkembangan pembentukan tanah

142
Proses selanjutnya dari pembentukan sedimen adalah erosi. Erosi adalah
peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya)
akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep pada tanah dan
material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal
hewan yang membuat liang, dalam hal ini disebut bio-erosi (wikipedia.org).
Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan proses
penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau
gabungan keduanya. Dalam prosesnya, jenis erosi yang membentuk sedimen
bermacam-macam dan dapat terjadi baik di darat maupun dibawah permukaan
air, tergantung mekanisme dan jenis media yang mengerosi batuan tersebut.

Gambar 5.4 Jenis-jenis erosi batuan

143
5.3. Sedimentasi
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport
oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Proses sedimentasi ini
mencakup pelapukan, erosi, transportasi sedimen hingga pengendapannya.

5.3.1. Pelapukan dan Erosi


Pelapukan adalah proses alterasi dan fragsinasi batuan dan material
tanah pada dan atau dekat permukaan bumi yang disebabkan karena proses
fisik, kimia dan biologi. Hasil dari pelapukan ini merupakan asal (source) dari
batuan sedimen dan tanah (soil). Di alam pada umumnya ke tiga jenis
pelapukan (fisik, kimiawi dan biologis) itu bekerja bersama-sama, namun salah
satu di antaranya mungkin lebih dominan dibandingkan dengan lainnya.
Berdasarkan pada proses yang dominan inilah maka pelapukan batuan dapat
dibagi menjadi pelapukan fisik, kimia dan biologis. Pelapukan merupakan
proses proses alami yang menghancurkan batuan menjadi tanah. Berdasrkan
faktor utama pengontrolnya, pelapukan secara umum dibagi menjadi :

Pelapukan biologi merupakan pelapukan yang disebabkan oleh makhluk


hidup. contoh: tumbuhnya lumut, akar pepohonan, dan hewan yang tinggal
didalamnya.
Pelapukan fisika merupakan pelapukan yang disebabkan oleh perubahan
suhu atau iklim dan terjadi karena proses disagregasi atau penguraian
partikel-partikel batuan. contoh : perubahan cuaca, tetean hujan dan
sebagainya.
Pelapukan kimia merupakan pelapukan yang disebabkan oleh tercampurnya
batuan dengan zat - zat kimia yang menyebabkan terjadinya proses
dekomposisi atau perubahan komposisi kimia batuan. contoh: reaksi batuan
dengan fluida hidrotermal.

144
Pada proses pelapukan, pertikel batuan akan terlepas dari ikatannya hingga
kemudian akan dapat terpisah dan mengalami erosi. Erosi adalah peristiwa
pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya) akibat
transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, gerakan pada tanah dan
material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal
hewan yang membuat liang, dalam hal ini disebut bio-erosi. Erosi tidak sama
dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan proses penghancuran
mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya.

5.3.2. Transportasi Sedimen


Kebanyakan proses transportasi sedimen alami terjadi di dalam media
fluida yang merupakan suatu sistem yang berisi campuran antara padat dan cair
atau padat dan gas. Material material padat akan terurai menjadi partikel
partikel, dan media fluida akan mentransport partikel partikel tersebut. Jika
material padat lebih kecil, cairan tersebut dapat merekat dan menjadi lebih
padat dari fluida murni. Partikel yang lebih kasar mungkin tidak bercampur
dalam fluida tapi mungkin akan bertindak sebagai penghalang arus. Akhirnya,
partikel berukuran sedang berinteraksi secara alami dengan arus dan tetap di
gerakan oleh arus. Secara umum terdapat 2 jenis aliran di dalam fluida yaitu :

1. Aliran laminar yaitu dimana air mengalir begitu saja tanpa ada penghalang
dimana shear stress antara molekul H2O membentuk vektor vektor
kecepatan. (lihat gambar 2.1)

2. Aliran turbulen, yaitu dimana vektor vektor kecepatan terhalang oleh


material menyebabkan aliran bergerak secara acak kesegala arah.

145
Gambar 5.5 Aliran laminar dan aliran turbulen

146
Arus di alam pada dasarnya terdiri atas dua tipe (Allen, Lang, dan
Kassen , 2002), yaitu:

Arus traksi, dimana fluida sebagai subyek dari perbedaan tekanan karena
perbedaan gradien hidraulik. Contoh paling umum adalah pada sungai,
dimana aliran timbul karena dasar permukaan yang miring. Pasang surut dan
gelombang dapat menimbulkan aliran arus dimana permukaan air sebagai
subyek dari kemiringan. Sehingga yang memicu arus traksi adalah
kemiringan lereng dari permukaan air, dan kecepatan arus yang setara
dengan kemiringan

Arus gravitasi/densitas, sedimen yang teronggok pada suatu lereng dapat


secara tiba tiba meluncur akibat sentakan pada lereng yang tidak stabil,
kemudian dengan kecepatan tinggi bercampur air menjadi sutau aliran padat
density current. Yang penting disini partikel partikel sedimen bergerak
tanpa benturan atau seretan air, tetapi inertia. ( Energi potensial atau gravity
dirubah menjadi energi kinetis), (Sanders, 1965), dan pengendapan terjadi
setelah energi kinetis habis, misalnya ditempat datar, lekuk- lekukan. Arus
densitas ini terutama terjadi di laut, dan merupakan mekanisme penting
dalam mentransfer sedimen daerah daerah bathyal dan abysal. Namun arus
ini juga bisa terjadi pada daerah daerah yang memiliki kemiringan lereng
yang tajam seperti pada dinding danau yang terbentuk oleh sesar.

147
Gambar 5.6 Model arus traksi dan arus densitas yang umum di alam (Allen, 1978).

Transport sedimen bisa terdiri atas satu atau dua mekanisme (Allen, Lang,
dan Kassen , 2002), yaitu : 5. Transport oleh bedload, butir hampir selalu
berada di dasar dan butir bergerak dengan cara mengelinding, merayap dan
melompat dengan cara saling bertubrukan antar butir yang dipicu oleh aliran
fluida (Allen, Lang, dan Kassen , 2002).

Rayapan permukaan, umumnya hadir pada butir dengan ukuran kasar.


Perilaku butir merayap didasar dan saling berbenturan dengan butiran
lainnya. Ini sangat erat hubungannya saltasi, butir bergerak dipicu oleh
energi fluida sehingga bergerak di sepanjang dasar dari channel dengan cara
melompat dan berbenturan satu sama lain dengan energi dari arus untuk
menstransportkan dan posisi conto terutama pada bagian porsi yang lebih
dalam dari channel (Visher, 1969). Pada kondisi ini, umumnya akan
terbentuk struktur sedimen silang siur (cross bedding), dune hingga mega
dune. 6. Transport oleh suspended load, butir bergerak dan mengambang
dengan arah yang acak akibat dari arus turbulen yang kuat. Kecepatan aliran
sangat penting agar sedimen tetap tertransport secara suspensi, dimana

148
ukuran butir sebanding dengan kecepatan aliran. Partikel sedimen yang
tertransport oleh suspensi tergantung dari kuat-lemahnya turbulen, sehingga
perpotongan antara populasi suspensi dengan populasi bedload (saltasi dan
rayapan permukaan) akan mencerminkan energi pada suatu lingkungan dan
kondisi lingkungan saat pengendapan. Kecepatan aliran yang tinggi dapat
mentransport butiran yang lebih kasar. Sedimen kohesif (< 0.1 0.2 mm)
umumnya tertransport secara suspensi (Allen, Lang, dan Kassen , 2002;
Lane, 1938). Pada kondisi ini umumnya sedimen yang terendapkan akan
membentuk struktur graded bedding pada fase awal saat mengendapkan
sedimen dengan butiran yang lebih kasar dan akhirnya akan membentuk
parallel lamination saat mengendapkan sedimen yang halus seperti lempung.

Gambar 5.7 Perilaku sedimen pasir di bawah permukaan air

149
Gambar 5.8 Mekanisme transport dari sedimen (After Sundborg, 1967; in Reineck & Singh, 1980)

Transportasi sedimen pada akhirnya akan mempengaruhi karakter sedimen


berdasarkan lama waktu transportasinya, jenis fluida yang menjadi
medianya, jenis aliran, jenis arus dan mekanisme transportasi sedimen itu
sendiri. Hal ini akan tercermin dalam ukuran butir, bentuk butir,
keseragaman butir dan struktur sedimen yang terbentuk selama proses
transportasi sedimen berlangsung.

Gambar 5.9 Hubungan arah arus dengan keseragaman arah butir sedimen (imbrikasi)

150
5.3.2.1.Ukuran Butir
Ukuran partikel atau yang juga dikenal dengan ukuran butir mengacu
kepada diameter butiran individu sedimen ataupun pada batuan sedimen yang
telah terlitifikasi. Ukuran objek padat tiga dimensi seperti butiran sedimen dapat
diketahui dengan melakukan pengukuran volume atau dengan melakukan
beberapa pengukuran geometri linier. Pada pengukurannya, umumnya
dilakukan dengan mengukur volume atau juga bisa didapatkan melalui
persamaan (3V) dengan pengukuran geometri linier.

Tabel 5.1 Tabel Klasifikasi Ukuran Butir (Udden-Wentworth)

5.3.2.2.Bentuk Butir
Bentuk butir yang biasa juga dikenal dengan pada sedimen umumnya
dijelaskan berdasarkan 2 faktor yaitu kebundaran (roundness) dan kebulatan
(sphericity). Roundness adalah sifat bentuk partikel yang berhubungan dengan
ketajaman atau kelengkungan tepi dan pojok-pojoknya (Friedman, 1978, h. 61).
Roundness secara geometri tidak tergantung dari sphericity. Definisi secara

151
teoritis, Roundness (Rd = ) menyatakan hubungan antara radius tepi dan pojok
butiran (r1), jumlah pojok yang diukur dan radius lingkaran maksimum yang
(R). Roundness = Rata-rata radius tepi dan pojok Radius lingk. Maks. Yang
digambarkan Sphericity adalah ukuran yang menggambarkan kecenderungan
suatu bentuk butir kearah bentuk membola (Tucker, 1991, h. 15). Secara teoritis
Friedman (1978, h. 60) mendefenisikan sphericity adalah perbandingan luas
permukaan partikel (Ap) dan luas permukaan lengkung yang volumenya sama
(As). Dalam praktek, luas permukaan partikel tidak teratur, oleh karena itu tidak
mungkin untuk diukur. Untuk mudahnya dilakukan pengukuran volume dalam
air. Pengukuran sphericity harus mempertimbangkan tingkah laku hidrolika
yang mengontrol partikel. Partikel cenderung terorientasi menurut bidang
sumbu panjang dan menengah yang dikenal dengan proyeksi maksimum
sphericity, yang diformulasikan : Dimana : S = Diameter pendek L = Diameter
Panjang I = Diameter menengah

Gambar 5.10 Klasifikasi Kebundaran (roundness) dan Kebulatan (sphericity)


(Di adaptasi dari (Rittenhouse, 1943 Vide Beard and Weyl, 1973, h. 359)

152
5.3.2.3. Pemilahan Butir
Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan
sedimen, artinya bilasemakin seragam ukurannya dan besar butirnya maka,
pemilahan semakin baik. Pemilahan yaitu keseragaman butir di dalam batuan
sedimen klastik. Beberapa istilah yang biasa dipergunakan dalam pemilahan
batuan, yaitu : a. Sortasi baik bila besar butir merata atau sama besar b. Sortasi
sedang bila ukuran butirnya relatif seragam c. Sortasi buruk bila besar butir
tidak merata, terdapat matrik dan fragmen

Gambar 5.11 Klasifikasi Keseragaman Ukuran Butir Sedimen (Google.co.id)

5.3.2.4. Struktur Sedimen


Struktur sedimen adalah struktur yang terbentuk selama pengendapan
sedimen. Pembentukan struktur sedimen sendiri akan sangat dipengaruhi oleh
mekanisme pengendapan sedimen melalui jenis arus transportasinya, media dan
juga oleh lingkungan pengendapan sedimen. Ombak laut yang berulang-ulang
akan membentuk struktur sedimen gelembur gelombang (ripple marks) dipantai,
sedangkan pengendapan suspensi lempung di dataran banjir atau danau yang

153
dalam akan membentuk lapisan-lapisan tipis berbentuk paralel (parallel
lamination) dari endapan lempung yang jatuh oleh gaya gravitasi.

154
Gambar 5.12 Pembentukan Struktur Ripple dan Dune

Selain itu, aktivitas organisme juga berpengaruh pada pembentukan struktur


sedimen. Pergerakan organisme yang hidup disekitar lingkungan pengendapan
sedimen akan membentuk struktur-struktur seperti jejak, alur dan bekas-bekas
kehidupan lainnya. Seperti jalur yang dibentuk siput-siput dipantai maupun
danau akan dapat merusak struktur gelembur gelombang yang dibentuk oleh
ombak. Pada kondisi arus traksi yang mengalir terus menerus seperti pada
sungai, pergerakan sedimen yang dibawa oleh air akan terus berlangsung,
khususnya sedimen yang ada pada kolom air dan bergerak pada dasar aliran
sungai (bed load sediment). Hal tersebut akan membentuk struktur sedimen
silang siur (cross bedding) karena pergerakan sedimen yang terus bergerak
mengikuti arah aliran arus.

155
Gambar 5.13 Bentuk perlapisan sedimen

Dalam sebuah aliran arus turbulenatau arus densitas dimana fluida pembawa
bercampur dengan sedimen dan mengalir mengikuti kemiringan lereng hingga
mencapai posisi stabil seperti pada longsoran bawah laut, longsoran bawah
danau ataupun alluvial fan sedimen akan di endapkan pada suatu kondisi
dimana arus tidak lagi bergerak. Proses pengendapan yang mengikuti gaya
gravitasi menyebabkan sedimen yang berukuran kasar akan mengendap lebih
dulu karena faktor gaya berat yang dimilikinya dan sedimen berukuran paling
halus akan mengendap terakhir sebagai suspensi. Proses ini akan membentuk
endapan sedimen dengan struktur graded bedding yang menghalus keatas
(fining upward). Struktur sedimen seperti silang siur (cross bedding), gelembur
gelombang (ripple marks) dan gradasi perlapisan (graded bedding) digunakan
dalam studi stratigrafi untuk menentukan posisi sebenarnya dari lapisan geologi
yang kompleks dan untuk mempelajari lingkungan pengendapannya.

156
Gambar 5.14 Beberapa variasi struktur sedimen

5.3.2.5.Pengendapan
Material yang terbawa oleh erosi setelah menempuh jarak tertentu akan
diendapkan. Endapan itu lama-kelamaan akan mengalami proses pengendapan.
Hasil sedimentasi menghasilkan batuan sedimen setelah mengalami proses
diagenesa.

1. Pengendapan secara mekanik Batuan sedimen hasil dari pembentukan


secara mekanik dapat dibagi berdasarkan ukuran butir. Batuan ini terbentuk
oleh batuan yang telah ada terlebih dahulu yang mengalami pelapukan,
hancur lalu dibawa oleh air, angin, atau ombak dan diendapkan di tempat
lain yang lebih rendah. Setelah itu mengalami proses diagenesis menjadi
batuan yang kompak. Pengendapan dapat terjadi di mana-mana, baik di
daratan (tepi rawa, danau), pantai, dan di bawah permukaan laut.

157
2. Pengendapan secara kimiawi Pembentukan endapan ini karena proses
penguapan pada larutan, sehingga menjadi jenuh dan yang tertinggal hanya
kandungan garam. Biasanya endapan ini tersusun dari kristal-kristal garam,
misalnya garam, gips, dan sebagainya. Tidak ditemukan fosil (bekas hewan
atau tumbuhan) karena terbentuk pada air yang mempunyai konsentrasi
tinggi sehingga tidak ada kehidupan.
3. Pengendapan secara biologis (organik) Batuan sedimen yang terbentuk oleh
adanya organisme, baik berupa binatang ataupun tumbuhan.

5.3.2.6.Lingkungan Pengendapan
Dalam geologi, lingkungan pengendapan sedimen dijelaskan sebagai
kombinasi proses fisika, kimia dan biologi yang terkait dengan pengendapan
sedimen tertentu dan akan terekam dalam batuan setelah litifikasi. Lingkungan
pengendapan akan berkaitan secara spesifik dengan jenis batuan tertentu atau
dapat dikaitkan dengan jenis batuan sesuai analog yang ada. Selanjutnya akan
kembali pada saat sedimen tersebut diendapkan, walaupun tidak semua analog
modern masih dapat ditemukan pada saat sekarang ini. Pada dasarnya
lingkungan pengendapan dapat dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan
keterdapatannya yaitu, darat, transisi dan laut. Selain itu kita juga mengenal
lingkungan glacial dan evaporite sebagai lingkungan pengendapan sedimen.
Selanjutnya kita dapat membagi lingkungan pengendapan tersebut berdasarkan
lingkungan yang ada pada masa sekarang dimana sedimen dapat terendapkan.

158
A. Darat
Alluvial fan adalah lingkungan pengendapan sedimen yang terbentuk
akibat proses longsoran yang disebabkan oleh beban air dan atau
aktifitas patahan yang menyebabkan sedimen lepas longsor mengikuti
arah lereng dan membentuk kipas.
Sungai dapat menjadi lingkungan pengendapan karena didalamnya
terjadi proses sedimentasi mulai dari erosi hingga pengendapan sedimen
bada bagian-bagian sungai tersebut. Proses pengendapan dapat terjadi
pada jenis sungai meandering maupun braided.
Danau dapat menjadi lingkungan pengendapan karena bentuk danau
yang merupakan cekungan yang terisi air menciptakan kondisi sebagai
tempat akumulasi sedimen.

B. Transisi
Pantai adalah lingkungan pengendapan sedimen dimana laut dan darat
bertemu sehingga terjadi pencampuran sedimen dari darat dan laut.
Pasang surut, adalah lingkungan pengendapan yang terbentuk dari batas
pasang naik air laut hingga batas surutnya air laut.
Laguna adalah lingkungan pengendapan didaerah transisi dimana air
laut masuk hingga kedaratan dan terjebak pada suatu bentuk cekungan
dibelakang pantai atau dibatasi oleh barrier yang terbentuk oleh terumbu
karang.

C. Laut
Pada lingkungan laut, lingkungan pengendapan sedimen diklasifikasikan
berdasarkan kondisi kontur kedalaman dari laut tersebut (bathimetry). Secara
umum dapat dibagi menjadi beberapa lingkungan yaitu zona muka pantai
(shoreface) yaitu bagian yang dimulai dari garis yang selalu digenangi air laut

159
hingga kedalaman 20 meter, zona transisi lepas pantai (offshore transition zone)
yaitu bagian diantara muka pantai dengan lepas pantai yang umumnya
merupakan bagian slope antara pantai dengan laut lepas, umumnya berada pada
kedalaman 20 hingga 50 meter dan zona lepas pantai (offshore) yang
merupakan bagian yang tidak lagi dipengaruhi oleh aktifitas sedimentasi pada
pantai dengan kedalaman lebih dari 50 meter.

Gambar 5.15 Lingkungan Pengendapan Sedimen Klastik

5.3.2.7.Sedimentologi Lapangan
Kegiatan studi sedimentologi dilapangan dapat dilakukan dengan
pengamatan langsung. Proses yang berlangsung mulai dari pembentukan
sedimen, erosi, transportasi hingga pengendapan dapat kita amati secara
langsung karena prosesnya terjadi secara terus menerus di alam. Hal ini juga
menjadikan sedimentologi sebagai bagian dari kajian geologi yang benar-benar
mengikuti prinsip The Present is The Key to The Past karena prosesnya
berlangsung saat ini juga terjadi pada masa lalu. Proses pelapukan dan erosi
dapat kita temukan pada batuan-batuan yang tersingkap dipermukaan dan
mengalami kontak dengan media transportasi seperti air dan udara. Transportasi

160
sedimen dapat diamati pada aliran-aliran sungai, pantai, danau atau juga pada
daerah dengan iklim kering yang sedimennya dikontrol oleh media angin.
Pengendapan sedimen yang terjadi pada berbagai lingkungan baik darat, transisi
maupun laut dapat kita amati dengan mudah. Pada tahap selanjutnya dalam
kegiatan studi sedimentologi dilapangan, umumnya dilakukan pengamatan pada
sedimen maupun batuan sedimen yang telah terendapkan dan atau telah
mengalami diagenesa menjadi batuan sedimen. Berdasarkan pengamatan
tersebut kita akan dapat menemukan berbagai hasil dari proses sedimentasi
yang tercermin dari endapan sedimen atau batuan sedimen itu sendiri.

Pengamatan singkapan batuan sedimen atau inti sedimen (core) adalah


kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh ahli atau mahasiswa geologi.
Pengamatan singkapan akan menjelaskan mengenai kondisi geologi baik itu
jenis litologi, kondisi struktur geologi serta aspek-aspek geologi lainnya yang
menjadi kajian dari ilmu geologi itu sendiri. Pengamatan inti batuan atau inti
sedimen dilakukan terhadap suatu kondisi yang tidak memungkinkan untuk
mengamati batuan atau sedimen secara langsung di singkapan, oleh karena itu
maka di ambil sampel batuan dengan melakukan pemboran inti batuan atau
pengambilan inti sedimen untuk material sedimen yang bersifat lepas.
Pengamatan yang dilakukan sama dengan yang dilakukan pada pengamatan
singkapan, hanya saja ukuran dan kondisi geologinya tidak selengkap yang bisa
ditemukan pada singkapan batuan. Dalam kajian sedimentologi sendiri,
pengamatan singkapan maupun inti sedimen dilakukan untuk menginterpretasi
kondisi sedimen dan proses sedimentasi yang telah terjadi, jenis batuan asal
sedimen (provenance) maupun mekanisme pengendapan dan diagenesanya.

161
Secara umum dalam sebuah pengamatan singkapan maupun inti
sedimen untuk kajian sedimentologi akan dibuat sebuah kolom vertikal atau log
yang menjelaskan tentang fitur-fitur serta karakter sedimen yang dapat
ditemukan pada singkapan tersebut. Penggambaran kolom vertikal atau yang
juga biasa disebut kolom profil sedimen menjelaskan tentang kondisi perlapisan
sedimen, ukuran butir, bentuk butir, sortasi, kemas, sturktur sedimen, komposisi
mineral penyusun, keterangan warna serta fitur-fitur lain yang dapat di amati
pada singkapan maupun inti sedimen tersebut.

Penggambaran kolom profil sedimen pada singkapan umumnya bertahap


berdasarkan ukuran atau skala singkapan itu sendiri, mulai dari keseluruhan
singkapan atau singkapan secara umum hingga detail perlapisan sedimen yang
dapat diamati karakternya.

Gambar 5.16 Pembuatan Kolom Profil Sedimen pada Singkapan

Penggambaran kolom profil sedimen pada pengamatan singkapan


menggunakan simbol-simbol untuk menjelaskan karakter yang di amati mulai
dari jenis litologi, sturktur sedimen, jenis kandungan organik dan sebagainya.

162

Anda mungkin juga menyukai