SEDIMENTOLOGI
5.1. Sedimen
Sedimen adalah bahan alami yang dipecah oleh proses pelapukan dan
erosi, dan kemudian diangkut oleh aksi angin, air, atau es, dan atau oleh gaya
gravitasi yang bekerja pada partikel itu sendiri (wikipedia.org). Pada umumnya
media transportasi atau pengangkutan sedimen adalah air (proses fluvial), angin
(proses Aeolian) dan gletser. Pasir pantai dan sungai adalah contoh transportasi
fluvial, meskipun sedimen juga sering diendapkan secara perlahan dalam air
danau maupun laut. Gundukan pasir gurun adalah contoh transportasi Aeolian.
Sedangkan endapan moraine dan till adalah contoh transportasi glasial atau
140
gletser. Klasifikasi sedimen pada umumnya dilakukan berdasarkan ukuran dan
komposisinya. Berdasarkan ukuran butirnya, sedimen dibagi menjadi beberapa
jenis berdasarkan ukuran diameter butirnya yang kemudian ditetapkan dalam
ukuran skala tertentu. Klasifikasi ukuran butir yang paling umum dan dijadikan
standar adalah klasifikasi ukuran butir sedimen oleh Wentworth. Sedangkan
dari komposisinya, sedimen diklasifikasikan berdasarkan batuan asalnya,
komposisi mineral dan komposisi kimianya.
141
Gambar 5.2 Pelapukan Fisik dan Kimiawi
Selain dari pelapukan batuan secara langsung, proses sedimen juga dapat
terbentuk oleh faktor biologis yang terjadi pada permukaan batuan, proses ini
akan menghasilkan tanah, dimana dalam pengertiannya secara geologis tanah
adalah material sedimen lepas yang tidak atau belum mengalami proses
transportasi.
142
Proses selanjutnya dari pembentukan sedimen adalah erosi. Erosi adalah
peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya)
akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep pada tanah dan
material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal
hewan yang membuat liang, dalam hal ini disebut bio-erosi (wikipedia.org).
Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan proses
penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau
gabungan keduanya. Dalam prosesnya, jenis erosi yang membentuk sedimen
bermacam-macam dan dapat terjadi baik di darat maupun dibawah permukaan
air, tergantung mekanisme dan jenis media yang mengerosi batuan tersebut.
143
5.3. Sedimentasi
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport
oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Proses sedimentasi ini
mencakup pelapukan, erosi, transportasi sedimen hingga pengendapannya.
144
Pada proses pelapukan, pertikel batuan akan terlepas dari ikatannya hingga
kemudian akan dapat terpisah dan mengalami erosi. Erosi adalah peristiwa
pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya) akibat
transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, gerakan pada tanah dan
material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal
hewan yang membuat liang, dalam hal ini disebut bio-erosi. Erosi tidak sama
dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan proses penghancuran
mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya.
1. Aliran laminar yaitu dimana air mengalir begitu saja tanpa ada penghalang
dimana shear stress antara molekul H2O membentuk vektor vektor
kecepatan. (lihat gambar 2.1)
145
Gambar 5.5 Aliran laminar dan aliran turbulen
146
Arus di alam pada dasarnya terdiri atas dua tipe (Allen, Lang, dan
Kassen , 2002), yaitu:
Arus traksi, dimana fluida sebagai subyek dari perbedaan tekanan karena
perbedaan gradien hidraulik. Contoh paling umum adalah pada sungai,
dimana aliran timbul karena dasar permukaan yang miring. Pasang surut dan
gelombang dapat menimbulkan aliran arus dimana permukaan air sebagai
subyek dari kemiringan. Sehingga yang memicu arus traksi adalah
kemiringan lereng dari permukaan air, dan kecepatan arus yang setara
dengan kemiringan
147
Gambar 5.6 Model arus traksi dan arus densitas yang umum di alam (Allen, 1978).
Transport sedimen bisa terdiri atas satu atau dua mekanisme (Allen, Lang,
dan Kassen , 2002), yaitu : 5. Transport oleh bedload, butir hampir selalu
berada di dasar dan butir bergerak dengan cara mengelinding, merayap dan
melompat dengan cara saling bertubrukan antar butir yang dipicu oleh aliran
fluida (Allen, Lang, dan Kassen , 2002).
148
ukuran butir sebanding dengan kecepatan aliran. Partikel sedimen yang
tertransport oleh suspensi tergantung dari kuat-lemahnya turbulen, sehingga
perpotongan antara populasi suspensi dengan populasi bedload (saltasi dan
rayapan permukaan) akan mencerminkan energi pada suatu lingkungan dan
kondisi lingkungan saat pengendapan. Kecepatan aliran yang tinggi dapat
mentransport butiran yang lebih kasar. Sedimen kohesif (< 0.1 0.2 mm)
umumnya tertransport secara suspensi (Allen, Lang, dan Kassen , 2002;
Lane, 1938). Pada kondisi ini umumnya sedimen yang terendapkan akan
membentuk struktur graded bedding pada fase awal saat mengendapkan
sedimen dengan butiran yang lebih kasar dan akhirnya akan membentuk
parallel lamination saat mengendapkan sedimen yang halus seperti lempung.
149
Gambar 5.8 Mekanisme transport dari sedimen (After Sundborg, 1967; in Reineck & Singh, 1980)
Gambar 5.9 Hubungan arah arus dengan keseragaman arah butir sedimen (imbrikasi)
150
5.3.2.1.Ukuran Butir
Ukuran partikel atau yang juga dikenal dengan ukuran butir mengacu
kepada diameter butiran individu sedimen ataupun pada batuan sedimen yang
telah terlitifikasi. Ukuran objek padat tiga dimensi seperti butiran sedimen dapat
diketahui dengan melakukan pengukuran volume atau dengan melakukan
beberapa pengukuran geometri linier. Pada pengukurannya, umumnya
dilakukan dengan mengukur volume atau juga bisa didapatkan melalui
persamaan (3V) dengan pengukuran geometri linier.
5.3.2.2.Bentuk Butir
Bentuk butir yang biasa juga dikenal dengan pada sedimen umumnya
dijelaskan berdasarkan 2 faktor yaitu kebundaran (roundness) dan kebulatan
(sphericity). Roundness adalah sifat bentuk partikel yang berhubungan dengan
ketajaman atau kelengkungan tepi dan pojok-pojoknya (Friedman, 1978, h. 61).
Roundness secara geometri tidak tergantung dari sphericity. Definisi secara
151
teoritis, Roundness (Rd = ) menyatakan hubungan antara radius tepi dan pojok
butiran (r1), jumlah pojok yang diukur dan radius lingkaran maksimum yang
(R). Roundness = Rata-rata radius tepi dan pojok Radius lingk. Maks. Yang
digambarkan Sphericity adalah ukuran yang menggambarkan kecenderungan
suatu bentuk butir kearah bentuk membola (Tucker, 1991, h. 15). Secara teoritis
Friedman (1978, h. 60) mendefenisikan sphericity adalah perbandingan luas
permukaan partikel (Ap) dan luas permukaan lengkung yang volumenya sama
(As). Dalam praktek, luas permukaan partikel tidak teratur, oleh karena itu tidak
mungkin untuk diukur. Untuk mudahnya dilakukan pengukuran volume dalam
air. Pengukuran sphericity harus mempertimbangkan tingkah laku hidrolika
yang mengontrol partikel. Partikel cenderung terorientasi menurut bidang
sumbu panjang dan menengah yang dikenal dengan proyeksi maksimum
sphericity, yang diformulasikan : Dimana : S = Diameter pendek L = Diameter
Panjang I = Diameter menengah
152
5.3.2.3. Pemilahan Butir
Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan
sedimen, artinya bilasemakin seragam ukurannya dan besar butirnya maka,
pemilahan semakin baik. Pemilahan yaitu keseragaman butir di dalam batuan
sedimen klastik. Beberapa istilah yang biasa dipergunakan dalam pemilahan
batuan, yaitu : a. Sortasi baik bila besar butir merata atau sama besar b. Sortasi
sedang bila ukuran butirnya relatif seragam c. Sortasi buruk bila besar butir
tidak merata, terdapat matrik dan fragmen
153
dalam akan membentuk lapisan-lapisan tipis berbentuk paralel (parallel
lamination) dari endapan lempung yang jatuh oleh gaya gravitasi.
154
Gambar 5.12 Pembentukan Struktur Ripple dan Dune
155
Gambar 5.13 Bentuk perlapisan sedimen
Dalam sebuah aliran arus turbulenatau arus densitas dimana fluida pembawa
bercampur dengan sedimen dan mengalir mengikuti kemiringan lereng hingga
mencapai posisi stabil seperti pada longsoran bawah laut, longsoran bawah
danau ataupun alluvial fan sedimen akan di endapkan pada suatu kondisi
dimana arus tidak lagi bergerak. Proses pengendapan yang mengikuti gaya
gravitasi menyebabkan sedimen yang berukuran kasar akan mengendap lebih
dulu karena faktor gaya berat yang dimilikinya dan sedimen berukuran paling
halus akan mengendap terakhir sebagai suspensi. Proses ini akan membentuk
endapan sedimen dengan struktur graded bedding yang menghalus keatas
(fining upward). Struktur sedimen seperti silang siur (cross bedding), gelembur
gelombang (ripple marks) dan gradasi perlapisan (graded bedding) digunakan
dalam studi stratigrafi untuk menentukan posisi sebenarnya dari lapisan geologi
yang kompleks dan untuk mempelajari lingkungan pengendapannya.
156
Gambar 5.14 Beberapa variasi struktur sedimen
5.3.2.5.Pengendapan
Material yang terbawa oleh erosi setelah menempuh jarak tertentu akan
diendapkan. Endapan itu lama-kelamaan akan mengalami proses pengendapan.
Hasil sedimentasi menghasilkan batuan sedimen setelah mengalami proses
diagenesa.
157
2. Pengendapan secara kimiawi Pembentukan endapan ini karena proses
penguapan pada larutan, sehingga menjadi jenuh dan yang tertinggal hanya
kandungan garam. Biasanya endapan ini tersusun dari kristal-kristal garam,
misalnya garam, gips, dan sebagainya. Tidak ditemukan fosil (bekas hewan
atau tumbuhan) karena terbentuk pada air yang mempunyai konsentrasi
tinggi sehingga tidak ada kehidupan.
3. Pengendapan secara biologis (organik) Batuan sedimen yang terbentuk oleh
adanya organisme, baik berupa binatang ataupun tumbuhan.
5.3.2.6.Lingkungan Pengendapan
Dalam geologi, lingkungan pengendapan sedimen dijelaskan sebagai
kombinasi proses fisika, kimia dan biologi yang terkait dengan pengendapan
sedimen tertentu dan akan terekam dalam batuan setelah litifikasi. Lingkungan
pengendapan akan berkaitan secara spesifik dengan jenis batuan tertentu atau
dapat dikaitkan dengan jenis batuan sesuai analog yang ada. Selanjutnya akan
kembali pada saat sedimen tersebut diendapkan, walaupun tidak semua analog
modern masih dapat ditemukan pada saat sekarang ini. Pada dasarnya
lingkungan pengendapan dapat dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan
keterdapatannya yaitu, darat, transisi dan laut. Selain itu kita juga mengenal
lingkungan glacial dan evaporite sebagai lingkungan pengendapan sedimen.
Selanjutnya kita dapat membagi lingkungan pengendapan tersebut berdasarkan
lingkungan yang ada pada masa sekarang dimana sedimen dapat terendapkan.
158
A. Darat
Alluvial fan adalah lingkungan pengendapan sedimen yang terbentuk
akibat proses longsoran yang disebabkan oleh beban air dan atau
aktifitas patahan yang menyebabkan sedimen lepas longsor mengikuti
arah lereng dan membentuk kipas.
Sungai dapat menjadi lingkungan pengendapan karena didalamnya
terjadi proses sedimentasi mulai dari erosi hingga pengendapan sedimen
bada bagian-bagian sungai tersebut. Proses pengendapan dapat terjadi
pada jenis sungai meandering maupun braided.
Danau dapat menjadi lingkungan pengendapan karena bentuk danau
yang merupakan cekungan yang terisi air menciptakan kondisi sebagai
tempat akumulasi sedimen.
B. Transisi
Pantai adalah lingkungan pengendapan sedimen dimana laut dan darat
bertemu sehingga terjadi pencampuran sedimen dari darat dan laut.
Pasang surut, adalah lingkungan pengendapan yang terbentuk dari batas
pasang naik air laut hingga batas surutnya air laut.
Laguna adalah lingkungan pengendapan didaerah transisi dimana air
laut masuk hingga kedaratan dan terjebak pada suatu bentuk cekungan
dibelakang pantai atau dibatasi oleh barrier yang terbentuk oleh terumbu
karang.
C. Laut
Pada lingkungan laut, lingkungan pengendapan sedimen diklasifikasikan
berdasarkan kondisi kontur kedalaman dari laut tersebut (bathimetry). Secara
umum dapat dibagi menjadi beberapa lingkungan yaitu zona muka pantai
(shoreface) yaitu bagian yang dimulai dari garis yang selalu digenangi air laut
159
hingga kedalaman 20 meter, zona transisi lepas pantai (offshore transition zone)
yaitu bagian diantara muka pantai dengan lepas pantai yang umumnya
merupakan bagian slope antara pantai dengan laut lepas, umumnya berada pada
kedalaman 20 hingga 50 meter dan zona lepas pantai (offshore) yang
merupakan bagian yang tidak lagi dipengaruhi oleh aktifitas sedimentasi pada
pantai dengan kedalaman lebih dari 50 meter.
5.3.2.7.Sedimentologi Lapangan
Kegiatan studi sedimentologi dilapangan dapat dilakukan dengan
pengamatan langsung. Proses yang berlangsung mulai dari pembentukan
sedimen, erosi, transportasi hingga pengendapan dapat kita amati secara
langsung karena prosesnya terjadi secara terus menerus di alam. Hal ini juga
menjadikan sedimentologi sebagai bagian dari kajian geologi yang benar-benar
mengikuti prinsip The Present is The Key to The Past karena prosesnya
berlangsung saat ini juga terjadi pada masa lalu. Proses pelapukan dan erosi
dapat kita temukan pada batuan-batuan yang tersingkap dipermukaan dan
mengalami kontak dengan media transportasi seperti air dan udara. Transportasi
160
sedimen dapat diamati pada aliran-aliran sungai, pantai, danau atau juga pada
daerah dengan iklim kering yang sedimennya dikontrol oleh media angin.
Pengendapan sedimen yang terjadi pada berbagai lingkungan baik darat, transisi
maupun laut dapat kita amati dengan mudah. Pada tahap selanjutnya dalam
kegiatan studi sedimentologi dilapangan, umumnya dilakukan pengamatan pada
sedimen maupun batuan sedimen yang telah terendapkan dan atau telah
mengalami diagenesa menjadi batuan sedimen. Berdasarkan pengamatan
tersebut kita akan dapat menemukan berbagai hasil dari proses sedimentasi
yang tercermin dari endapan sedimen atau batuan sedimen itu sendiri.
161
Secara umum dalam sebuah pengamatan singkapan maupun inti
sedimen untuk kajian sedimentologi akan dibuat sebuah kolom vertikal atau log
yang menjelaskan tentang fitur-fitur serta karakter sedimen yang dapat
ditemukan pada singkapan tersebut. Penggambaran kolom vertikal atau yang
juga biasa disebut kolom profil sedimen menjelaskan tentang kondisi perlapisan
sedimen, ukuran butir, bentuk butir, sortasi, kemas, sturktur sedimen, komposisi
mineral penyusun, keterangan warna serta fitur-fitur lain yang dapat di amati
pada singkapan maupun inti sedimen tersebut.
162