Tujuan Umum :
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan jiwa masyarakat mampu memahami apa perannya dalam mencegah
penderita dengan gangguan jiwa di rumah.
Tujuan Khusus:
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 X 30 menit diharapkan masyarakat mampu:
a Menyebutkan pengertian sehat jiwa dan gangguan jiwa
b.Menyebutkan tanda dan gejala gangguan jiwa
d.Menyebutkan cara menangani gangguan jiwa di keluarga
Kesehatan Jiwa adalah suatu kondisi sehat, emosional, psikologis, dan sosiologi yang terlihat dari
hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif
dan kestabilan emosional. Kesehatan jiwa memiliki banyak komponen dan di pengaruhi oleh
berbagai faktor (Johnson, 1997).
Sakit jiwa adalah gangguan mental yang berdampak kepada mood, pola pikir, hingga tingkah laku
secara umum. Seseorang disebut mengalami sakit jiwa jika gejala yang dialaminya menyebabkan
sering stres dan menjadikannya tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara normal.
Gangguan jiwa adalah gangguan pada satu atau lebih fungsi jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan
otak yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan
panca indera). Gangguan jiwa ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita dan
keluarganya (Stuart & Sundeen, 1998).
Alam perasaan (affect) tumpul dan mendatar. Gambaran alam perasaan ini dapat
terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi.
Menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawn). Tidak mau bergaul atau kontak
dengan orang lain, suka melamun (day dreaming).
Delusi atau Waham yaitu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal) meskipun
telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinannya itu tidak rasional, namun
penderita tetap meyakini kebenarannya. Sering berpikir atau melamun yang tidak
biasa (delusi).
Halusinasi yaitu pengelaman panca indra tanpa ada rangsangan misalnya penderita
mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber
dari suara atau bisikan itu.
Paranoid (cemas atau takut) pada hal-hal biasa yang bagi orang normal tidak perlu
ditakuti atau dicemaskan.
Kekacauan alam pikir yaitu yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya, misalnya
bicaranya kacau sehingga tidak dapat diikuti jalan pikirannya.
Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat
dan gembira berlebihan.
Tidak ada atau kehilangan kehendak (avalition), tidak ada inisiatif, tidak ada upaya
usaha, tidak ada spontanitas, monoton, serta tidak ingin apa-apa dan serba malas dan
selalu terlihat sedih.
1. Psikofarmakologi
Penanganan penderita gangguan jiwa dengan cara ini adalah dengan memberikan
terapi obat-obatan yang akan ditujukan pada gangguan fungsi neuro-transmitter
sehingga gejala-gejala klinis tadi dapat dihilangkan. Terapi obat diberikan dalam
jangka waktu relatif lama, berbulan bahkan bertahun.
2. Psikoterapi
Terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah diberikan terapi
psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana kemampuan menilai realitas sudah
kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikoterapi ini bermacam-macam
bentuknya antara lain psikoterapi suportif dimaksudkan untuk memberikan dorongan,
semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asa dan semangat juangnya.
3. Terapi Psikososial
Dengan terapi ini dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi dengan
lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak tergantung pada
orang lain sehingga tidak menjadi beban keluarga. Penderita selama menjalani terapi
psikososial ini hendaknya masih tetap mengkonsumsi obat psikofarmaka( Hawari,
2007).
4. Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan ini berupa kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang, berdoa,
mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, ceramah keagamaan, kajian kitab suci.
Menurut Ramachandran dalam Yosep( 2007), telah mengatakan serangkaian
penenelitian terhadap pasien pasca epilepsi sebagian besar mengungkapkan
pengalaman spiritualnya sehingga semua yang dirasa menjadi sirna dan menemukan
kebenaran tertinggi yang tidak dialami pikiran biasa merasa berdekatan dengan
cahaya illahi.
5. Rehabilitasi
Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan penempatan kembali
kekeluarga dan masyarakat. Program ini biasanya dilakukan di lembaga (institusi)
rehabilitasi misalnya di suatu rumah sakit jiwa. Dalam program rehabilitasi dilakukan
berbagai kegiatan antara lain; dengan terapi kelompok yang bertujuan membebaskan
penderita dari stress dan dapat membantu agar dapat mengerti jelas sebab dari
kesukaran dan membantu terbentuknya mekanisme pembelaan yang lebih baik dan
dapt diterima oleh keluarga dan masyarakat, menjalankan ibadah keagamaan bersama,
kegiatan kesenian, terapi fisik berupa olah raga, keterampilan, berbagai macam
kursus, bercocok tanam, rekreasi (Maramis, 1990). Pada umumnya program
rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan. Secara berkala dilakukan evaluasi paling
sedikit dua kali yaitu evaluasi sebelum penderita mengikuti program rehabilitasi dan
evaluasi pada saat si penderita akan dikembalikan ke keluarga dan ke masyarakat
(Hawari, 2007). Selain itu peran keluarga juga penting, keluarga adalah orang-orang
yang sangat dekat dengan pasien dan dianggap paling banyak tahu kondisi pasien
serta dianggap paling banyak memberi pengaruh pada pasien. Sehingga keluarga
sangat penting artinya dalam perawatan dan penyembuhan pasien. (Yosep, 2007).
Pengertian
Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit
demam akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang
mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe
virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda
sehingga tidak ada proteksi-silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe
(hiperendemisitas) dapat terjadi. Demam berdarah disebarkan kepada manusia oleh
nyamuk Aedes aegypti.
Sesudah masa tunas / inkubasi selama 3 - 15 hari orang yang tertular dapat
mengalami / menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini :
Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok /
presyok. Bentuk ini sering berujung pada kematian.
Karena seringnya terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit ini angka
kematiannya cukup tinggi, oleh karena itu setiap Penderita yang diduga menderita
Demam Berdarah dalam tingkat yang manapun harus segera dibawa ke dokter atau
Rumah Sakit, mengingat sewaktu-waktu dapat mengalami syok / kematian. Demam
berdarah umumnya lamanya sekitar enam atau tujuh hari dengan puncak demam
yang lebih kecil terjadi pada akhir masa demam. Secara klinis, jumlah platelet akan
jatuh hingga pasien dianggap afebril.
3. Diagnosis
Diagnosis demam berdarah biasa dilakukan secara klinis. Biasanya yang terjadi
adalah demam tanpa adanya sumber infeksi, ruam petekial dengan trombositopenia
dan leukopenia relatif. Serologi dan reaksi berantai polimerase tersedia untuk
memastikan diagnosa demam berdarah jika terindikasi secara klinis. Mendiagnosis
demam berdarah secara dini dapat mengurangi risiko kematian daripada menunggu
akut.
4. Pencegahan
Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk penyakit demam berdarah.
Pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau
mengurangi vektor nyamuk demam berdarah. Insiatif untuk menghapus kolam-kolam
air yang tidak berguna (misalnya di pot bunga) telah terbukti berguna untuk
mengontrol penyakit yang disebabkan nyamuk, menguras bak mandi setiap
seminggu sekali, dan membuang hal - hal yang dapat mengakibatkan sarang
nyamuk demam berdarah Aedes Aegypti.
Hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit
demam berdarah, sebagai berikut:
5. Pengobatan