Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu, sendi panggul
(paha), karena bergeser dari tempatnya maka sendi itupun menjadi macet dan juga terasa
nyeri (Kartono Mohammad, 2001: 31).
Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara
anatomis ( tulang lepas dari sendi ) ( Brunner & Suddarth ).
Keluarnya ( bercerainya ) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu
kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. (Arif Mansyur, dkk. 2000).
Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang di
sertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi. ( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138).
Jadi dislokasi adalah terlepasnya sebuah sendi dari tempat yang seharusnya. Dislokasi ini
dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen
tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).
Etiologi Dislokasi
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olah raga
yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket
dan keeper pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari
karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.
3. Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin
Klasifikasi Dislokasi
1. Dislokasi congenital :
2. Dislokasi patologik :
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau
osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.
3. Dislokasi traumatic :
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat,
kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi
karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya
dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan
terjadi pada orang dewasa. Berdasarkan tipe kliniknya dibagi :
a) Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan pembengkakan di
sekitar sendi.
b) Dislokasi Kronik
c) Dislokasi Berulang
Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh
berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot
dan tarikan.
Diagnosis Dislokasi
1. Anamnesis
- Ada trauma
- Mekanisme trauma yang sesuai, misalnya trauma ekstensi dan eksorotasi pada dislokasi
anterior sendi bahu.
- Bila trauma minimal hal ini dapat terjadi pada dislokasi rekuren atau habitual.
2. Pemeriksaan klinis.
- Deformitas.
terdapat kelainan bentuk misalnya hilangnya tonjolan tulang normal, misalnya deltoid yang
rata pada dislokasi bahu, Perubahan panjang ekstremitas, Kedudukan yang khas pada
dislokasi tertentu, misalnya dislokasi posterior sendi panggul kedudukan sendi panggul
endorotasi, fleksi dan abduksi.
- Nyeri
3. Pemeriksaan radiologis.
Untuk memastikan arah dislokasi dan apakah disertai fraktur, pada dislokasi lama
pemeriksaan radiologis lebih penting oleh karena nyeri dan spasme otot telah menghilang.
Penatalaksanaan Dislokasi
1.Penanganan yang dilakukan pada saat terjadi dislokasi adalah melakukan reduksi ringan
dengan cara menarik persendian yang bersangkutan pada sumbu memanjang. Tindakan
reposisi ini dapat dilakukan ditempat kejadian tanpa anasthesi, misalnya dislokasi siku,
dislokasi bahu dan dislokasi jari.
2. Jika tindakan reposisi tidak bisa dilakukan dengan reduksi ringan, maka diperlukan
reposisi dengan anasthesi lokal dan obat obat penenang misalnya Valium.
3. Jangan memaksa melakukan reposisi jika penderita mengalami rasa nyeri yang hebat,
disamping tindakan tersebut tidak nyaman terhadap penderita, dapat menyebabkan syok
neurogenik, bahkan dapat menimbulkan fraktur.
4. Dislokasi sendi dasar misalnya dislokasi sendi panggul memerlukan anasthesi umum.
Dislokasi setelah reposisi, sendi diimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan
dijaga agar tetap dalam posisi stabil, beberapa hari beberapa minggu setelah reduksi gerakan
aktif lembut tiga sampai empat kali sehari dapat mengembalikan kisaran sendi, sendi tetap
disangga saat latihan.
Perhatian Perawatan.
Kepustakaan
Keperawatan medikal bedah Brunner dan Suddarth Smeltzer C. Suzanne, Bare G. Brenda.
Edisi 8 Volume 3. EGC. 2002. Jakarta.
Kumpulan kuliah Ilmu Bedah. Bagian Bedah staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Bina Rupa Aksara. 1995. Jakarta