BAB I
PENDAHULUAN
BATANG SAGU
Kulit batang
sagu Pemarutan
Serat dan
Pengendapan
ampas sagu
Pengeringan
Tepung sagu
Gambar 1.2. Diagram pengolahan tepung sagu dengan sisa limbah ampas sagu
4
itu produksi batako ringan dapat membuka lapangan kerja baru bagi
masyarakat pedesaan. Dari segi lingkungan pemanfaatan limbah ampas sagu
akan mengurangi tumpukan limbah disekitar areal produksi tepung sagu
yang dapat mencemari lingkungan.
1. Perilaku mekanika diteliti meliputi kuat tekan, berat jenis dan serapan
air pada benda uji kubus ukuran 50 mm x 50 mm x 50 mm dan batako
ukuran 400 mm x 100 mm x 200 mm benda uji saat umur 28 hari.
2. Perbandingan campuran bahan antara semen dan agregat halus adalah
1 : 6 dimana jumlah kubutuhan limbah ampas sagu terhadap volume
pasir dimulai dari 0%, 25%, 50%,75%, 100%.
3. Nilai faktor air semen (fas) awal ditetapkan berdasarkan nilai sebar
campuran antara air, semen dan ampas sagu sampai memenuhi tingkat
kelecakan yang cukup.
4. Semen yang digunakan adalah jenis semen Portland jenis I merek
semen Holcim.
5. Agregat yang dipakai adalah agregat halus (pasir) dari sungai Boyong
Merapi. Gradasi pasir harus memenuhi gradasi standar SNI 03-1968-
1990.
6. Ampas sagu yang digunakan adalah sisa dari perasan empelur sagu
yang di ambil dari lokasi pekerjaan tanpa melihat jenis sagunya.
7. Ampas sagu yang dimasukan ke dalam campuran adukan pada kondisi
kering udara.
8. Pengujian ampas sagu meliputi pemeriksaan berat satuan dan kadar
air, sedangkan berat jenis menggunakan berat jenis limbah gergajian
kayu jati.
9. Bahan penyusun dalam pembuatan benda uji dianggap telah tercampur
dengan baik dan homogen.
10. Tinjauan kimia, suhu, angin, dan kelembaban udara diabaikan.
11. Tinjauan ekonomi terhadap kebutuhan bahan per m 3.