Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

INSTRUMENTASI KIMIA
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY
(HPLC)

Disusun Oleh :

Nama : Inayah Dwi Agustina

NIM : 011300340

Prodi : Teknokimia Nuklir

Semester : III

Kelompok : A5

Teman Kerja : 1. Arya Pramana Sembiring


2. Michael Situmorang

Tanggal Praktikum : 8 Oktober 2014

Asisten : Haries Handoyo, SST

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
YOGYAKARTA
2014
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY
(HPLC)

I. Tujuan
1. Mengetahui prinsip kerja HPLC.
2. Mengetahui konsentrasi Cl- dan NO3- dalam sampel.

II. Dasar Teori

HPLC adalah suatu system pemisahan suatu senyawa berdasarkan daya


ikat atau ketertarikan senyawa tersebut terhadap fase gerak (eluen) dan fase
diam (kolom).

Kromatografi cair berperforma tinggi (high performance liquid


chromatography, HPLC) merupakan salah satu teknik kromatografi untuk zat
cair yang biasanya disertai dengan tekanan tinggi. Seperti teknik kromatografi
pada umumnya, HPLC berupaya untuk memisahkan molekul berdasarkan
perbedaan afinitasnya terhadap zat padat tertentu. Cairan yang akan
dipisahkan merupakan fase cair dan zat padatnya merupakan fase diam
(stasioner). Teknik ini sangat berguna untuk memisahkan beberapa senyawa
sekaligus karena setiap senyawa mempunyai afinitas selektif antara fase diam
tertentu dan fase gerak tertentu. Dengan bantuan detektor serta integrator kita
akan mendapatkan kromatogram. Kromatorgram memuat waktu tambat serta
tinggi puncak suatu senyawa.

HPLC (High Performance Liquid Chromatography) atau biasa juga


disebut dengan Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dikembangkan pada
akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an.
1. Sistem Peralatan HPLC
Instrumentasi HPLC pada dasarnya terdiri atas: wadah fase gerak,
pompa, alat untuk memasukkan sampel (tempat injeksi), kolom,
detektor, wadah penampung buangan fase gerak, dan suatu
komputer atau integrator atau perekam.
Diagram skematik sistem kromatografi cair seperti ini :

a. Wadah fase gerak dan fase gerak


Wadah fase gerak harus bersih dan lembam (inert). Wadah
pelarut kosong ataupun labu laboratorium dapat digunakan
sebagai wadah fase gerak. Wadah ini biasanya dapat
menampung fase gerak antara 1 sampai 2 liter pelarut
Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut
yang dapat bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam
daya elusi dan resolusi. Daya elusi dan resolusi ini ditentukan
oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat
komponen-komponen sampel. Untuk fase normal (fase diam
lebih polar daripada fase gerak), kemampuan elusi meningkat
dengan meningkatnya polaritas pelarut. Sementara untuk fase
terbalik (fase diam kurang polar daripada fase gerak),
kemampuan elusi menurun dengan meningkatnya polaritas
pelarut.
Fase gerak sebelum digunakan harus disaring terlebih dahulu
untuk menghindari partikel-partikel kecil ini. Selain itu, adanya
gas dalam fase gerak juga harus dihilangkan, sebab adanya gas
akan berkumpul dengan komponen lain terutama di pompa dan
detektor sehingga akan mengacaukan analisis.

Elusi dapat dilakukan dengan cara isokratik (komposisi fase


gerak tetap selama elusi) atau dengan cara bergradien
(komposisi fase gerak berubah-ubah selama elusi) yang analog
dengan pemrograman suhu pada kromatografi gas. Elusi
bergradien digunakan untuk meningkatkan resolusi campuran
yang kompleks terutama jika sampel mempunyai kisaran
polaritas yang luas.

Fase gerak yang paling sering digunakan untuk pemisahan


dengan fase terbalik adalah campuran larutan bufer dengan
metanol atau campuran air dengan asetonitril. Untuk pemisahan
dengan fase normal, fase gerak yang paling sering digunakan
adalah campuran pelarut-pelarut hidrokarbon dengan pelarut
yang terklorisasi atau menggunakan pelarut-pelarut jenis
alkohol. Pemisahan dengan fase normal ini kurang umum
dibanding dengan fase terbalik.
b. Pompa
Pompa yang cocok digunakan untuk HPLC adalah pompa yang
mempunyai syarat sebagaimana syarat wadah pelarut yakni:
pompa harus inert terhadap fase gerak. Bahan yang umum
dipakai untuk pompa adalah gelas, baja tahan karat, Teflon, dan
batu nilam. Pompa yang digunakan sebaiknya mampu
memberikan tekanan sampai 5000 psi dan mampu mengalirkan
fase gerak dengan kecepatan alir 3 mL/menit. Untuk tujuan
preparatif, pompa yang digunakan harus mampu mengalirkan
fase gerak dengan kecepatan 20 mL/menit.
Tujuan penggunaan pompa atau sistem penghantaran fase
gerak adalah untuk menjamin proses penghantaran fase gerak
berlangsung secara tepat, reprodusibel, konstan, dan bebas dari
gangguan. Ada 2 jenis pompa dalam HPLC yaitu: pompa
dengan tekanan konstan, dan pompa dengan aliran fase gerak
yang konstan. Tipe pompa dengan aliran fase gerak yang
konstan sejauh ini lebih umum dibandingkan dengan tipe
pompa dengan tekanan konstan.
c. Tempat penyuntikan Sampel
d. Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan secara langsung ke
dalam fase gerak yang mengalir di bawah tekanan menuju
kolom menggunakan alat penyuntik yang terbuat dari tembaga
tahan karat dan katup teflon yang dilengkapi dengan keluk
sampel (sample loop) internal atau eksternal.
e. Detektor HPLC
Detektor pada HPLC dikelompokkan menjadi 2 golongan
yaitu: detektor universal (yang mampu mendeteksi zat secara
umum, tidak bersifat spesifik, dan tidak bersifat selektif) seperti
detektor indeks bias dan detektor spektrometri massa; dan
golongan detektor yang spesifik yang hanya akan mendeteksi
analit secara spesifik dan selektif, seperti detektor UV-Vis,
detektor fluoresensi, dan elektrokimia.

Idealnya, suatu detektor harus mempunyai karakteristik sebagai


berikut:

Mempunyai respon terhadap solut yang cepat dan resprodusibel


Mempunyai sensitivitas yang tinggi, yakni dapat mendeteksi
solut pada kadar yang sangat kecil.
Stabil dalam pengoperasiannya.
Mempunyai sel volume yang kecil sehingga mampu
meminimalisir pelebaran pipa,
Sinyal yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi
solut pada kisaran yang luas.
Tidak peka terhadap perubahan suhu atau kecepatan alir fase
gerak.
2. Jenis HPLC
Berikut Pemisahan dengan HPLC dapat dilakukan dengan fase
normal (jika fase diamnya lebih polar dibanding dengan fase
geraknya) atau fase terbalik (jika fase diamnya kurang non polar
dibanding dengan fase geraknya). Berdasarkan pada kedua
pemisahan ini, sering kali HPLC dikelompokkan menjadi HPLC
fase normal dan HPLC fase terbalik.
Selain klasifikasi di atas, HPLC juga dapat dikelompokkan
berdasarkan pada sifat fase diam dan atau berdasarkan pada
mekanisme sorpsi solut, dengan jenis-jenis HPLC sebagai:
a. Kromatogradi Adsorbsi
Prinsip kromatografi adsorpsi telah diketahui sebagaimana
dalam kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis.
Pemisahan kromatografi adsorbsi biasanya menggunakan
fase normal dengan menggunakan fase diam silika gel dan
alumina, meskipun demikian sekitar 90% kromatografi ini
memakai silika sebagai fase diamnya. Pada silika dan
alumina terdapat gugus hidroksi yang akan berinteraksi
dengan solut. Gugus silanol pada silika mempunyai
reaktifitas yang berbeda, karenanya solut dapat terikat
secara kuat sehingga dapat menyebabkan puncak yang
berekor.
b. Kromatografi fase terikat
Kebanyakan fase diam kromatografi ini adalah silika yang
dimodifikasi secara kimiawi atau fase terikat. Sejauh ini
yang digunakan untuk memodifikasi silika adalah
hidrokarbon-hidrokarbon non-polar seperti dengan
oktadesilsilana, oktasilana, atau dengan fenil. Fase diam
yang paling populer digunakan adalah oktadesilsilan (ODS
atau C18) dan kebanyakan pemisahannya adalah fase
terbalik.
Sebagai fase gerak adalah campuran metanol atau
asetonitril dengan air atau dengan larutan bufer. Untuk
solut yang bersifat asam lemah atau basa lemah, peranan
pH sangat krusial karena kalau pH fase gerak tidak diatur
maka solut akan mengalami ionisasi atau protonasi.
Terbentuknya spesies yang terionisasi ini menyebabkan
ikatannya dengan fase diam menjadi lebih lemah dibanding
jika solut dalam bentuk spesies yang tidak terionisasi
karenanya spesies yang mengalami ionisasi akan terelusi
lebih cepat.
c. Kromatografi penukar ion
KCKT penukar ion menggunakan fase diam yang dapat
menukar kation atau anion dengan suatu fase gerak. Ada
banyak penukar ion yang beredar di pasaran, meskipun
demikian yang paling luas penggunaannya adalah polistiren
resin.
Kebanyakan pemisahan kromatografi ion dilakukan dengan
menggunakan media air karena sifat ionisasinya. Dalam
beberapa hal digunakan pelarut campuran misalnya air-
alkohol dan juga pelarut organik. Kromatografi penukar ion
dengan fase gerak air, retensi puncak dipengaruhi oleh
kadar garam total atau kekuatan ionik serta oleh pH fase
gerak. Kenaikan kadar garam dalam fase gerak menurunkan
retensi solut. Hal ini disebabkan oleh penurunan
kemampuan ion sampel bersaing dengan ion fase gerak
untuk gugus penukar ion pada resin.
d. Kromatografi Pasangan Ion
Kromatografi pasangan ion juga dapat digunakan untuk
pemisahan sampel-sampel ionik dan mengatasi masalah-
masalah yang melekat pada metode penukaran ion. Sampel
ionik ditutup dengan ion yang mempunyai muatan yang
berlawanan.
3. Waktu Retensi
Waktu retensi (tR) adakah waktu yang dibutuhkan oleh suatu
komponen suatu analit dalam hal ini anion yang di bawa oleh eluen
bergerak melewati sepanjang kolom.

III. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah

1. Seperangkat alat HPLC yang terdiri dari:


a. Pompa model 6000 A water Associates,Inc
b. Injector 100 L Rheodyne 7161
c. IC-Pak TM Anion 4,6 x 50 mm column
d. Guard kolom pelindung
e. Detector konduktivitas 431 waters
f. Rekorder servogor 120
2. Alat injeksi
3. Gelas beker

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah


1. Air demin
2. Larutan standar NO3-
3. Larutan standar Cl-
4. Larutan standar campuran 1
5. Larutan standar campuran 2
6. Larutan standar campuran 3
7. Larutan standar campuran 4
8. Larutan standar campuran 5
9. Sampel ZOC

IV. Langkah Kerja

1. HPLC dioperasikan dengan kondisi sebagai berikut:


Pompa
V = 1,2 mL/ menit
P = 900 psi
Detector
Base range = 200 s
Sensitivity range = 0,01
Rekorder
V = 0,5 cm/ menit
2. Sebelum digunakan, alat injeksi dibilas terlebih dahulu dengan air demin
kemudian dibilas dengan larutan yang akan diinjeksi.
3. Diusahakan saat larutan diambil dengan alat injeksi tidak terdapat
gelembung didalamnya.
4. Alat injeksi dimasukkan ke dalam injector (injector dalam posisi load).
Larutan diinjeksikan ke dalam injector.
5. Injector diposisikan inject bersamaan dengan mengaktifkan rekorder
(menggeser tombol chart)
6. Langkah nomor 2-5 diulangi untuk larutan campuran dan standar yang
akan dianalisis.
V. Data Percobaan

a) Eluen = 0,5: 0,5: 1


0,5 = 10 mL borate/ gluconate concentrate
0,5 = 10 mL n-butanol
1 = 20 mL acetonitrile
Pembuatan borate/ gluconate concentrate adalah 16 gram sodium
gluconate 18 gram boric acid, dan 25 gram sodium tetraborate decahydrate
dalam 250 mL glycerin.
b) Komposisi sampel
sampel Cl (ppm) NO3 (ppm)
c-1 2 5
c-2 4 10
c-3 6 15
c-4 8 20
c-5 10 25
Sampel : ZOC (Zircon Obside Chloride)

c) Pompa

V = 1,2 mL/ menit


P = 900 psi
Pressure limit = 2000 psi
d) Injector Rheodyne 7161
V = 100 L
e) Kolom IC-Pak TM Anion 4,6 x 50 mm
f) Detector: waters 431, conductivity detector
Sensitivity range : 0,01
Base range : 200 s
Daya hantar eluen : 164 siv
g) Rekorder:
V = 0,5 cm/ menit
h) Uji kualitatif
V = 0,5 cm/ menit
jarak (cm) waktu (menit)
larutan
puncak tinggi puncak rendah puncak tinggi puncak rendah
Cl- 3.2 6.4
NO3- 6.7 13.4
C-1 3.55 7.4 7.1 14.8
C-2 3.55 7.3 7.1 14.6
C-3 3.5 7.1 7 14.2
C-4 3.4 7 6.8 14
C-5 3.5 6.9 7 13.8
ZOC 3.5 7 7 14
i) Uji kuantitatif

a (cm) t (cm) L (cm2)


larutan puncak puncak puncak puncak puncak puncak
tinggi rendah tinggi rendah tinggi rendah
1 9 4.5
Cl-
1 10 5
1.5 9.8 7.35
NO3-
1.8 9.2 8.28
C-1 1 1.5 5.3 3.4 2.65 2.55
C-2 1 1.5 10 7 5 5.25
C-3 1.1 2 13.7 10 7.535 10
C-4 1 2.2 14.4 11.5 7.2 12.65
C-5 1.1 2 22.2 15 12.21 15

ZOC 1.2 1.2 22.3 1.5 13.38 0.9


j) Kromatografi
Waktu : 11.05- 03.55
t alcohol-air : 23,5 cm
t air : 30,8 cm

VI. Perhitungan

6.1. Pembuatan kurva kalibrasi deret standar

Xi = konsentrasi (ppm)

Yi = luasan (cm2)
a. Kurva NO3-

Larutan
No
standar xi yi xi. yi xi2 yi2
1 C-1 5 2.55 12.75 25 6.5025
2 C-2 10 5.25 52.5 100 27.5625
3 C-3 15 10 150 225 100
4 C-4 20 12.65 253 400 160.0225
5 C-5 25 15 375 625 225
Jumlah 75 45.45 843.25 1375 519.0875

Grafik hubungan konsentrasi NO3- dan luas


18
16 y = 0.646x - 0.6
14 R = 0.9847
12
Luas (cm2)

10
8 Series1
6 Linear (Series1)
4
2
0
0 10 20 30
konsentrasi (ppm)

Gambar 1. kurva standar NO3-

Mencari persamaan y
y = a + bx
dimana,
()( )()(.)
a= . ()
(.)()()(.)
= ()()()

= -0.6
..()()
b= . ()

(.)()(.)
= ()()

= 0.646
Jadi, persamaannya adalah y = -0.6 + 0.646x
Mencari koefisien regresi/ koefisien korelasi linier (r)
..()()
r=
{. () }{. ()

(.)()(.)
=
{()()() }{()(.)(.) }

= 0.984
Jadi, persamaannya adalah y = -0.6 + 0.646x
R= 0.984

b. Kurva Cl-
Larutan
No
standar xi yi xi. Yi xi2 yi2
1 C-1 2 2.65 5.3 4 7.0225
2 C-2 4 5 20 16 25
3 C-3 6 7.535 45.21 36 56.776225
4 C-4 8 7.2 57.6 64 51.84
5 C-5 10 12.21 122.1 100 149.0841
Jumlah 30 34.595 250.21 220 289.72283
Hubungan konsentrasi Cl- dan luas
14
12 y = 1.066x + 0.523
10 R = 0.9026
Luas (cm2)

8
6 Series1

4 Linear (Series1)

2
0
0 5 10 15
konsentrasi (ppm)

Gambar 2. kurva standar Cl-

Mencari persamaan y
y = a + bx
dimana,
()( )()(.)
a=
. ()
(.)()()(.)
=
()()()

= 0.523
..()()
b=
. ()
(.)()(.)
=
()()

= 1.066
Jadi, persamaannya adalah y = 0.523 + 1.066x
Mencari koefisien regresi/ koefisien korelasi linier (r)
..()()
r=
{. () }{. ()

(.)()(.)
=
{()()() }{()(.)(.)

= 0.902
Persamaannya adalah y = 0.523 + 1.066x
R= 0.902

6.2. Menghitung konsentrasi sampel


Konsentrasi NO3- pada sampel ZOC
y = -0.6 + 0.646x
0.9 = -0.6 + 0.646x
x = 2.321 ppm

Konsentrasi Cl- pada sampel ZOC


y = 0.523 + 1.066x
13.38 = 0.523 + 1.066x
x = 12.06 ppm

VII. Pembahasan

Pada percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui prinsip kerja HPLC
(High Performance Liquid Chromatography) yang berarti kromatografi cair
kinerja tinggi dan menentukan konsentrasi NO3- dan Cl- yang terkandung di dalam
sampel.

Adapun prinsip kerja HPLC adalah eluen sebagai fase gerak dipompakan
menuju kolom sebagai fase diam, yang sebelumnya diinjeksikan sampel ke dalam
injector, sehingga sampel akan ikut mengalir melalui kolom bersama dengan
eluen. Kemudian komponen dalam sampel akan bergerak berdasarkan daya
ikatnya dengan fase diam dan fase gerak. Respon dari senyawa sampel yg terelusi
diubah oleh detector menjadi suatu sinyal yang selanjutnya ditangkap oleh
rekorder dan output yang dihasilkan berupa kromatogram.

HPLC terdiri dari beberapa komponen pelengkapnya yaitu pompa, filter,


injector, kolom, detector, dan rekorder. Perlu diketahui bahwa pompa yang
digunakan adalah pompa bertekanan tinggi. Pompa ini berfungsi untuk
mentransfer eluen ke kolom HPLC. Dibutuhkan tekanan tinggi karena kolom
yang digunakan adalah kolom yang telah dimampatkan sehingga untuk dapat
menembus kolom tersebut dibutuhkan tekanan yang tinggi. Perlu dicatat bahwa
untuk menaikkan tekanan sesuai dengan yang dibutuhkan, harus dilakukan secara
bertahap, karena perubahan tekanan yang drastis/ melonjak dapat menyebabkan
rusaknya alat dan membahayakan pekerja. Begitu pula pada saat penurunan
tekanan ke kondisi awal.

Awalnya eluen yang telah dipompakan akan melewati injector yang


kemudian diinjeksikan sampel ke dalamnya. Pada saat melewati guard colomn
filter, unsur-unsur yang tidak disukai kolom disaring. Eluen yang melewati
injector telah difilter terlebih dahulu agar partikel-pertikel padat yang terbawa
oleh eluen dapat tersaring, sehingga tidak mengganggu proses pemisahan dalam
kolom. Filter ini terletak pada sebelum kolom, sehingga dapat dipastikan bahwa
eluen tersebut benar- benar steril.

Pada saat menginjeksikan larutan sampel, injector berada pada posisi load
untuk memuat sampel yang diinjeksikan. Diusahakan pada alat injeksi untuk
menyedot larutan sampel, tidak terdapat gelembung. Apabila masih terdapat
gelembung/ gas, sebaiknya gelembung/gas tersebut tidak ikut masuk ke dalam
injector saat sampel mulai diinjeksikan sebab adanya gas akan berkumpul dengan
komponen lain terutama di pompa dan detektor sehingga akan mengacaukan
analisis. Injector yang digunakan berkapasitas 100 L sehingga kelebihannya
akan dibuang secara otomatis.
Sampel bersama-sama dengan eluen kemudian memasuki kolom. Kolom
ini telah dimampatkan terlebih dahulu agar lebih efisien. Di dalam kolom inilah
berlangsung kompetisi/ proses pemisahan komponen- komponen dari sampel.
Setiap komponen memiliki daya hantar yang berbeda-beda yang kemudian
ditampilkan pada detector. Detector yang digunakan adalah detector
konduktivitas. Detector ini berfungsi mengubah respon dari senyawa sampel yang
terelusi menjadi sebuah sinyal. Sinyal tersebut ditangkap oleh rekorder dan hasil
outputnya berupa kromatogram. Pembuatan grafik pada kromatogram bersamaan
dengan diubahnya posisi injector dari load menjadi inject.

Berdasarkan kromatogram yang dihasilkan dapat dihitung waktu


retensinya. Setiap komponen memiliki waktu retensi yang berbeda-beda.
Penentuan waktu retensi ini merupakan suatu analisis kualitatif. Dari data jarak
dan kecepatan, diperoleh waktu retensi dari NO3- adalah 13.4 menit sedangkan Cl-
adalah 6.4 menit. Dari waktu retensi dapat diketahui kandungan senyawa yang
ada dalam larutan standar c-1, c-2, c-3, c-4, c-5 dan sampel ZOC. Kurva dengan
retensi waktu antara 13.8- 14.8 menggambarkan puncak yang rendah
menunjukkan kurva NO3-. Sedangkan kurva dengan retensi waktu antara 6.8- 7.1
menggambarkan pucak yang tinggi menunjukkan kurva Cl-.

Analisis kuantitatif digunakan untuk menentukan konsentrasi Cl- dan NO3-


pada sampel ZOC (Zircon Obside Chloride). Namun sebelumnya dibuat kurva
standar dari larutan standar c-1, c-2, c-3, c-4, c-5 yang merupakan campuran dari
Cl- dan NO3-. Kurva standarnya berupa hubungan antara konsentrasi Cl- dan NO3-
dalam larutan standar dengan luasan puncak masing-masing komponen pada
grafik. Berdasarkan kurva dapat diketahui bahwa konsentrasi senyawa berbanding
lurus dengan luasan puncak. Pada kurva standar Cl- diperoleh persamaan garis y =
1.066x + 0.523 dengan R = 0.902, sedangkan pada kurva standar NO3- diperoleh
persamaan garis y = 0.646x - 0.6 dengan R = 0.984. Nilai R tersebut menunjukan
linearitas dari data yang diperoleh.
Luasan puncak dari sampel ZOC disubstitusikan ke dalam persamaan garis
tersebut, yang mana luasan puncak merupakan nilai y dari persamaan, sedangkan
x merupakan konsentrasi senyawa dalam sampel (yang akan dicari). Dari hasil
perhitungan diperoleh konsentrasi Cl- pada sampel ZOC adalah 12.06 ppm dan
konsentrasi NO3- adalah 2.321 ppm.

Percobaan kromatografi juga dilakukan dengan kertas (sebagai fase diam)


yang diberi tinta pulpen (sampel) dan sebagai fase geraknya adalah alcohol-air
dan air. Percobaan dilakukan selama 4 jam. Panjang kertas yang basah pada
alcohol-air adalah 23.5 cm sedangkan air adalah 30.8 cm. Namun dalam
percobaan, tidak terjadi proses pemisahan, tinta pulpen tidak terelusi. Baik
alcohol-air maupun air tidak bisa membawa tinta tersebut, hal ini mungkin
disebabkan adanya beda kepolaran antara tinta pulpen dan air maupun tinta pulpen
dan alcohol-air. Selain itu, dimungkinkan komposisi perbandingan antara alcohol
dan air lebih banyak air sehingga tinta tidak terelusi.

VIII. Kesimpulan

1 Prinsip kerja HPLC adalah memisahkan komponen dalam suatu senyawa


campuran berdasarkan daya ikat komponen terhadap fase diam (kolom)
dan fase gerak (eluen).

2 Konsentrasi Cl- pada sampel ZOC adalah 12.06 ppm dan konsentrasi NO3-
adalah 2.321 ppm.

IX. Daftar Pustaka

Setiawan, Budi. 2014. Petunjuk Praktikum Instrumentasi Kimia. Yogyakarta:


STTN-BATAN.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kromatografi_cair_berperforma_tinggi. Diakses
pada tanggal 11 Oktober 2014.
http://lansida.blogspot.com/2010/07/hplc-kromatografi-cair-kinerja-
tinggi.html. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2014.

http://www.pdf.com/kromatografi-cair-kinerja-tinggi.html. Diakses pada


tanggal 12 Oktober 2014.

http://septaranipajrin.wordpress.com/2012/12/06/hplc/. Diakses pada tanggal


12 Oktober 2014.

Yogyakarta, 18 Oktober 2014

Asisten Praktikan

Budi Setiawan, ST Inayah Dwi Agustina

Anda mungkin juga menyukai