Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

APLIKASI TEKNIK NUKLIR


Teknik Radiografi dengan Sumber Radiasi
Pesawat sinar-x

DISUSUN OLEH :
NAMA : Rikhi Galatia
NIM : 011300355
PROGRAM STUDI : D-IV TEKNOKIMIA NUKLIR
JURUSAN : TEKNOKIMIA NUKLIR
PEMBIMBING : Maria Christina Prihatiningsih

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
YOGYAKARTA
2016
Teknik Radiografi dengan Sumber Radiasi
Pesawat sinar-x

I. TUJUAN
Membuat gambar radiografi lasan besi bentuk plat dan pipa yang sensitivitasnya sesuai
dengan standard, dengan rnenggunakan Radiasi dari Pesawat sinar-X.
Menentukan jenis dan lokasi cacat lasan dari radiograp yang dihasilkan.

II. TEORI
Radiografi dapat dilakukan dengan sumber radiasi yang berupa sinar-x maupun sinar
gamma. Radiasi yang berasal dari suatu pesawat sinar-X dengan focal spot f menembus
benda uji (speciment) dengan tebal 't'. Di dalam benda uji, radiasi akan terserap bervariasi
tergantung pada tebal dan kerapatan bagian benda uji. Bagian yang lebih tipis dan
kerapatan yang lebih kecil akan menghasilkan akumulasi paparan yang ditransmisikan
yang lebih banyak, sebagai contoh defect gas inclusion. Apabila sinar yang ditransmisikan
ini diproyeksikan ke film radiografi, maka dengan reaksi photokimia, bagian bagian ini
akan menjadi lebih hitam dibanding bagian sekelilingnya.
Bayangan yang terbentuk pada film radiografi bersifat diperbesar dan membentuk
kekaburan atau pnumbra ( unsharpness geomettry, Ug )., karena sinar yang datang bersifat
divergen dan sumber radiasi mempunyai dirnensi f. Agar perbesaran dan penumbra
bayangan tidak terlalu besar, maka harus diperhatikan hubungan jarak iumber radiasi
dengan film (source to film distance, SFD), dimensi sumber f dan tebal benda uji t,
dengan asumsi film dipasang menempel pada benda uji.
Film radiografi yang sudah diproses di ruang gelap atau disebut radiograp, dikatakan
mempunyai kualitas baik bila film tersebut dapat mendeteksi cacat yang dimensinya
tertentu sesuai dengan standard yang dinginkan atau lebih kecil. Radiograp yang dapat
mendeteksi cacat dengan ukuran relatif kecil dikatakan mempunyai sensitifitas radiografi
tinggi. Sensitivitas radiografi absolut dinyatakan dalam mm, sedang sensitivitas relative
dinyatakan dalam %.
Untuk memperoleh kualitas radiograp yang baik, dua faktor yang perlu diperhatikan
yaitu kontras dan definisi. Indikator yang menunjukhan sensitivitas radiografi adalah
bayangan penetrameter. Bahan penetrameter adalah sama dengan bahan benda uji.
Pemilihan nomor penetrameter yang digunakan bergantung dengan % sensitivitas yang
diinginkan dan tebal benda uji. Penentuan waktu penyinaran diperoleh dari grafik exposure
chart, hubungan antara mA-waktu terhadap tebal benda uji.

III. TATA KERJA


A. Peralatan
1. Proteksi radiasi :
Monitor radiasi personil ( Dosimeter saku (pen dose), Film Badge/TLD badge
Surveymeter
Tanda radiasi dan tali kuning
Long tang dan lembar timbal

2. Radiografi :
Pesawat Sinar-X dan aksesorisnya ( Panel kontrol dan lampu tanda Radiasi)
Penetrameter
Sigmat
Fasilitas ruang gelap dan aksesoris ( densitometer, viewer )

B. Bahan
Film radiografi
Larutan proses film (developer, stop bath, fixer, air)
Benda uji (lasan pipa, plat).

C. Pelaksanaan Radiografi Pesawat Sinar-X


Persiapan sebelum penyinaran:
Lakukan pengukuran dimensi dan tebal benda uji, dan hitung / tentukan:
1. Teknik penyinaran (lihat lampiran gambar 1)
2. Tentukan Tegangan Kerja pesawat yang akan digunakan (lihat lampiran 2.2, cara
perhitungan).
3. Jarak Sumber ke film -SFD (lihat lampiran 1, cara perhitungan).
4. Penetrameter dan shim yang digunakan
Penetrameter yang digunakan sesuai dengan standard yang digunakan. Jenis
penetrameter standard yang disediakan untuk praktek radiografi, yaitu ASTM
kawat dan ASTM plat , DIN.
Penempatan penetrarneter ada 2 cara, ke arah sumber radiasi ( Source side) dan
didekat dengan film (film side). Penempatan penetrameter disesuikan dengan
ketentuan teknik penyinaran yang digunakan.(lihat lampiran gambar l, Teknik
Penyinaran).
Pemilihan penetrameter sesuai dengan lampiran tabel 1.
Penempatan/ Lokasi marker seperti lampiran gambar-2.
D. Benda Uji
1. Plat
1. Dengan menggunakan Kurva Penyinaran Exposure chart Lampiran 2.3 (Tebal
(mm) vs mA-waktu), hitung waktu penyinaran Wp (lihat lampiran 2.2, cara
melakukan perhitungan).
2. Set up penyinaran seperti gambar 2, diusahakan spesimen dan film
melekat/kontak.

Catatan :
SFD : Jarak Sumber Film
TL : Tebal Lasan

2. Pipa
1. Tentukan teknik penyinaran yang sesuai dengan menggunakan Kurva Penyinaran
(tersedia dt laboratorium Radiografi, Lampiran 2.3), hitung waktu penyinaran -
Wp (lihat lampiran 2.2, cara melakukan perhitungan). Kurva penyinaran
(Exposure chart) adalah hubungan Tebal bahan (mm) vs paparan (mA-waktu).
2. Set up penyinaran seperti gambar 3
Untuk bahan uji pipa, perhatikan diameter benda uji.
Sesuaikan teknik penyinaran yaryg digunakan dengan dimensi benda uji dan ketentuan
penempatan penetrameter.
Diusahakan spesimen dan film melekat/kontak
Catatan:
SFD : Jarak sumber - film
OD : Diameter luar lasan
ID : Diameter dalam nominal

3. Lakukan set up spesimen, pemasangan penetrameter, kode film, sesuai ketentuan.


4. Perkirakan daerah aman, jarak dari sumber, dengan memasang tali kuning dan
tanda radiasi, untuk :
Pekerja radiasi.
Bukan pekerja radiasi/masyarakat umum.
5. Beritahu asisten, bahwa set up benda uji telah selesai dan siap untuk diradiografi.
6. Lakukan langkah instruksi kerja praktikum radiografi sinar-x seperti lampiran 2.1.
7. Rapikan dan bersihkan lokasi praktikum dengan tertib.
8. Lakukan proses film dan evaluasi film di tempat yang elah disediakan.
Lampiran 2.1
Instruksi kerja
Praktikum Radiografi Sinar-X
(dalam Ruangan)

Persiapan Dan Pelaksanaan Praktikum


Persiapan
1. Sebelum memulai kegiatan penyinaran, seluruh pekerjaan yang tidak memerlukan
penyinaran radiasi harus dilaksanakan terlebih dahulu:
Pengukuran tebal, perhitungan waktu penyinaran, pemilihan penetrameter, perhitungan
tegangan kerja,
Set up / pemasangan pada perlengkapan pada specimen.
2. Siapkan peralatan Proteksi radiasi sebelum melakukan pekerjaan radiografi :
Surveymeter, Periksa surveymeter yang akan digunakan: baterai, sertifikat dan kalibrasi,
hidupkan dan pelajari cara pemakaian dan pembacaan skalanya .
Film Badge/Pocket dosirneter
Peralatan diatas harus berfungsi dengarr baik dan terkalibrasi.
Tali kuning dan tanda radiasi/ Lampu alarm.

Pelaksanaan
Sebelum penyinaran
1. Gunakan peralatan monitor radiasi perorangan, baca dosimeter saku dan catat.
2. Sebelum memasuki ruangan / daerah kerja pastikan pesawat dalam kondisi terkunci dan
posisi pengukur waktu (timer) pesawat pada posisi angka 0 (nol). Pastikan dengan
menggunakan survey meter bahwa di dalam ruangan tidak terdapat papararr radiasi.
3. Lakukan set up pekerjaan, Letakkan specimen pada posisi penyinaran (SFD) yang telah
ditentukan, pemasangan huruf B atau F bila diperlukan.
4. Pasang tanda radiasi dipasang pada daerah radiasi dengan laju dosis 0.75 mR/jam di luar
ruangan kerja radiasi.
5. Periksa sekali lagi dan pastikan tidak terdapat seorangpun di daerah penyinaran. Atur
tegangan, arus tabung dan timer sesuai dengan waktu penyinaran yang diperlukan.
6. Tempatkan surveymeter di sebelah panel control, perlu panel control harus berada di
daerah aman ( paparan mRem/Jam).
7. Nyalakan lampu tanda radiasi (pesawat ada yang terhubung lampu yang terhubung dengan
control panel).

Saat Penyinaran
1. Nyalakan pesawat dengan menekan tombol "ON" pada control panel
2. Selama penyinaran berlangsung, lakukan survey dan pengawasan daerah radiasi
disekeliling daerah penyinaran. Jika tanda radiasi kurang tepat, lakukan penempatan tanda
radiasi dengan menggeser yang sesuai dengan pengukuran dari surveymeter.
3. Waktu penyinaran berakhir, pesawat secara otomatis akan mati, kembalikan pengatur
waktu ke posisi angka 0 (nol) dan putar kunci pengaman ke posisi 'LOCK'.

Setelah Penyinaran
1. Survey kedalam ruangan dengan menggunakan surveymeter untuk memastikan tidak
terdapat radiasi.
2. Ambil specimen dan film.
3. Matikan lampu tanda bahaya ( lampu tanda bahaya yang terhubung dengan control panel
akan mati secara otornatis setelah timer penyinaran dicapai). Lepas tanda-tanda radiasi
(rambu) serta peralatan lainnya.
4. Baca dosimeter saku dan baca penunjukkannya.( catat dan bandingkan dengan bacaan
sebelum penyinaran).
5. Matikan surveymeter.
Lampiran 2.2
Cara melakukan perhitungan :
1. Penentuan SFDmin

Dengan persamaan =

dengan : fs adalah focal spot (mm)
t adalah tebal benda uji (mm)
Ug adalah nilai maksimum yang dipersyaratkan atau sesuai standard
ASME (lihat lampiran Tabel 1, lampiran)
Tebal benda uji :
Plat : tebal benda uji t adalah tebal nominal material + reinforcement
Pipa : tebal benda uji t adalah diameter luarnya (OD)
Persamaan dapat dituliskan kembali sebagai

= atau = ( + 1)

2. Pemilihan dan penempatan penetrameter


Penempatan penetrameter sesuai dengan ketentuan teknik yang dimungkinkan (Source
side atau Film Side (F))
Penentuan penetrameter ditentukan atas 1 (satu) tebal lasan
Plat : tebal lasan adalah tebal nominal material+ reinforcement
Pipa: tebal lasan adalah setengah (OD - ID)
Pemilihan penetrameter dapat dilakukan atas dasar:
a. Dipersyaratkan sensitivitas 2%
DIN : 2% x 1 tebal las ( mm )
ASTM kawat : 2% x 1 tebal las ( in )
ASTM plat : Nomor penetrameter adalah 2% x l tebal las (in) x 1000
b. Standard yang digunakan (ASME, lampiran tabel 2.)

3. Pemilihan dan penempatan penetrameter


Penentuan kV didasarkan ketentuan IIW, yang dirumuskan
= + .
Dengan, A,B : Konstanta
x : Tebal Benda uji (mm)

4. Perhitungan waktu penyinaran


Disesuaikan dengan bentuk benda uji, dan disesuaikan dengan teknik penyinaran.
Menggunakan kurva penyinaran (Exposure chart-Lampiran 2.3), hubungan paparan (mA-
waktu) terhadap tebal-las (mm) pada SFD, densitas dan material tertentu, diperoleh Wgrf
Teknik SWSI : Penyinaran menembus 1 tebal lasan
Teknik DWSI/DWDI : Penyinaran menembus 2 tebal lasan
2

Waktu penyinaran, = ( )

Dengan SFD adalah jarak sumber radiasi ke film saat penyinaran dilakukan
Untuk teknik DWDIEllips,

Pergeseran sumber P, = ( + 2 ) , dengan LL adalah lebar las
5

dan SFDellips, = 2 + 2

5. Sensitivitas Radiograph (S)


Didasarkan atas penetrameter yang digunakan,
Penetrameter DIN
()
= 100%
()
Pentrameter ASTM kawat
()
= 100%
()
Penetrameter ASTM Plat
100
=
2

dengan, X = tebal 1 las (in)


T = Tebal penetrameter plat yang digunakan
h = Lubang terkecil yang nampak pada radiograp

6. Densitas dan Variasi Densitas


Pengukuran densitas meliputi :
Densitas Material (DM), Densitas Penetrameter-penny (DP) dan Densitas Las minimum (DLi)
dan Densitas Las maksimum (DLa) dengan nilai 1.8 s.d. 4
Variasi Densitas (VD)

= 100% 30%


= 100% 15%

Proses dan Pembacaan Film
Tujuan:
Menyiapkan film yang siap dipakai dalam radiografi (Loading film)
Melakukan proses film yang telah dilakukan pcnyinaran radiografi sesuai dengan
prosedur standard
Mengukur densitas film serta menentukan sensitivitas radiograp yang telah dihasilkan

Teori
Radiografi dengan film merupakan cara klasik dalam pembentukan bayangan/gambar
suatu benda uji. Perbedaan penyerapan radiasi yang melalui benda uji ditentukan tebal dan
kerapatan benda uji, yang selanjutnya dideteksi dan direkan dalam film sebagai perbedaan
tingkat kehitaman (densitas). Film radiografi terdiri atas bahan dasar (base) dan emulsi
tempat terjadinya interaksi radiasi pengion atau cahaya dengan bahan aktif-kristal perak
bromida dan gelatin sebagai lapisan pelindung, supercoating. Base terbuat dari selusa yang
bersifat bening dan lentur, berfungsi untuk :
Memberi struktur yang kuat tempat melapiskan emulsi
Mempertahankan bentuk selama pemakaian dan pemrosesan fiim agar tidak
terjadi distorsi bayangan/gambar.
Film radiografi dikatakan baik bila parameter : densitas cukup, distorsi minimal, definisi
tajam serta kontras tinggi dapat terpenuhi, sehingga film akan mampu mendeteksi
diskontinuitas yang kecil. Dalam Teknik radiografi pemilihan film tergantung pada benda
uji-tebal dan jenis material, serta kualitas yang diinginkan.
Film Radiografi industri, tersedia dalam beberapa macam kemasan, antara lain :
Film Lembaran: adalah kemasan yang banyak dijumpai. Setiap lembar film diapit
dengan kertas pelindung yang memisahkan film yang satu dengan yang lain. Film
dikemas dalam kotak karton yang kedap cahaya.
Kemasan Amplop: adalah film yang telah dikemas dalam amplop kertas kedap
cahaya. Dalam penggunaannya film tidak perlu dikeluarkan dari amplop sehingga
meniadakan waktu loading dan terhindar dari cdebu dan noda jari tangan.
Kemasan amplop dengan screen timbal oksida: film ini sudah dilengkapi dengan
screen timbal oksida yang mengapitnya dan terbungkus dalarn amplop kertas,
sehingga terjadi kontak yang baik antara film dengan screen.
Kemasan Roll: film ini memiliki bentuk panjang yang sangat ekonomis untuk
radiografi las melingkar.
Film harus ditangani dengan hati-hati untuk menghidarkan regangan atau tegangan fisik
pada film akibat tekanan, bengkokan, lipatan atau gesekan, kontaminasi bahan kirnia atau
tersentuh jari tangan basah yang mengakibatkan cacat film atau artifak. Radiograp dapat
diterima sebagai alat uji tak rusak (UTR) harus merniliki kualitas yang baik dan bebas dari
cacat film.

Tata Kerja
Peralatan
Ruang gelap dan fasilitasnya, Larutan pemproses film
Termometer; Stop watch/ jam dinding
Screen Pb 0.125 mm, dan Kaset
Hanger, Viewer, Densitometer
Bahan
Filrm Radiografi
Plakban, Gunting
Pelaksanaan
a. Pemasangan Film ( Loading Film)
Nyalakan lampu penerang dan bersihkan ruangan proses film.
Siapkan Film Radiografi (masih dalam kemasan), Screen Film, kaset dan plakban
pada muja loading.
Pastikan kaset tidak rusak dan screen dalam kondisi bersih dan baik .
Atur dan ingat susunan peralatan tersebur (Film, Screen, kaset, plakban) sehingga
mudah diambil dalam kondisi gelap.
Matikan lampu penerangan dan gunakan lampu intensitas rendah (safelight).
Biarkan mata menyesuaikan selama beberapa menit .
Keluarkan film dari kemasan dan amplop pembungkus, ambil selapis film.
Lepaskan kertas pengapit film pelan-pelan, ambil filmnya.
Tempatkan film diantara screen Pb (atas dan bawah), kemudian masukkan film vang
berscreen dalam kaset dengan mulut saling menutup.
Untuk mencegah kebocoran, lakban ujung kasetnya.
Tutup kembali amplop film dan masukkan dalam kemasan (kardusnya).
Nyalakan lampu penerang dan rapi dan bersihkan meja loading dari sampah, kertas
dsbnya.

b. Pembongkaran Film ( Unloading film) dan proses film


Bawa kaset film yang telah diradiografi ke ruang proses film. Nyalakan lampu
penerang ruang proses film.
Aduk larutan developer dan fixer (masing masing larutan punya pengaduk dan
jangan dicampur), kemudian ukur temperatur larutan developer.
Dari pengukuran temperature larutan developer, lihat dalam tabel (lampiran 3.1),
waktu yang diperlukan untuk pengembangan film dalam larutan developer. .
Bersihkan tangan, Siapkan hanger kering pada meja loading dengan mulut bagian
depan.
Matikan lampu penerangan dan gunakan lampu intensitas rendah (safelight).
Biarkan mata menyesuaikan selama beberapa menit.
Buka lakban penutup kaset filrn, keluarkan screen dan film dari kaset.
Ambil film, pegang bagian tepi dan pasang pada hanger.
Masukkan hanger dan film dalam larutan developer untuk proses pengembangan film
dengan waktu yang telah ditentukan, sambil diagitasi ( agitasi naik turun).
Selesai waktu pengembangan, tiriskan sebentar kernudian masukkan dalarn stopbath
untuk menghentikan proses pengembangan film, kira-kira setengah waktu di
developer. Dalam stopbath agitasi tetap dilakukan.
Selesai waktu stopbath, tiriskan sebentar, kemudian masukkan dalam fixer untuk
penetapan bayangan pada film, dengan waktu kira-kira 2 kali waktu developer, dan
tetap dilakukan agitasi. Pada keadaan difixer, lampu penerangan boleh dinyalakan
(bila ada yang sedang melakukan proses pengembangan, lampu jangan dinyalakan.)
Selesai waktu fixer, tiriskan sebentar, kemudiian masukkan dalam air untuk
pencucian film.
Lakukan pencucian film dengan air kran, sambil digosok dengan jari sehingga film
tidak licin (peret).
Bilas dengan drying agent, bila tidak tersedia dapat digunakan air diberi sedikit
sampo, kemudian dilakukan pengeringan.

c. Pembacaan Film
Siapkan viewer dan densitometer.
Nyalakan viewer, dan atur kuat penerangannya.
Pasang film hasil radiografi yang telah kering, perhatikan bentuk bayangan radiograp
Amati bayangan penetrameter, amati kawat terkecil pada las yang nampak dalam
radiograp.
Dengan densitometer, ukur densitas pada las disekitar kawat terkecil yang nampak
sebagai densitas penetrameter (Dp).
Ukur densitas pada base rnaterial (diluar las dalarn bayangan benda uji) sebagai
densitas material.
Ukur densitas pada las (kira-kira 1 cm diatas dan dibawah sumbu) pada kondisi
paling terang dan paling gelap, biasanya 3 pengukuran, sebagai densitas las yang
mempunyai harga densitas minimum (Dmin) dan harga densitas maksimum (Dmax).
Amati cacat yang tergambar dalam radiograp, tentukan jenisnya.
Bila pengamatan sudah selesai, matikan densitometer, dan matikan viewer.
Rapi dan bersihkan ruang baca film tersebut.
IV. DATA PENGAMATAN
Identifikasi Film :
Specimen :
Jenis : Pipa
Material (base material & las) : Fe
Diameter Luar (OD) : 6,16 mm
Diameter Dalam (ID) : 5,32 mm
Tebal : 1t = 0,42 mm ; 2t = 0,84 mm
Lebar Las : 0,84 mm
Ketidaktajaman Geometri maksimum (Ug maks) : 0,51 mm
Sumber Radiasi :
Sinar-X : kV = 120
mA = 5,0
Focal Spot (f) = 2 mm
Tipe : -
Film : AGFD 07
Screen : Depan : Material Pb, tebal - mm
Belakaang : Material Pb, tebal - mm
Penetrameter :
Tipe : Kawat
Nomor/Kelompok :A
Lokasi Penny : Source Side
Penny yang harus muncul :-
Penny yang tamoak pada film : -
Lokasi Marker : Source Side
Perhitungan :
Waktu Penyinaran : 1,49 menit
Ketidaktajaman Geometri (Ug) : 0,51 mm
Jarak Minimum Sumber Film (SFDmin) : 308 mm
Pengukuran :
Jarak Sumber Film (SFD) : 500 mm
Jarak Sumber Objek (SOD) :- mm
Jarak Objek Film :- mm
Teknik Penyinaran :
Metode : Double Wall Double Image
Geometri Penyinaran : -
Proses dan Pembacaan Film
o
Temperatur Ruangan :- F
Kelembaban :-
Tanggal pembuatan chemical : -
Jenis Film : AGFD 07
o
Temperatur chemical : 74 F
Time Proses (Developer) : 3,25 menit
Wetting Agent :-
Suhu Pengering :-
Viewer :-
Densitometer : Peni (1,00 0,99 1,01) = Rerata = (1,00)
Lasan (1,01 0,98 0,93)
Evaluasi :
Densitas daerah pemerikasaan (AOI) :
Base Material : -
Las :-
Penetrameter : -
Variasi Densitas :
Minimum : -7 %
Maksimum :1%
Artifact : -
Penerimaan Film :
Kriteria : -
Alasan : -
V. PERHITUNGAN
Pipa (metode DWDI) :
OD = 61,6 mm = 2
ID = 53,2 mm 2 = 61,6 53,2 = 8,4
8,4
LL = 8,4 mm = = 4,2
2

Fs = 2 mm
Ugmaks = 0,51 mm
Menentukan SFD minimum

= ( + 1)

2
= ( + 1) 61,6
0,5
= (5) 61,6
= 308
SFD maksimum : 700 mm (dari keterangan grafik)
SFD yang dipilih : 500 mm (batasan kemampuan alatnya 540 mm)
Menentukan Pergeseran (P)
1
= + 2 ()
5
1
= 500 + 2 8,4
5
= 116,8

Menentukan SFDellips
1
= (( )2 + ()2 ) 2

1
= ((500 )2 + (116,8 )2 ) 2

= 514,2
Menentukan kV
kV = A + B. x
kV = A + B. 2t
kV = 75 + 4,5 8,4 mm
kV = 112,8
Menentukan Wp grafik
Dari grafik,untuk kV = 120, didapatkan persamaan :
= 0,10333() + 0,26777
= 0,10333(2) + 0,26777
= 0,10333(8,4) + 0,26777
= 1,14
= 13,8 .
13,8 .
= = = 2,76
5,0
Menentukan Wp aktual
2
= ( )

514,2 2
=( ) 2,76
700
= 1,49
Menentukan Variasi Densitas

= 100% = 100%

1.01 1.00 0.93 1.00
= 100% = 100%
1.00 1.00
= 1 % = 7%
VI. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini bertujuan untuk memahami bagiamana aplikasi sinar-X dalam
indutri serta membuat gambar radiografi lasan besi bentuk plat dan pipa yang
sensitivitasnya sesuai dengan standard, dengan rnenggunakan radiasi dari pesawat sinar-X.
Radiografi dengan film merupakan cara klasik dalam pembentukan bayangan/gambar suatu
benda uji. Perbedaan penyerapan radiasi yang melalui benda uji ditentukan tebal dan
kerapatan benda uji, yang selanjutnya dideteksi dan direkan dalam film sebagai perbedaan
tingkat kehitaman (densitas). Film radiografi terdiri atas bahan dasar (base) dan emulsi
tempat terjadinya interaksi radiasi pengion atau cahaya dengan bahan aktif-kristal perak
bromida dan gelatin sebagai lapisan pelindung, supercoating.
Film radiografi dikatakan baik bila parameter : densitas cukup, distorsi minimal,
definisi tajam serta kontras tinggi dapat terpenuhi, sehingga film akan mampu mendeteksi
diskontinuitas yang kecil. Dalam Teknik radiografi pemilihan film tergantung pada benda
uji-tebal dan jenis material, serta kualitas yang diinginkan. Film harus ditangani dengan
hati-hati untuk menghidarkan regangan atau tegangan fisik pada film akibat tekanan,
bengkokan, lipatan atau gesekan, kontaminasi bahan kirnia atau tersentuh jari tangan basah
yang mengakibatkan cacat film atau artifak.
Berdasarkan proses persiapannya, untuk dapat memulai proses penyinaran,
diperlukan data-data berupa bentuk objek, tebal objek, tebal reinforcement objek,dan tebal
lasan objek untuk menentukan beberapa pengaturan dalam penyinaran dan sebagainya
yang telah disebutkan sebelumnya. Hasil data yang diperoleh dan perhitungan yang telah
dilakukan, didapatkan hasil bahwa variasi densitas maksimalnya sebesar 1% dan variasi
densitas minimalnya sebesar -7%. Hasil ini memenuhi syarat yang ada pada teori bahwa
persyaratan penerimaan variasi densitas maksimal film adalah kurang dari atau sama
dengan 30% serta untuk variasi densitas minimal batas bawahnya adalah lebih dari atau
sama dengan -15%. Namun, dari hasil pengukuran menggunakan densitometer baik
densitas peni dan densitas lasan, belum memenuhi syarat minimal densitasnya, dimana
syarat minimalnya adalah 1,8 s.d. 4, sedangkan data yang diperoleh kurang dari 1,8. Hal ini
dimungkinkan disebabkan oleh ketidaktajaman penyinaran alat sinar-X atau juga bisa
disebabkan fokus sinar-X yang keluar dari fokal spot tak seragam sehingga menyebabkan
hasil pada film tidak memenuhi standar atau persyaratan yang ditentukan.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan dasar teori dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan yaitu :
Radiografi dengan film merupakan cara klasik dalam pembentukan bayangan/gambar
suatu benda uji. Perbedaan penyerapan radiasi yang melalui benda uji ditentukan tebal
dan kerapatan benda uji, yang selanjutnya dideteksi dan direkan dalam film sebagai
perbedaan tingkat kehitaman (densitas).
Variasi densitas maksimalnya diperoleh sebesar 1% dan variasi densitas minimalnya
sebesar -7%. Hasil ini memenuhi syarat yang ada pada teori bahwa persyaratan
penerimaan variasi densitas maksimal film adalah kurang dari atau sama dengan 30%
serta untuk variasi densitas minimal batas bawahnya adalah lebih dari atau sama dengan
-15%.
Nilai densitas peni dan lasan tak memenuhi syarat dimungkinkan disebabkan oleh
ketidaktajaman penyinaran alat sinar-X atau juga bisa disebabkan fokus sinar-X yang
keluar dari fokal spot tak seragam.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Marjanto,Djoko. 2016. Keselamatan Kerja Laboratorium Radiografi. Yogyakarta: STTN-
BATAN.
2011. http://www.warintek.ristek.go.id/nuklir/radioisotop.pdf
2011.http://www.batan.go.id/ptkmr/Alara/BulAlara%20Vol%203_1%20Ags%2099/BAlara1999_03108_0
29.pdf 2010.http://www.infonuklir .com/readmore/read/iptek_nuklir/teknik_nuklir_dibidang_industri/
16et7w1/Radiografi%20Industri
2011. http://beritaiptek.istecs.org/mencari-jejak-menggunakan-radioisotop

Yogyakarta, 3 Juni 2016


Pembimbing, Praktikan,

Djoko Marjanto Rikhi Galatia


Lampiran
Identifikasi Film : X 120 355
Specimen :
Jenis : Pipa
Material (base material & las) : Fe
Diameter Luar (OD) : 6,16 mm
Diameter Dalam (ID) : 5,32 mm
Tebal : 1t = 0,42 mm ; 2t = 0,84 mm
Lebar Las : 0,84 mm
Ketidaktajaman Geometri maksimum (Ug maks) : 0,51 mm
Sumber Radiasi :
Sinar-X : kV = 120
mA = 5,0
Focal Spot (f) = 2 mm
Tipe : -
Film : AGFD 07
Screen : Depan : Material Pb, tebal - mm
Belakaang : Material Pb, tebal - mm
Penetrameter :
Tipe : Kawat
Nomor/Kelompok :A
Lokasi Penny : Source Side
Penny yang harus muncul :-
Penny yang tamoak pada film : -
Lokasi Marker : Source Side
Perhitungan :
Waktu Penyinaran : 1,49 menit
Ketidaktajaman Geometri (Ug) : 0,51 mm
Jarak Minimum Sumber Film (SFDmin) : 308 mm
Pengukuran :
Jarak Sumber Film (SFD) : 500 mm
Jarak Sumber Objek (SOD) :- mm
Jarak Objek Film :- mm
Teknik Penyinaran :
Metode : Double Wall Double Image
Geometri Penyinaran : -
Proses dan Pembacaan Film
o
Temperatur Ruangan :- F
Kelembaban :-
Tanggal pembuatan chemical : -
Jenis Film : AGFD 07
o
Temperatur chemical : 74 F
Time Proses (Developer) : 3,25 menit
Wetting Agent :-
Suhu Pengering :-
Viewer :-
Densitometer : Peni (1,00 0,99 1,01) = Rerata = (1,00)
Lasan (1,01 0,98 0,93)
Evaluasi :
Densitas daerah pemerikasaan (AOI) :
Base Material : -
Las :-
Penetrameter : -
Variasi Densitas :
Minimum : -7 %
Maksimum :1%
Artifact : -
Penerimaan Film :
Kriteria : -
Alasan : -

Anda mungkin juga menyukai