Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar. Kulit merupakan organ yang
esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Salah satu
kelainan kulit yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi kulit adalah
eritroderma.1

Dahulu, eritroderma dibagi menjadi eritroderma primer dan sekunder, primer


adalah yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik), dan sekunder adalah yang
disebabkan oleh penyakit kulit lain atau penyakit sistemik. Tapi kebanyakan,
semua eritroderma ada penyebabnya, jadi eritroderma lebih sering ditemukan
yang sekunder.2

Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya kemerahan atau
eritema yang bersifat generalisata yang mencakup 90% permukaan tubuh yang
berlangsung dalam beberapa hari sampai beberapa minggu. Bila eritemanya antara
50-90% dinamakan pre-eritroderma. Dermatitis eksfoliativa dianggap sinonim
dengan eritroderma.1

Bagaimanapun, kedua istilah ini adalah berbeda, karena pada gambaran klinik
dapat menghasilkan penyakit yang berbeda. Pada banyak kasus,
eritrodermaumumnya disebabkan kelainan kulit yang ada sebelumnya (misalnya
psoriasis atau dermatitis atopik), cutaneous T-cell lymphoma (CTCL) atau reaksi
obat. Identifikasi penyakit yang menyertai menggambarkan satu dari sekian
banyak kelainan kulit.1
BAB II

ERITRODERMA

Definisi

Eritroderma berasal dari bahasa yunani, yaitu erythro- (red = merah) + derma,
dermatos (skin = kulit), merupakan kelainan kulit yang ditandai dengan adanya
eritema diseluruh tubuh atau hampir seluruh tubuh, dan biasanya disertai skuama.
Pada beberapa kasus skuama tidak selalu ditemukan, misalnya pada eritroderma
yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, pada mulanya tidak disertai
skuama. Eritroderma ialah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritema
universalis (90%-100%).1,8 Eritroderma adalah gambaran kelainan inflamasi pada
kulit berupa eritema pada lebih dari 90% permukaan tubuh.5

Nama lain penyakit ini adalah dermatitis eksfoliativa generalisata, meskipun


sebenarnya mempunyai pengertian yang agak berbeda. Kata eksfoliasi
berdasarkan pengelupasan skuama yang terjadi, walaupun kadang-kadang tidak
begitu terlihat, dan kata dermatitis digunakan berdasarkan terdapatnya reaksi
eksematus. Eritroderma dapat timbul sebagai perluasan dari penyakit kulit yang
telah ada sebelumnya (psoriasis, dermatitis atopic, dan dermatitis spongiotik
lainnya), reaksi hipersensitivitas obat (antiepilepsi, antihipertensi, antibiotika,
Calcium Chanel Blocker, dan bahan topical), penyakit sistemik termasuk
keganasan, serta idiopatik (20%).5

Epidemiologi

Insidens eritroderma sangat bervariasi, menurut penelitian dari 0,9-70 dari


100.000 populasi. Penyakit ini dapat mengenai pria ataupun wanita namun paling
sering pada pria dengan rasio 2 : 1 sampai 4 : 1, dengan onset usia rata-rata > 40
tahun, meskipun eritroderma dapat terjadi pada semua usia. Insiden eritroderma
makin bertambah. Penyebab utamanya adalah psoriasis. Hal tersebut seiring
dengan meningkatnya insidens psoriasis.1,2

Abraham et al. menyatakan bahwa dari 101 kasus eritroderma didapatkan 75%
adalah pria dengan usia rata-rata 50 tahun, dengan durasi penyakit adalah 5 tahun.
Anak-anak bisa menderita eritroderma diakibatkan alergi terhadap obat. Alergi
terhadap obat bisa karena pengobatan yang dilakukan sendiri ataupun penggunaan
obat secara tradisional.2

Etiologi

Eritroderma dapat disebabkan oleh akibat alergi obat secara sistemik, perluasan
penyakit kulit, penyakit sistemik termasuk keganasan.2
Penyakit kulit yang dapat menimbulkan eritroderma diantaranya adalah psoriasis
23%, dermatitis spongiotik 20%, alergi obat 15%, CTCL atau sindrom sezary
5%.1,2

Secara morfologis gambaran eritroderma menyerupai beberapa kelainan kulit dan


penyakit sistemik, begitu pula akibat alergi obat-obatan tertentu.2

1. Eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik

Keadaan ini banyak ditemukan pada dewasa muda. Obat yang dapat menyebabkan
eritroderma adalah arsenik organik, emas, merkuri (jarang), penisilin, barbiturat.
Insiden ini dapat lebih tinggi karena kebiasaan masyarakat orang sering
melakukan pengobatan sendiri dan pengobatan secara tradisional.2 Waktu
mulainya obat ke dalam tubuh hingga timbul penyakit bervariasi dapat segera
sampai 2 minggu. Gambaran klinisnya adalah eritema universal. Bila ada obat
yang masuk lebih dari satu yang masuk ke dalam tubuh diduga sebagai
penyebabnya ialah obat yang paling sering menyebabkan alergi.2

2. Eritroderma yang disebabkan oleh perluasan penyakit kulit

Eritroderma et causa psoriasis, merupakan eritroderma yang paling banyak


ditemukan dan dapat disebabkan oleh penyakit psoriasis maupun akibat
pengobatan psoriasis yang terlalu kuat.2

Dermatitis seboroik pada bayi juga dapat menyebabkan eritroderma yang juga
dikenal sebagai penyakit Leiner. Etiologinya belum diketahui pasti. Usia penderita
berkisar 4-20 minggu. Ptyriasis rubra pilaris yang berlangsung selama beberapa
minggu dapat pula menjadi eritroderma. Selain itu yang dapat menyebabkan
eritroderma adalah pemfigus foliaseus, dermatitis atopik dan liken planus.2

3. Eritroderma akibat penyakit sistemik

Berbagai penyakit atau kelainan alat dalam termasuk infeksi fokal dapat memberi
kelainan kulit berupa eritroderma. Jadi setiap kasus eritroderma yang tidak
termasuk akibat alergi obat dan akibat perluasan penyakit kulit harus dicari
penyebabnya, yang berarti perlu pemeriksaan menyeluruh (termasuk pemeriksaan
laboratorium dan sinar X toraks), untuk melihat adanya infeksi penyakit pada alat
dalam dan infeksi fokal. Ada kalanya terdapat leukositosis namun tidak ditemukan
penyebabnya, jadi terdapat infeksi bakterial yang tersembunyi (occult infection)
yang perlu diobati.2

Patofisiologi

Seperti pada jaringan lainnya, epidermis melakukanregenerasi secara rutin yang


terjadi pada membrana basalis, dan sel-sel ini berubah menjadi struktur keratin
yang utuh melalui proses selama 10-12 hari. Pada umumnya, sel- sel ini
membutuhkan tambahan sekitar 12-14 hari lagi di stratum korneum sebelum sel
ini dilepaskan.1

Berdasarkan penelitian, jumlah skuama yang hilang pada manusia normal antara
500-1000 mg/hari. Pengelupasan keratin paling banyak terjadi pada telapak
tangan, kulit kepala, dan dahi (kurang lebih 2-3,5 gr/m 2 per 24 jam) dan paling
sedikit pada dada, lengan bawah dan tungkai bawah (0,1 gr/m2 per 24 jam). Karena
Tubuh mengkatabolisme 50-60 gr protein per hari, pengelupasan kulit yang
fisiologis ini berperan penting dalam metabolisme protein secara keseluruhan.1

Pada eritroderma terjadi peningkatan laju pengelupasan epidermis. Meskipun


beberapa peneliti memperkirakan sekitar 100 gr epidermis hilang setiap harinya,
tetapi pada beberapa literatur menyatakan bahwa hanya 20-30 gr yang hilang.
Pada skuama penderita eritroderma ditemukan peningkatan jumlah asam nukleat
dan hasil metabolismenya, penurunan jumlah asam amino, dan peningkatan
jumlah protein bebas.1

Reaksi tubuh terhadap suatu agen dalam tubuh (baik itu obat-obatan, perluasan
penyakit kulit dan penyakit sistemik) adalah berupa pelebaran pembuluh darah
kapiler (eritema) yang generalisata. Eritema berarti terjadi pelebaran pembuluh
darah yang menyebabkan aliran darah ke kulit meningkat sehingga kehilangan
panas bertambah. Akibatnya pasien merasa dingin dan menggigil. Pada
eritroderma kronis dapat terjadi gagal jantung. Juga dapat terjadi hipotermia
akibat peningkatan perfusi kulit. Penguapan cairan yang makin meningkat dapat
menyebabkan dehidrasi. Bila suhu badan meningkat, kehilangan panas juga
meningkat. Pengaturan suhu terganggu. Kehilangan panas menyebabkan
hipermetabolisme kompensatoar dan peningkatan laju metabolisme basal.
Kehilangan cairan oleh transpirasi meningkat sebanding laju metabolisme basal.1,3

Kehilangan skuama dapat mencapai 9 gram/m2 permukaan kulit atau lebih sehari
sehingga menyebabkan kehilangan protein Hipoproteinemia dengan berkurangnya
albumin dan peningkatan relatif globulin terutama gammaglobulin merupakan
kelainan yang khas. Edema sering terjadi, kemungkinan disebabkan oleh
pergesaran cairan ke ruang ekstravaskuler.3

Eritroderma akut dan kronis dapat menganggu mitosis rambut dan kuku berupa
kerontokan rambut dan kuku berupa kerontokan rambut difus dan kehilangan
kuku. Pada eritroderma yang telah berlangsung berbulan bulan dapat terjadi
perburukan keadaan umum yang progresif.6
Manifestasi Klinis

Gambaran klinis eritroderma beraneka ragam dan bervariasi tiap individu.


Kelainan yang paling pertama muncul adalah eritema, yang disebabkan oleh
pelebaran pembuluh darah, yang umumnya terjadi pada area genetalia,
ekstremitas, atau kepala. Eritema ini akan meluas sehingga dalam beberapa hari
atau minggu seluruh permukaan kulit akan terkena, yang akan menunjukan
gambaran yang disebut red man syndrome.1

Skuama muncul setelah eritema, biasanya setelah 2-6 hari. Skuama adalah lapisan
stratum korneum yang terlepas dari kulit. Skuama berkonsistensi mulai dari halus
sampai kasar. Ukuran skuama bervariasi, pada proses akut akan berukuran besar,
sedangkan pada proses kronis akan berukuran kecil. Warna skuama juga
bervariasi, dari putih hingga kekuningan. Deskuamasi yang difus dimulai dari
daerah lipatan, kemudian menyeluruh. Dapat juga mengenai membran mukosa,
terutama yang disebabkan oleh obat. Bila kulit kepala sudah terkena, dapat terjadi
alopesia, perubahan kuku, dan kuku dapat lepas. Pada eritroderma, skuama tidak
selalu terdapat, misalnya eritroderma karena alergi obat sistemik, pada mulanya
tidak disertai skuama, skuama kemudian timbul pada stadium penyembuhan
timbul.1,7 Kulit kepala dapat terlibat, yang akan meluas ke folikel rambut dan
matriks kuku. Kurang lebih 25% dari pasien mengalami alopesia, dan pada
banyak kasus, kuku akan mengalami kerapuhan sebelum lepas seluruhnya.
Telapak tangan dan kaki biasanya ikut terlibat, namun jarang mengenai membran
mukosa. Sering terjadi pula bercak hiper dan hipopigmentasi. Pada eritroderma
kronis, eritema tidak begitu jelas karena bercampur dengan hiperpigmentasi.1,6

Epidermis berukuran tipis pada awal proses penyakit dan akan terlihat dan terasa
tebal pada stadium lanjut. Kulit akan terasa kering dengan krusta berwarna
kekuningan yang disebabkan serum yang mengering dan kemungkinan karena
infeksi sekunder. Pada beberapa kasus, manifestasi klinis yang muncul pada
eritroderma yang akut menyerupai nekrolisis epidermal toksik, walaupun secara
patofisiologi sangat berbeda.1
Pada eritroderma karena penyakit kulit, penyakit sistemik dan obat-obatan, sering
dijumpai kelainan-kelainan yang mendasarinya, yang membantu dalam
menegakan diagnosis. Sering ditemukan plak psioriasis yang masih tersisa; papul
atau lesi oral likenplanus; gambaran pulau yang khas dari pitiriasis rubra; dan lesi
papular dari drug eruption.1 Gejala dari penyakit yang mendasari ini sering sulit
ditemukan dan harus diperiksa dengan cermat.2 Pasien mengeluh kedinginan.
Pengendalian regulasi suhu tubuh menjadi hilang, sehingga sebagai kompensasi
terhadap kehilangan panas tubuh, sekujur tubuh pasienmenggigil untuk dapat
menimbulkan panas metabolik. Eritroderma akibat alergi obat secara sistemik
diperlukan anamnesis yang teliti untuk mencari obat penyebabnya. Umumnya
alergi timbul akut dalam waktu 10 hari. Pada mulanya kulit hanya eritem saja,
setelah penyembuhan barulah timbul skuama.2,6 Pada eritroderma akibat alergi
obat, dapat disertai edema pada wajah dan leher.

Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit seringkali pada psoriasis dan


dermatitis seboroik bayi. Psoriasis dapat menjadi eritroderma karena dua hal
yaitu: karena penyakitnya sendiri atau karena pengobatan yang terlalu kuat.
Psoriasis yang menjadi eritroderma tanda khasnya akan menghilang. Pada
eritroderma et causa psoriasis, merupakan eritroderma yang disebabkan oleh
penyakit psoriasis atau pengobatan yaitu kortikosteroid sistemik, steroid topikal,
komplikasi fototerapi, stress emosional yang berat, penyakit terdahulu misalnya
infeksi.2,6

Diagnosis

Diagnosis agak sulit ditegakkan, harus melihat dari tanda dan gejala yang sudah
ada sebelumnya misalnya, warna hitam-kemerahan di psoriasis dan kuning-
kemerahan di pilaris rubra pityriasis; perubahan kuku khas psoriasis; likenifikasi,
erosi, dan ekskoriasi di dermatitis atopik dan eksema menyebar, relatif
hiperkeratosis tanpa skuama, dan pityriasis rubra; ditandai bercak kulit dalam
eritroderma. Dengan beberapa biopsi biasanya dapat menegakkan diagnosis.1,6
Diagnosis Banding

Ada beberapa diagnosis banding pada eritorderma :

1. Dermatitis Atopik

Dermatitis atopik adalah peradangan kulit kronis yang terjadi di lapisan epidermis
dan dermis, sering berhubungan dengan riwayat atopik pada keluarga asma
bronchial, rhinitis alergi, konjungtivitis. Atopik terjadi diantara 15-25% populasi,
berkembang dari satu menjadi banyak kelainan dan memproduksi sirkulasi
antibodi IgE yang tinggi, lebih banyak karena alergi inhalasi. Dermatitis atopik
adalah penyakit kulit yang mungkin terjadi pada usia berapapun, tetapi biasanya
timbul sebelum usia 5 tahun. Biasanya, ada tiga tahap: balita, anak-anak dan
dewasa.8

Dermatitis atopik merupakan salah satu penyebab eritroderma pada orang dewasa
dimana didapatkan gambaran klinisnya terdapat lesi pra-existing, pruritus yang
parah, likenifikasi dan prurigo nodularis, sedangkan pada gambaran histologi
terdapat akantosis ringan, spongiosis variabel, dermal eosinofil dan
parakeratosis.2,8

2. Psoriasis

Eritroderma psoriasis dapat disebabkan oleh karena pengobatan topikal yang


terlalu kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Ketika psoriasis menjadi
eritroderma biasanya lesi yang khas untuk psoriasis tidak tampak lagi karena
terdapat menghilang dimana plak-plak psoriasis menyatu, eritema dan skuama
tebal universal. Psoriasis mungkin menjadi eritroderma dalam proses yang
berlangsung lambat dan tidak dapat dihambat atau sangat cepat. Faktor genetik
berperan. Bila orang tuanya tidak menderita psoriasis resiko mendapat psoriasis
12%, sedangkan jika salah seseorang orang tuanya menderita psoriasis resikonya
mencapai 34 39%.6
Psoriasis ditandai dengan adanya bercak-bercak, eritema berbatas tegas dengan
skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan disertai fenomena tetesan lilin,
Auspitz, dan Kobner.2

3. Dermatitis seboroik

Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit yang kronis ditandai dengan plak
eritema yang sering terdapat pada daerah tubuh yang banyak mengandung
kelenjar sebasea seperti kulit kepala, alis, lipatan nasolabial, belakang telinga,
cuping hidung, ketiak, dada, antara skapula. Dermatitis seboroik dapat terjadi
pada semua umur, dan meningkat pada usia 40 tahun. Biasanya lebih berat apabila
terjadi pada laki-laki daripada wanita dan lebih sering pada orang-orang yang
banyak memakan lemak dan minum alkohol.1,6

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin, didapatkan penurunan hemoglobin,


peningkatan eosinofil, dan peningkatan leukosit (pada infeksi sekunder). Kadar
imunoglobulin dapat meningkat, khususnya IgE. Albumin serum menurun dan
gamma globulin meningkat relatif. Didapatkan pula ketidakseimbangan elektrolit
karena dehidrasi.1 Pasien dengan eritrodetma yang luas dapat ditemukan tanda-
tanda dari ketidakseimbangan nitrogen: edema, hipoalbuminemia, dan hilangnya
masa otot. Beberapa penelitian menunjukan terdapat perubahan keseimbangan
nitrogen dan potasium ketika laju pembentukan skuama mencapai 17 gr/m 2 per 24
jam.

2. Histopatologi
Pada kebanyakan pasien dengan eritroderma histopatologi dapat membantu
mengidentifikasi penyebab eritroderma pada sampai dengan 50% kasus, biopsi
kulit dapat menunjukkan gambaran yang bervariasi, tergantung berat dan durasi
proses inflamasi. Pada tahap akut, spongiosis dan parakeratosis menonjol, terjadi
edema. Pada stadium kronis, akantosis dan perpanjangan rete ridge lebih
dominan.namun demikian pemeriksaan histopatologi tidak terlalu spesifik.11,17
Eritroderma akibat limfoma, yang infiltrasi bisa menjadi semakin pleomorfik, dan
mungkin akhirnya memperoleh fitur diagnostik spesifik, seperti bandlike limfoid
infiltrat di dermis-epidermis, dengan sel cerebriform mononuklear atipikal dan
Pautrier's microabscesses. Pasien dengan sindrom Sezary sering menunjukkan
beberapa fitur dari dermatitis kronis, dan eritroderma jinak mungkin kadang-
kadang menunjukkan beberapa gambaran tidak jelas pada limfoma.11 Pemeriksaan
immunofenotipe infiltrat limfoid juga mungkin sulit menyelesaikan permasalahan
karena pemeriksaan ini umumnya memperlihatkan gambaran sel T matang pada
eritroderma jinak maupun ganas. Pada psoriasis papilomatosis dan gambaran
clubbing lapisan papiler dapat terlihat, dan pada pemfigus foliaseus, akantosis
superficial juga ditemukan. Pada eritroderma ikhtisioform dan ptiriasis rubra
pilaris, biopsi diulang dari tempat-tempat yang dipilih dengan cermat dapat
memperlihatkan gambaran khasnya.6

Penatalaksanaan

Terapi yang optimal untuk eritroderma tergantung pada penegakan penyebab


penyakit.6

Pada eritroderma karena alergi obat, penghentian dari obat-obat yang


menyebabkan alergi atau berpotensi menyebabkan alergi memberikan hasil yang
baik. Pada eritroderma karena penyakit kulit, penyakit yang mendasari harus
diatasi. Pemberian salep ter pada psoriasis sebaiknya secara hati-hati karena
mampu mencetuskan eksaserbasi eritroderma.2
Karena terdapat peningkatan kehilangan cairan transepidermal, dehidrasi sering
ditemukan sebagai komplikasi. Input dan output cairan harus dipantau secara hati-
hati. Pemberian kortikosteroid topikal efektif dalam mengatasi inflamasi pada
kulit. Pemberian antihistamin ditujukan untuk mengatasi pruritus.6

Pada eritroderma idiopatik, pemberian steroid diindikasikan apabila pengunaan


terapi konservatis tidak menunjukan perbaikan. Pada eritroderma golongan I yang
disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, dosis prednison 4 x 10 mg. Pada
golongan II akibat perluasan penyakit diberikan kortikosteroid prednison 4x10 mg
- 4x15 mg. Jika tidak tampak perbaikan dalam beberapa hari dosis dapat
dinaikkan. Penyembuhan terjadi secara cepat, umumnya dalam beberapa hari-
minggu. Pemberian kortikosteroid harus dipantau secara ketat dalam hal efek
samping, terutama pada pasien usia lanjut. 2 Perhatikan kemungkinan terjadinya
masalah medis sekunder (misal: dehidrasi, gagal jantung, dan infeksi).
Tabel Manajemen Terapi Eritroderma.1

Komplikasi

Banyak sistem organ selain epidermis dan dermis juga terlibat pada eritroderma.
Limpadenopati terjadi pada 60% dari sebagian besar kasus. Hepatomegali
ditemukan pada 20% kasus (Abrahams et al.). spenomegali ditemukan pada 3%
kasus (kesemuanya mengalami limpoma) baik pada stadium awal dan pada
hampir 20% stadium akhir.

Rusaknya barier kulit pada eritroderma menyebabkan peningkatan extrarenal


water lost (karena penguapan air berlebihan melalui barrier kulit yang rusak).
Peningkatan extrarenal water lost ini menyebabkan kehilangan panas tubuh yang
menyebabkan hipotermia dan kehilangan cairan yang menyebabkan dehidrasi.1,11
Respon tubuh terhadap dehidrasi dengan meningkatkan cardiac output, yang bila
terus berlanjut akan menyebabkan gagal jantung, dengan manifestasi klinis seperti
takikardia, sesak, dan edema. Oleh karena itu evaluasi terhadap balans cairan
sangatlah penting pada pasien eritroderma.1

Pasien dengan eritroderma yang luas dapat ditemukan tanda-tanda dari


ketidakseimbangan nitrogen: edema, hipoalbuminemia, dan hilangnya masa otot.
Pada eritroderma kronik dapat mengakibatkan kakeksia, alopesia, palmoplantar
keratoderma, kelainan pada kuku and ektropion.6

Prognosis

Prognosis eritroderma tergantung pada proses penyakit yang mendasarinya.


Prognosis pada kasus alergi obat adalah baik setelah obat dihentikan.
Penyembuhan golongan ini adalah yang tercepat dibandingkan dengan golongan
lain. Prognosis kasus akibat gangguan sistemik seperti limfoma akan tergantung
pada keberhasilan pengobatan penyakitnya itu sendiri. Kasus idiopatik adalah
kasus yang sulit diramalkan, dapat bertahan dalam waktu yang lama, dan
seringkali disertai dengan keadaan umum yang lemah. Pada eritroderma yang
belum diketahui sebabnya, pengobatan dengan kortikosteroid hanya mengurangi
gejalanya, dan pasien akan mengalami ketergantungan kortikosteroid.

BAB III
KESIMPULAN

Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan eritema di seluruh atau
hampir seluruh tubuh dan biasanya disertai skuama. Kelainan ini lebih banyak
didapatkan pada pria, terutama pada usia rata-rata 40-60 tahun. Penyebab
tersering eritroderma adalah akibat perluasan penyakit kulit sebelumnya, reaksi
obat, alergi obat, dan akibat penyakit sistemik termasuk keganasan. Gambaran
klinik eritroderma berupa eritema dan skuama yang bersifat generalisata.
Penatalaksanaan eritroderma yaitu dengan pemberian kortikosteroid dan
pengobatan topikal dengan pemberian emolien serta pemberian cairan dan
perawatan di ruangan yang hangat. Prognosis eritroderma yang disebabkan obat-
obatan relatif lebih baik, sedangkan eritroderma yang disebabkan oleh penyakit
idiopatik, dermatitis dapat berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun dan
cenderung untuk kambuh.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. Margaret J, Bernstein ML, Rothe MJ. Exfoliative dermatitis. In: Wolff K,


Goldsmith LA, Katz SI, editors. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. 8
th ed. New York: Mc. Graw Hill Medical; 2012. P. 225 - 32.

2. Djuanda, Adhi, dkk. 2012. Eritroderma : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK UI. Jakarta.197- 200.

3. Wasitaatmadja, Syarif. 2010. Anatomi Kulit dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin edisi ke enam.Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

4. Daili, Emmy S. Sjamsoe, dkk. 2005. Penyakit Kulit yang Umum di Indonesia,
Sebuah Panduan Bergambar. Jakarta: PT Medical Multimedia Indonesia.

5.Sigurdsson V, Steegmans PHA, van Vloten WA. The incidence of erythroderma:


a survey among all dermatologists in the Netherlands. J Am Acad Dermatol 2001;
45: 6758.

6. Utama HW, Kurniawan D. Erupsi alergi obat. Tesis. Palembang: Fakultas


Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2007. p; 11.

7. Sularsito SA, Djuanda S. Dermatitis : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.


Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK UI. p; 138.

8. James, William D. (William Daniel). 2011. Andrews Diseases of the skin :


clinical dermatology 11th ed. p. 211-12.

Anda mungkin juga menyukai