2. Etiologi
Klasifikasi Fraktur: (Chairuddin, 2003)
Klasifikasi etiologis
1. Fraktur traumatic
2. Fraktur patologis terjadi pada tulang karena adanya kelainan/penyakit yang
menyebabkan kelemahan pada tulang (infeksi, tumor, kelainan bawaan) dan dapat
terjadi secara spontan atau akibat trauma ringan
3. Fraktur stress terjadi karena adanya stress yang kecil dan berulang-ulang pada
daerah tulang yang menopang berat badan. Fraktur stress jarang sekali ditemukan
pada anggota gerak atas
Klasifikasi klinis
1. Fraktur tertutup (simple fraktur), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar
2. Fraktur terbuka (compoun fraktur), bila terdapat hubungan anatara fragmen tulang
dengan dunia luar. Karena adanya perlukaan di kulit
3. Fraktur dengan komplikasi, misal malunion, delayed, union, nonunion, infeksi
tulang
Klasifikasi radiologis
1. Lokalisasi : diafisal, metafisial, intra-artikuler, fraktur dengan dislokasi
2. Konfigurasi : F. transfersal, F. oblik, F. spiral, F.Z, F. segmental, F. komunitif (lebih
dari deaf ragmen), F. baji biasa pada vertebra karena trauma, F. avulase, F. depresi,
F. pecah, F. epifisis
3. Menurut ekstensi : F. total, F. tidak total, F. buckle atau torus, F. garis rambut, F.
green stick
4. Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya : tidak bergeser,
bergeser (bersampingan, angulasi, rotasi, distraksi, over-riding, impaksi)
Fraktur terbuka dibagi atas 3 derajat (menurut R. Gustino), yaitu
Derajat I :
- Luka <1 cm
- Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka remuk
- Fraktur sederhana, transversal, atau komunitif ringan
- Kontaminasi minimal
Derajat II :
- Laserasi >1 cm
- Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulsi
- Fraktur kominutif sedang
- Kontaminasi sedang
Derajat III :
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot, dan
neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi
Fraktur dapat dikategorikan berdasarkan
1. Jumlah Garis
a. Simple fraktur : Terdapat satu garis fraktur
b. Multiple fraktur : Lebih dari satu garis fraktur
c. Comminutive fraktur : Lebih banyak garis fraktur dan patah menjadi
fragmen kecil
2. Luas Garis Fraktur
a. Fraktur inkomplit : Tulang tidak terpotong secara total
b. Fraktur komplikasi : Tulang terpotong total
c. Hair line fraktur : Garis fraktur tidak tampak
3. Bentuk Fragmen
a. Green stick : Retak pada sebelah sisi dari tulang (sering pada
anak-anak)
b. Fraktur transversal : Fraktur fragmen melintang
c. Fraktur obligue : Fraktur fragmen miring
d. Fraktur spiral : Fraktur fragmen melingkar
3. Patofisiologi
Faktur
Nyeri Akut
Diskontinuitas
tulang
Pergeseran
fragmen tulang
Kerusakan
fragmen tulang
Perub jaringan
sekitar
Peningkatan Melepaskan
Deformitas tek perifer katekolamin
Edema Emboli
Laserasi Kulit
Penekanan Menyumbat
pembuluh pembuluh darah
darah
Putus
vena/arteri
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan pada klien pasca operasi ortopedi
adalah sebagai berikut.
a. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, pembengkakan, dan imobilisasi.
b. Risiko perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan pembengkakan, alat
yang mengikat, gangguan peredaran darah.
c. Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan kehilangan kemandirian.
d. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, pembengkakan, prosedur
pembedahan, adanya alat imobilisasi (misal bidai, traksi, gips).
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya prosedur invasive.
3. Rencana Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan pada klien postoperatif ortopedi disusun seperti berikut :
a. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, pembengkakan, dan imobilisasi.
Intervensi :
1) Kaji status neurovaskular (misal warna kulit, suhu, pengisian kapiler, denyut
nadi, nyeri, edema, parestesi, gerakan).
4) Anjurkan klien untuk melakukan pengeseran otot, latihan pergelangan kaki, dan
"pemompaan" betis setiap jam untuk memperbaiki peredaran darah.
Tujuan pasien mampu melaksanakan tugas secara mandiri dengan kriteria hasil :
Intervensi :
R/ Untuk mencegah tekanan pada kulit sehingga terhindar pada luka decubitus.
Tujuan pasien mampu melakukan mobilisasi sesuai terapi yang diberikan dengan
kriteria hasil :
Intervensi :
4) Ajarkan klien menggunakan alat bantu gerak (tongkat, walker, kursi roda), dan
anjurkan klien untuk latihan.
Tujuan tidak terjadi infeksi dengan kriteria hasil : Tidak terjadi Infeksi
Intervensi :
1) Kaji respon pasien terhadap pemberian antibiotik
R/ Adanya cairan yang keluar dari luka menunjukkan adanya tanda infeksi dari
luka.
4. Evaluasi
a. Nyeri berkurang sampai dengan hilang
b. Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan perifer
c. Pemeliharaan kesehatan terjaga dengan baik
d. Dapat melakukan mobilitas fisik secara mandiri.
e. Tidak terjadi perubahan konsep diri; citra diri, harga diri dan peran diri
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2005. Ringkasan Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskletal. Edisi 1.
Prof. Chairuddin rasjad, md.,phd. Pengantar ilmu bedah ortopedi. Bintang lamumpatute. Ujung
pandang 2003.
Price, sylvia Anderson, Wilson, Lorraine mc carty. 2006. Patofisiologi konsep klinis proses-
proses penyakit,ed. Volume 1&2. Egc. Jakarta.
New Brunswick Department pf Health and Wellness (2002). Job definition of a discharge
planning coordinator.Author: Fredetiction, NB.
Apley, A. Graham. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Widya Medika,
Jakarta.1995.