A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Fraktur adalah putusnya hubungan suatu tulang atau tulang rawan yang
disebabkan olehkekerasan (E. Oerswari, 1989 : 144). Fraktur atau patah tulang adalah
terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah
tulang dengan dunia luar. Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati
otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadiinfeksi.
Fraktur femur adalag terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi
akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian). Patah pada
daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak,
mengakibatkan pendertia jatuh dalam syok. Jadi, kesimpulannya fraktur adalah suatu
cedera yang mengenai tulang yang disebabkan oleh trauma benda keras ataupun
sebab lainnya.
2. Klasifikasi
Ada 2 type dari fraktur femr,yaitu :
a. Fraktur tertutup, terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan melalui kepala femur
(capital fraktur).
b. Fraktu terbuka/ekstrakapsuler, terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter
femur yang lebih besar/ yang lebih kecil pada daerah intertrokhan 4. Terjadi di
bawah bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah
trokhanter kecil
3. Etiologi
Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Cedera traumatik. Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh
Cedera langsung, berarti pukulan langsung terhadap tulang sehinga tulang
patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang
dan kerusakan pada kulit di atasnya.
Cedera tidak langsung, berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur
klavikula.
Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.
b. Fraktur Patologik. Dalam hal ini kerusakan tulang proses penyakit dimana
dengan lafal trauma minor dapat mengakibatkan dapat juga terjadi pada
berbagai keadaan. Seperti berikut :
Tumor tulang : pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali dan prorezif.
Infeki seperti osteomielitis, : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau
dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresid, lambat dan sakiit nyeri.
Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi
Vitamin D yangmempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya
disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan
kalsium atau fosfat yang rendah.
c. Secara spontan disesbabkan oleh stress tulang yang terus menerus
misalnya pada penyakit polio danorang yang bertugas dikemiliteran.
pathway
5. Manifestasi Klinis
a. Deformitas : daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah
dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi
b. Bengkak
c. Nyeri
d. Krepitasi
6. Penata Laksanaan
Terapi non farmakologi terdiri atas : proteksi, untuk fraktur dengan kedudukan
baik. Mobilisasi saja tanpa reposisi, misalnya pemasangan gips pada fraktur
inkomplet dan frakture tanpa kedudukan baik.
Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips. Reposisi dapat dalam anestesi umum
autolocall. Traksi untuk reposisi secara berlebihan.
Terapi farmakologi, terdiri atas :
- Reposisi terbuka, fiksasi eksternal.
- Reposisi tertutup kontrol radiologi diikuti interial. Terapi ini dengan posisi
anatomi diikuti dengan fiksasi. Lakukan pemeriksaan kultur dan resistensi
kuman dari dasar luka fraktur terbuka.
b. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri
tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk
memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:
Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi faktor
presipitasi nyeri.
Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa
berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit
mempengaruhi kemampuan fungsinya.
Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari.
f. Riwayat Psikososial
Pola Eliminasi
Pola Aktivitas
h. Pemeriksaan Fisik
Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat dan pada
kasus fraktur biasanya akuti
Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun
bentuk secara menyeluruh
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyusun dari masalah sama orang pasien yang
nyata mapupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
(Boedihartono, 1994 : 17).Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan
post op fraktur, meliputi :
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan
tulang.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal.
Resiko infeksi berhubungan dengan luka terbuka.
3. Intervensi dan Rasional
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan
tulangTujuan dan kriteria hasil.
Nyeri dapat berkurang / hilang
R/ : Pasien tampak tenang
1) Lakukan pendekatan pada klien & keluarga
R/ hubungan yang baik membuat klien & keluarga kooperatif
2) Kaji tingkat intensitas & frekuensi nyeri
R/ Tingkat intensitas nyeri & frekuensi menunjukkan skala nyeri
3) Jelaskan pada klien penyebab dari nyeri
R/ Memberikan penjelasan akan menambah pengetahuan klien tentang nyeri
4) Observasi tanda-tanda vital
R/ Untuk mengetahui perkembangan klien
5) Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik
R/ Merupakan tindakan dependent perawat, dimana analgeti
k b e r f u n g s i u n t u k memblok stimulasi nyeri
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal.
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Pasien memiliki cukup energi untuk beraktifias
R/ : Perilaku menampakkan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri,
Pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktifitas tanpa
dibantu, koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainnya baik. Luka
1) Rencanakan periode istirahat yang cukup
R/ mengurangi aktifitas dan energi yang tidak terpakai
2) Berikan latihan aktifitas secara bertahap
R/ tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktifitas secara perlahan
denganmenghemat tenaga tujuan yang tepat, mobilisasi din
3) Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan
R/ Mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali
4) Kaji keadaan luka (kontinuitas dari kulit) terhadap ada- nya: edema,
rubor, kalor,dolor, fungsi laesa.
R/ Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi
5) Anjurkan pasien untuk tidak memegang bagian yang luka.
R/ Meminimalkan terjadinya kontaminasi.
6) Merawat luka dengan menggunakan tehnik aseptik
R/ Mencegah kontami- nasi dan kemungkin- an infeksi silang.
7) Mewaspadai adanya keluhan nyeri mendadak, keterbatasan gerak, edema loka
l,eritema pada daerah luka.
R/ Merupakan indikasi adanya osteomilitis.e.Pemeriksaan darah : leokositR/
Lekosit yang meningkat artinya sudah terjadi proses infeksi
8) Pemberian obat-obatan : antibiotika
R/ Mempercepat proses penyembuhan luka dan dan penyegahan peningkatan
infeksi
4. Evaluasi
a. Nyeri dapat berkurang atau hilang
b. Pasien memiliki cukup energy untuk beraktifitas
c. Tidak terjadi infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd
ed).Philadelpia, F.A. Davis Company.
DISUSUN OLEH :
AMIRA AULIA
P07120112004
JURUSAN KEPERAWATAN
MATARAM
2013
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan dan Asuhan Keperawatan ini telah di periksa dan disetujui oleh pembimbing lahan
dan pembimbing akademik
Hari :
Tanggal :
Tahun :
Mengetahui :