STEP 1
- Vertigo : perasaan berputar baik sekitar terhadap dirinya (vertigo objektif) atau dirinya
terhadap sekitar (subjektif). Berasal dari bahasa latin vertere artinya memutar
sensasi berputar sehingga mengganggu keseimbangan seseorang. Ada 3: spontan (ada
rangsangan, misal dari penyakit menire), posisi (ada perubahan di posisi kepalanya),
kalori (dirasakan saat px kalori).
STEP 2
STEP 3
Fisiologi:
Static equilibrium refers to the maintenance of the position of the body (mainly the head)
relative to the force of gravity. Body movements that stimulate the receptors for static
equilibrium include tilting the head and linear acceleration or deceleration, such as when the
body is being moved in an elevator or in a car that is speeding up or slowing down
Dynamic equilibrium is the maintenance of body position (mainly the head) in response to
sudden movements such as rotational acceleration or deceleration.
Tortora, Principles of anatomy and physiology
Gangguan ini disebabkan beberapa kristal kalsium karbonat yang sangat kecil yang berlokasi
di telinga dalam, keluar. Ketika seseorang berbaring, kristal-kristal ini dapat mengalir ke
dalam salah satu dari tiga kanalis semisirkularis yang juga berlokasi di telinga dalam. Orang
tersebut kemudian bangkit berdiri, kristal-kristal bergerak menjauh kedalam kanal, dan
terperangkap. Jika orang tersebut bergerak dalam cara tertentu kristal-kristal bergerak,
memberikan orang tersebut sensasi berputar berulang-ulang. Gejala BPPV yang paling sering
adalah berputar (vertigo) segera setelah berbaring atau berguling di tempat tidur. Gejala
biasanya berlangsung beberapa detik sampai menit, namun dapat benar-benar
membangunkan seseorang di malam hari. Gejala dapat muncul dengan pergerakan kepala lain
dan menyebabkan periode singkat ketidakseimbangan yang parah.8
Trauma kepala merupakan penyebab umum BPPV pada orang dibawah usia 50 tahun. Pada
orang yang lebih tua penyebab yang paling sering adalah degenerasi sistem vestibuler telinga
dalam. Prosedur posisional non-invasif yang disebut tes Dix-Hallpike dapat digunakan untuk
mendiagnosa BPPV. Prosedur ini disebut sebagai Manuver Reposisi Kanalit dan dapat
dilakukan di kantor dalam waktu kurang dari 1,5 jam. Tes ini merupakan rangkaian
memposisikan kepala oleh ahli terapi fisik, ahli audiologi, atau dokter untuk membersihkan
kristal dari dalam kanal dan mengembalikannya dalam terapi telinga dalam yang disebut
utrikulus, dimana mereka seharusnya berada. Prosedur ini tidak menyakitkan, namun
pasien mungkin butuh menahan perasaan pusing.3,4,8,9
Labirintitis vestibular
Gangguan ini disebabkan oleh infeksi bakteri dan virus pada telinga dalam menyebabkan
peradangan labirintitis. Gejalanya termasuk kehilangan pendengaran tiba-tiba pada satu sisi
bersamaan dengan nistagmus, vertigo, mual dan muntah. Episode akut biasanya sembuh
dalam 5-6 minggu jika diterapi oleh dokter. Jika pasien tidak sepenuhnya sembuh,
menggunakan terapi vestibuler dapat membantu pasien untuk mengatur gejalanya.3,4,8,9
Penyakit Meniere adalah gangguan telinga dalam akibat tekanan fluktuatif pada cairan telinga
dalam. Gejalanya dapat berupa vertigo, perasaan penuh atau tekanan di dalam telinga, tinitus
(bising dalam telinga), dan tingkat pendengaran fluktuatif. Tidak seperti BPPV, vertigo yang
muncul pada Penyakit Meniere dapat muncul sewaktu-waktu, tidak peduli bagaimanapun
posisi pasien dan dapat bertahan selama beberapa jam.3,4,8,9
Ini merupakan kelemahan pada sisi sistem vestibuler. Gejala yang dialami dapat berupa
ketidakseimbangan dan atau pusing ketika menolehkan kepala. Pada stadium awal gejala
dapat berupa vertigo dan sensasi berputar. Rehabilitasi vestibuler dapat memberikan
keuntungan penting pada pasien dengan gejala-gejala ini.8
Kelemahan pada kedua sisi sistem vestibuler. Seseorang dengan gangguan ini dapat
mengalami ketidakseimbangan dan atau pusing ketika menolehkan kepala. Mereka juga dapat
mengalami osilopsia, atau ilusi benda-benda yang memantul ke atas dan ke bawah dengan
bergerak. Ada keuntungan pasti pada pasien dengan gangguan ini bila menggunakan terapi
vestibuler. Latihan keseimbangan dan teknik kompensasi.8
Migraine vestibuler
Dengan atau tanpa nyeri kepala, dapat menyebabkan vertigo mulai dari hitungan menit
sampai berhari-hari. Serangan dapat dicetuskan oleh gerakan menoleh cepat, berada dalam
keramaian atau tempat yang membingungkan, mengendarai sebuah kendaraan, atau bahkan
hanya menonton pergerakan di televisi. Migraine vestibuler juga menyebabkan
ketidaktenangan, hilangnya pendengaran, dan telinga berdenging (tinitus)5
Fistula perilimfe
Bocornya cairan telinga dalam ke telinga tengah. Dapat muncul setelah trauma kepala, latihan
fisik, atau yang jarang, tanpa penyebab yang diketahui.3
Cemas dan stres diketahui dapat memperparah gejala pusing telinga dalam. Cemas dan stres
juga merupakan penyebab tersering pusing yang tidak berhubungan dengan telinga dalam.
Penyebab lainnya termasuk masalah yang berhubungan dengan otak, dan gangguan medis
lainnya seperti tekanan darah rendah.5
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dapat berupa medikasi, perubahan pola makan, konseling, latihan rumah
ringan, terapi fisik dan dalam kasus yang jarang adalah pembedahan.5
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29669/4/Chapter%20II.pdf
Macam-macam keseimbangan:
- Statis : letak kepala dan grafitasi bumi. angkat kaki, berdiri di papan
- Dinamis : Upaya mempertahankan keseimbangan tubuh dengan berbagai arah.
ketika berjalan
Gangguan keseimbangan:
- Vertigo:
Vestibuler : di duktus semisirkularis , sacculus, utrivulus
a) central : adanya tumor, stroke, multiple sklerosis.
b) perifer : berkurang pendengaran. Contoh: Meniere disease.
Non vestibuler : percabangan otak, cerebelum.
(2) Telinga bagian tengah: retraksi membran timpani, otitis media purulenta akuta, otitis
media dengan efusi, labirintitis, kolesteatoma, rudapaksa dengan perdarahan
(3) Telinga bagian dalam: labirintitis akuta toksika, trauma, serangan vaskular, alergi,
hidrops labirin (morbus Meniere), mabuk gerakan, vertigo postural
(5) Inti Vestibularis: infeksi, trauma, perdarahan, trombosis arteria serebeli posterior
inferior, tumor, sklerosis multipleks (Pirawati dan Siboe, 2004).
Vertigo sentral dapat diakibatkan oleh kelainan pada batang otak, cerebellum, thalamus,
atau cortex cerebri, dan dapat diakibatkan oleh infark, transient ischemia, perdarahan,
tumor, penyakit demyelinasi, atau Chiari malformation (Mong et al, 1999).
- Vertigo :
Gangguan di cairan endolimfe (terletak di organon vestibuli) karena ada rambut
yang nekuk berebihan tidak seimbang
- Telinga berdenging/ tinitus: gangguan pendengaran berupa sensasi suara padahal
tidak ada rangsangan. Objektif (bila suara bisa didengar juga oleh pemeriksa dengan
auskultasi. Berasal dari transmisi vibrovaskuler) dan subjektif (hanya didengar
pasien, sifatnya non vibratorik. Dikarenakan degenerasi traktus auditorius).
Karena peningkatan eksitasi.
1) Sentral (interpretasi di korteks auditoriknya berlebihan)
2) perifer(pnenekanan silia eksitasi)
- Kurang pendengaran: dari bagian cochlea. Karena adanya peningkatan cairan
endolimfe adanya kerusakan membran basilaris dan resissner dimana membran
basilaris terdapat organon corti (fungsinya seperti silia tapi letaknya didalam dari
duktud cochlearis di membran basalis). Organon corti rusak hearing loss.
Kerusakan pada apex cochleanya (peka pada nada rendah)
5. Mengapa awalnya disertai muntah serta kurang pendengaran pada nada rendah?
Cs.cmu.edu
- Kurang pendengaran: dari bagian cochlea. Karena adanya peningkatan cairan
endolimfe adanya kerusakan membran basilaris dan resissner dimana membran
basilaris terdapat organon corti (fungsinya seperti silia tapi letaknya didalam dari
duktud cochlearis di membran basalis). Organon corti rusak hearing loss.
Kerusakan pada apex cochleanya (peka pada nada rendah)
- Vertigo CTZ epigastrium muntah
Interpretasi:
Orang normal akan dapat berjalan dengan bail tanpa adanya pergeseran ke samping atau
perputaran arah.
Probandus mengalami gangguan keseimbangan bila tempat bergeser lebih dari 1 meter
dan. terjadi perputaran arah lebih dari 30 derajat.
Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang / berputar ke arah lesi dengan
gerakan seperti melempar cakram ( kepala dan badan berputar ke arah lesi dengan lengan
sisi lesi turun dan lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus fase lambat ke arah lesi.
B.TES KALORI
Uji ini dapat membedakan adanya gangguan keseimbangan sentral (lesi di sistem saraf
pusat) / Directional preponderance dan perifer (lesi di labirin aatau N VIII) / Canal paresis
Cara kerja:
Probandus berbaring dengan kepala fleksi 30 derajat, sehingga kanalis semisirkularis
lateral dalam posisi vertikal. Kedua telinga dirigasi bergantian dengan air dingin (30C)
dan air hangat (44C) masing masing selama 40 detik dan jarak setiap irigasi 5 menit.
Catatlah lama nistagmus yang terjadi sejak permulaan irigasi sampai nistagmus hilang
(normal 90 - 150 detik).
Interpretasi:
Normal : nistagmus benlangsung selama 90 - 150 detik
Kelaainan / abnormal : nistagmus berlangsumng lebih dari 150 detik
Canal paresis :abnormalitas ditemukan pada 1 telinga,baik setelah rangsang air
dingin maupun hangat
Directional preponderance : abnormalitas ditemukan pada kedua telinga.
BUKU PETUNJUK FISIOLOGI
a) neurologis:
* tes romberg (gangguan keseimbangan central (mata tutup atau buka tetep
goyang(/perifer) : berdiri dengan kaki rapat 20-30 detik.
* Gait : berjalan di garis lurus, jinjit
* tes point to point
b) tes posturografi : objektif. 1)Pasien berdiri diatas alat dengan mata terbuka dan
memandang titik tertentu. 2)Berdiri di atas alat dengan mata tertutup. 3)Berdiri idatas
alas busa dengan mata terbuka dan memandang titik tertentu. 4)Berdiri di atas busa
dengan mata tertutup. Gangguan di keseimbangan terlihat ayunan tubuh berlebihan,
melangkah sampai jatuh.
c) tes hiperventilasi : bernafas kuat dan diperiksa nistagmus. Vertigo tanpa nistagmus
(syndrom hyperventilasi). Nistagmus stelah bentilasi (tumor n. VIII)
d) Tes glyserin : prognosis penyakit meniere.
Cari kapan dikatakan ringan dan berat!!!! Sampai kapan diberi symtmatis?
STAGE
1. Vertigo dn mual, 6-11x/thn tx simptomatik
2. Serangan>jarang, +tinitushilang pendengaran makin parah
3. Serangan jarang terjadi tapi masalah keseimbangan menetap, hilang
pendengaran makin parah, makin lama ngefek ke kedua telinga
8. Latihan fisik apa saja yang dapat melatih sistem vestibular?
9. DD? (+penatalaksanaan)
Syndrome Meniere
Definisi :
Penyakit ini ditemukan oleh Meniere pada tahun 1861, dan dia yakin bahwa penyakit ini berada di
dalam telinga, sedangkan pada wak-tu itu para ahli banyak menduga bahwa penyakit itu berada
pada otak. Pendapat Meniere dibuktikan oleh Hallpike dan Cairn tahun 1938, dengan ditemukannya
hidrops endolimfa, setelah memeriksa tulang temporal pasien Meniere. Ditandai juga dengan gejala
vertigo
Etiologi :
Penyebab pasti penyakit Meniere belum diketahui. Penambahan volume endolimfa di-perkirakan
oleh adanya gangguan biokimia cairan endolimfa dan gangguan klinik pada membran labirin.
Patofisiologi :
Gejala klinis penyakit Meniere disebabkan oleh adanya hidrops endolimfa pada kaklea dan
vestibulum. Hidrops yang terjadi mendadak dan hilang timbul diduga disebabkan oleh : 1.
meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri, 2. berkurangnya tekanan osmotik di dalam
kapiler, 3. meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler, 4. jalan keluar sakus endolimfatikus
tersumbat, sehing-' ga terjadi penimbunan cairan endolimfa.
Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal, ditemukan pelebaran dan perubahan morfologi
pada membran Reissner. Terdapat penonjolan ke dalam skala vestibuli, terutama di daerah apeks
koklea Helikotrema. Sakulus juga mengalami pelebaran yang dapat me-nekan utrikulus. Pada
awalnya pelebaran skala media dimulai dari daerah apeks koklea, kemu-dian dapat meluas
mengenai bagian tengah dan basal koklea. Hal ini yang dapat menjelas-kan terjadinya tuli saraf nada
rendah pada penyakit Meniere.
Manifestasi :
Terdapat trias atau sindrom Meniere yaitu vertigo, tinitus dan tuli sensorineural terutama
nada rendah. Serangan pertama sangat berat, yaitu
vertigo disertai muntah. Setiap kali ver-usaha untuk berdiri dia merasa berputar, mual dan
terus muntah lagi. Hal ini berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu, meski-pun
keadaannya berangsur baik. Gejala yang lain menjadi tanda khusus adalah perasaan penuh
di dalam telinga.
Dari keluhan vertigonya kita sudah dapat membedakan dengan penyakit yang lainnya yang
juga mempunyai gejala vertigo, seperti penyakit Meniere, tumor N.VIII, sklerosis multipel,
neuritis vestibuler atau Vertigo posisi paroksismal jinak(VPPJ).
Pada tumor N VIII serangan vertigo perio-dik, mula-mula lemah dan makin lama makin kuat.
Pada sklerosis multipel, vertigo periodik, tetapi intensitas serangan sama pada tiap
serangan. Pada neuritis vestibuler serangan vertigo tidak periodik dan makin lama makin
menghilang. Penyakit ini diduga disebabkan virus. Biasanya penyakit ini timbul setelah
menderita influenza. Vertigo hanya didapatkan pada permulaan penyakit. Penyakit ini akan
sembuh total bila tidak disertai dengan komplikasi. Vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ),
keluhan vertigo datang secara tiba-tiba ter-utama pada perubahan posisi kepala dan
keluhan vertigonya terasa sangat berat, kadang-kadang disertai rasa mual sampai muntah,
berlangsung tidak lama.
Diagnosa :
Diagnosis dipermudah dengan dibakukan-nya kriteria diagnosis, yaitu : 1. vertigo hilang timbul, 2.
fluktuasi gangguan pendengaran berupa tuli saraf, 3. menyingkirkan kemung-kinan penyebab dari
sentral, misalnya tumor N VIII. Bila gejala-gejala khas penyakit Meniere pada anamnesis ditemukan,
maka diagnosis penyakit Meniere dapat ditegakkan.
Pemeriksaan fisik diperlukan hanya untuk menguatkan diagnosis penyakit ini. Bila dalam
anamnesis terdapat riwayat fluktuasi pendengaran, sedangkan pada pemeriksaan ternyata terdapat
tuli sensorineural, maka kita sudah dapat mendiagnosis penyakit Meniere, sebab tidak ada penyakit
lain yang bisa menyebabkan adanya perbaikan dalam tuli sensorineural, kecuali pada penyakit
Meniere. Dalam hal yang meragukan kita dapat membuktikan adanya hidrops dengan tes gliserin.
Selain itu tes gliserin ini berguna untuk menentukan prognosis tindakan operatif pada pembuatan
"shunt". Bila terdapat hidrops, maka operasi diduga akan berhasil dengan baik.
Penatalaksanaan :
Pada saat datang biasanya diberikan obat-obat simtomatik, seperti sedatif, dan bila diperlukan
dapat diberikan anti muntah. Bila diagnosis telah ditemukan, pengobatan yang paling baik adalah
sesuai dengan penyebabnya.
Khusus untuk penyakit Meniere, diberikan obat-obat vasodilator perifer untuk Tnengurangi
tekanan hidrops endolimfa. Dapat pula tekanan endolimfa ini disalurkan ke tempat lain dengan jalan
operasi, yaitu membuat "shunt".
Obat-obat antiskemia, dapat pula diberikan sebagai obat alternatif dan juga diberikan obat
neurotonik untuk menguatkan sarafnya.
Komplikasi :
Tuli sensoneural
Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek, yang sering digambarkan sebagai
rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness, unsteadiness) atau rasa pusing (dizziness). Deskripsi
keluhan tersebut penting diketahui agar tidak dikacaukan dengan nyeri kepala atau sefalgi, terutama
karena di kalangan awam kedua istilah tersebut (pusing dan nyeri kepala) sering digunakan secara
bergantian.1
Vertigo berasal dari bahasa latin vertere yang artinya memutar, merujuk pada sensasi berputar
sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya disebabkan oleh gangguan pada
sistim keseimbangan. Berbagai macam defenisi vertigo dikemukakan oleh banyak penulis, tetapi
yang paling tua dan sampai sekarang nampaknya banyak dipakai adalah yang dikemukakan oleh
Gowers pada tahun 1893 yaitu setiap gerakan atau rasa (berputar) tubuh penderita atau obyek-
obyek di sekitar penderita yang bersangkutan dengan kelainan keseimbangan.
Vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ) atau disebut juga Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
adalah gangguan keseimbangan perifer yang sering dijumpai. Gejala yang dikeluhkan adalah vertigo
yang datang tiba-tiba pada perubahan posisi kepala. Vertigo pada BPPV termasuk vertigo perifer
karena kelainannya terdapat pada telinga dalam, yaitu pada sistem vestibularis. BPPV pertama kali
dikemukakan oleh Barany pada tahun 1921. Karakteristik nistagmus dan vertigo berhubungan
dengan posisi dan menduga bahwa kondisi ini terjadi akibat gangguan otolit.
EPIDEMIOLOGI
Benign Paroxysmal Potitional Vertigo (BPPV) adalah gangguan keseimbangan perifer yang sering
dijumpai, kira-kira 107 kasus per 100.000 penduduk, dan lebih banyak pada perempuan serta usia
tua (51-57 tahun). Jarang ditemukan pada orang berusia dibawah 35 tahun yang tidak memiliki
riwayat cedera kepala.
ETIOLOGI
Penyebab utama BPPV pada orang di bawah umur 50 tahun adalah cedera kepala. Pada orang yang
lebih tua, penyebab utamanya adalah degenerasi sistem vestibuler pada telinga tengah. BPPV
meningkat dengan semakin meningkatnya usia. 13
PATOFISIOLOGI
Teori Cupulolithiasis
Pada tahun 1962 Horald Schuknecht mengemukakan teori ini untuk menerangkan BPPV. Dia
menemukan partikel-partikel basofilik yang berisi kalsiurn karbonat dari fragmen otokonia (otolith)
yang terlepas dari macula utriculus yang sudah berdegenerasi, menernpel pada permukaan kupula.
Dia menerangkan bahwa kanalis semisirkularis posterior menjadi sensitif akan gravitasi akibat
partikel yang melekat pada kupula. Hal ini analog dengan keadaan benda berat diletakkan di puncak
tiang, bobot ekstra ini menyebabkan tiang sulit untuk tetap stabil, malah cenderung miring. Pada
saat miring partikel tadi mencegah tiang ke posisi netral. Ini digambarkan oleh nistagmus dan rasa
pusing ketika kepala penderita dijatuhkan ke belakang posisi tergantung (seperti pada tes Dix-
Hallpike). KSS posterior berubah posisi dari inferior ke superior, kupula bergerak secara
utrikulofugal, dengan demikian timbul nistagmus dan keluhan pusing (vertigo). Perpindahan partikel
otolith tersebut membutuhkan waktu, hal ini yang menyebabkan adanya masa laten sebelum
timbulnya pusing dan nistagmus. 4,6,14,15
Teori Canalithiasis
Tahun1980 Epley mengemukakan teori canalithiasis, partikel otolith bergerak bebas di dalam KSS.
Ketika kepala dalam posisi tegak, endapan partikel ini berada pada posisi yang sesuai dengan gaya
gravitasi yang paling bawah. Ketika kepala direbahkan ke belakang partikel ini berotasi ke atas
sarnpai 900 di sepanjang lengkung KSS. Hal ini menyebabkan cairan endolimfe mengalir menjauhi
ampula dan menyebabkan kupula membelok (deflected), hal ini menimbulkan nistagmus dan pusing.
Pembalikan rotasi waktu kepala ditegakkan kernbali, terjadi pembalikan pembelokan kupula, muncul
pusing dan nistagmus yang bergerak ke arah berlawanan. Model gerakan partikel begini seolah-olah
seperti kerikil yang berada dalam ban, ketika ban bergulir, kerikil terangkat sebentar lalu jatuh
kembali karena gaya gravitasi. Jatuhnya kerikil tersebut memicu organ saraf dan menimbulkan
pusing. Dibanding dengan teori cupulolithiasis teori ini lebih dapat menerangkan keterlambatan
"delay" (latency) nistagmus transient, karena partikel butuh waktu untuk mulai bergerak. Ketika
mengulangi manuver kepala, otolith menjadi tersebar dan semakin kurang efektif dalam
menimbulkan vertigo serta nistagmus. Hal inilah yag dapat menerangkan konsep kelelahan
"fatigability" dari gejala pusing. 4,6,14,15
DIAGNOSIS
A. Anamnesis
Pasien biasanya mengeluh vertigo dengan onset akut kurang dari 10-20 detik akibat perubahan
posisi kepala. Posisi yang memicu adalah berbalik di tempat tidur pada posisi lateral, bangun dari
tempat tidur, melihat ke atas dan belakang, dan membungkuk. Vertigo bisa diikuti dengan mual. 6
B. Pemeriksaan fisis
Pasien memiliki pendengaran yang normal, tidak ada nistagmus spontan, dan pada evaluasi
neurologis normal. Pemeriksaan fisis standar untuk BPPV adalah Dix-Hallpike. Cara melakukannya
sebagai berikut :
- Pertama-tama jelaskan pada penderita mengenai prosedur pemeriksaan, dan vertigo mungkin akan
timbul namun menghilang setelah beberapa detik.
- Penderita didudukkan dekat bagian ujung tempat periksa, sehingga ketika posisi terlentang kepala
ekstensi ke belakang 30o 40o, penderita diminta tetap membuka mata untuk melihat nistagmus
yang muncul.
- Kepala diputar menengok ke kanan 45o (kalau KSS posterior yang terlibat). Ini akan menghasilkan
kemungkinan bagi otolith untuk bergerak, kalau ia memang sedang berada di KSS posterior.
- Dengan tangan pemeriksa pada kedua sisi kepala penderita, penderita direbahkan sampai kepala
tergantung pada ujung tempat periksa.
- Perhatikan munculnya nistagmus dan keluhan vertigo, posisi tersebut dipertahankan selama 10-15
detik.
- Komponen cepat nistagmus harusnya up-bet (ke arah dahi) dan ipsilateral.
- Kembalikan ke posisi duduk, nistagmus bisa terlihat dalam arah yang yang berlawanan dan
penderita mengeluhkan kamar berputar ke arah berlawanan.
- Berikutnya maneuver tersebut diulang dengan kepala menoleh ke sisi kiri 45o dan seterusnya
Pada orang normal nistagmus dapat timbul pada saat gerakan provokasi ke belakang, namun saat
gerakan selesai dilakukan tidak tampak lagi nistagmus. Pada pasien BPPV setelah provokasi
ditemukan nistagmus yang timbulnya lambat, 40 detik, kemudian nistagmus menghilang kurang
dari satu menit bila sebabnya kanalitiasis, pada kupulolitiasis nistagmus dapat terjadi lebih dari satu
menit, biasanya serangan vertigo berat dan timbul bersamaan dengan nistagmus.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan utama pada BPPV adalah manuver untuk mereposisi debris yang terdapat pada
utrikulus. Yang paling banyak digunakan adalah manuver seperti yang diperlihatkan pada gambar di
bawah. Manuver mungkin diulangi jika pasien masih menunjukkan gejala-gejala. Bone vibrator bisa
ditempatkan pada tulang mastoid selama manuver dilakukan untuk menghilangkan debris.
Pasien digerakkan dalam 4 langkah, dimulai dengan posisi duduk dengan kepala dimiringkan 45o
pada sisi yang memicu. (1) pasien diposisikan sama dengan posisi Hall-pike sampai vertigo dan
nistagmus mereda. (2) kepala pasien kemudian diposisikan sebaliknya, hingga telinga yang terkena
berada di atas dan telinga yang tidak terkena berada di bawah. (3) seluruh badan dan kepala
kemudian dibalikkan menjauhi sisi telinga yang terkena pada posisi lateral dekubitus, dengan posisi
wajah menghadap ke bawah. (4) langkah terakhir adalah mendudukkan kembali pasien dengan
kepala ke arah yang berlawanan pada langkah 1.6
Operasi dilakukan pada sedikit kasus pada pasien dengan BPPV berat. Pasien ini gagal berespon
dengan manuver yang diberikan dan tidak terdapat kelainan patologi intrakranial pada pemeriksaan
radiologi. Gangguan BPPV disebabkan oleh respon stimulasi kanalis semisirkuler posterior, nervus
ampullaris, nervus vestibuler superior, atau cabang utama nervus vestibuler. Oleh karena itu, terapi
bedah tradisional dilakukan dengan transeksi langsung nervus vestibuler dari fossa posterior atau
fossa medialis dengan menjaga fungsi pendengaran.
PROGNOSIS
Prognosis setelah dilakukan CRP (canalith repositioning procedure) biasanya bagus. Remisi dapat
terjadi spontan dalam 6 minggu, meskipun beberapa kasus tidak terjadi. Dengan sekali pengobatan
tingkat rekurensi sekitar 10-25%.
a. Labirintitis
Labirinitis adalah radang pada telinga dalam (labirin). Labirinitis yang mengenai seluruh bagian
labirin, disebut labirinitis umum atau difus dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf yang berat,
sedangkan labirinitis yang terbatas atau labirinitis sirkumskripta menyebabkan terjadinya vertigo
saja atau tuli saraf saja.
Labirinitis terjadi oleh karena penyebaran infeksi ke ruang perilimfa. Terdapat dua bentuk labirinitis,
yaitu labirinitis serosa dan libirinitis supuratif. Labirinitis serosa dapat berbentuk labirinitis serosa
difus dan labirinitis serosa sirkumskripta. Labirinitis supuratif dibagi dalam bentuk labirinitis supuratif
akut difus dan labirinitis supuratif kronik difus. Selain itu, ada juga yang disebut sebagai labirinitis
toksik akibat keracunan zat-zat toksik atau antibiotik yang ototoksik.
Pada labirinitis serosa , toksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa invasi sel radang, sedangkan
pada labirinitis supuratif, sel radang menginvasi labirin, sehingga terjadi kerusakan yang irreversible,
seperti fibrosis dan osifikasi.
Pada kedua bentuk labirinitis itu, operasi harus segera dilakukan untuk menghilangkan infeksi dari
telinga tengah.Kadang-kadang diperlukan juga drenase nanah dari labirin untuk mencegah
terjadinya meningitis.Pemberian antibiotik yang adekuat terutama ditujukan pada pengobatan otitis
media kronik dengan atau tanpa kolesteatoma.
EPIDEMIOLOGI
Labirinitis lebih sering terjadi setelah infeksi telinga tengah, meningitis , atau infeksi saluran
pernafasan atas. Hal ini juga dapat terjadi setelah trauma, tumor, atau setelah menelan zat-zat
beracun. Hal ini dianggap lebih umum pada wanita dari pada laki-laki.Viral labirinitis adalah bentuk
paling umum labirinitis. Viral labirinitis biasanya diamati pada orang dewasa berusia 30-60 tahun dan
jarang diamati pada anak-anak.[3] Hal ini dapat dilakukan perbandingan laki-laki banding perempuan
2:1 sekitar dekade empat.Pada era pasca-antibiotik, labirinitis bakteria jarang ditemukan.Biasanya
terlihat pada anak-anak di bawah 2 tahun ketika anak-anak paling banyak resiko meningitis. [4]
ETIOLOGI
Virus Bakteria
Cytomegalovirus
Mumps virus
Rubella virus
Parainfluenza virus
Influenza virus
Adenovirus
Varicella-zooster virus
N.meningitidis
Mycobacteria tuberculosis
Bacteroides species
Proteus species
Moraxella catarrhalis
Streptococus species
Staphylococus species
KLASIFIKASI
Labirinitis dapat disebabkan oleh virus, bacterial,zat-zat toksik dan obat-obatan. Labirinitis yang di
sebabkan oleh bakterial terdapat dalam dua bentuk labirinitis, yaitu labirinitis serosa dan labirinitis
supuratif. Labirinitis serosa dapat berbentuk labirinitis serosa difus dan labirinitis serosa
sirkumskripta. Labirinitis supuratif dibagi dalam labirinitis supuratif akut difus dan labirinitis supuratif
kronik difus.[3]
a.LABIRINITIS VIRAL
Etiologi:
Infeksi saluran pernafasan atas, faktor kongenital yaitu infeksi campak dan rubella pada trimester
pertama atau infeksi cytomegalovirus pada kontraksi uterus setelah persalinan yang menyebabkan
kokleolabirinitis. Infeksi virus ini menjalar secara hematogen ke telinga dalam.
Gejala klinis:
Menyebabkan gejala vertigo,mual, muntah selama beberapa hari dan minggu. Labirinitis viral
bersifat tidak episodik dan tidak ada gejala gangguan pendengaran
Terapi:
Komplikasi:
Prognosis:
Prognosis baik karena biasanya terjadi pada usia muda dan jira terapi yang diberikan adekuat.Vertigo
boleh sembuh dalam jangka masa satu minggu tetapi gangguan keseimbangan akan tetap bertahan
selepas beberapa bulan jika terdapat stress.
b.LABIRINITIS BAKTERIAL
Etiologi
Labirinitis serosa difus seringkali terjadi sekunder dari labirinitis sirkumskripta atau dapat terjadi
primer pada otitis media akut dengan atau tanpa kolesteatoma dan reaktivasi otomastoiditis
kronis.Masuknya toksin bakteria dan zat-zat yang diproduksi secara difus melalui membran fenestra
ovale dan fenestra rotundum.Infeksi tersebut mencapai endosteum melalui saluran darah. Selain itu,
labirinitis serosa sering terjadi pada operasi telinga dalam misalnya pada stapedektomi. Labirinitis
serosa difus ini adalah satu proses inflamasi yang steril.[4]
Pemeriksaan
Kelainan patologi yaitu inflamasi non purulen pada labirin. Pemeriksaan histologik pada potongan
labirin menunjukkan infiltrasi seluler awal dengan eksudat serosa atau serofibrin.[6]
Gejala klinis
Gejala dan tanda serangan akut labirinitis serosa difus adalah vertigo spontan dengan derajat ringan-
sedang dan nistagmus rotatoar, biasanya ke arah telinga yang sakit. Terdapat juga tuli sensorineural
yang bersifat sementara.Kadang-kadang disertai mual dan muntah, biasanya tidak berat.[3]
Terapi
Pengobatan pada stadium akut yaitu pasien harus tirah baring total.Harus diberikan antibiotika yang
tepat dengan dosis yang adekuat untuk mengeradikasi bakteria penyebab.Selain itu utuk
mengurangi gejala gangguan keseimbangan diberikan sedatif ringan.Pada stadium lanjut dari otitis
media akut diperlukan dreanase telinga tengah dan mastoidektomi sederhana.[7]
Prognosis
Prognosis labirinitis serosa baik, dalam arti menyangkut kehidupan dan kembalinya fungsi labirin
secara lengkap. Tetapi tuli saraf temporer yang berat dapat menjadi tuli saraf yang permanen bila
tidak diobati dengan baik.
Etiologi
Labirinitis supuratif akut difus dapat merupakan kelanjutan dari labirinitis serosa yang infeksinya
masuk melalui fenestra ovale dan fenestra rotundum Pada banyak kejadian, labirinitis ini terjadi
sekunder dari otitis media akut maupun kronik atau mastoiditis.Pada beberapa kasus abses subdural
atau meningitis, infeksi dapat menyebar ke dalam labirin dengan atau tanpa terkenanya telinga
tengah, sehingga menjadi labirin supuratif.Bakteria secara langsung masuk ke dalam membran dan
erosi tulang labirin.[4]
Pemeriksaan
Pada pemeriksaan histologik didapatkan infiltrsi labirin oleh sel-sel leukosit polimorfonuklear dan
destruksi struktur jaringan lunak.Sebagian dari tulang labirin nekrosis, dan terbentuk jaringan
granulasi yang dapat menutup bagian tulang yang nekrotik tersebut.Keadaan ini akan menyebabkan
osifikasi labirin.
Gejala klinis
Labirinitis supuratif akut difus , ditandai dengan tuli total pada telinga yang sakit diikuti dengan
vertigo yang berat, mual, muntah, dan nistagmus spontan ke arah telinga yang sehat. Selama fase
akut, posisi pasien sangat khas.Pasien akan berbaring pada sisi yang sakit, jadi ke arah komponen
lambat nistagmus.Posisi ini akan mengurangi perasaan vertigo.Jika fungsi koklea hancur, akan
mengakibatkan tuli saraf total permanen.
Terapi
Diperlukan tirah baring total selama fase akut, yang dapat berlangsung sampai 6 minggu.Perbaikan
terjadi bertahap, mulai dari hari pertama.
Sedatif ringan diperlukan pada periode awal.Fenobarbita 32 mg(1/2 gram) yang diberikan 3 kali
sehari.
Dosis antibiotika yang adekuat harus diberikan selama suatu periode baik untuk mencegah
komplikasi intrakranial, maupun untuk mengobati labirinitisnya.Harus dilakukan kultur untuk
identifikasi kuman dan untuk tes sensitivitas kuman.Antibiotika penisilin harus segera diberikan
sebelum hasil tes resistensi didapat, jika alergi terhadap penisilin dapat diberikan tetrasiklin, dengan
dosis tinggi secara parenteral.Respons klinik lebih utama dari tes sensivitas kuman dalam
menentukan jenis antibiotika.
Drenase, atau membuang sebagian labirin yang rusak, dilakukan bila terdapat komplikasi
intrakranial dan tidak memberi respon terhadap pengobatan dengan antibiotika. [7]
Miringotomi
Prognosis
Etiologi
Labirinitis supuratif stadium kronik atau laten dimulai, segera sesudah gejala vestibuler akut
berkurang.Hal ini mulai dari 2-6 minggu sesudah awal periode akut. [4]
Pemeriksaan
Pemeriksaan patologi menunjukkan telinga dalam hampir seluruhnya terisi oleh jaringan granulasi
setelah 10 minggu serangan akut.Jaringan granulasi secara bertahap berubah menjadi jaringan ikat
dengan permulaan kalsifikasi.Pembentukan tulang baru dapat mengisi penuh ruangan-ruangan
labirin dalam 6 bulan sampai beberapa tahun.Tes kalori tidak menimbulkan respons di sisi yang sakit
[6]
Gejala klinis
Terjadi tuli total di sisi yang sakit.Vertigo ringan nistagmus spontan biasanya ke arah telinga yang
sehat dapat menetap sampai beberapa bulan .
Terapi
Terapi lokal ditujukan ke setiap infeksi yang mungkin ada.Drenase labirin dilakukan apabila terdapat
suatu fokus infeksi di labirin atau daerah perilabirin telah menjalar atau dicurigai menyebar ke
struktur intrakranial dan tidak memberi respons terhadap terapi antibiotika. [6]
c.Labirinitis toksik
Labirinitis toksik dapat disebabkan oleh keracunan zat-zat toksik seperti arsen, zink, kuinin dan
pemakaian obat antibiotik yang ototoksik seperti streptomicin, aminoglikosida, dan
dihydrostreptomicin.Gejala yang timbul seperti vertigo, tinitus dan tuli.
- Vertigo:
Vestibuler : di duktus semisirkularis , sacculus, utrivulus. Berputar. Episodik.
Gangguan pendengaran.
a) central : kelainan pada SSP. adanya tumor n VIII (awalnya ringan lama-lama
berat), stroke, multiple sklerosis. Sifatnya lambat, tidak ada gangguan
pendengaran, dan mual muntah
b) perifer : berkurang pendengaran. Contoh: Meniere disease (trias) periodik
(awal berat lama-lama ringan), tuli saraf. BPPV. Sifatnya: mendadak,
gangguan pendengaran, dan mual muntah
Non vestibuler : percabangan otak, cerebelum. Melayang. Continue. Tidak
disertai gangguan pendengaran.
Etiologi: + endolimfa karena gangguan biokimia dan gangguan klinik pada labyrinnya
STEP 4
Gangguan Keseimbangan
Central Perifer
PF : keseimbangan
Penatalaksanaan:
Medikamentosa, Op