Anda di halaman 1dari 41

CASE BASED DISCUSSION

DIAGNOSIS HOLISTIK DAN TERAPI KOMPREHENSIF


PADA KEJADIAN TBC PADA PUSKESMAS GENUK
SEMARANG
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk
Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Disusun oleh :
Annisa Muflikhasari
Aris Maulana
Erry Laksmita Dewi
Iga Febriyanti
Kiki Agustin Hidayati
Kiki Febriani
Muhammad Adhi Apriliana
Muhammad Dhiya Rahadian

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Tuberkulosis pulmonari (TB paru) biasanya disebabkan oleh sejenis
bakteri, yaitu Mycobacterium tuberculosis dan bisa juga disebabkan oleh
bakteri-bakteri lain yaitu Mycobacterium bovis atau Mycobacterium
africanum tetapi jarang (Kumar,2000). Indonesia masih menempati urutan ke-
3 di dunia untuk jumlah kasus TB paru setelah India dan Cina. Setiap tahun
terdapat 250.000 kasus baru TB paru dan sekitar 140.000 kematian akibat TB
paru. Diseluruh dunia tahun 2004, WHO melaporkan terdapat 3,8 juta kasus
baru TB paru dengan 49% kasus terjadi di Asia Tenggara (WHO 2006).
Angka kejadian TB paru di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar
107/100.000 penduduk, dan persentase kasus TB paru yang dapat
disembuhkan sebesar 89,3%. Angka kejadian TB paru pada tahun 2015 akan
turun sesuai dengan target Jawa Tengah (88 per 100.000 penduduk) (Dinkes
Propinsi Jateng, 2010). Temuan kasus tuberkulosis paru di Jawa Tengah
hingga tahun 2011 mencapai 20.623 kasus yang tersebar dalam tiga lembaga
yaitu puskesmas sebanyak 15.003 kasus, rumah sakit sebanyak 3.607 kasus
dan BKPM/BP4 sebanyak 2.013 kasus. Data di kota Semarang tahun 2011,
kejadian kasus suspek TB paru sebanyak 15.001 kasus, sedangkan TB paru
BTA positif sebanyak 989. Selain itu, tahun 2014 diperoleh data status suspek
sebesar 11.540 orang, penderita BTA(+) sebesar 1175 orang, kasus TB anak
sejumlah 432 kasus (Dinkes Kota Semarang, 2011).
Tuberkulosis Pulmonari adalah yang paling sering. Pengobatan TB
bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah
kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya
resistensi kuman terhadap OAT. Kunci keberhasilan pengobatan TB antara
lain dipengaruhi oleh kepatuhan pasien minum OAT (Obat Anti
Tuberkulosis). Jangka waktu yang relatif lama dalam pengobatan TB
menimbulkan kebosanan. Hal tersebut mengakibatkan tidak tuntasnya
pengobatan (Rachmadi, 2010). Kegagalan pengobatan merupakan salah satu
yang berpengaruh tingginya angka kematian dan kesakitan TB. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, di tingkat global digunakan strategi DOTS
(Directly Observed Treatment Shortcourse). Secara harfiah DOTS berarti
pengobatan jangka pendek dengan pengawasan ketat. Strategi ini bermanfaat
menurunkan angka kesakitan dan kematian, mencegah resistensi obat, dan
memberikan angka kesembuhan yang tinggi (Erawatyningsih, 2009). Tahun
1995, Indonesia mengadopsi strategi DOTS untuk penanggulangan TB. Pada
tahun 2001, seluruh propinsi dan lebih dari 95% puskesmas, serta 30% rumah
sakit/BP4 telah mengadopsi strategi DOTS (Haziq, 2012).
Berdasarkan uraian tersebutdi atas, maka penulis bermaksud untuk lebih
mengetahui faktorfaktor yang berpengaruh terhadap kejadian TBC di
wilayah kerja Puskesmas Genuk.

1.2.Rumusan Masalah
Bagaimana Diagnosis Holistik dan Terapi Komprehensif Dalam Layanan
Kedokteran Keluarga Terhadap Pasien TBC?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan umum
Untuk memperoleh informasi mengenai Diagnosis Holistik dan
Terapi Komprehensif Dalam Layanan Kedokteran Keluarga
Terhadap Pasien TBC.
1.3.2. Tujuan Khusus
Untuk memperoleh informasi mengenai faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap TBC
Untuk memperoleh solusi terhadap faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap TBC
2. Manfaat
a. Masyarakat
Masyarakat memperoleh pengetahuan mengenai TBC dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya
Masyarakat memperoleh pengetahuan mengenai manfaat perilaku
hidup bersih dan sehat
Membangun kesadaran masyarakat tentang pencegahan penyakit
TBC
b. Mahasiswa
Mahasiswa mengetahui secara langsung permasalahan yang ada di
lapangan
Mahasiswa menjadi terbiasa melaporkan masalah mulai dari
menemukan masalah sampai pemecahannya
Sebagai media yang menambah wawasan pengetahui tentang ilmu
kesehatan masyarakat, khususnya tentang hipertensi
Sebagai media yang dapat mengembangkan keterampilan sebagai
dokter
Sebagai modal dasar untuk melakukan penelitian bidang ilmu
kesehatan masyarakat selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. TBC
2.1.1 Definisi
Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TBC
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya
(Depkes, 2002).
2.1.2. Etiologi dan pathogenesis
Basil Mycobacterium tuberculosis tersebut masuk ke dalam
jaringan paru melalui saluran nafas (droplet infection) sampai alveoli,
terjadilah infeksi primer (Ghon). Selanjutnya menyebar ke kelenjar
getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (Ranke)
dinamakan tuberculosis primer, yang dalam perjalanan lebih lanjut
sebagian besar akan mengalami penyembuhan. TB paru primer,
infeksinya terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik
terhadap basil Mycobacterium tuberculosis. Sedangkan yang disebut
Tuberculosis Post Primer (reinfection) adalah infeksi jaringan paru
oleh karena terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh
terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil tuberculosis tersebut
(Amin, Alsagraff, 1989). Sebagian besar kuman terdiri dari asam
lemak (lipid), kemudian peptidoglikan dan arabinomanan. Lipid inilah
yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam sehingga disebut
bakteri tahan asam (BTA) dan ia lebih tahan terhadap gangguan kimia
dan fisis. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam
keadaan dingin. Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat
dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan
menjadikan tuberculosis aktif lagi. Sifat lain kuman ini adalah aerob,
sehingga kuman ini lebih suka jaringan yang tinggi kandungan
oksigennya. Bagian apikal paru kandungan oksigennya lebih tinggi
dari bagian lainnya sehingga bagian apikal merupakan tempat
predileksi penyakit tuberculosis (Bahar, 2001).
Sumber penularan dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup
dalam saluran pernafasan. Setelah kuman TB masuk ke dalam tubuh
melalui saluran pernafasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari
paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem
saluran limfe, saluran nafas atau penyebaran langsung ke bagian
bagian tubuh yang lainnya (Depkes, 2002).
Penyakit TB bukan dikarenakan penyakit turunan atau
disebabkan oleh kutukan atau guna guna. Penyakit ini juga tidak
menular melalui serangga, transfusi darah atau air minum. Orang yang
tinggal serumah dengan penderita TB juga rentan terhadap terhadap
penularan penyakit ini, karena penularan penyakit TB melalui
percikan ludah yang keluar saat penderita TB batuk atau bersin. Jadi,
keluarga perlu untuk memperhatikan pergantian udara di rumah atau
di ligkungan sekitar, seperti mengusahakan agar sinar matahari masuk
ke dalam ruangan, menutup hidung dan mulut jika ada yang batuk,
rajin berolah raga dan mengkonsumsi makanan bergizi supaya tubuh
dalam kondisi bugar dan tidak mudah tertular penyakit (Pudjijanto,
1996).

2.1.3. Klasifikasi
1) Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA) Tb paru dibagi dalam :
1. Tuberculosis paru BTA positif
a. Sekurang kurangnya 1 dari 3 spesimen dahak menunjukkan
hasil BTA positif
b. Hasil pemeriksaan 1 spesimen dahak menunjukkan BTA
positif dan kelainan radiologi menunjukkan gambaran
tuberculosis aktif
c. Hasil pemeriksaan 1 spesimen dahak menunjukkan BTA
positif dan biakan positif
2. Tuberculosis paru BTA negatif
a. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif,
gambaran klinis dan kelainan radiologi menunjukkan
tuberculosis aktif
b. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif
dan biakan M. tuberculosis positif.
2) Berdasarkan tipe penderita
Tipe penderita berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya. Ada beberapa tipe penderita yaitu :
1. Kasus baru
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.
2. Kasus kambuh (relaps)
Adalah penderita tuberculosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil
pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif.
3. Kasus defaulted atau drop out
Adalah penderita yang telah menjalani pengobatan paling kurang
1 bulan dan berhenti 2 bulan sebelum masa pengobatan selesai.
Umumnya penderita tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan
dahak BTA positif (Depkes, 2001).
4. Kasus gagal
Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau
kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum
akhir pengobatan)atau akhir pengobatan.
5. Kasus kronik
Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif
setelah selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2
dengan pengawasan baik.
6. Kasus bekas TBC
a. Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada)
dan gambaran radiologis paru menunjukkan lesi TBC yang
tidak aktif atau foto serial menunjukkan gambaran yang
menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih
mendukung.
b. Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah
mendapatkan pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto toraks
ulang tidak ada perubahan gambaran radiologi.
2.1.4. Diagnosis
Gambaran klinis
a. Anamnesis
Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam,
menggigil, suhu tubuh meningkat , batuk dengan dahak
mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah, sesak
napas dan nyeri dada.
b. Pemeriksaan fisik
Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di
paru. Pada inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal
waktu bernapas, pasa palpasi fremitus dapat mengeras, pada
perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara napas
bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin disertai ronki
basah halus, yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada
stadium resolusi.
Pemeriksaan penunjang
a. Gambaran radiologis
Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang
utama untuk menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis
dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan " air
broncogram", penyebab bronkogenik dan interstisial serta
gambaran kaviti. Foto toraks saja tidak dapat secara khas
menentukan penyebab TBC, hanya merupakan petunjuk ke
arah diagnosis etiologi, misalnya gambaran TBC lobaris
tersering disebabkan oleh Steptococcus TBCe, Pseudomonas
aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau
gambaran bronkoTBC sedangkan Klebsiela TBC sering
menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan
meskipun dapat mengenai beberapa lobus.
b. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah
leukosit, biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-kadang
mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit terdapat
pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk
menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak,
kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif pada 20-
25% penderita yang tidak diobati. Analisis gas darah
menunjukkan hipoksemia dan hikarbia, pada stadium lanjut
dapat terjadi asidosis respiratorik.(Dahlan, 2009)
2.1.5. Penatalaksanaan
Pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif
2-3 bulan dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Pengobatan TB bertujuan
untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah
kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya
resistensi kuman terhadap OAT. (PNPT, 2014)
Prinsip pengobatan yang adekuat adalah :
a. Pengobatan diberikan dalam bentuk panduan OAT yang
dapat mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah
terjadinya resistensi.
b. Diberikan dalam dosis tepat
c. Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh
PMO (pengawas menelan obat) sampai selesai pengobatan
d. Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup
terbagi dalam tahap awal serta tahap lanjutan untuk
mencegah kekambuhan
Tahap pengobatan TB terdiri dari tahap awal yaitu pengobatan
diberikan setiap hari dan tahap lanjutan yang merupakan tahap yang
penting untuk membunuh sisa-sisa kuman yang masih ada dalam
tubuh khususnya kuman persister sehingga pasien dapat sembuh dan
mencegah terjadinya kekambuhan.

2.1.5.1. Obat Anti Tuberkulosis


Obat yang dipakai :
Tabel 2.1 OAT lini pertama
Jenis Sifat Efek samping
Isoniazid (H) Bakterisidal Neuropati perifer, psikosis toksik,
gangguan fungsi hati, kejang
Rifampisin (R) Bakterisidal Flu syndrome, gangguan GI , urin
berwarna merah, gangguan fungsi
hati, trombositopeni, demam, skin
rash, sesak nafas, anemia
hemolitik
Pirazinamid (Z) Bakterisidal Gangguan GI, gangguan fungsi
hati, gout artritis
Streptomisin (S) Bakterisidal Nyeri ditempat suntikan,
gangguan keseimbangan dan
pendengaran, renjatan anafilaktik,
anemia agranulositosi,
trombositopeni
Etambutol (E) Bakteriostatik Gangguan penglihatan , buta
warna, neuritis perifer

1) Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)


OAT lini ke-2 digunakan dalam tatalaksan pasien TB resisten obat
di Indonesia / TB MDR
Tabel. 2.2 OAT yang digunakan dalam pengobatan TB MDR

Kemasan :
1) Obat tunggal : obat disajikan secara terpisah.
Tabel 2.3 Kisaran dosis OAT lini pertama bagi pasien dewasa
OAT Dosis
Harin 3x/seminggu
Kisaran dosis Maksimum Kisaran dosis Maksimum
(mg/kg BB) (mg) (mg/kg BB) (mg)
Isoniazid 5 (4-6) 300 10 (8-12) 900
Rifampisin 10 (8-12) 600 10 (8-12) 600
Pirazinamid 25 (20-30) 35 (30-40)
Etambutol 15 (15-20) 30 (25-35)
Streptomisin 15 (12-18) 15 (12-18) 1000

2) Obat kombinasi dosis tetap/KDT (Fixed Dose Combination-FDC)


Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari 3 atau 4 obat dalam satu tablet. In
ternational union Againts Tuberculosis and Lung Disease (IUALTD) dan
WHO menyarankan untuk menggantikan paduan obat tunggal dengan
kombinasi dosis tetap dalam pengobatan TB primer pada tahun 1998.
Dosis obat kombinasi tetap berdasarkan WHO seperti terlihat pada berikut
:
Tabel 2.4 Dosis OAT KDT
Tahap Lanjutan
Tahap Intensif
Berat 3 kali seminggu selama 16
tiap hari selama 56 hari
Badan minggu
RHZE (150/75/400/275)
RH (150/150)
30-37 2 tablet 2 tablet
38-54 3 tablet 3 tablet
55-70 4 tablet 4 tablet
>71 5 tablet 5 tablet
Obat kombinasi dosis tetap mempunyai beberapa keuntungan dalam
pengobatan TB:
a) Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin
efektifitas obat dan mengurangi efek samping.
b) Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko
terjadinya resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan
resep
c) Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat
menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien.
d) Peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap penatalaksanaan
yang benar dan standar.

2.1.5.2. Panduan obat Anti Tuberkulosis


Panduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian
Tuberkulosis di Indonesia adalah :
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
Kategori anak : 2(HRZ)/4(HR) atau 2HRZA(S)/4-10HR

Menurut buku Pedoman Nasional Penanggulangan


Tuberkulosis pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi (1) :
1) Kategori-1 (2HRZE/ 4R3H3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
a) Pasien baru TB paru BTA positif.
b) Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
c) Pasien TB ekstra paru

2) Kategori -2 (2RHZES/ RHZE/5R3H3E3)


Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah
diobati sebelumnya:
a) Pasien kambuh
b) Pasien gagal
c) Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)
Tabel 2.6. Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2
Tahap Lanjutan
Tahap Intensif
3 kali seminggu
tiap hari
Berat RH (150/150) +
RHZE (150/75/400/275) + S
Badan E(400)
Selama 28
Selama 56 hari selama 20 minggu
hari
30-37 2 tab 4KDT 2 tab 4KDT 2 tab 2KDT
+ 500 mg Streptomisin + 2 tab Etambutol
inj.
38-54 3 tab 4KDT 3 tab 4KDT 3 tab 2KDT
+ 750 mg Streptomisin + 3 tab Etambutol
inj
55-70 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT 4 tab 2KDT
+ 1000 mg Streptomisin + 4 tab Etambutol
inj.
>71 5 tab 4KDT 5 tab 4KDT 5 tab 2KDT
+ 1000mg Streptomisin + 5 tab Etambutol
inj.

1) Efek samping obat dan penatalaksanaannya


Efek samping yang terjadi dapat ringan atau berat, bila efek samping
ringan dan dapat diatasi dengan obat simptomats maka pemberian OAT dapat
dilanjutkan.
Tabel berikut, menjelaskan efek samping ringan maupun berat dengan
pendekatan gejala.

Tabel 5. Efek samping ringan OAT


Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan
Tidak ada nafsu Rifampisin Semua OAT diminum
makan, mual, sakit malam sebelum tidur
perut
Nyeri Sendi Pirasinamid Beri Aspirin
Kesemutan s/d rasa INH Beri vitamin B6
terbakar di kaki (piridoxin) 100mg per
hari
Warna kemerahan Rifampisin Tidak perlu diberi apa-
pada air seni (urine) apa, tapi perlu penjelasan
kepada pasien

Tabel 6. Efek samping berat OAT

Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan


Gatal dan kemerahan Semua jenis OAT Ikuti petunjuk
kulit penatalaksanaan
dibawah *).
Tuli Streptomisin Streptomisin dihentikan,
ganti Etambutol.
Gangguan Streptomisin Streptomisin dihentikan,
keseimbangan ganti
. Etambutol
Ikterus tanpa penyebab Hampir semua Hentikan semua OAT
lain OAT sampai
ikterus menghilang.

Bingung dan muntah- Hampir semua Hentikan semua OAT,


muntah (permulaan OAT segera
ikterus karena obat) lakukan tes fungsi hati.

Gangguan penglihatan Etambutol Hentikan Etambutol.


Purpura dan renjatan Rifampisin Hentikan Rifampisin.
(syok)

Penatalaksanaan pasien dengan efek samping gatal dan kemerahan kulit:


Jika seorang pasien dalam pengobatan OAT mulai mengeluh gatal-
gatal singkirkan dulu kemungkinan penyebab lain. Berikan dulu anti-
histamin, sambil meneruskan OAT dengan pengawasan ketat. Gatal-gatal
tersebut pada sebagian pasien hilang, namun pada sebagian pasien
malahan terjadi suatu kemerahan kulit. Bila keadaan seperti ini, hentikan
semua OAT. Tunggu sampai kemerahan kulit tersebut hilang. Jika gejala
efek samping ini bertambah berat, pasien perlu dirujuk. (1)

2.1.6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi, menurut (Sylvia, 2005) :
Efusi pleura.
Empiema.
Abses Paru.
Pneumotoraks.
Gagal napas.
Sepsis
BAB III
ANALISA SITUASI

3.1 Cara dan Waktu Pengamatan


Pengamatan kasus tuberkulosa dilakukan berdasarkan data
kunjungan pasien terdiagnosis tuberkulosa di Puskesmas Genuk pada 27
Juni 2016.

3.2 Observasi
Pengamatan dilakukan secara langsung, di rumah pasien,
Genuksari RT 01/RW 08 Semarang.

3.3 Identitas Pasien


Nama : Tn. AR
Tanggal Lahir : 19 Juli 1963
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 53 tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Genuksari RT 01 / RW 08 Genuk

ANAMNESIS HOLISTIK
ASPEK 1
PERSONAL
Keluhan Utama : Batuk berdarah dengan lendir darah.
Harapan : Sembuh dari batuknya
Kekhawatiran : Tidak sembuh dan penyakit makin parah
ASPEK 2
ANAMNESIS MEDIS UMUM
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien batuk berdahak selama 3 minggu. Batuk dirasakan setiap
hari. Jika saat malam hari, batuk semakin sering dan pasien sering
mengeluarkan keringat dingin sampai menggigil. Pasien juga mengeluh
nafsu makan berkurang sehingga badan menjadi lebih kurus dari
sebelumnya dan sering merasa lelah. Pasien mengeluh rasa sesak di dada
dan dada terasa sakit. Pasien memutuskan memeriksakan diri ke BP4,
dokter menyatakan bahwa pasien suspect TB Paru dan atas saran dokter
untuk melakuka foto radiologi thorax, kemudian pasien ke Balai
Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) untuk foto thorak.
Unuk kesimpulan pada hasil radiologi pada Paru (pulmo)
ditemukan gambaran TB paru aktif pada kedua paru. Kemudian pasien
melapor ke Puskesmas Genuk mengenai hasil pemeriksaan sputum dan
hasil foto thorak mengenai hasil suspek TB paru yang dinyatakan postif
oleh BKPM. Kemudian tanggal 14 Mei 2016 pasien kembali lagi ke
puskesmas Genuk untuk melakukan pengobatan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi : disangkal
Penyakit jantung : disangkal
Diabetes Mellitus : diakui (sejak 2 tahun yang lalu)jarang
dikontrol dan jarang minum obat.
Asma : disangkal
Alergi : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Hipertensi : disangkal
Penyakit jantung : disangkal
Diabetes Mellitus : disangkal
Asma : disangkal
Alergi : disangkal
TBC : disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien merupakan seorang buruh swasta dengan istri ibu rumah
tangga. Pasien sehari-harinya merokok, tidak pernah mengkonsumsi
alkohol atau obat-obatan terlarang.Pasien memiliki 1 orang istri dan 2
orang anak. Istri pasien berumur 50 tahun.
Pasien tinggal serumah dengan isteri, dan anak-anaknya. Pengobatan
ditanggung jamkesmaskot.

ASPEK 3
FAKTOR RISIKO INTERNAL
Usia 53 tahun
Higiene personal kurang
DM jarang dikontrol

ASPEK 4
FAKTOR RISIKO EKSTERNAL
Pengetahuan keluarga yang kurang mengenai TBC
Status ekonomi rendah
Kondisi perumahan padat penduduk
Ventilasi, higiene sanitasi kurang

ASPEK 5
DERAJAT FUNGSIONAL
Mampu melakukan pekerjaan ringan sehari-hari di dalam dan luar rumah
(skor 2)
ANAMNESIS KELUARGA

Gambar 3.1. Genogram

: Pasien

: Istri

: anak laki-laki

: anak perempuan

Semua dalam satu rumah

Bentuk dan Struktur Keluarga


Bentuk keluarga : keluarga inti (nuclear family)
Struktur keluarga
struktur komunikasi : Kadang terbuka. Jika ada masalah jarang
didiskusikan dan dicari penyelesaiannya
struktur peran :
- Pasien sebagai tulang punggung keluarga.
- Anak pasien sudah bekerja sehingga bisa membantu perekonomian
dan pekerjaan rumah tangga.
Struktur kekuatan : expert power (pendapat ahli) dan
informational power (pengaruh yang dilalui melalui proses persuasi)
Nilai/norma/budaya keluarga :
- Menurut pasien berobat ke pelayanan kesehatan hanya jika ada
keluhan yang parah, jadi tidak perlu kontrol rutin.
- Menurut istri pasien beli obat sendiri di warung dan obat
tradisional sudah cukup daripada harus ke pelayanan kesehatan.
Fase Kehidupan Keluarga
Keluarga pasien berada di fase kehidupan anak-anak meninggalkan
keluarga (Satu-persatu anak meninggalkan keluarga).

Identifikasi Fungsi Keluarga


Fungsi biologis
- Meneruskan keturunan ()
- Memelihara dan membesarkan anak ()
- Memenuhi kebutuhan gizi keluarga (kurang)
Fungsi psikologis
- Memberi perhatian diantara anggota keluarga (kurang)
Fungsi sosial
- Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak (kurang)
Fungsi ekonomi
- Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimasa depan (-)

Risiko-Risiko Internal Keluarga


Sikap keluarga yang cenderung tidak perhatian dengan penyakit pasien
(dukungan keluarga kurang)
Status ekonomi rendah
Ventilasi, higiene sanitasi kurang
Risiko-Risiko Eksternal Keluarga
Kurangnya pengetahuan serta penerapan masyarakat mengenai perilaku
hidup bersih dan sehat..

PEMERIKSAAN FISIK PASIEN


Tanda Vital
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 87x/menit
RR : 18x/menit
Temperature : 36,3oC
Antropometri : BB 55 kg TB 157 cm
Keadaan umum : Sadar, aktif, sesak nafas (-), retraksi (-), tidak
sianosis.
Kepala : Mesosefal
Rambut : Hitam keputih-putihan, tidak mudah dicabut.
Mata : Konjungtiva palpebra anemis -/-, sklera ikterik -/-
Hidung : Nafas cuping hidung (-/-), sekret (-)
Telinga : Sekret (-)
Mulut : kering (-), sianosis (-)
Selaput mukosa : kering (-), sianosis (-)
Lidah : lidah kotor (-), tremor (-), kering (-)
Gigi : karies (+)
Tenggorokan : T1-T1, faring hiperemis (-)
Leher : simetris, pembesaran KGB (-)
Keadaan tubuh
Sianotik : (-)
Ikterik : (-)
Turgor : kembali cepat
Thorax
Paru
Inspeksi : simetris, retraksi (-)
Palpasi : fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler
Suara Tambahan : ronkhi basah halus nyaring - wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba di ICS Vlinea midclavicularis sinistra
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : Bj I-II normal, bising (-), gallop (-), irama reguler,

Abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : bising usus (+) N
Palpasi : supel, dbn
Perkusi : timpani

Ekstremitas Superior Inferior


Akral dingin -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Capillary refill <2
Oedem -/- -/-

Hasil Lab
Pemeriksaan sputum : Sewaktu (+) : 14 Mei 2016
Pagi (+) : 14 Mei 2016
Sewaktu(+) : 14 Mei 2016
BTA : (+)
GDS : 299 mg/dL
4.3 Diagnosa (saat dirawat)
TBC, DM

5.3 Terapi dan edukasi


- 1x 2 tabet 4KDT
- Metformin 1x 500 mg
- Glibenklamid 1 x 5mg
- Teratur meminum obat sesuai dosis yang ditetapkan dokter
- Menjalani pengobatan minimal 6 bulan atau hingga dinyatakan sembuh
- Memakai masker saat berinteraksi dengan orang lain agar tidak
menularkan kuman TBC
- Menggunakan alat makan yang terpisah dengan orang lain
- Membuka jendela saat pagi hari agar cahaya matahari bisa masuk
kedalam rumah dan untuk sirkulasi udara

1. Diagnosis Holistik
a. Aspek 1 personal
- Keluhan utama : batuk berdahak dengan lendir darah.
- Harapan : pasien sembuh dan aktif seperti sedia kala
- Kekhawatiran : tidak sembuh dan bertambah parah
b. Aspek 2 Anamnesis medis umum
- Diagnosis kerja : TBC, DM
- Diagnosis banding :
1. pneumonia
2. common cold
c. Aspek 3 (Kondisi Internal)
Pasien laki-laki berusia 53 tahun,pasien memiliki DM yang jarang
dikontrol dan memliki tingkat kebersihan yang kurang.
d. Aspek 4 Kondisi Eksternal
Keluarga pasien memiliki pengetahuan yang kurang mengenai
infeksi tbc, keluarga pasien berkebiasaan jarang membuka jendela
dan lingkungan rumah sering terkena banjir. Keluarga pasien juga
memiliki pengetahuan yang kurang dalam penerapan PHBS.
Keluarga memiliki pengetahuan yang kurang dalam penerapan
rumah sehat. Perumahan sekitar padat penduduk.

e. Aspek 5 derajat fungsional


Derajat fungsional : 2 (dua)

2. Temuan masalah
a) Identifikasi masalah
Dalam kasus ini terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi
penyebab timbulnya infeksi tbc, yaitu:
1. Lingkungan tempat tinggal pasien adalah pemukiman yang
padat.
2. Kebiasaan jarang membuka jendela.
3. Kepadatan hunian kamar tidur.
4. Kebiasaan jarang membersihkan rumah.
5. Tingkat pengetahuan dan lingkungannya yang kurang kaitannya
dengan infeksi TBC.
6. Tempat pemukiman sering terkena banjir.
AGENT

Mycobacterium tuberculosa

INFEKSI TBC

LINGKUNGAN HOST

Pemukiman yang padat Jarang membersihkan


Per dan sering terkena banjir. rumah
Tingkat pengetahuan Jarang membuka
keluarga dan lingkungan jendela
yang kurang mengenai Pasien memiliki DM
infeksi tbc dan jarang dikontrol

Masalahan yang teridentifikasi tersebut kemudian ditentukan prioritas


masalahnya dengan menggunakan metode Hanlon kualitatif dengan 3
Kelompok kriteria :
1. Kelompok kriteria U : Mendesak (Urgency)
Pertimbangan ini dari aspek waktu, masih dapat ditunda atau harus segera
ditanggulangi. Semakin pendek tenggang waktunya, semakin mendesak
untuk ditanggulangi.
2. Kelompok Kriteria S : Kegawatan (Seriousness)
Besarnya akibat atau kerugian yang dinyatakan dalam besaran kuantitatif
berapa rupiah, orang dll.
3. Kelompok Kriteria G : Perkembangan (Growth)
Kecenderungan atau perkembangan akibat dari permasalahan. Semakin
berkembang masalah, semakin diprioritaskan.
a. Lingkungan tempat tinggal pasien adalah pemukiman yang padat.
b. Kebiasaan jarang membuka jendela
c. Kepadatan hunian kamar tidur
d. Kebiasaan jarang membersihkan rumah
e. Tingkat pengetahuan pasien dan lingkungannya yang kurang kaitannya
dengan infeksi TBC
f. Pemukiman sering terkena banjir.

B. METODE HANLON KUALITATIF


1. Urgency
Masalah 1 2 3 4 5 6
1 - - - - - 0

2 + - + - 2

3 - - + 1

4 + - 1

5 + 1

6 0

Vertikal 0 1 1 3 2 3

Horizontal 0 2 1 1 1 0

TOTAL 0 3 2 4 3 3

2. Seriously
Masalah 1 2 3 4 5 6
1 - - - - - 0

2 + - + - 2

3 - - + 1

4 + + 2

5 + 1

6 0

Vertikal 0 1 1 3 2 2

Horizontal 0 2 1 1 1 0

TOTAL 0 3 2 4 3 2
3. Growth
Masalah 1 2 3 4 5 6
1 - - - + + 2

2 - - - - 0

3 - + - 1

4 - + 1

5 + 1

6 0

Vertikal 0 1 2 3 3 3

Horizontal 2 0 1 1 1 0

TOTAL 2 1 3 4 4 3

TOTAL HANLON
Masalah U S G Total Prioritas
1 0 0 2 2 6
2 3 3 1 7 5
3 2 2 3 7 4
4 4 4 4 12 1
5 3 3 4 10 2
6 3 2 3 8 3

4. URUTAN PRIORITAS MASALAH


1. Kebiasaan jarang membersihkan rumah.
2. Tingkat pengetahuan pasien dan lingkungannya yang kurang
kaitannya dengan infeksi TBC.
3. Pemukiman sering terkena banjir.
4. Kebiasaan jarang membuka jendela.
5. Kepadatan hunian kamar tidur.
6. Lingkungan tempat tinggal pasien adalah pemukiman yang padat.
4.5 Plan of Action (POA)
No Kegiatan Tujuan Sasaran Metode Tempat Pelaksana Indikator
Keberhasilan
1 Edukasi pasien dan Meningkatkan Pasien dan Diskusi Rumah Dokter Keluarga
keluarga tentang pengetahuan pasien keluarga Penempelan pasien Muda FK mengetahui dengan
makanan dan gizi dan keluarga pasien poster Unissula jelas mengenai
seimbang untuk pasien tentang makanan makanan dan gizi
DM dan gizi seimbang seimbang untuk
untuk pasien DM pasien DM.
Meningkatkan
kesadaran dan
sebagai pengingat
dalam menyiapkan
makan untuk
keluarga
2 Edukasi pasien dan Meningkatkan Keluarga Diskusi Rumah Dokter Keluarga dan
keluarga tentang pengetahuan dan pasien Pemberian pasien Muda FK pasien mengetahui
penyakit TBC serta keluarga pasien leaflet Unissula dengan jelas
cara pencegahannya mengenai penyakit mengenai penyakit
TBC TBC dan cara
pencegahannya
3 Pencegahan penularan Menurunkan angka Pasien dan Pemberian Rumah Dokter Keluarga dan
TBC disekitar penularan TBC Keluarga masker pasien Muda FK pasien mengetahui
lingkungan pasien disekitar lingkungan pasien Unissula cara penggunaan
pasien. masker yang baik
dan benar.
4 Edukasi mengenai Meningkatkan Keluarga Diskusi Rumah Dokter Keluarga
rumah sehat. pengetahuan dan pasien pasien muda FK mengetahui dengan
kemauan keluarga UNISSULA jelas mengenai
pasien untuk rumah sehat dan
memperbaiki derajat meningkatkan
rumah sehat. upaya untuk
mengurangi
kelembapan rumah
5 Edukasi mengenai Meningkatkan Pasien dan Diskusi Rumah Dokter Keluarga
PHBS pengetahuan dan Keluarga Pemberian Pasien Muda FK mengetahui dengan
kemauan keluarga pasien Leaflet Unissula jelas mengenai
pasien untuk PHBS
memperbaiki derajat
rumah sehat
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1.Gambaran Proses dan Masalah pada Kelima Aspek


A. Aspek 1 personal
- Keluhan utama : batuk berdahak dengan lendir darah.
- Harapan : pasien sembuh dan aktif seperti sedia kala
- Kekhawatiran : tidak sembuh dan bertambah parah
Batuk lama yang tidak sembuh sembuh merupakan salah satu gejala
TBC.
B. Aspek 2 Anamnesis medis umum
- Diagnosis kerja : TBC , DM
- Diagnosis banding :
1. pneumonia
2. common cold
TBC diakibatkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis yang
masuk kedalam tubuh dan mudah menular ke orang lain
sehingga perlu dilakukan penatalaksaan yang komprehensif
C. Aspek 3 Kondisi Internal
Pasien laki-laki berusia 53 tahun, pasien memiliki DM yang jarang
dikontrol dan memliki tingkat kebersihan yang kurang. Pasien memiliki
pengetahuan yang kurang mengenai infeksi TBC.
Faktor internal pasien terdiri dari faktor yang bisa dimodifikasi.
D. Aspek 4 Kondisi Eksternal
Keluarga pasien memiliki pengetahuan yang kurang mengenai
infeksi tbc, keluarga pasien berkebiasaan jarang membuka jendela.
Keluarga pasien juga memiliki pengetahuan yang kurang dalam penerapan
PHBS. Keluarga memiliki pengetahuan yang kurang dalam penerapan
rumah sehat. Perumahan padat penduduk dan sering terkena banjir.
Faktor risiko eksternal saling berhubungan dengan faktor risiko internal.
E. Aspek 5 derajat fungsional
Derajat fungsional : 2 (dua)

1. Intervensi
Terapi komprehensif
a) Promotif
Patient centered
Memberikan pengetahuan sederhana kepada pasien mengenai
penyakit TBC yang meliputi : definisi TBC, penyebab
TBC,TBC merupakan penyakit yang menular,kuman TB
keluar ke udara saat penderita batuk,bersin atau berbicara .
Gejala klinis TBC diantaranya batuk lama, demam,keringat
dimalam hari, sesak,berat badan turun drastis. Tatalaksana
pengobatan yang lama dan harus minum obat secara rutin tidak
boleh berhenti sebelum dinyatakan sembuh oleh dokter.
Rutin mengkonsumsi OHO untuk mengontrol gula darah.

Family oriented
Memberikan pengetahuan sederhana kepada keluarga
mengenai penyakit TBC yang meliputi : definisi TBC,
penyebab TBC,TBC merupakan penyakit yang
menular,kuman TB keluar ke udara saat penderita batuk,
bersin atau berbicara. Gejala klinis TBC diantaranya batuk
lama, demam,keringat dimalam hari, sesak,berat badan
turun drastis. Tatalaksana pengobatan yang lama dan harus
minum obat secara rutin tidak boleh berhenti sebelum
dinyatakan sembuh oleh dokter.
Memberikan informasi mengenai manfaat penggunaan masker
untuk pencegahan dan penyebaran penyakit TBC
Memberikan informasi penjelasan kepada keluarga pasien
mengenai penerapan PHBS, rumah sehat.
Community oriented
Memberikan pengetahuan sederhana kepada tetangga mengenai
penyakit TBC yang meliputi : definisi TBC, penyebab
TBC,TBC merupakan penyakit yang menular,kuman TB keluar
ke udara saat penderita batuk,bersin atau berbicara . Gejala
klinis TBC diantaranya batuk lama, demam,keringat dimalam
hari, sesak,berat badan turun drastis. Tatalaksana pengobatan
yang lama dan harus minum obat secara rutin tidak boleh
berhenti sebelum dinyatakan sembuh oleh dokter.
Memberikan informasi mengenai manfaat penggunaan masker
untuk pencegahan dan penyebaran penyakit TBC.
Memberikan informasi mengenai imunisasi BCG untuk
mencegah terjadinya TBC

b) Preventif
Patient centered
Memakai masker untuk mencegah penularan
Menggunakan alat makan terpisah untuk mencegah penularan
Membersihkan rumah secara rutin dan membuang sampah
pada tempat sampah
Sering membuka jendela rumah, terutama pada pagi hari.
Family oriented
Semua anggota keluarga ikut serta menjaga kebersihan rumah,
menambah ventilasi di rumah dan membuka jendela setiap
pagi serta mengatur pencahayaan rumah yang baik.
Menggunakan masker
Community oriented
Melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan sekitar
rumah
Menggunakan masker
Olahraga secara teratur
c) Kuratif
Patient centered
1. Non medikamentosa
- Tirah baring
- Nutrisi
2. Medikamentosa
1x 2 tabet 4KDT
Metformin 1x 500 mg
Glibenklamid 1 x 5mg
Family oriented
-
Community oriented
-
d) Rehabilitatif
Patient centered
Minum obat secara teratur
Perilaku hidup bersih dan sehat
Menjaga gizi tetap baik
Family oriented
Dukungan keluarga agar pasien minum obat teratur
Memotivasi keluarga untuk menghindarkan pasien hal-hal
yang memungkinkan memperburuk keadaan pasien atau
menyebabkan infeksi berulang
Memotivasi keluarga untuk mengantarkan pasien kontrol ke
puskesmas hingga dinyatakan sembuh oleh dokter.
Community oriented
Dukungan lingkungan dan tetangga untuk mendukung
kesembuhan pasien.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari laporan kasus ini adalah:
Pengetahuan masyarakat Genuk masih sangat kurang dalam pencegahan
infeksi TBC.
Perilaku masyarakat sebagai faktor resiko timbulnya TBC seperti jarang
membersihkan rumah dan jarang membuka jendela.
Faktor lingkungan seperti lingkungan padat penduduk dan sanitasi buruk,
kepadatan hunian kamar,dan daerah sering banjir menjadi faktor resiko
timbulnya infeksi TB.

5.2 Saran
a. Untuk Puskesmas
- Agar meningkatkan kegiatan kunjungan rumah rumah warga untuk
selalu mengingatkan agar terus melakukan PHBS dan menjadikan
rumah sehat untuk meningkatkan kualitas penyembuhan pasien dan
pengurangan angka penularan TBC
- Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang TBC.
b. Untuk Pasien
- Memotivasi pasien dan keluarga agar berperilaku hidup bersih dan
sehat.
- Memotivasi pasien dan keluarga agar melakukan pengobatan rutin
TBC dan meningkatkan PHBS untuk menurunkan angka penularan
dan memberatnya penyakit.
- Jika didapatkan kasus seperti ini lagi segera memeriksakan ke
pelayanan kesehatan terdekat.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, M.M., Alsagraff, H., Saleh, W.B.M.T., 1989, Pengantar Ilmu Penyakit
Paru, Airlangga University Press, Surabaya, 13 16.
Bahar, A., 2001, Tuberculosis Paru, dalam Soeparman, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Jilid II Edisi ketiga, Balai Penerbit FK UI, Jakarta, 819
829.
Centers for Disease Control and Prevention, 2005. Guidelines for preventing the
Transmission of Mycobacterium Tuberculosis in Healthcare Settings
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis, Cetakan ke 8, Jakarta.
Depkes, RI., 2002, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis, Depkes,
Jakarta.
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, 2010, Laporan tahunan program
penanggulangan TB. Semarang: Dinkes Propinsi Jawa Tengah.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun
2011
Dinkes Kota Semarang, 2011, Profil kesehatan Kota Semarang tahun 2011.
Semarang: Dinkes Kota Semarang.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis.. Jakarta. 2014.
Price, S.A., Wilson,L.M., 2006, Patofisiologi Klinis Proses Proses Penyakit,
Edisi 6, Volume 2, EGC, Jakarta, 183 184.
Pudjijanto, B., 1996, Penatalaksanaan Penyakit Tuberculosis, Bagian Ilmu
Penyakit Dalam FK UNDIP RSU Pusat dr. Kariadi Semarang,
Semarang,10 11.
Rasmin, M., et al, 2008. Profil Penderita Tuberkulosis Paru di Poli Paru RS
Persahabatan Januari Juli 2008. Department of Pulmonology and
Respiratory Medicine, Faculty of Medicine University of Indonesia,
Persahabatan Hospital, Jakarta, Indonesia
Slamet, Soemirat Juli., 1994, Kesehatan Lingkungan Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
World Health Organization, 2007. The Global Task Force on XDR-TB. Dalam: R.
K. Srivastava, 2010. Manifestation of Mycobacterium Other Than
Tuberculosis. Indian Journal of Tuberculosis
LAMPIRAN I
Dokumentasi
LAMPIRAN 2
LEAFLET

Anda mungkin juga menyukai