Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak
konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan anak dengan
dewasa. Anak bukan dewasa kecil. Anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan
perkembangan yang sesuai dengan usianya. Tumbuh-Kembang anak berlangsung secara
teratur, saling berkaitan dan berkesinambungan yang dimulai sejak konsepsi sampai
dewasa.
Pertumbuhan memiliki pengertian perubahan ukuran fisik dari waktu ke waktu.
Ukuran fisik tidak lain adalah ukuran tubuh manusia baik dari segi dimensi, proposi
maupun komposisinya yang lebih dikenal dengan sebutan antropometri. Oleh karena
pertumbuhan merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan mengikuti perjalanan waktu
maka pertumbuhan pada manusia dapat diartikan pula sebagai perubahan antropometri
dari waktu ke waktu.
Perkembangan adalah perubahan kemampuan motorik (kasar maupun halus), perilaku
dan mental seorang anak. Perkembangan tidak dapat diukur secara kuantitatif seperti
halnya dengan pertumbuhan. Perkembangan dinilai secara kualitatif.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan kepada balita sehat secara
komprehensif

2. Tujuan Khusus
Memenuhi tugas target praktek fisiologis Program Studi Diploma IV Kebidanan
Magelang, Poltekkes Kemenkes Semarang dan agar mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian atau pengumpulan data dasar pada balita sehat baik data
subyektif maupun data obyektif
b. Merumuskan diagnosa dan atau masalah pada balita
c. Mengindentifikasi diagnosa atau masalah potensial pada balita
d. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan
segera pada balita
e. Menentukan perencanaan tindakan yang akan dilakukan pada balita
f. Melakukan tindakan yang telah direncanakan untuk balita
g. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan pada balita
h. Melakukan pendokumentasian

C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan pengalaman
dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara langsung pada balita sehingga dapat
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan setiap asuhan kebidanan pada balita
fisiologis
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan sumber kepustakaan pada asuhan kebidanan pada balita
fisiologis
3. Bagi Klien dan Keluarga
Agar klien mengetahui dan memahami perubahan fisiologis yang terjadi pada
balita secara fisiologis maupun psikologis serta masalah pada kehamilan sehingga
timbul kesadaran bagi klien untuk memperhatikan anaknya.
4. Bagi Lahan Praktek
Memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan untuk lebih meningkatkan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan selalu menjaga mutu pelayanan.
BAB II
TINJAUAN TEORI BALITA

I. TINJAUAN TEORI MEDIS


A. Balita dan Anak Pra Sekolah
Anak Balita adalah sebagai masa emas atau "golden age" yaitu insan manusia yang
berusia 0-5 tahun (UU No. 20 Tahun 2003), meskipun sebagian pakar menyebut anak
balita adalah anak dalam rentang usia 0-8 tahun (Kurniadi, 2012).
Balita adalah anak 3 sampai 5 tahun, terjadi pertumbuhan biologis, psikososial,
kognitif, dan spiritual yang begitu signifikan. Kemampuan mereka dalam mengontrol
diri, berinteraksi dengan orang lain dan penggunaan bahasa dalam berinteraksi
merupakan modal awal anak dalam mempersiapkan tahap perkembangan berikutnya
yaitu tahap sekolah (whaley dan wong,2001).

B. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran tubuh yang meliputi BB, TB< LK, LD,
dan lain-lain, ataubertambahnya jumlah dan ukuran sel pada semua sistem organ tubuh.
1. Potensi tinggi badan (genetic) pada usia 18 tahun
a. TBL rata-rata : 48 50 cm
Perkiraan TB mulai usia 1 tahun sebagai Perkiraan Penambahan TB 0-1
berikut : tahun :

a. 1 tahun 1,5 x TBL TW I bertambah 10 cm


b. 4 tahun 2 x TBL TW I bertambah 6 cm
c. 6 tahun 1,5 x TB setahun
TW I bertambah 5 cm
d. 14 tahun 3 x TB L
e. Dewasa 3,5 x TBL (2x TB 2 tahun) TW I bertambah 4 cm

Pengukuran tinggi badan untuk anak yang sudah bisa berdiri dilakukan
dengan alat pengukur tinggi mikrotoa (microtoise) yang memiliki ketelitian 0,1
cm. sedangkan pada anak yang belum bisa berdiri digunakan alat pengukur
panjang badan dengan posisi anak berbaring di tempat datar. Pengukuran tinggi
badan maupun panjang badan dapat dilakukan dengan menggunakan pita ukur.
Cara mengukur panjang badan usia 0-24 bulan yaitu:
1) Alat pengukur diletakkan di atas meja atau tempat yang datar,
2) Bayi ditidurkan lurus di dalam alat pengukur,
3) Bagian bawah alat pengukur sebelah kaki digeser sehingga tepat
menyinggung telapak kaki bayi dan skala pada sisi alat ukur dapat dibaca.
Rumusan berat badan 7-2n kg ( n = tahun ) berat badan umur 1 tahun
adalah 3x berat badan lahir, 2,5 tahun adalah 4x berat badan lahir, dan 6 tahun
adalah 2x berat badan umur 1 tahun (Wahidayat,2003).
2. Berat badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa
jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan merupakan pengukuran yang
terpenting pada bayi baru lahir. Danhal ini digunakan untuk menentukan apakah
bayi termasuk normal atau tidak (Supariasa,et all, 2001).
Berat badan dipengaruhi oleh beberapa hal berikut
a. Genetik (keturunan)
b. Asupan nutrisi (makan, minum dan kudapan)

3
c. Penyerapan dan pengeluaran usus
d. Aktivitas fisik
e. Metabolisme tubuh dan hormon
f. Penyakit kronik seperti jantung, ISK dan TBC.
g. Kadar air dan lemak tubuh
3. Lingkar kepala
Lingkar kepala dipakai untuk mengetahui volume intrakranial dan dipakai
untuk menaksir pertumbuhan otak. Apabila kepala tumbuh tidak normal maka
kepala akan mengecil dan menunjukkan retardasi mental sebaliknya bila kepala
membesar kemungkinan adapenyumbatan aliran serebrospinal seperti pada
hidrosefalus yang akan meningkatkan volume kepala.
Alat yang sering digunakan dibuat dari serat kaca (fiberglass) dengan lebar
kurang dari 1 cm, fleksibel dan tidak mudah patah pengukuran sebaiknya mendekati
1 desimal. Caranya dengan melingkarkan pita pada kepala.
Lingkar kepala bayi normal adalah 33-35 cm,tahun pertama naik 10cm,
kenaikan semakin lama semakin sedikit, usia 5 tahun kenaikan hanya 0,5 cm, setiap
tahun sampai ukuran dewasa dicapai (Wahidayat,2003)
4. Lingkar Lengan Atas (LILA)
Pengukuran ini mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang
tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan berat badan.
Pada anak umur 1-5 tahun, LILA saja sudah dapat menunjukan status gizi. Alat
yang digunakan adalah pita ukur yang terbuat dari fiberglass, atau jenis kertas
tertentu berlapis plastik. Pengukuran dilakukan pada lengan yang tidak aktif pada
pertengahan bahu dan siku. Pada orang normal (tidak kidal) dilakukan pada tangan
kiri, sedangkan pada anak yang kidal dilakukan pengukuran pada lengan kanan.

C. Perkembangan
1. Tumbuh kembang Toddler (BATITA); umur 1-3 Tahun
a. Umur 15 bulan
Motorik kasar : Sudah bisa berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain.
Motorik halus : Sudah bisa memeganggi cangkir, memasukkan jari ke
lubang membuka kotak, melempar benda.
b. Umur 18 bulan
Motorik kasar : Mulai berlari tetapi sering jatuh, menarik-narik mainan,
mulai senang naik tangga tetapi masih dengan bantuan.
Motorik halus : Sudah bisa makan dengan menggunakan sendok, bisa
membuka halaman buku, belajar menyususn balok-balok.
c. Umur 24 bulan
Motorik kasar : Berlari sudah baik, dapat naik tangga sendiri dengan
kedua kaki tiap tahap.
Motorik halus : Sudah bisa membuka pintu, membuka kunci,
menggunting sederhana, minum dengan menggunakan
gelas atau cangkir, sudah dapat menggunakan sendok
dengan baik.
d. Umur 36 bulan
Motorik kasar : Sudah bisa naik turun tangga tanpa bantuan, memakai
baju dengan bantuan, mulai bisa naik sepeda beroda tiga.
Motorik halus : Bisa menggambar lingkaran, mencuci tangannya sendiri,
menggosok gigi.
2. Tumbuh kembang pra sekolah
a. Usia 4 tahun
Motorik kasar : Berjalan berjinjit, melompat, melompat dengan satu kaki,
mengangkap bola dan melemparkannya dari atas kepala.
Motorik halus : Sudah bisa menggunakan gunting dengan lancar, sudah
bisa menggambar kotak, menggambar garis vertikal
maupun garis horizontal, belajar membuka dan
memasang kancing baju.
b. Usia 5 tahun
Motorik kasar : Berjalan mundur sambil berjinjit, sudah dapat
menangkap dan melempar bola dengan baik, sudah
dapat melompat dengan kaki secara bergantian.
Motorik halus : Menulis dengan angka-angka, menulis dengan huruf,
menulis dengan kata-kata, belajar menulis nama,
belajar mengikat tali sepatu.
Sosial emosional : Bermain sendiri mulai berjurang, sering berkumpul
dengan teman sebaya, interaksi sosial selama bermain
meningkat, sudah siap untuk menggunakan alat-alat
bermain.
Pertumbuhan fisik : Berat badan meningkat 2,5 kg/tahun, tinggi badan
meningkat 6,75 - 7,5 cm/tahun.
3. Perkembangan psikoseksual ( freud )
a. Fase oral (0-1 tahun)
Pada masa ini kepuasan dan kesenangan, kenikmatan dapat melalui denan
cara menghisap, menggigit, mengunyah, atau bersuara, ketergantungan sangat
tinggi dan selalu minta dilindungi untuk mendapatkan rasa aman. Masalah yang
diperoleh pada yahap ini adalah menyapih dan makanan.( Marmi, 2014 : 123)
b. Fase anal (1-3 tahun)
Kepuasan pada tahap ini adalah pada pengeluaran tinja. Anak akan
menunjukkan keakuannya dasn sikapnya sangat nasristik, yaitu cinta terhadap
dirinya sendiri dan sangat egosentrik, mulai mempelajari struktur tubuhnya.
Masalah pada saat ini adalah obesitas, introvert, pengendalian diri dan tidak
rapi.( Marmi, 2014 : 123)
c. Fase oedipal atau falik (3-5tahun)
Kepuasan pada anak terletak pada rangsangan autoterotik yaitu meraba-
raba, merasakan kenikmatan dari beberapa daerah organnya, suka pada lawan
jenis. Anak laki-laki cenderung suka pada ibunya dan anak perempuan
cenderung suka pada ayahnya. ( Marmi, 2014 : 123)
d. Fase laten (5-12 tahun)
Kepuasan anak mulai berintregasi, anak masuk dalam fase pubeertas dan
berhadapan langsung pada tuntunan sosial seperti suka hubungan dengan
kelompoknya atau sebaya.( Marmi, 2014 : 123)
4. Perkembangan psikososial ( Erikson )
a. Tahap percaya tidak percaya (0-1 th)
Bayi sudah terbentuk rasa percaya kepada seorang baik orang tua maupun
orang yang mengasuhnya ataupun tenaga kesehatan yang merawatnya.
Kegagalan pada tahap ini apabila terjadi kesalahan dalam mengasuh atau
merawat maka akan timbul rasa ridak percaya. ( Marmi, 2014 : 124)
b. Tahap kemandirian, rasa malu dan ragu (1-3 tahun)
Anak sudah mulai mencoba dan mandiri dalam tugas tumbuh kembang
seperti kemampuan motorik dan bahasa. Pada tahap ini jika anak tidak
diberikan kebebasan anak akan merasa malu. ( Marmi, 2014 : 124)
c. Tahap inisiatif, rasa bersalah (4-6 tahun)
Anak akan mulai inisiatif dalam belajar mencari pengalamanan baru secara
aktif dalam aktivitasnya. Apabila pada tahap ini anak dilarang akan timbul rasa
bersalah. ( Marmi, 2014 : 124)
d. Tahap rajin dan rendah diri (6-12 tahun)
Anak selalu berusaha untuk mencapai sesuatu yang diinginkan atau
prestasinya sehingga anak pada usia ini adalah rajin dalam melakukan sesuatu.
Apabila pada tahap ini gagal anak akan rendah diri. ( Marmi, 2014 : 124)
e. Tahap identitas dan kebingungan peran pada nasa adolesebce.
Anak mengalami perubahan diri, perubahan hormonal. ( Marmi, 2014 :
124)
f. Tahap keintiman dan pemisahan terjadi pada masa dewasa yaitu anak mencoba
melakukan hubungan dengan teman sebaya atau kelompok masyarakat dalam
kehidupan sosial. ( Marmi, 2014 : 124)
g. Tahap generasi dan penghentian terjadi pada dewasa pertengahan yaitu
sesorang inhin mencoba memperhatikan generasi berikutnya dalam kegiatan
aktivitasnya. ( Marmi, 2014 : 124)
5. Perkembangan kognitif ( Piaget )
a. Tahap sensori motor (0-2 tahun)
Anak mempunyai kemampuan dalam mengasimilasi dan mengakomodasi
informasi dengan cara melihat, mendengar, menyentuh dan aktivitas motorik.
Semua gerakan akan diarahkan ke mulut dengan merasakan keingintahuan
sesuatu dari apa yang dilihat, didengar, disentuh, dan lain-lain. ( Marmi, 2014 :
122)
b. Tahap praoperasional (2-7 tahun)
Anak belum mampu vmegoperasionalkan apa yang dipirkan melalui
tindakan dalam pikiran anak, perkembangan anak masih bersifat egosentris.
Pada masa ini pikiran bersifat transduktif mengganggap semuanya sama.
Seperti semua pria dikeluarga adalah ayah maka semua pria adalah ayah.Selain
itu ada pikiran animisme, yaitu selalu memperhatikan adanya benda
mati.Seperti anak jatuh dan terbentur batu, dia akan menyalahkan batu tersebut
dan memukulnya.(Marmi,2014: 122)
c. Tahap Kongret (7-11 tahun)
Anak sudah memandang realistis dari dunianya dan mempunyai anggapan
yang sama dengan orang lain, sifat egosentrik sudah hilang, karena anak sudah
mengerti tentang keterbatasan diri sendiri. Anak sudah mengenal konsep
tentang waktu dan mengingat kejadian yang lalu. Pemahaman belum dan akan
berkembang di akhir usia sekolah (masa remaja). ( Marmi, 2014 : 122-123)
d. Tahap formal operasional (>11 tahun)
Anak remaja dapat berpikir denngan pola yang abstrak menggunakan tanda
atau simbol dan menggambarkan kesimpulan yang logis. Mereka dapat
membuat dugaan dan mengujinya dengan pemikirannya dengan pemikirannya
yang abstrak, teoritis dan filosofis. Pola berfikir logis membuat mereka mampu
berpikir tentang apa yang lain juga memeikirkannya dan berpikir untuk
memecahkan masalah. ( Marmi, 2014 : 123)
6. Perkembangan moral ( kohlberg )
a. Todler biasanya berada dalam subtahap pertama prakovensional, yang
berorientasi padahukuman dan kepatuhan. Penilaian todler didasarkan pada
perilaku untuk menghindari hukuman atau mendapatpenghargaan.
b. Pola disiplin mempengaruhi perkembangan moral todler.
1) Hukuman fisik dan menahan hak anak cenderung memberikan todler
pandangan yang negatif mengenai moral.
2) Menahan cinta dan kasih sayang sebagai bentuk hukumanmenimbulkan
perasaan bersalah.

II. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN


A. Pengkajian
1. Biodata Balita
a. Nama
Identitas dimulai dengan nama pasien, yang harus jelas dan lengkap: nama
depan, nama tengah (bila ada) nama keluarga, dan nama panggilan akrabnya
(Matondang,Corry S,dkk.2003:5)
b. Tanggal / jam lahir
Waktu kelahiran sempurna adalah segera ketika bayi terpisah dengan
ibunya.Tali pusat dan placenta tidak berhubungan dengan tubuh bayi, sehingga
posisinya tidak mempengaruhi waktu persalinan.(Hamilton, 1995:208)
c. Jenis kelamin
Jenis kelamin pasien sangat diperlukan, selain untuk identitas juga untuk
penilaian data pemeriksaan klinis, misalnya nilai-nilai baku, insiden seks,
penyakit-penyakit terangakai seks (sex-linked) (Matondang,Corry
S,dkk.2003:5)
2. Biodata orang tua
a. Nama orangtua
Nama ayah, ibu atau wali pasien harus dituliskan dengan jelas agar tidak
keliru dengan orang lain, mengingat banyak sekali nama yang sama. Bila ada,
titel yang bersangkutan harus disertakan. (Matondang,Corry S,dkk.2003: 5)
b. Umur, pendidikan, dan pekerjaan orangtua
Selain sebagai tambahan identitas, informasi tentang pendidikan dan
pekerjaan dan pekerjaan orangtua baik ayah maupun ibu, dapat
menggambarkan keakuratan data yang akan diperoleh serta dapat ditentukan
pola pendekatan dalam anamnesis. Tingkat pendidikan orangtua jauga berperan
dalam pendekatan selanjutnya, misalnya dalam pemerksaan penunjang dan
penentuan tata laksana pasien selanjutnya. (Matondang,Corry S,dkk.2003:6)

B. Data Subyektif
1. Keluhan utama
Anamnesis tentang penyakit pasien diawalai dengan keluhan utama, yaitu
keluhan atau gejala yang menyebabakan pasien dibawa berobat. Perlu diperhatikan
bahwa kleuhan utama tidak selalu merupakan kleuhan yang pertama yang
disampaikan oleh orang tua pasien; hal ini terutama pada orangtua pendidikannya
rendah yang kurang dapat mengemukakan esensi masalah. (Matondang,Corry
S,dkk.2003:6-7)
2. Riwayat kesehatan ibu dan keluarga
Dalam keluarga pasien perlu diketahui dengan akurat untuk memperoleh
gambaran keadaan kesehatan keluarga pasien. Berbagai jenis penyakit bawaan dan
penyakit keturunan juga mempunyai latar belakang sosial-budaya. Terdapatnya
perkawinan dengan keluarga dekat antara ayah dan ibu terdapatnya penyakit tertentu
pada keluarga (stigmata alergi, penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, atau
penyakit keganasan, epilepsi dan lain-lain) perlu ditanyakan, sebab mungkin
berhubungan dengan masalah kesehatan yang dihadapi sekarang. (Matondang,Corry
S,dkk.2003:15-16)
3. Riwayat kesehatan anak
Riwayat yang pernah diderita anak sebelumnya perlu diketahui, karena
mungkin ada hubungannya dengan penyakit sekarang, atau setidak-tidaknya
memberikan informasi untuk membantu pembuatan diagnosis dan tata laksana
penyakitnya sekarang. (Matondang,Corry S,dkk.2003:12)
4. Riwayat Kehamilan Sekarang
a. Menanyakan Hari Pertama Haid Terakhir /HPHT digunakan sebagai dasar
untuk menentukan usia kehamilan dan perkiraan taksiran partus, maka penting
bagi kita untuk mendapatkan tanggal perkiraan kelahiran yang seakurat
mungkin. (Varney,2007).
b. Bila mulai merasa pergerakan anak. Kalau kehamilan masih muda adakah
mual,muntah,sakit kepala, perdarahan. Kalau kehamilan sudah tua adakah
bengkak di kaki atau muka, sakit kepala, perdarahan, sakit pinggang. Keluhan
ini harus diingat dalam memberi pengobatan. (Unpad,1983)
c. Pemberian imunisasi TT
Tujuan imunisasi tetanus toxoid(TT)kepada ibu hamil adalah memberi
kekebalan terhadap penyakit tetanus terhadap ibu dan janin yang
dikandungnya,sehingga pada saat melahirkan ibu dan bayi terhindar dari
penyakit tetanus.
Waktu pemberiannya selama kehamilan diberikan 2 kali dengan dosis yang
sama.Pemberian pertama sebaiknya pada kehamilan trimester satu supaya
pemberian yang kedua jaraknya tidak terlalu dekat,sehingga pemberian antibodi
bisa optimal.Pemberian yang kedua dengan jarak waktu minimal 4 minggu dari
pemberian pertama,dengan catatan paling lambat 2 minggu sebelum
melahirkan.(Mandriwati,2008:141-142).
5. Riwayat persalinan
Riwayat kelahiran pasien harus ditanyakan dengan teliti, termasuk tanggal, dan
tempat kelahiran, siapa yang menolong, cara kelahiran (spontan, ekstrasi cunam,
ekstrasi vacum, bedah caisar), adanya kehamilan ganda, keadaan segera setelah
lahir, dan morbiditas pada hari-hari pertama setelah lahir. Berat dan panjang badan
lahir selalu ditanyakan. Maka dapat diketahui apakah bayi saat lahir sesui, kecil,
atau besar untuk masa kehamilannya.(Matondang,Corry S,dkk.2003:13)
6. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Menurut Matondang (2003:16), tumbuh kembang, kesehatan, penyebab
kesakitan dan kematian anak sangat erat berhubungan dengan corak reproduksi ibu,
yaitu umur ibu pada saat hamil, jarak kelahiran, dan jumlah paritas. Ibu dengan
corak reproduksi yang kurang baik ( misalnya melahirkan di luar kurun usia optimal
untuk melahirkan, jarak kelahiran uang terlalu dekat, atau jumlah kelhiran yang
terlalu banyak) akan kurang baik kesehatannya dan kurang mampu menciptakan
suasanan pengasuhan anak yang baik. Jarak kelahiran yang dekat serta paritas yang
tinggi sering berhubungan dengan malnutrisi energi protein, infeksi berulang, serta
kelahiran bayi berat badan rendah.
7. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi
Kebutuhan kalori adalah 102 kkal/kg/hari, kebutuhan protein adalah 1,2
g/kg/hari. Susu harus dibatasi tidak lebih dari sekitar 1 liter setiap hari untuk
membantu menjamin asupan makanan yang kaya zat besi. (Muscari, 2005:44)
b. Pola eliminasi
BAB : Karakteristik feses berubah sesuai dengan jenis makanan yang
ditambahkan dalam diet. Makanan yang berwarna (seperti
gelatin,gula bit, minuman berwarna, dan buah arbei) dapat
mewarnai feses. (Muscari, 2005:45)
BAK : Pengeluaran urine rata-rata selama masa anak adalah 500 sampai
1000 mL /hari. (Muscari, mary 2005 : 45)
c. Pola istirahat
Total kebutuhan tidur menurun selama tahun kedua sampai rata-rata 12 jam
perhari, kebanyakan todler tidur siang atu kali sehari sampai akhir tahun kedua
dan ketiga, masalah tidur umu terjadi dan dapat disebabkan rasa takut berpisah,
ritual waktu tidur dan objek transisi yang melambangkan rasa aman, seperti
selimut atau seperangkat mainan, akan sangat membantu. (Muscari, 2005:44-
45)
d. Pola personal hygiene
Untuk ,menjaga anak tetap bersih, hangat, dan kering. Perhatikan juga
teknik membersihkan organ pembuangan jangan membersihkan dari arah
belakang ke depan namun dari depan ke belakang. Ini dimaksudkan agar
kotoran dari anus tidak terbawa ke vagina (Marmi 2014 :82-83)
Orang tua harus membersihkan gigi todler dengan sikat gigi lembut dan air
dan kemudian sela-sela gigi dengan benang halus. Pasta gigi mungkin tidak
digunakan karena todler tidak akan menyukai busanya. Pasta gigi berfluorida
berbahaya jika tertelan. (Muscari 2005 : 45)

C. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Fisik:
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum
Pemeriksaan ini terdiri atas pemeriksaan status kesadaran, status gizi,
tanda-tanda vital, dan lain-lain.(Alimul Aziz,2008:71)
a) Kesadaran
Kesadaran :
Kesadaran baru dapat dinilai bila pasien tidak tidur. Penilaian
kesadaran dinilai sebagai :
(1) Composmentis : pasien sadar sepenuhnya dan memberikanrespon
yang adekuat dari stimulus yang di berikan.
(2) Apatik : pasien dalam keadaan sadar, tetapi acuh tak acuh
terhadap kaadaan di lingkungannya dia akan memberikan respon
yang adekuat bila diberi stimulus.
(3) Somnolen : tingkat kesadaran yang lebih rendah dari pada apatik,
pasien agak mengantuk, selalu ingin tidur : ia tidak responsive
terhadap stimulus ringan, tetapi masih memberikan respon
terhadap stimulus yang agak berat, lalu akan tertidur lagi.
(4) Sopor : pada keadaan ini pasien tidak memberikan respon ringan
maupun sedang, tetapi masih memberikan sedikit respon terhadap
stimulus yang kuat, reflek pupil terhadap cahaya masih positif.
(5) Koma : pasien tidak dapat bereaksi terhadap stimulus apapun,
reflek pupil terhadap cahaya tidak ada, ini merupakan tingkat
kesadaran paling rendah.
(6) Delirium : keadaan kesadaran yang menurun serta kacau, bisanya
disertai disorientasi, iritatif, dan salah persepsi terhadap
rangsangan sensorik hingga terjadi halusinasi (Matondang,
2003:24-25)
b) Tanda Vital
(1) Nadi : Berapa banyak denyut nadi bayi/balita tiap menit.
Frekuensi nadi rata-rata normal pada bayi/balita yaitu umur 1-2
tahun 110X/menit dan umur 2-4 tahun 105X/menit.(Alimul
Aziz,2005:162)
(2) Suhu : Berapa suhu tubuh /balita.
Suhu balita usia 3 tahun 37,2C, dan usia 5 tahun 37,0C (Alimul
Aziz,2005:168)
(3) Pernafasan: pada usia satu hari sampai 2 bulan tanda atau gejala
gangguan nafas seperti adanya henti nafas lebih dari 20 detik,
nafas cepat >60x/menit, nafas lambat < 30x/menit(Alimul
Aziz,2008:143)
2) Pengukuran Antropomterik
Dikaji untuk mengetahui apakah pertumbuhan anak sudah sesuai
dengan ukuran yang semestinya atau tidak. Dengan melakukan pengukuran
lingkar kepala, tinggi badan, berat badan, lingkar dada, dan lila.
b. Status Present
1) Kepala : Rambut dikaji kebersihannya, warnanya, kekuatannya.
Apabila kotor atau kemerahan menuntukan anak
kekurangan gizi.
2) Mata : Dikaji simetris/tidak, moon face/tidak. Observasi lebih
ditekankan pada konjunctiva, apakah pucat, kering.
3) Hidung : Dikaji ada polip/tidak, ada lendir/tidak
4) Mulut : Observasi bibir dan rongga mulut, apakah bibir kering
atau pucat, adanya sariawan, napas berbau, adanya tonsil
5) Telinga : Simetris/tidak, adanya serumen, kebersihan
6) Leher : Periksa adanya pembengkakan atau benjolan, normalnya
tidak ada.
7) Dada : Bentuk dada (simetris/tidak), puting, bunyi nafas, dan
bunyi jantung
8) Abdomen : Adanya bekas luka dan bising usus
9) Genetalia : Dikaji adanya luka dan kebersihan
10) Punggung : Normalnya tidak ada kelainan bawaan seperti spina bifida
dan lain-lain
11) Kulit : Dikaji apakah warna kulit kemerahan, tak ada
pembengkakan atau bercak-bercak kehitaman, turgor
12) Ekstremitas : Yang perlu diketahui pada daerah ekstremitas yaitu
apakah dapat bergerak dengan normal, tidak ada
paralistis, dipegang tidak sakit karena fraktur dan tidak
ada cacat bawaan misalnya syndactily atau polidactili
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk melengkapi data-data yang dibutuhkan
dalam pemeriksaan sehingga dapat dijadikan dasar dalam memastikan diagnosa
pasien. Dapat berupa pemeriksaan laboratorium (darah,urine,feses), pemeriksaan
pertumbuhan dan perkembangan anak (KPSP) dll.
D. Asessment
Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi subjektif
maupun obyektif yang dikumpulkan atau disimpulkan karena keadaan pasien terus
berubah dan selalu ada informasi baru dan sering diunkapkan secara terpisah maka
proses pengkajian adalah suatu proses yang dinamik.sering menganalisa adalah sesuatu
yang penting dalam mengikuti perkembangan pasien dan menjamin suatu perubahan
baru cepat diikuti dan diketahui sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.
Bayi.............. Umur....................
Data yang telah dikumpulkan pada tahap pengkajian kemudian dianalisa
dandiinterpretasikan untuk dapat menentukan diagnosa dan masalah pada bayi.
1. Diagnosa Kebidanan
Bayi/balita... Umur... bulan, keterangan normal atau dengan ....
Data yang telah didapat kemudian dianalisa sesuai data dasar yang telah didapat dari
hasil pengkajian dan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Hal ini perlu dikaji
sebagai dasar untuk membuat keputusan klinik yang tepat. (Depkes RI,2008:8)
Data Dasar :
a. Data Subjektif: informasi yang diceritakan pasien tentang apa yang
dirasakannya, apa yang sedang dan telah dialaminya. Selain itu juga meliputi
informasi tambahan yang diceritakan oleh anggota keluarga tentang status
bayi/balita.
b. Data Objektif : data dasar yang didapat dari pemeriksaan/ pengamatan (fisik
atau penunjang).
2. Diagnosa Masalah
Dikaji guna menganalisa apakah bayi/balita mengalami masalah yang memerlukan
penanganan maka dituliskan sebagai masalah.
Diagnosa masalah harus disertai dengan data dasar. (Depkes RI, 2008 :9)
3. Diagnosa Potensial
Digunakan untuk menentukan diagnosa dan masalah potensial yang mungkin terjadi
iagnose dan masalah yang telah ditentukan. Selain itu juga menentukan tindakan
untuk mengantisipasi terjadinya masalah atau mencegah jika memungkinkan.
4. Kebutuhan Akan Tindakan Segera, Konsultasi, Dan Kolaborasi
Untuk menentukan tindakan apa yang harus segera dilakukan sesuai kondisi
bayi/balita, kebutuhan konsultasi dengan professional lain jika diperlukan.

E. Pelaksanaan
1. Pemeriksaan
Selama satu tahun balita dianjurkan melakukan pemeriksaan rutin
2. Pemantauan berat badan
Balita yang sehat akan mengalami penambahan berat badan setiap bulannya
(Marmi dan kukuh ,2012:106)
3. Imunisasi
Pada usia 23 bulan, pastikan bayi telah mendapatkan beberapa imunisasi dasar
yakni, telah diberikan imunisasi HB0 Sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir,
BCG, Polio1 usia 1 bulan, DPT/HB1, Polio2 usia 2 bulan, DPT/HB2, Polio3 usia
3 bulan, DPT/HB3, Polio4 usia 4 bulan, Campak usia 9 bulan dengan syarat,
kondisi bayi stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan jantung (marmi 2014 :
410)
4. Instruksikan orang tua untuk tidak meninggalkan anak mereka tanpa ditemani di
atas tempat tidur atau tempat yang tinggi, walau hanya sebentar (Muscari,2005:30)
5. Memberikan informasi tentang pemenuhan nutrisi pada anak yakni diskusikan
perubahan nafsu makan, pilihan makanan, dan porsi yang tepat, serta kebiasaan
dalam makanan. Kebiasaan dalam makanan termasuk memisahkan jenis makanan
pada piring atau memotong makanan dengan sikap tertentu. (Muscari, 2005:51 )
6. Diskusikan waktu tidur, kebutuhan terhadap objek transisi dan konsistensi (Muscari,
2005:51 ) Diskusikan perilaku negatif dan tantrum, dan ajarkan orang tua cara-cara
efektif untuk mengatur mereka, ajarkan teknik thoilet training dan disiplin yang
positif, dorong keterampilan motorik kasar.(Muscari, 2005:51 )

Mengetahui,
Dosen Pembimbing Mahasiswi

Herlina TD, S.KM, M.Kes Evi Tri Susanti


BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Anak Balita adalah sebagai masa emas atau "golden age" yaitu insan manusia yang
berusia 0-5 tahun (UU No. 20 Tahun 2003), meskipun sebagian pakar menyebut anak
balita adalah anak dalam rentang usia 0-8 tahun (Kurniadi, 2012).
Balita adalah anak 3 sampai 5 tahun, terjadi pertumbuhan biologis, psikososial,
kognitif, dan spiritual yang begitu signifikan. Kemampuan mereka dalam mengontrol
diri, berinteraksi dengan orang lain dan penggunaan bahasa dalam berinteraksi
merupakan modal awal anak dalam mempersiapkan tahap perkembangan berikutnya
yaitu tahap sekolah (whaley dan wong,2001).
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran tubuh yang meliputi BB, TB< LK, LD,
dan lain-lain, ataubertambahnya jumlah dan ukuran sel pada semua sistem organ tubuh.

B. SARAN
1. Bagi ibu yang memiliki anak
a. Ibu diharapkan untuk selalu membawa anaknya ke petugas kesehatan untuk
memeriksakan kondisi fisik anak
b. Ibu diharapkan untuk menjaga kondisi anaknya
2. Bagi petugas kesehatan
a. Diharapkan memiliki kemampuan yang kompeten dan komprehensif dalam
pemeriksaan fisik pada balita
b. Diharapkan mampu memberikan motivasi pada ibu-ibu yang memiliki anak
untuk memeriksakan anaknya ke petugas kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Aziz, H. (2005). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Alimul Aziz, H. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba
Medika.
Depkes RI (2008). Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR, Jakarta
Hamilton Persis Mary.1995.Dasar- Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Kurniadi Rizki.2012. Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC
Mandriwati.2008.Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta : EGC
Marmi, Kukuh Rahardjo.2012.Asuhan Neonatus, Bayi,Balita, dan Anak Prasekolah.Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Marmi, Kukuh Rahardjo.2014.Asuhan Neonatus, Bayi,Balita, dan Anak Prasekolah.Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Matondang, Corry S., dkk. 2003. Diagnosis Fisis pada Anak. Jakarta : Sagung Seto.
Muscari, mary. 2005. Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
Supariasa, dkk.2001. Penilaian Status Gizi.Buku Kedokteran. Jakarta:EGC
UNPAD. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung: Eleman.
Varney, Helen. 2007. Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC
Wahidayat, Iskandar, dkk.2003. Diagnosis Fisis pada Anak. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia:Jakarta: EGC
Whaleys and Wong.2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Remaja
Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai