Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gejala depresi post partum, suatu masalah serius pada banyak wanita , dapat muncul
kapan saja selama tahun pertama kelahiran bayi. Sumber distres terbesar bagi ibu dan
pasagannya bukan hanya depresi, tetapi juga iritabilitas, rasa letih, marah , cemas, dan sedih.
Semua ini dapat mempengaruhi kemampuan ibu berespons dan berhubungan dengan bayinya
dan anak yang lain. Pikiran bunuh diri dan melukai bayi dapat muncul.

Depresi post partum harus dibedakan dari blues postpartum , suatu periode pendek
kelabilan emosi sementara yang biasanya terjadi menjelang akhir minggu postpartum pertama
dan berlangsung hanya satu sampai dua hari. Depresi ini juga dibedakan dari psiko pasca
postpartum , suatu kondisi yang mencakup depresi unipolar, ipolar, atau skizofrenia. Gejala
psikosis postpartum meliputi insomnia berat , halusinasi, agitasi dan perilaku atau perasaan
aneh . Kondisi memerlukan perhatian medis segera. Identifikasi dan terpi cepat depresi
postpartum harus menjadi prioritas di setiap praktik klinik.

Pertanyaan tentang depresi tidak selalu merupakan bagian dari kunjungan


pascapartum. Karena alasan ini dan karena depresi pascapartum dapat terjadi setelah
kunjungan pascapartum 6 minggu yang biasa dilakukan , masalah ini selalu disepelekan.
Klinisi harus mampu mengenali gejala, berespons terhadap potensi wanita melukai dirinya
dan bayinya, dan melakukan rujukan yang tepat ke tenaga kesehatan jiwa, kelompok
pendukung dan kelompok ibu baru. Apabila klien tampaknya tidak mampu memenuhi
rujukan tersebut, klinisi perlu melakukan kontak awal. Klinisi juga dapat membantu ibu baru
memobilisasi sumber-sumber dukungan dan menghubungi ibu tersebut pada interval waktu
tertentu unuk mengetahui keadaannya. Karena depresi post partum cenderung berlanjut
selama beberapa bulan, kontak yang berkesinambungan akan sangat bermanfaat.

Medikasi psikotropika sringkali di indikasikan dan dapat, setidaknya pada awalnya,


lebih dipilih daripada psikoterapi karena dibutuhkan waktu yang lama untuk menunggu hasil
efektif, suatu psikoterpi.

Page | 1
Sekitar 10% depresi postpartum disebabkan oleh tiroiditis post partum, suatu kondisi
sementara yang biasaya hilang spontan setelah 1-4 bulan. Namun, satu dari empat wanita
pada akhirnya mengalami kondisi hipotiroid kronis. Apabila depresi post partum terjadi,
pemeriksaan tiroid harus dilakukan untuk menyingkirkan status hipertiroid atau hipotiroid
sebagai penyebab gejala. Medikasi untuk mengobati keduanya seringkali bermanfaat
sementara gejala muncul. Tiroiditis postpartum cenderung kambuh pada kehaliman
berikutnya.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana manajemen dokumentasi asuhan kebidanan pada ibu nifas?


2. Bagaimana format dokumentasi asuhan kebidanan ibu nifas?

C. Tujuan

Tujuan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui manajemen dokumentasi asuhan kebidanan pada ibu nifas


2. Untuk mengetahui format dokumentasi asuhan kebidanan ibu nifas

Page | 2
BAB II

TINJAUAN TEORI

MANAJEMEN DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS

A. PENGKAJIAN
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari
semua sumber berkaitan dengan kondisi klien. (Hani dkk,2011;h.86)
1. Nama :
Dikaji untuk mengenal/memanggil klien agar tidak keliru dengan klien lain
(Jannah,2012:194)
2. Umur :
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu termasuk dalam resiko tinggi, usia aman
untuk kehamilan, persalinan dan nifas anatara 20-35 tahun, serta preeklampsia
kehamilan dan kehamilan premature. (Winkjosastro,2006:775)
3. Agama :
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau
mengarahkan pasien dalam berdoa. (Ambarwati,2010:132)
4. Pendidikan:
Pendidikan berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui
sejauhmana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling
sesuai dengan pendidikannya. (Ambarwati,2010:132)
5. Pekerjaan :
Pekerjaan akan menggambarkan tingkat sosial ekonomi, pola sosialisasi, dan data
pendukung dalam melakukan pola komunikasi yang akan dipilih selama asuhan.
(Sulistyowati,2010;h.221). Mengetahui pekerjaan ibu yang mungkin ada koreksi
dengan tingkat resiko berupa penyakit faal atau dengan gangguan proses
kehamilan dan sebagainya. (Ibrahim C,1996:81)
6. Suku bangsa:
Untuk mengetahui kecenderungan golongan darah, Rh yang dimilki ibu.
Sehubungan dengan kemungkinan terjadinya eritroblastosis fetlis karena
inkomtapibilitas Rh. Di Indonesia hampir semua orang Rh (+), sedangkan Rh (-)
cenderung dimiliki oleh orang kulit putih. (Winkjosastro,1999)

Page | 3
7. Alamat :
Untuk mngetahui keadaan lingkungan perumahan serta keadaan tempat tinggal
ibu (memenuhi persyaratan rumah sehat/tidak), untuk mempermudah dalam
kunjungan rumah, mengetahui keadaan geografis rumah klien berupa pegunungan
atau daerah terpencil dapat menurunkan keterjangkauan klien terhadap tenaga
kesehatan dan menyulitkan/menghabiskan waktu yang lama untuk merujuk ke
fasilitas kesehatan yang lebih baik jika terjadi kegawatdaruratan. Membedakan
beberapa pasien yang bernama sama yang tinggal dalam satu desa. Dan ditulis
tempat tinggal sebenarnya untuk digunakan bila mengadakan kunjungan penderita
(Ibrahim C, 1996)

B. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan Datang
Dikaji alasan wanita datang ke tempat bidan/klinik, yang diungkapkan dengan
kata-katanya sendiri. (Hani dkk,2010:87)

2. Keluhan utama
untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkiatan dengan masa nifasnya,
misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada
perineum. (Ambarwati dan Wulandari,2008:h.132)

3. Riwayat Kesehatan
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang
diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya
(Ambarwati dan Wulandari,2008;h.133).
a. Sistem Kardiovaskuler
Menurut Yeyeh,dkk(2013:h.171) pasca melahirkan shunt akan hilang
dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relative akan bertambah. Keadaan ini akan
menimbulkan decompensasi cordis pada penderita vitium cordial. Hal ini
dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya
hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sedia kala. Pada
umumnya hal ini dapat terjadi pada hari ke-3 sampai 5 hari postpartum.
(1) Penyakit Jantung

Page | 4
Gagal jantung/payah jantung (fungsi jantung lemah) adalah
ketidakmampuan jantung memompa darah yang cukup ke seluruh tubuh
yang ditandai dengan sesak nafas pada saat beraktifitas dan/atau saat tidur
terlentang tanpa bantal, dan/atau tungkai bawah membengkak. (Depkes RI
2013)
(2) Hipertensi
Tekanan darah atau denyut jantung yang tinggi dari normal, disebabkan
oleh pembuluh darah yang mengalami kontriksi atau gangguan lain
sehingga pembuluh darah menyempit dan aliran darah menurun sehingga
jantung berusaha memompa darah lebih keras untuk mengalirkan darah ke
organ-organ.
(3) Anemia
Pengaruh anemia adalah kontraksi uterus yang lemah pada saat persalinan
dan setelah persalinan, dan juga plasenta lebih lekat karena kompensasi
anemia yang berakibat sukar lepas, sehingga dari keadaan tersebut dapat
menimbulkan terjadinya perdarahan postpartum. (Wiknjosastro,2002)
b. Sistem Pernapasan
Penderita TBC mengeluh badan tersa lemah dan nafsu makan
berkurang sehingga menimbulkan masalah pada masa nifas. Selain itu BBL
dapat teertular penyakit, karena dirawat dan susui. (Winkjosastro,2006:461)
(1) Asma
Asma merupakan gangguan inflamasi kronik di jalan napas. Dasar
penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus dan obstruksi jalan napas.
Gejala asma adalah gangguan pernapasan(sesak), batuk produktif terutama
pada malam hari atau menejlang pagi, dan dada terasa tertekan. Gejala
tersebut memburuk pada malam hari, adanya allergen (seperti debu, asap
rokok) atau saat sedang menderita sakit demam. Gejala hilang dengan atau
tanpa pengobatan. Didefinisikan sebagai asma jika pernahmengalami sesak
nafas yang terjadi pada salah satu atau lebih kondisi: terpapar udara dingin
dan atau infeksi dan atau kelelahan dan atau alergi obat dan atau alergi
makanan dengan disertai salah satu atau lebih gejala: mengi dan ataus esak
napas berkurang atau menghilang tanpa pengobatan dan atau sesak napas
lebih berat dirasakan pada malam hari atau menjelang pagi dan jika
pertama kali merasakan sesak napas saat berumur. (Depkes RI 2013)

Page | 5
(2) TBC
Tuberculosis paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan
oleg kuman mycobacterium tuberculosis. Gejala utama adalah batuk
selama 2 minggu atau lebih, batuk disertai dengan gejala tambahan yaitu
dahak, dhak bercampur darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan
menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa
kegiatan fisik, demam lebih dari 1 bulan.
Ibu dengan TBC paru tidak masalah saat menyusui, karena kumam TBC
tidak menular melalui ASI. Ibu perlu diobati secara adekuat dan diajarkan
pencegahan, penularan dengan menggunakan masker. Pengobatan paling
kurang 6 bulan, namun setelah 3 bulan pengobatan yang adekuat biasanya
sudah tidak bisa menularkan TBC lagi.
c. Sistem Endokrin
Keadaan hormone plasenta menurun dengan cepat, hormone plasenta
laktogen tidak dapat terdeteksi dalam 24 jam Post Partum, hormone HCG
menurun dengan cepat, estrogen turun sampai 10%. Hormone pituitary
menyebabkan prolaktin meningkat dengan cepat selama kehamilan, wanita
yang tidak laktasi prolaktin menurun sampai keadaan sebelum hamil dapat
dipengaruhi seberapa banyak menyusui. Diantara wanita laktasi, 15%
memperoleh mentruasi setelah 6 minggu dan 45% setelah 12 minggu.
Adanya perubahan dari hormone plasenta yaitu estrogen dan
progesterone yang menurun. Hormone-hormon pituitary mengakibatkan
prolaktin meningkat, FSH menurun, dan LH menurun. (Yeyeh,dkk,2013;h.73)
1) Hormone plasenta
Penurunan hormone Human Plasental Lactogen (HPL), estrogen dan
progesterone serta plasental enzyme insulitiase membalik efek
diabetogenik kehamilan, sehingga kadargula darah menurun pada masa
nifas. HCG menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam
hingga hari ke-7 Postpartum dan sebagai omset pemenuhan mamae pada
hari ke-3 postpartum.
2) Hormone pituitary
Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui
menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkatpada fase

Page | 6
konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga
ovulasi terjadi.
3) Hormone oksitosin
Hormone oksitosin dikeluarkan dari kelenjar otak bagian belakang, bekerja
terhadap oto uterus dan jaringan payudara. Isapan bayi dapat merangsang
produksi ASI dan sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu involusio
uteri.
4) Hipotalamik pituitary ovarium
Hipotalamik pituitary ovarium kan mempengaruhi lamanya mendapatkan
menstruasi pada wanita yang menyusui maupun tidak menyusui.
Seringkali menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang dikarenakan
rendahnya kadar estrogen dan progesterone.
(Ambarwati dan Wulandari,2008:h.82-83)
5) Hormone estrogen dan progesterone
Hormone estrogen yang tinggi memperbesar hormone anti diuretic yang
dapat meningkatkan volume darah. Sedangkan hormone progesterone
mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan
pembuluh darah. Hal ini mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus,
dinding vena, dasar panggul, perineum, dan vulva serta vagina.
(Yeyeh,dkk,2013;h.74)
Yang dikaji di dalam system endokrin yaitu:
(1) Diabetes Mellitus :
Diabetes mellitus adalah penyakit metabolism yang merupakan suatu
kumpulan gejala yang timbul pada sesorang karena adanya peningkatan
kadar glukosa darah di atas nilai normal. Penyakit ini disebabkan
gangguan metabolism glukosa akibat kekurangan insulin baik secara
absolute maupun relative. Ada 2 tipe DM yaitu diabetes tipe I/diabetes
juvenile yaitu diabetes yang umumnya didapat sejak masa kanak-kanak
dan diabetes tipe II yaitu diabetes yang didapat setelah dewasa. Gejala
diabetes antara lain poliuri, poliphagi dan polidipsi, berat badan yang turun
dengan cepat, kesemutan tangan dan kaki, gatal-gatak, penglihatan jadi
kabur, luka sulit sembuh, dan pada ibu-ibu sering melahirkan dengan BB
bayi > 4 kg. didefinisikan sebagai DM jika pernah didiagnosis menderita
DM oleh dokter atau belum pernah didiagnosis menderita DM oleh dokter

Page | 7
tetapi dalam waktu 1 bulan terakhir mengalami gejala-gejala diabetes
mellitus. (Depkes RI 2013)
(2) Hepatitis
Hepatitis adalah penyakit infeksi hati yang disebabkan oleh virus hepatitis
A,B,C,D atau E. hepatitis dapat menimbulkan gejala demam,lesu hilang
nafsu makan, mual, nyeri pada perut kanan atas, disertai urin warna coklat
yang kemudian diikuti ikterus (warna pada kulit kunind dan sclera mata
karena tingginya billirubin dalam darah). Hepatitis dapat pula terjadi
asimptomatik. (Depkes RI 2013)
d. Sistem Gastrointestinal
Menurut Varney,dkk(2008;h.961) penggunaan tenaga pada kala I
persalinan menurunkan tonus otot-otot abdomen yang juga merupakan factor
predisposisi terjadinya konstipasi pada ibu pasca melahirkan.
Wanita mungkin kelaparan dan mulai makan satu atau dua jam setelah
melahirkan. Kecuali da komplikasi kelahiran, tidak ada alasan untuk menunda
pemberian makan pada wanita pasca partum yang sehat lebih lama dari waktu
yang dibutuhkan untuk melakukan pengkajian awal. Konstipasi mungkin
menjadi masalah pada puerperium awal karena kurangnya makanan pada
selama persalinan dan karena wanita menahan defekasi.
(1) Apendisitis :
Apendisitis dimulai oleh obstruksi dari luman yang disebabkan oleh feses
yang terlibat atau fekalit. Penjelasan ini sesuai dengan pengamatan
epidemologi bahwa apendisitis berhubungan dengan asupan serat dalam
makanan yang rendah. (Burkitt, Quick, Red, 2007)
Pada stadium awal terjadi inflamasi mukosa lalu ke submukosa dan
melibatkan lapisan muscular dan serosa. Cairan eksudat fibrino purulenta
terbentuk pada permukaan serosa dan berlanjut ke permukaan peritoneal
yang bersebelahan, seperti usus atau dinding abdomen, menyebabkan
peritonitis lokol. (Burkitt, Quick, Red, 2007)
Dalam stadium ini mukosa glandular yang nekrosis terkelupas kedalam
lumen, yang menjadi distensi dengan pus. Akhirnya arteri yang menyuplai
apendiks menjadi bertrombosit dan apendiks yang kurang suplai darah
menjadi nekrosis atau gangrene. Perforasi akan segera terjadi dan

Page | 8
menyebar ke rongga peritoneal. Jika perforasi terbungkus oleh omentum,
abses local akan terjadi. (Burkitt, Quick, Red, 2007)
(2) Diare Akut :
Diare akut adalah gangguan buang air besar disertai dengan BAB lebih
dari 3 kali sehari dengan konsistensi cair, dapat disertai dengan darah dan
atau lendir.
e. Sistem Syaraf
Pada preeclampsia dan epilepsy terjadinya oleh karena kurangnya aliran darah
dari hipoksia otak berpengaruh tidak baik pada masa nifas.
(Winkjosastro,2009:531)
(1) Epilepsi :
Epilepsy berupa suatu kondisi yang berbeda-beda yang ditandai dengan
kejang yang tiba-tiba dan berulang. Tidak ada perbedaan usisa, jenis
kelamin, atau ras (WHO, 2012)
Telah diketahui bahwa neuron memiliki ion-ion yang terdapat didalam dan
diluar neuron. Perbedaan muatan ion menimbulkan polarisasi membaran
dengan bagian intra neuron yang negtaif. Neuron bersinaps dengan neuron
lain melalui akson dan dendrite. Suatu masukan bersifat aksitasi akan
menyebabkan terjadinya depolarisasi membrane yang berlangsung singkat,
kemudian inhibisi akan menyebabkan hiperpolarisasi membrane, lalu
potensi aksi akan dikirim sepanjang akson untuk merangsang atau
menghambat neuron lain.

f. Sistem Reproduksi
(1) Kista Ovarium
Kista ovarium adalah pertumbuhan abnormal berupa kantung yang berisi
cairan ataumateri semi solid yang tumbuh pada sekitar ovarium.
Berhubungan dengan stimulasi hormone gonadotropin yaitu FSH dan LH.
Pada waktu hamil kista ovarium kista ovarium dapat terbentuk pada
trimester kedua saat kadar HCG tertinggi. Kista ovarium biasanya terdapat
pada 50% dari wanita bersiklus tidak tertur, 30% dengan siklus teratur dan
60% postmenopouse. Di Indonesia 7% dari populasi wnaita mempunyai
kista ovarium dan 85% bersifat jinak. (Standar pelayanan medic obtetri
dan ginekologi 2006)

Page | 9
(2) Mioma Uteri
Mioma uteri adalah tumor jinak pada daerah rahim atau lebih tepatnya otot
rahim dan jaringan ikat disekitarnya. Factor penyebab menurut penelitian
menggunakan glucose-6-posphatase dihydrogenase diketahui bahwa
mioma berasal dari jaringan seluler transformasi neoplastik dari
miometrium menjadi mioma melibatkan mutasi somatic dari miometrium
normal dan interaksi kompleks dari hormone steroid seks dan growth
factor local mutasi somatic ini merupakan peristiwa awal dalam ptoses
pertumbuhan tumor. (Hadbroto,2005)
Hormon estrogen berpengaruh pada pertu,buhan mioma. Mioma terdiri
dari reseptor estrogen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibanding dari
miometrium sekitarnya, namun lebih rendah dibanding endometrium.
Estrogen berperan dalam pembesaran tumor dengan meningkatkan
produksi matriks ekstra seluler. (Hadibroto,2005)
(3) Kanker Serviks
Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks. Serviks
merupkan sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol
dan berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri eksternum.
Penyebab kanker serviks diketahui adlah virus HPV(Human Papilloma
Virus) sub tipe onkogenik, terutama sub tipe 16 dan 18. Adapun factor
risiko terjadinya kaknker serviks antara lain: aktivitas seksual pada usia
muda, berhubungan seksual dengan multipartner, merokok, mempunyai
anak banyak, sosial ekonomi rendah, pamakaian pil KB (dengan HPV
negative atau positif), penyakit menular seksual, dan gangguan imunitas.
(Kementrian Kesehatan)

g. Sistem Muskuloskeletal
Adaptasi system musculoskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil
berlangsung secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup
hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan
pusat berat ibu akibat pembesaran rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada
minggu keenam sampai kedelapan setelah wanita melahirkan.
(Bobak,2005;h.500-501)

Page | 10
h. Sistem hematologi
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2008;h.86) selama minggu-
minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta factor-faktor
pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen
dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan
peningkatan viskositas sehingga meningkatkan factor pembekuan darah.
Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darha putih dapat mencapai
15000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dari
masa postpartum. Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi sampai
25000 atau 30000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut
mengalami persalinan lama. Kira-kira selama kelahiran dan masa postpartum
telah kehilangan darah sekitar 200-500mL. penurunan vulome dan
peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7 postpartum dan akan
kembali normal dalam 4-5 minggu postpartum.

i. Penyakit Menular Seksual


Hasil konsepsi yang tidak sehat erring kali terjadi akibat PMS, misalnya
kematian janin (abortus spontan atau lahir mati). Bayi berat lahir rendah
(akibat prematuritas atau retardasi pertumbuhan janin dalam rahim) dan
infeksi congenital atau peritanal (kebutaan, pneumonia neonatus, dan retardasi
mental). (Prawirohardjo,2008:923)
(1) HIV/AIDS :
Transmisi HIV dari ibu ke bayinya dalah 35%, 20% pada saat antenatal
dan intranatal dan 15% melalui ASI. Dengan demikian pemberian ASI dari
ibu dengan HIV dilarang dan bayi diberi susu formula. Pemberian susu
formula harus memenuhi syarat AFASS (Acceptable, Feasible, Affordable,
Sustainable, Safe). Sayangnya di daerah yang kurang mampu susu formula
yang memnuhi syarat AFASS tadi belum tentu dapat disediakan. Untuk itu
ada kebijakan bahwa ibu dapat memberikan ASI dengan syarat: ASI harus
diperah, tidak boleh menyusu langsung, karena bila menyusu langsung aka
nada luka putting yang menyebabkan penularan lebih besar. ASI diberikan
secara eksklusif, tidak ditambah dengan susu formula karena
menyebabkan perdarahan kecil-kecil pada usus bayi dan virus pada usus

Page | 11
bayi dan virus didalam ASI akan mudah diserap. ASI perah dianjurkan
untuk di pasteurisasi. ASI eksklusif sampai 6 bulan.

j. Penyakit Urogenital
(1) Ginjal :
Penyakit ginjal adalah kelainan yang mengenai organ ginjal yang timbul
akibata berbagai factor, misalnya infeksi, tumor, kelainan bawaan,
penyakit metabolic atau degenerative, dan lain-lain. Kelianan tersebut
dapat mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal dengan tingkat keparahan
yang berbeda-beda. Pasien mungkin merasa nyeri, mengalami gangguan
kemih. Terkadang tidak merasakan gejala sama sekali. Pada keadaan
terburuk, pasien dapat terancam nyawanya jika tidak menjalani
hemodialisa (cuci darah) berkala atau transplantasi ginjal untuk
menggantikan organ ginjalnya yang telah rusak parah. Di Indonesia,
penyakit ginjal cukup sering dijumpai anatara lain adalah penyakit gagal
ginjal dan batu ginjal. Didefinisikan sebagi gagal ginjal kronis jika pernah
didiagnosis menderita penyakit ginjal kronis (minimal sakit selama 3 bulan
berturut-turut) oleh dokter. Didefinisikan sebagai penyakit batu ginjal jika
pernah didiagnosis mengalami penyakit batu ginjal oleh dokter. (Depkes
RI 2013)
(2) Infeksi Saluran Kemih (ISK) :
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang disebbkan adanya
mikroorganisme dalam urine (Sukandar, E.2004). disebabkan oleh kuman
gram negative contohnya escherichiacoli.
Hampir semua ISK disebbakan oleh invasi mikroorganisme asending dari
uretra kedalam kandung kemih. Pada beberapa pasien tertentu invasi
mikroorganisme dapat mencapai ginjal. Proses ini dipermudah reflex
vesikoureter. (Sukandar, E, 2002)

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Riwayat penyakit keluarga untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh
penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien. Yang perlu ditanyakan
misalnya jantung,diabetes mellitus,ginjal,kelianan bawaan, riwayat kembar,dll.
(Estiwidani,dkk,2008;h.143)

Page | 12
5. Riwayat Obstetri
Menurut Sulistyowati (2010;h.221) data ini memang tidak secara langsung
berhubungan dengan masa bersalin, namun dari data yang kita peroleh kita akan
mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksinya. Yang
perlu dikaji alasan umur menarche, siklus, lamanya, banyaknya, sifat dan warna
darah, nyeri haid, leukorhea. Beberapa data yang kita peroleh dari riwayat
menstruasi antara lain:
Riwayat Haid
Dikaji HPHT dan HPL untuk mengetahui usia kehamilan pada ibu nifas fisiologis
kehamilan aterm. (Mochtar,2009:31)
a) Menarche :
Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi. Wanita Indonesia
pada umumnya mengalami menarche sekitar 12 sampai 16 tahun.
b) Siklus :
Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi yang dialmai dengan
menstruasi berikutnya, dalam hitungan hari. Biasanya sekitar 23-32 hari.
c) Banyaknya :
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi yang dikeluarkan.
(Sulistyawati,2011:167). Jumlah darah yang hilang sekitar 30-40 cc.
puncaknya hari ke 2 atau 3 dengan jumlah pemakain pembalut sekitar 2-3
buah. (Manuaba,2008)
d) Nyeri haid :
Nyeri sering bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan,
lekas marah. Keluhan ini biasanya baru timbul 2 atau 3 tahun sesudah
menarche. Umumnya hanya terjadi pada siklus haid yang disertai pelepasa sel
telur. Kadang-kadang juga pada siklus haid yang tidak disertai pengeluaran sel
telur
e) Lama :
Lama perdarahan sekitar 3-5 hari dengan jumlah darah yang hilang sekitar 30-
40 cc. puncaknya hari ke 2 atau 3 dengan jumlah pemakain pembalut sekitar
2-3 buah. Diikuti fase proliferasi sekitar 6-8 hari. (Manuaba dkk, 2008)
f) Leukorhea :
Leukorhea adalah cairang yang keluar dari vagina. Dalam keadaan biasa,
cairan ini tidak sampai keluar, namun belum tebtu bersifat patologik. Sumber

Page | 13
cairan ini dapat berasal daris sekresi vulva, cairan vagina, sekresi serviks,
sekresi uterus, atau sekresi tuba fallopi, yang dipengaruhi fungsi ovarium.
Penyebab leukorea terkait dengan cara kita merawat organ reproduksi. Dapat
juga diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu bakteri, jamur, virus, parasit, benda
asing, neoplasma/keganasan pada alat genetalia dan iritasi. Dapat dibedakan
antara leukorea yang fisiologik dan yang patologik.

6. Riwayat Kehamilan Sekarang


Dikaji kehamilan yang keberapa, usia kehamilan aterm, berapa kali ANC, dengan
siapa, mendapat apa masalah kehamilan saat ini, kebiasaan buruk selama
kehamilan yang dapat mempengaruhi masa nifas. (Winkjosastro,2009:158)
a) Status Gravida Para dan Abortus (GPA) :
Data ini digunakan untuk mengetahui riwayat kehamilan dan kelahuiran
pasien
b) HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) :
Untuk mengetahui hari perkiraan hari haid pertama hari terakhir untuk
mengetahui perkiraan usia kehamilan dan persalinan
c) HPL (Hari Perkiraan Lahir) :
Untuk mengetahui kapan bayi lahir
d) Umur Kehamilan :
Unutk mengetahui berapa usia kehamilan
e) Gerakan Janin :
Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan janin yang ditandai dengan keaktifan
janin di dalam kandungan ibu
f) Riwayat Imunisasi TT :
Untuk mengetahui bayi terlindung dari virus tetanus dan toxoid
g) Riwayat ANC
Untuk mengetahui perkembangan janin pada tiap kunjungan
h) Riwayat Kehamilan Persalinan dan Nifas yang Lalu
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi
meliputi PB,BB, penolong persalinan. Hal ini dikaji untuk mengetahui apakah
proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada
masa nifas saat ini. (Ambarwati dan Wulandari,2008;h.143)
i) Riwayat Perkawinan

Page | 14
Dikaji untuk mengetahui pengaruh status perkawinan terhadap masalah
kesehatan ibu nifas melalui beberapa kali nikah, status perkawinan, umur ibu
dan suami saat menikah, lama pernikahan dan jumlah anak.
j) Riwayat KB :
Dikaji untuk mnegetahui kesadaran ibu akan KB meliputi apakah pernah ibu
menjadi akspetor KB, jenis KB yang pernsh dipakai, lamanya alasan berhenti,
rencana KB setelah kelahiran ini. Masa nifas ini dikaji 6 minggu setelah nifas
untuk mengetahui tingkat kesuburan. (Saifuddin,2010)

7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari


(1) Pola Nutrisi
Dikaji karena ibu nifas/menyusui harus mengonsumsi tambahan 500 kalori
setiap hari, minum sedikitnya 3 liter setiap hari, pil zat besi yang harus
diminum setidaknya selama 40 hari pasca bersalin, dan minum kapsul vit
A (200.000 unit). (Saifuddin,2010;h.N 25-N26)
(2) Pola Eliminasi
Miksi harus dilakukan sendiri setiap 3-4 jam setelah melahirkan dan
defekasi 2-3 hari postpartum. (Ambarwati dan Wulansari,2008;h.105-106).
Kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau
serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah.
(Ambarwati dan Wulandari,2008:h.136)
(3) Pola Aktivitas
Mobilisasi sedini mungkin dapat mempercepat proses pengembalian alat-
alat reproduksi. Apakah ibu melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah
kesulitan, dengan bantuan atau sendiri, apakah ibu pusing ketika
melakukan ambulasi. (Ambarwati dan Wulandari,2008;h.137)
Perawatan infuse lebih efektif yang memerlukan mobilisasi dini karena
mempunyai lebih banyak keuntungan diantaranya melancarkan
pengeluaran lokhea, fungsi alat gastrointestinal dan urinaria.
(Wheeler,2004:h.67)
(4) Pola Istirahat dan Tidur
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, karena kurang istirahat
mempengaruhi kondisi ASI, memperlambat involusi dan dapat
menyebabkan depresi Postpartum. (Saifuddin,2010:h.N-25). Istirahat

Page | 15
sangat penting bagi ibu nifas karena berpengaruh dalam proses
penyembuhan. Istirahat juga dikaji untuk menggambarkan pola istirahat
dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur
misalnya membaca, mendengarkan, kebiasaan konsumsi waktu luang.
(Ambarwati dan Wulandari,2008:h.136)
(5) Pola Seksual
Secara fisik aman untuk senggama begitu darah berhenti dan ibu tidak
merasakan nyeri. (Saifuddin,2002:N-25)
(6) Pola Hygiene
Diperlukan kebersihan diri terutama kebersihan darah kelamin seperti
BAK/BAB serta mengganti pembalut atau kain setidaknya 2x dalam
sehari. (Saifuddin,2010:N-24-N-25)
(7) Pola hidup sehat
Apakah ibu merokok, minum-minuman keras, atau kecanduan narkotik.
Perilaku yang merugikan kesehatan sangat penting untuk dikaji sebab
merokok, minum-minuman keras serta kecanduan narkotik dapat
mengganggu proses involusio uterus pada masa nifas.
(8) Pola Menyusui
Untuk mengetahui apakah ASI ibu sudah keluar dan apakah bayi sudah
mendapatkan asupan nutrisi yang dibutuhkan. Setelah persalinan susu
diberikan kepada bayi maksimal setengah jam pertama. (Ambarwati dan
Wulandari,2008:h.13)
(9) Data Psikososial dan Spiritual
Perasaan ibu saat ini berkaitan dengan kelahiran bayi, penerimaan terhadap
peran baru sebagai orang tua termasuk suasana hati yang dirasakan ibu
sekarang, kecemasan atau kekhawatiran (suherni,dkk,2010:h.120). pada
seorang ibu sudah mengalami fase letting go yaitu ibu sudah dapat
menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya, serta kepercayaaan dirinya
sudah meningkat. (dewi dan Sunarsih.2011;h.66)
(10) Data Sosial Budaya
Dikaji tentang kebiasaan yang menguntungkan dan merugikan kesehatan
serta pandangan terhadap kehamilan, persalinan dan anak baru lahir dari
segi adat istiadat yang dianut. (Wheeler,2005:h.17) untuk mengetahui
pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang akan menguntungksn

Page | 16
atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas misalnya pada kebiasaan
pantang makan. (Ambarwati,dkk:2010:h.134)
(11) Data Pengetahuan
Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan
setelah melahirkan sehingga akan menguntungkan selama masa nifas.
(Ambarwati,2008;h.136

C. DATA OBJEKTIF
a. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum :
Dikaji mental dan penampilan sikap, kecemasan, air muka untuk identifikasi
postpartum blues atau depresi postpartum. (Anggarini,2010:123). Melakukan
observasi terhadap ibu ketika pertama bertemu. Keadaan umu awal yang dapat
diamati meliputi adanya kecemasan, kemarahan atau peka. Ibu kemungkinan
juga mengalami distress karena kegagalan kontrasepsi, kemarahan yang tidak
terselesaikan dapat menimbulkan perilaku tidah responif. Pengkajian harus
dilakukan secra sensitif, memungkinkan ibu mengekpresikan kekhawatirannya
tentang hal ini atau pengalaman sebelumnya tentang kehamilan atau kelahiran.
(Manuaba,2007:132)
2) Kesadaran :
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat melakukan
pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan composmentis (kesadaran
maksimal) sampai dengan koma (pasien tidak dalam keadaan sadar).
(Sulistyawati,2011:175)
3) Berat badan :
Berat badan dikaji untuk mengethaui apakah ada kelainan penurunan berat
badan ibu pada masa nifas.
Setelah melahirkan akan terjadi penurunan berat badan skitar 4.5 sampai 5,8
kg. setelah proses dieresis ibu akan mengalami penurunan berat badan 2,3
sampai 2,6 kg dan berkurang 0,9 smapi 1,4 kg karena proses involusio uteri.
Ibu berusia muda lebih banyak menaglami penurunan berat badan.
(Blackburn,2007). Dan juga Salah satu studi menemukan bahwa berat badan
mayoritas wanita mendekati berat badan pra kehamilan dalam 6 bulan pasca
partum. (Varney,dkk,2008;h.961)

Page | 17
4) Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah :
Dikaji untuk mengetahui tekanan darah normal atau tidak, tekanan darah
normal yaitu 120/80 mmHg 140/90 mmHg. (Saifuddin,2002). Pasca
melahirkan secara normal, tekanan darah biasanya tidak berubah, sistolik
antar 90-120 mmHg dan diastolic antara 60-80 mmHg.
Tekanan darah <140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa meningkat
dari pra persalinan pada 1-3 hari postpartum. Bila tekanan darah menjadi
rendah menunjukkan adanya perdarahan postpartum. Sebaliknya jika
tekanan darah tinggi, merupakan petunjuk adanya pre-eklampsia yang bisa
timbul pada masa nifas. Namun hal itu jarang terjadi. (Suherni,2010:h.83-
84)
b. Suhu :
Sekitar hari ke 4 postpartum suhu ibu mungkin naik sedikit 37,2oC sampai
37,5oC. kemungkinan disebabkan karena aktivitas dari payudara.
Bila kenaikan mencapai 38oC pada hari ke 2 dan hari-hari berikutnya harus
diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas. (Suherni,2010:h.83-84)
c. Nadi :
Denyut nadi ibu akan melambat sampai ketika 60x/menit yakni pada
waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh. Ini
terjadi utamanya pada minggu peertama postpartum
Pada yang nervus nadinya bisa cepat, kira-kira 100x/menit. Bisa juga
terjadi gejala shock karena infeksi khususnya bila disertai peningkatan
suhu tubuh. (Suherni,2010:h83-84)
d. Respirasi :
Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Hal ini dikarenakan
ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Bila ada
respirasi cepat postpartum (>30x/menit) mungkin karena adanya tanda-
tanda infeksi. (Suherni,2010:h.83-84)

Page | 18
b. Status Present
Pemeriksaan tidak hanya dilakukan secar pandang tetapi sekaligus dengan rabaan,
pemeriksaan diawali dari:
Mata :
Konjungtiva, warna sclera, kebersihan,kelainan. (Varney,dkk,2008;h.36)
Leher :
Pergerakan, pembengkakan kelenjar tiroid/tidak. (Sulistyawati,2010;h.227-
228)
Dada :
Pada kunjungan pertama periksa adanya kemungkinan benjolan yang tidak
normal, perhatikan ukuran payudara simetris/tidak, putting
payudara(menonjol, datar/masuk), keluarnya kolostrum/cairan lain,
hiperpigmentasi areola mammae dan kebersihannya, perhatikan retraksi dda,
dan adanya kemungkinan massa/nodul pada aksila. (Muslihatun,2009:h.16)
Payudara :
Pembesaran, putting susu (menonjol/mendatar, adakah nyeri dan lecet pada
putting), adakah pembengkakan, radang atau benjolan abnormal.
(Suherni,dkk,2010:h.120)
Abdomen :
Dikaji dengan inspeksi dan palpasi untuk melihat Tinggi Fundus Uterus dan
kontraksi uterus. (Suherni,dkk,2010;h.120)
Genetalia :
Nyeri, pembengkakan, kemerahan perineum, dan jika ada jahitan lihat
kerapatan, jahitan (Varney,dkk,2008:h.972)
Anus :
Pemeriksaan anus terhadap adanya hemoroid (Varney,dkk,2008;h.969)
Ektremitas :
Pergerakan, gumpalan darah pada otot kaki yang menyebabkan nyeri, oedema,
human sign, varises (Suherni,dkk,2010;h.121)
Refleks :
Dengan menggunakan hammer ketuklah tendon pada lutut bagian depan. Bila
reflek lutu negative kemungkinan klien kekurangan B1. Bila gerakan
berlebihan dan cepat, hal ini menunjukkan preeclampsia. (Mufdlilah,2009:21)

Page | 19
c. Status Obstetrik
Mammae
Dengan perabaan apakah terdapat benjolan, pembesaran kelenjar atau abeses, dan
keadaan putting (Bahiyatun,2009;h.103)

Abdomen
Dikaji dengan di inspeksi dan palpasi untuk melihat Tinggi Fundus Uterus dan
kontraksi uterus. (Suherni,dkk,2010;h.120)
Tabel : Tinggi Fundus Uterus pasca melahirkan
Involusi Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Plasenta lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat- 500 gram
simpisis
2 minggu Tidak teraba diatas 350 gram
simpisis
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram
Sumber : Saleha (2009;h.55)

Genetalia
Menilai pengeluaran lochea (jenis, warna, jumlah, bau), oedema, peradangan,
keadaan jahitan, abses, tanda-tanda infeksi pada luka jahitan, kebersihan
perineum. (Suherni,dkk,2010;h.120). Lochea alba terjadi sekitar hari
kesepuluh pascapartum dan hilang sekitar periode dua hingga empat minggu.
Warna lochea alba putih krem dan terutama mengandung leukosit dan sel
desidua. (Varney,dkk,2008;h.960)

D. ASSESEMENT
a) Diagnosa kebidanan
Diagnos kebidanan yaitu diagnosis yang ditegakkan oleh profesi(bidan) dalam
lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur (tata nama)
diagnosis kebidanan. (Muslihatun,dkk,2009;h.155). Diagnosa dapat ditegakkan

Page | 20
yang berkaitan dengan Para, abortus, anak hidup, umur ibu dan keadaan nifas.
(Ambarwati,2010:141)
b) Masalah
Masalah merupakan bagian yang tidak termasuk dalam nomenklatur diagnosis.
(Muslihatun,dkk,2009;h.144)
c) Diagnosa potensial
Diagnosis atau masalah potensial diidentifikasi berdasarkan diagnosis atau
masalah yang sudah teridentifikasi. Langkah ini penting dalam melakukan asuhan
yang aman. (Muslihatun,dkk,2009;h.144)
d) Antisipasi tindakan segera dan kolaborasi
Diperlukan untuk melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
berdasarkan kondisi paisen, langkah ini sebagai cerminan dari prosesmanajemen
kebidanan. (Muslihatun,dkk,2009:h.144)

E. PELAKSANAAN
Tanggal :
Jam :
1) Menjelaskan hasil pemeriksaan
2) Mengobservasi meliputi :
(a) Keadaan umum
(b) Kesadaran
(c) Tanda-tanda vital
(d) Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus
3) Menganjurkan ibu untuk segera berkemih karena apabila kandung kemih penuh
akan menghambat proses involusi uterus.
4) Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini untuk memperlancar pengeluaran lokhea
dan memperlancar peredaran darah. (Ambarwati dan Wulandari,2008;h.145)
5) Menganjurkan ibu untuk istirahat
(a) Menganjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan
(b) Memberi pengertian pada ibu, apabila kurang istirahat dapat menyebabkan
produksi ASI berkurang (Saifuddin,2010;h.N-25)
(c) Menganjurkan ibu untuk kembali mengerjakan pekerjaan sehari-hari.
(Ambarwati dan Wulandari,2008;h.145-146)

Page | 21
6) Menganjurkan kepada ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisinya untuk
pemulihan
a) Mengkonsumsi makanan yang bergizi, bermutu, dan cukup kalori, sebaiknya
ibu makan makanan yang mengandung protein, vitamin, mineral. (Ambarwati
dan Wulandari,2008;h.146)
b) Menjelaskan tentang pentingnya gizi bagi ibu menyusui yaitu mengkonsumsi
500 kalori tambahan dan minum sedikitnya 3 liter/hari (menganjurkan ibu
untuk minum setiap kali menyusui). (Saifuddin,2010;h.N-25-n26)
c) Memberikan tablet Fe 40 tablet dan kapsul vitamin A. (Saifuddin,2002;h.N-
26)
d) Minum kapsul vitamin A (200.000 IU) agar bisa memberikan vitamin A
kepada bayinya melalui ASI-nya. (Saifuddin,2002;h.N-26)
7) Memberikan pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya nifas dan
pencegahannya.

Page | 22
BAB III

TINJAUAN KASUS

FORMAT DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN DEPRESI POST PARTUM

PADA NY. Y USIA 18 TAHUN P1A0 HARI KE 12 POST PARTUM

DI KLINIK BERSALIN SEHAT SENTOSA TEMANGGUNG

A. PENGKAJIAN

Identitas Pasien :

Nama : Ny. Y Nama Suami : Tn. J


Umur : 18 tahun Umur : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT pekerjaan : Swasta
Suku : Jawa Suku : Jawa
Alamat : JL. Raya kedu 45 Kedu, Alamat : Jl. Raya Kedu 45
Temanggung kedu,Temanggung

B. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan Datang
Ibu mengatakan sangat merasa sedih dan tidak ingin melihat apalagi mendekati
bayinya
2. Keluhan utama
Ibu post partum hari ke 12 mengeluh sangat merasa sedih, tidak ingin melihat
apalagi mendekati bayinya, karena lahir bayi perempuan, ibu tidak nafsu makan,
merasa lelah yang berlebihan dan tidak bisa tidur dan ibu merasa cemas dan takut
karena suami dan keluarga tidak menyukai bayinya

Page | 23
3. Riwayat Kesehatan
a. System Kardiovaskuler
(1) Penyakit Jantung :
ibu mengatakan tidak pernah nyeri dada sebelah kiri serta tidak mudah
lelah dan tidak pernah keringat dingin saat aktifitas ringan
(2) Hipertensi :
Ibu mengatakan tekanan darahnya tidak pernah lebih dari 140/90 mmHg
(3) Anemia :
Ibu mengatakan pada masa nifas ini tidak merasakan pusing
b. Sistem Pernapasan
(1) Asma :
Ibu mengatakan tidak pernah sesak nafas
(2) TBC :
Ibu mengatakan tidak pernah batuk lebih dari 2 minggu serta tidak pernah
batuk berdarah
c. System Endokrin
(1) Diabetes Mellitus :
Ibu mengatakan tidak sering lapar, haus, dan BAK pada malam hari
(2) Hepatitis :
Ibu mengatakan tidak pernah mengalami sakit kuning pada mata, kuku,
dan kulit
d. Sistem Gastrointestinal
(1) Apendisitis :
Ibu mengatakan tidak ada nyeri tekan maupun nyeri lepas pada perut
kanan bagian bawah
(2) Diare Akut :
Ibu mengatakan selama ini tidak mengalami buang air besar lebih dari 3
kali dalam sehari pada masa nifas ini
e. System Syaraf
(1) Epilepsi :
Ibu mengatakan tidak pernah kejang sampai mengeluarkan busa dari
mulutnya
f. Sistem Reproduksi
(1) Kista Ovarium :

Page | 24
Ibu mengatakan tidak merasakan sakit, nyeri dan permasalahan pada perut
bagian bawah
(2) Mioma Uteri :
Ibu mengatakan tidak ada permasalahan dalam rahimnya
(3) Kanker Serviks :
Ibu mengatakan selama ini tidak ada permasalahan dalam kelaminnya
g. Sistem Muskuloskeletal
Ibu mengatakan tidak merasa nyeri pada daerah persendian dan tulang
h. Sistem hematologi
Ibu mengatakan tidak pernah mengalami perdarahan yang hebat dan jika ibu
terluka seperti terkena pisau maka perdarahannya segera berhenti dalam
beberapa detik
i. Penyakit Menular Seksual
(1) HIV/AIDS :
Ibu mengatakan tidak pernah mengalami penyakit HIV/AIDS
j. Penyakit Urogenital
(1) Ginjal :
Ibu mengatakan tidak pernah nyeri pada pinggang kanan dan kiri, tidak
pernah sakit saat BAK
(2) Infeksi Saluran Kemih (ISK) :
Ibu mengatakan tidak pernah merasa nyeri saat BAK

4. Riwayat Kesehatan Keluarga :


Ibu mengatakan dari keluarganya dan keluarga suami tidak ada yang menderita
penyakit menurun (hipertensi, jantung, DM), menular (HIV,AIDS,hepatitis), dan
menahun (TBC)

5. Riwayat Obstetri
Riwayat Haid
a) Menarche :
Ibu mengatakan haid pertama pada umur kurang lebih 13 tahun
b) Siklus :
Ibu mengatakan jarak haid tiap bulan kurang lebih 28 hari
c) Banyaknya :

Page | 25
Ibu mengatakan ganti pembalut 2-3 kali sehari
d) Nyeri haid :
Ibu mengatakan tidak pernah merasa nyeri saat haid
e) Lama :
Ibu mengatakan lama haid kurang lebih 7 hari
f) Leukorhea :
Ibu mengatakan tidak pernah merasa gatal pada alat kelamin ibu, tidak berbau
busuk, dan pengeluarannya berwarna putih bening

6. Riwayat Kehamilan Sekarang


k) Status Gravida Para dan Abortus (GPA) :
Ibu mengatakan kehamilan pertama, persalinan pertama dan tidak pernah
mengalami abortus
l) HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) :
02 Agustus 2015
m) HPL (Hari Perkiraan Lahir) :
07 Mei 2016
n) Umur Kehamilan :
39 minggu
o) Gerakan Janin :
Ibu mengatakan sudah merasakan gerakan janin pada usia kehamilan 4 bulan
p) Riwayat Imunisasi TT
1) TT1 : ibu mengatakan mendapatkan imunsasi TT pada saat umur
kehamilan 3 bulan tanggal 25 oktober 2015
2) TT2 : ibu mengatakan mendapatkan imunisasi TT ulangan pada saat
umur kehamilan 4 bulan tanggal 25 November 2015
q) Riwayat ANC
1) Trimester I : ibu mengatakan periksa kehamilan 1x saat memastikan
apakah ibu hamil, umur kehamilan 4 minggu
2) Trimester II : ibu mengatakan periksa kehamilan 1x umur kehamilan
20 minggu
3) Trimester III : ibu mengatakan periksa kehamilan 1x umur kehamilan
38 minggu
r) Riwayat Kehamilan Persalinan dan Nifas yang Lalu

Page | 26
No Tanggal/ Tempat UK Jenis Anak Nifas Keadaan
tahun partus partus/ Jk Bb Pb kead Lakt sekarang
partus Penolong
1 02 Mei RB 39 Spontan/ P 3000 48 Baik Tidak S
2016 mg Bidan gr Lancar
s) Riwayat Perkawinan
Status Perkawinan : Sah, kawin 1 kali
Kawin : umur 17 tahun dengan suami umur 24 tahun
t) Riwayat KB :
Ibu mengatakan tidak menggunakan alat kontrasepsi

7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari


(1) Pola Nutrisi
a. Diet makanan : ibu mengatakan tidak ada diet makanan selama nifas
b. Perubahan pola makan : tidak ada perubahan pola makan hanya
porsinya berkurang karena ibu tidak nafsu makan
(2) Pola Eliminasi
(a) Buang Air Kecil (BAK) : ibu mengatakan BAK 4-5x berwarna kuning
jernih, bau khas urine
(b) Buang Air Besar (BAB) : ibu mengatakan BAB 1-2x perhari warna
kecoklatan, konsistensi lunak, bau khas feses
(3) Pola Aktivitas :
Ibu mengatakan kegiatan sehari-hari hanya berdiam diri dirumah dan sering
menyendiri dalam kamar
(4) Pola Istirahat dan Tidur :
Ibu mengatakan sulit tidur, tidur malam 2 jam
(5) Pola Seksual :
Ibu mengatakan tidak berhubungan seksual setelah kelahiran karena ibu
merasa cemas dan kurang mendapat perhatian dari suami
(6) Pola Hygiene :
Ibu mengatakan kurang memperhatikan kebersihan dirinya setelah melahirkan
(7) Pola hidup sehat :

Page | 27
Ibu mengatakan selama ini mengkonsumsi makanan yang sehat dan tidak ada
pentangan
(8) Pola Menyusui :
Ibu mengatakan tidak mau melihat apalagi menyusui bayinya
(9) Data Psikososial dan Spiritual :
Ibu sedih tidak mau melihat atau merawat bayinya karena bayi lahir
perempuan, dan ibu merasa cemas dan takut karena suami dan keluarga tidak
menyukai bayinya
(10) Data Sosial Budaya :
Ibu mengatakan kurang berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dan ibu
sering mengurung diri di kamar
(11) Data Pengetahuan :
Ibu mengatakan sedikitnya sudah mengetahui tentang perawatan bayi dan
dirinya dalam masa nifas karena ibu pernah melakukan kunjungan ke bidan
pada saat kehamilan

C. DATA OBJEKTIF
a. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : Cukup
2) Kesadaran : Composmentis
3) BB sebelum hamil : 50 kg
BB sekarang : 40 kg
4) Tanda-tanda vital :
- TD : 140/90 mmHg
- Nadi : 90 x/menit
- suhu : 380C
- RR : 24x/ menit

b. Status Present
Mata : Tidak odema, konjungtiva merah muda, sklera putih
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tyroid, dan tidak ada
bendungan vena jugularis
Dada : Simetris, tidak ada retraksi dada

Page | 28
Payudara : Simetris, tidak ada benjolan, hiperpigmentasi areola, puting susu
menonjol, ASI belum keluar, bendungan payudara
Abdomen :
- Inspeksi : Pembesaran perut normal, terdapat linea nigra dan striae
albican
- Palpasi : TFU sudah tidak teraba, kandung kemih kosong
Genetalia : Tidak ada pembengkakan, tidak ada tanda-tanda radang dan
kerapatan jahitan baik
Anus : Tidak ada hemoroid
Ektremitas :
- Ekstremitas Atas : Simetris, tidak oedema, jari-jari lengkap
- Ekstremitas Bawah: Tidak ada varises, tidak ada oedema
Refleks : Reflek patella positif 2

c. Status Obstetrik
Mammae
(1) Bentuk :simetris
(2) Puting : verted (menonjol)
(3) Pengeluaran : belum keluar ASI
(4) Pembengkakan : Tidak ada
Abdomen
(1) TFU : Tidak teraba
(2) Kontraksi uterus : Baik, keras
(3) Posisi Uterus : Normal
(4) Palpasi kandung kemih : Kosong
Genetalia
Pengeluaran lokhea alba, berwarna putih krem, tidak berbau, tidak ada oedema
dan tanda-tanda peradangan, kerapatan jahitan baik

D. ASSESSMENT

a) Diagnosa Kebidanan

Ny. Y P1A0 umur 18 tahun postpartum dalam masa nifas hari ke 12 dengan
depresi postpartum

Page | 29
b) Masalah
Ibu merasa cemas dikarenakan jenis kelamin bayinya yang tidak diinginkan oleh
suami dan keluarganya
c) Diagnosa potensial
Postpartum psychosis
d) Antisipasi tindakan segera dan kolaborasi
Konsultasi dengan tenaga kesehatan seperti bidan, dokter spesialis jiwa, atau
psikiater

E. PELAKSANAAN

Tanggal : 13 Mei 2016

Jam : 10.00 WIB

1) Menjelaskan hasil pemeriksaan, bahwa ibu sedang mengalami sindrom


postpartum depression
Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
2) Melakukan observasi keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital

Hasil : Telah dilakukan

3) Menjelaskan pada ibu bahwa ibu mengalami depresi karena tidak menghendaki
lahirnya anak perempuan, oleh karena itu beri penjelasan pada ibu bahwa anak
perempuan maupun laki-laki sama saja, karena sama-sama titipan Tuhan.

Hasil : Ibu mengerti penjelasan bidan

4) Memberitahu ibu bahwa dirinya adalah ibu yang baik dan mampu merawat
anaknya dengan baik
Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan dari bidan
5) Memberitahu kepada suami dan keluarganya bahwa ibu perlu dukungan untuk
menerima bayinya
Hasil : suami dan keluarga mengerti bahwa ibu perlu dukungan dari mereka
6) Menganjurkan keluarga untuk membantu ibu istirahat
(a) Menganjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan

Page | 30
(b) Memberi pengertian pada ibu, apabila kurang istirahat dapat menyebabkan
produksi ASI berkurang (Saifuddin,2010;h.N-25)
(c) Menganjurkan ibu untuk kembali mengerjakan pekerjaan sehari-hari.
(Ambarwati dan Wulandari,2008;h.145-146)
Hasil : Keluarga mengerti penjelasan bidan
7) Menganjurkan kepada ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisinya untuk
pemulihan
(a) Mengkonsumsi makanan yang bergizi, bermutu, dan cukup kalori, sebaiknya
ibu makan makanan yang mengandung protein, vitamin, mineral.
(Ambarwati dan Wulandari,2008;h.146)
(b) Menjelaskan tentang pentingnya gizi bagi ibu menyusui yaitu mengkonsumsi
500 kalori tambahan dan minum sedikitnya 3 liter/hari (menganjurkan ibu
untuk minum setiap kali menyusui). (Saifuddin,2010;h.N-25-n26)
(c) Memberikan tablet Fe 40 tablet dan kapsul vitamin A. (Saifuddin,2002;h.N-
26)
(d) Minum kapsul vitamin A (200.000 IU) agar bisa memberikan vitamin A
kepada bayinya melalui ASI-nya. (Saifuddin,2002;h.N-26)
Hasil : Ibu mengerti penjelasan bidan dan akan mengikuti penjelasannya
8) Menganjurkan kepada ibu untuk merawat diri dan membuka dirinya dengan cara
bercerita kepada orang yang dekat dengan ibu jika ada permasalahan yang
dihadapinya
Hasil : Ibu mengerti dan akan segera melakukannya
9) Menganjurkan keluarga dan teman-teman terdekat untuk memberi dukungan
untuk membantu ibu menjalin interaksi dengan anaknya dengan cara
menggendong bayinya dan menyusui dan juga interaksi sosial dengan
lingkungannya
Hasil : Keluarga mengerti dan mau mengikuti anjuran bidan
10) Memberikan KIE untuk memberikan ASI secara ekslusif, (Dewi dan
Sunarsih,2011;h.94). menurut Varney,dkk (2008;h.973) kunjungan dua minggu
pascapartum juga digunakan sebagai waktu yang baik untuk mendukung
menyusui yang efektif dan mengatasi setiap masalah menyusui
Hasil :Ibu paham yang dijelaskan oleh bidan

Page | 31
11) Menganjurkan keluarga dan teman-teman terdekat untuk memberi dukungan
untuk membantu ibu menjalin interaksi dengan anaknya dengan cara
menggendong bayinya dan menyusui
Hasil : Keluarga mengerti dan mau mengikuti anjuran bidan
12) Menjelaskan pada ibu dan keluarga bahwa ada beberapa yang dapat memperberat
depresi postpartum antara lain :
a. Ketidakseimbangan hormon yang semakin meningkat
b. Lingkungan dan keluarga yang tidak mendukung
c. Semangat ibu untuk sembuh sendiri
Hasil : Ibu mengerti penjelasan bidan
13) Mengajarkan dan menganjurkan suami dan keluarga cara penanganan depresi
post partum pada ibu yaitu :
a. Dukungan dari suami dan anggota keluarga lainnya sangat berpengaruh bagi
keadaan psikis ibu.
Hasil : Suami dan keluarga mengerti dan mau mengikuti penjelasan bidan
14) Melakukan pendokumentasian
Hasil : telah dilakukan

Page | 32
BAB IV

PEMBAHASAN

1. Depresi Postpartum
Ibu umur 18 tahun, P1A0 Fisiologis
Bayi lahir dengan jenis kelamin perempuan
Ibu tidak mau menyusui bayi
Ibu kurang merawat kebersihan dirinya sendiri
Ibu tidak nafsu makan dan terlihat lemas
Ibu sering mengurung diri di kamar dan tidak mau berinteraksi dengan
lingkungan sekitar

2. Data Subyektif
Ibu mengatakan berumur 18 tahun
Patofisiologi
Usia aman untuk kehamilan, persalinan dan nifas antara 20-35 tahun,
serta preeklampsia kehamilan dan kehamilan premature
(Winkjosastro,2006:775). Resiko umur kurang dari 20 tahun alat reproduksi
belum siap, mental dan psikologis juga belum siap. Jika lebih dari 35 tahun
maka rentan terhadap terjadinya perdarahan dalam masa nifas dan
ketidakmampuan ibu dalam mengurus bayinya karena adanya penurunan
fungsi dalam tubuh ibu.
Dilihat dari umurnya, yaitu ibu berumur 18 tahun maka ibu belum
memiliki kesiapan mental yang baik pada perubahan peran yang dimilikinya
saat ini. Sehingga dapat terjadi depresi postpartum
Ibu mengatakan bahwa ini kehamilan dan persalinan pertama
Patofisiologi
Riwayat kehamilan dan persalinan ini untuk mengetahui pengalaman
dan kesiapan ibu dalam proses persalinan dan masa nifasnya, serta untuk
mengetahui adalah kelainan pada masa persalinan dan nifas yang lalu.

Page | 33
Ibu mengatakan ini kehamilan dan persalinan yang pertama kali, hal
Ini menunjukkan bahwa ibu belum berpengalaman dan belum ada kesiapan
terhadap persalinan dan masa nifasnya.
Ibu tidak mau menerima bayinya yang berjenis kelamin perempuan
Patofisiologi
Gangguan emosional pasca persalinan yang terdapat pada ibu
merupakan penolakan yang terjadi karena ketidaksesuaian antara jenis kelamin
anak dengan apa yang diharapkan oleh keluarga ibu. Hal ini berakibat ibu
merasa cemas, takut, dan khawatir terhadap sikap keluarga yang tidak
mendukung sehingga ibu mengalami depresi dan tidak mau menerima bayinya
Ibu tidak mau menyusui bayinya,sering mengurung dirinya dikamar, tidak
nafsu makan serta tidak mau bersosialisasi dengan lingkungan disekitarnya
Patofisiologi
Menurut Benedict menyatakan bahwa gejala depresi postpartum adalah
kurang nafsu makan, sedih, murung, perasaan tak berharga, mudah marah,
kelelahan, insomnia, anoreksia, merasa terganggu dengan perubahan fisik,
sulit berkonsentras , lemah dalam kehendak dan tidak mau berhubungan
dengan orang lain. Disisi lain ibu jengkel dan sulit untuk mencintai bayinnya.
Gangguan emosional yang terjadi ,berakibat pada penolakan terhadap bayi dan
segala hal yang berkaitan dengan bayinnya dan keadaan ibu yang ada
Ibu mengatakan melakukan kunjunganANC 3x selama kehamilan, ibu
mengatakan tidak ada keluhan
Patofisiologi
Pemeriksaan ANC untuk mengetahui perkembangan janin paada tiap
kunjungan. Ibu memeriksakan kehamilannya secara rutin,sehingga ibu
sedikitnya sudah mengetahui beberapa hal tentang kesehatan untuk dirinya
dan bayinya dan sudah mempunyai kesiapan menghadapi proses persalinan
Ibu mengatakan bahwa status perkawinan sah satu kali pada umur 17 tahun
dan suami pada umur 24 tahun,lama perkawinannya 1tahun
Patofisiologi
Menurut Strong dan De vault(19898) Periode awal tahun perkawinan
dimulai saat seseorang baru menikah dan belum memiliki anak ,tahun ini
merupakan tahun yang sangat kritis karena seseorang mengalami transisi
dalam kehidupannya, tahun pertama perkawinan ini menentukan

Page | 34
perkembangan perkawinan selanjutnya .Pasangan suami istri satu sama lain
saling mengenal kebiasaan sehari-hari, Pasutri yang memiliki latarbelakang
yang sama akan lebih mudah menyesuaikan diri satu sama lain,karenan
mempunyai harapan yang sama terhadap pasangannya. Sedangkan perbedaan
latarbelakang keluarga akan menggangu proses penyesuaian perkawinan.
Setelah melahirkan ibu mengatakan tidak nafsu makan dan tidak melakukan
diet makanan dan tidak ada perubahan dalam pola makan tetapi porsi makan
ibu berkurang
Patofisiologi
Nutrisi ibu tidak terpenuhi karena kalori untuk memenuhi kebutuhan
ibu dan produksi asi sebanyak 2700-2900 kalori (tambahan 500 kalori).Nutrisi
yang memenuhi ibu nifas seperti karbohidrat yang mempunyai manfaat
sebagai sumber energy yang dapat diperoleh dari padi-padian (gandum dan
beras) atau serealia,umbi-umbian(kentang,singkong,ubi jalar) ,jagung ,kacang-
kacang kering,dan gula .Protein yang dapat membantu dalam penyembuhan
jaringan dan produksi ASI ,sumber :daging sapi ,ikan atau makanan laut
lainnya,telur,susu,tempe,dan kacang-kacangan.Vitamin untuk membantu
meningkatkan daya tahan tubuh dan produksi ASI ,sumber vitamin: Vitamin
A,hati,sayuran hijau tua dan kuning,Vitamn C : buah-buahan dan sayuran .
Ibu mengatakan tidak bisa tidur dan jika tertidur pada malam hari kurang lebih
2 jam
Patofisiologi
Kebutuhan istirahat ibu nifas tidak terpenuhi. Pada ibu nifas
memerlukan istirahat yang cukup, karena kurang istirahat dapat
mempengaruhi produksi ASI, memperlambat involusi dan dapat menyebabkan
depresi Postpartum. (Saifuddin,2010:h.N-25). Istirahat juga sangat penting
bagi ibu nifas karena berpengaruh dalam proses penyembuhan dan membantu
meregenerasikan sel-sel tubuh yang ruak, memperlancar produksi ASI
,menambah konsentrasi dan kemampuan fisik,dan mengistirahatkan tubuh
yang letih akibat aktivitas sehari-hari
Ibu hanya berdiam diri di rumah dan sering mengurung dirinya dikamar serta
tidak mau berinteraksi dengan lingkungan sekitar
Patofisiologi

Page | 35
Ibu mendapatkan tekanan dari keluarga karena anak yang
dilahirkannya tidak sesuai dengan keinginannya .Sehingga ibu mengalami
perubahan emosional yang tidak terduga dan menyebabkan depresi postpartum
Ibu mengatakan tidak berhubungan seksual setelah melahirkan
Patofisiologi
Ibu merasakan cemas dan khawatir setelah melahirkan karena jenis
kelamin anakanya yang tidak diharapkan oleh pihak keluarga suami, sehingga
ibu kurang mendapat perhatian dari suami. Dan ibu juga kurang
memperhatikan penampilan dirinya dan kurang merawat diri. Oleh karena itu
ibu mengalami penurunan libido setelah melahirkan ini
Kurangnya dukungan suami terhadap kondisi ibu postpartum
Wanita yang kurang mendapatkan dukungan dari suami atau orang
terdekatnya selama hamil dan setelah melahirkan akan berpengaruh terhadap
keadaan psikologis ibu.. Banyaknya kerabat yang membantu pada saat
kehamilan,persalinan dan pascasalin, beban seorang ibu sedikit banyak
berkurang.
Dukungan suami mempunyai hubungannya dengan kejadian depresi
postpartum, hal ini karena ibu merasa nyaman karena dukungan yang
diberikan saat persalinan sampai masa nifas. Selain itu juga disebabkan karena
rasa percaya dirinya tumbuh dengan adanya dukungan dari orang sekitar
terutama dukungan suami sehingga ibu bisa menjalani masa nifas dengan
normal.

3. Data Obyektif
Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : Buruk
Alasan :
- Kurangnya asupan nutrisi pada ibu dan kebutuhan istirahat ibu
sehingga ibu terlihat pucat dan lemas
- Ibu terlihat cemas dan khawatir
- Ibu tidak memperhatikan penampilan dirinya dan tidak mampu
merawat diri sendiri maupun bayi
2) Berat Badan sekarang :40 kg
Berat Badan sebelum hamil :50 kg

Page | 36
Alasan :
Penurunan berat badan yang berlebihan setelah melahirkan
disebabkan oleh adanya asupan nurtrisi yang tidak adekuat. Pada kasus
Ny. Y mengalami penurunan berat badan setelah melahirkan. Hal ini
berhubungan dengan ketidakcukupan pemenuhan nutrisi yang dikarenakan
ibu tidak nafsu makan. Dengan begitu berpengaruh terhadap peningkatan
metabolisme dalam tubuh sehingga terjadi peningkatan penggunaan
glukosa dan penggunaan cadangan glikogen untuk mempertahankan energi
dan jika berlanjut akan mengakibatkan penurunan berat badan yang
signifikan.
3) Tekanan darah : 140/90 mmHg
Alasan :
Tingkat kecemasan seseorang mempengaruhi emosi, proses berpikir
dan kondisi fisik sehingga secara tidak langsung juga berpengaruh
terhadap tekanan darah yang memicu terjadinya peningkatan tekanan
pembuluh darah.
Terjadi peningkatan volume darah akibat keadaan psikis ibu yang
merasakan cemas dan kekhawatiran sehingga daya pompa jantung
meningkat maka terjadilah peningkatan tekanan darah.
4) Suhu : 38oC
Alasan :
Peningkatan suhu dapat terjadi sebagai akibat adanya peningkatan
metabolisme dalam tubuh tubuh. Terjadi peningkatan metabolisme dalam
tubuh akibat dari kurangnya cairan. Hal ini dapat terjadi karena tidak ada
intake cairan dari ibu.
5) Nadi : 90x per menit
Alasan :
Karena ibu merasa cemas dan khawatir pembuluh darah mengalami
vasokontriksi, sehingga daya kerja jantung meningkat dan harus
memompa lebih kuat maka frekuensi jantung dalam memompa darah lebih
cepat.

4. Assessment

Page | 37
Diagnosa : Ny. Y P1A0 umur 18 tahun post partum hari ke 12 dengan depresi
postpartum
Dasar:
- Berlangsung selama 2 minggu
- Muncul gejala postpartum depression:
a. Merasa sangat sedih
b. Tidak ingin melihat apalagi mendekati bayinya
c. Kelahiran jenis kelamin yang tidak diinginkan
d. Gangguan nafsu makan
e. Kelelahan yang berlebihan
f. Gangguan tidur
g. Kecemasan
Etiologi
1. Faktor konstitusional :
- Status paritas : pada primipara lebih sering terjadi karena proses
adaptasi menjadi peran baru dan tanggungjawab yang baru pula
- Umur : berhubungan dengan kesiapan mental saat kehamilan
dan persalinan
- Faktor pasangan usia muda dan primipara
- Faktor pendidikan: perempuan dengan pendidikan rendah mengalami
kurang mengalami tekanan dari lingkungan sosial dan konflik peran
aktifitas diluar rumah dengan peran sebagai ibu
2. Faktor fisik:
- Perubahan hormon secara drastis setelah melahirkan dan periode transisi
diantara kelahiran dan peran baru sehingga memunculkan gejala.
- Kadar progesteron naik dan estrogen turun secara drastis saat proses
kelahiran.
- Dan estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim noradrenalin maupun
serotin yang berperan dalam suasana hati dan depresi
3. Faktor psikologis:
- Peralihan yang cepat dari keadaan kehamilan yang janinnya masih dalam
kandungan menjadi kelahiran bayi yang berpengarauh terhadap tingkat
kesiapaan individu menjadi peran ganda. Hal ini tergantung dari
penyesuaian psikologis individu.

Page | 38
- Adapatasi peran dan hubungan anatar ibu dan bayi
4. Faktor sosial:
- Kurangnya dukungan dari suami dan keluarga
- Tingkat pendidikan ibu yang rendah
Predisposisi :
Faktor risiko yaitu karena kurangnya dukungan dari keluarga dan lingkungan
yang disebabkan oleh ketidaksesuaian keinginan jenis kelamin bayi. Hal ini yang
memicu ibu merasa cemas dan khawatir sehingga ibu tidak menyukai bayinya dan
tidak merawat dirinya sendiri.

Page | 39
BAB V

PENUTUP

A. SIMPULAN
Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa Ny. Y P1A0 dengan postpartum
depression adalah sebagai berikut:
Pada pengkajian pada Ny. Y P1A0 umur 18 tahun dengan postpartum depression dari
data subyektif yang diperoleh ibu mengatakan sangat merasa sedih tidak ingin melihat
apalagi mendekati bayinya, karena lahir bayi perempuan, ibu tidak nafsu makan
merasa lelah yang berlebihan dan tidak bisa tidur, ibu merasa cemas dan takut bila
suami dan keluarga tidak menyukai bayinya, tidak ada yang perhatian terhadap
penampilannya dengan keadaan ibu yang kotor dan lemah. Dan data obyektif
diperoleh dari pemeriksaan fisik sampai status obstetrik.
Interpretasi data meliputi diagnosa kebidanan yaitu Ny. Y P1A0 umur 18 tahun post
partum hari ke 12 dengan depresi post partum, masalah yang muncul yaitu Ibu cemas
dikarenakan jenis kelamin bayinya yang tidak diinginkan oleh suami dan keluarganya
sehingga memerlukan dukungan moral dari orang-orang terdekat.
Diagnosa potensial pada Ny. Y P1A0 umur 18 tahun yaitu postpartum psychosis
Antisipasi tindakan segera dan kolaborasi pada Ny. Y P1A0 yaitu konsultasi dengan
tenaga kesehatan
Pelaksanaan dari postpartum depression yaitu Memberi tahu ibu hasil pemeriksaan,
melakukan observasi keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital, menjelaskan pada ibu
bahwa lahirnya anak atas kehendak Tuhan, memberitahu ibu bahwa dirinya adalah ibu
yang baik dan mampu merawat anaknya dengan baik, memberitahu kepada suami dan
keluarganya bahwa ibu perlu dukungan untuk menerima bayinya, menganjurkan
keluarga untuk membantu ibu istirahat, menganjurkan kepada ibu untuk tetap
memenuhi kebutuhan nutrisinya untuk pemulihan, memberikan tablet Fe dan kapsul
vitamin A, menganjurkan kepada ibu untuk tidak menutup dirinya dan selalu
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, bidan mendokumentasi tindakan yang telah
dilakukan.

Page | 40
B. SARAN
Diharapkan agar tenaga kesehatan dapat memberikan asuhan yang komprehensif bagi
ibu dengan depresi postpartum agar masalah yang dialami ibu dapat tertangani dan
tidak berpotensi dalam masalah kejiwaan yang lebih berat yaitu postpartum psychosis.

Page | 41
LAMPIRAN :

Berdasarkan evidence based yang kami temukan, penatalaksaan depresi


postpartum dilakukan dengan :

1. Screening test, dimana alat ini digunakan untuk melihat sebagaimana tingkat
depresi seseorang.
Edinburgh Postnatal Depression Scale dikembangkan sebagai instrumen
skrining untuk mengidentifikasi wanita yang berisiko depresi postnatal (Cox et
al 1996;. Cox, Murray, & Chapman 1993) dan termasuk 10 item yang
meminta wanita itu untuk memilih respon yang paling dekat dengan
bagaimana dia telah merasa dalam tujuh hari terakhir. Setiap item mencetak
gol dari 0 - 3. Sebuah skor 13 telah ditemukan untuk mengidentifikasi para
wanita lebih cenderung memiliki depresi (Cox, Holden, & Sagovsky 1987).
Ini bukan alat diagnostik, dan diagnosis harus dibuat mengikuti wawancara
psikiatri. Para pengembang skala direkomendasikan tiga kali penyaringan
dalam 6 bulan pertama kelahiran untuk memaksimalkan identifikasi depresi; 5
- 6 minggu, 10-14 minggu dan 20 - 26 minggu (Cox et al 1996.). Variasi
dalam waktu administrasi belum dilaporkan mempengaruhi validitas skala ini
(Brown & Lumley 1998; Holden, Sagovsky, & Cox 1989)). Beberapa
penelitian postnatal belum termasuk angka 10 bila menggunakan EPDS (ini
meminta wanita jika memikirkan merugikan diri mereka sendiri telah terjadi
kepada mereka) dan EPDS belum divalidasi sebagai skala 9 barang. Oleh
karena itu, hati-hati disarankan dalam mengevaluasi studi ini.

Potensi manfaat menggunakan EPDS sebagai alat skrining masyarakat baru-


baru ini ditinjau atas nama Komite Screening Nasional (NSC) (Shakespeare
2001). Enam studi validasi bahasa Inggris untuk EPDS dimasukkan dalam
review. Studi-studi ini dinilai populasi yang berbeda, dipilih dan direkrut
dengan cara yang berbeda, dengan variasi dalam waktu administrasi EPDS.
Dalam hanya satu studi melakukan pengunjung kesehatan wanita itu sendiri
mengelola kuesioner. Ada ditandai variasi dalam Positif prediktif Nilai yang
diperoleh dalam studi yang berbeda, tanpa dipotong jelas -off antara "kasus"
dan"non-kasus.

Page | 42
Berdasarkan ulasan ini, NSC direkomendasikan pada tahun 2002 yang sampai
penelitian lebih lanjut dilakukan dalam potensinya untuk penggunaan rutin
dalam penyaringan untuk depresi postnatal EPDS tidak boleh digunakan
sebagai alat skrining. Mungkin, bagaimanapun, menjadi bagian dari penilaian
mood untuk ibu setelah melahirkan, ketika harus digunakan bersama
pertimbangan profesional dan wawancara klinis. Kedua Antenatal Pedoman
BAGUS dan NICE Antenatal dan Pedoman Kesehatan Mental Postnatal yang
dalam pembangunan telah diperhitungkan rekomendasi NSC. Update untuk
review ini diterbitkan pada tahun 2004, yang tidak memberikan bukti lebih
lanjut untuk mengubah rekomendasi NSC.

Hal ini dianggap praktik yang baik untuk meminta wanita yang baru saja
melahirkan sekitar kesejahteraan emosional mereka, namun beberapa
penelitian telah menunjukkan bahwa perempuan mungkin tidak menemukan
EPDS atau cara itu digunakan untuk dapat diterima, dengan konsekuensi
bahwa mereka mungkin menghasilkan peringkat yang tidak cukup
mencerminkan perasaan mereka (Shakespeare, Blake, & Garcia 2004).
Namun Screening test mulai tahun 2002 sudah tidak lagi digunakan karena
menghasilkan peringkat yang tidak cukup mencerminkan perasaan mereka
(Shakespeare, Blake, & Garcia 2004)

2. Istirahat yang cukup


Dari penelitian yang dilakukan bahwa istirahat yang cukup sangat
memengaruhi kondisi tubuh dan psikologis. Jika ibu nifas mengalami
kelelahan akan semakin memperparah depresi yang diderita.

3. Diperlukan dukungan psikolog atau konselor dan Keluarga.


Dengan adanya dukungan dari psikologi dan suami serta keluarga ibu untuk
menyadarkan ibu dan mau menerima bayinya akan menambah rasa percaya
diri ibu dan akan mengilangkan rasa cemas dan takut yang menjadi penyebab
dari depresi post partum
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti depresan.

Page | 43
Evidance Based :
Di Chile, penelitian menggunakan pengobatan dengan antidepressant(20 %) .
Pemberian selective serotonin reuptake inhibitor (SSRIs) . Golongan obat tersebut
mempunyai resiko efek toksik yang rendah. SSRis bisa membantu pasien yang tidak
mempunyai respon bagus terhadap tricyclic antidepressant, golongan antidepressant
lainnya dan cenderung ditoleransi lebih baik dengan dosis yang rendah10.
Golongan obat lainnya yang digunakan pada pasien depresi postpartum adalah
tricyclic antidepressant (TCAs). Cara kerja obat golongan untuk menurunkan gejala
depresi tidak diketahui tetapi jenis obat ini dapat menghalangi re-uptake berbagi
neurotransmiter termasuk serotonin dan norepinephrine pada membran neuronal2.
Pada pasien multipara sensitif terhadap efek samping dari pengobatan, pengobatan
semestinya dimulai setengah dosis awal ( tabel 2 ) selama empat hari, dan selanjutnya
akan ditingkatkan dosisnya secara perlahan sampai dosis yang direkomendasi
tercapai. Peningkatan dosis secara perlahan sangat menolong dalam mengatasi adanya
efek samping dari obat. Jika pasien merespon terhadap percobaan awal selama enam
sampai delapan minggu, dosis yang sama harus diberikan selama minimal enam bulan
setelah toleransi penuh tercapai, dalam hal untuk mencegah kambuhnya efek samping.
Jika tidak ada perkembangan setelah enam bulan terapi pengobatan atau jika pasien
merespon namun gejalanya timbul lagi, dirujuk ke psikiater dapat dipertimbangkan.

Obat Dosis Efek samping


Fluvoxamine 50-200 Mual, mengantuk,
lemah, pusing,
disfungsi seksual

Paroxetine 20-60 Mual, mengantuk,


anorexia, bingung,
disfungsi seksual

Citalopram 20-40 Mual, insomnia,


pusing, somnolence

5. Massage Teraphi
Merupakan terapi yang menggunakan manipulasi secara fisik di bagian
jaringan-jaringan lunak dalam tubuh yang memiliki manfaat untuk
merileksaksikan otot-otot sehingga mengurangi stres. Menurut penelitian yang
dilakukan di daerah Klaten :

Page | 44
Prevalensi DPP (Depression Post Partum) didunia sebesar 13%, di Asia
Afrika 25% -60%. DPP bila tidak ditangani berdampak negative pada
kesehatan keluarga. Kelelahan setelah melahirkan satu faktor risiko terjadinya
DPP. Tindakan tanpa obat untuk mengurangi kelelahan postpartum adalah
massage teraphi, apabila dilakukan tenaga yang tidak professional dengan
waktu yang lama dan sering justru tidak akan memberikan efek teraphi dan
dapat menimbulkan adiktif.Tujuan penelitian ini untuk menganalisalama dan
frekuensi massage terapi terhadap depresi postpartum. Desain penelitian ini
quasi eksperiment one group pre and post test design, populasi dan sampel
adalah Ibu postpartum di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten,
sampel sebanyak 30 orang dengan tehnik Purposive consequtive sampling dan
kriteria inklusi -eksklusi. Tindakan menggunakan SOP pemijatan postpartum
dan Edinburg postnatal Depression Scale untuk mengukur DPP.

Menurut dari beberapa sumber :


Menurut Albin (dalam Soep, 2008), banyak perempuan tidak mau bercerita
bahwa mereka menderita depresi postpartum, karena merasa malu, takut dan
merasa bersalah karena merasa depresi disaat seharusnya merasa bahagia, dan
takutdikatakan tidak layak untuk menjadi ibu, ada beberapa bantuan yang
dapat dilakukan untuk mengatasi depresi tersebut antara lain :
1. Banyak istirahat sebisanya, tidurlah selama bayi tidur.
2. Hentikan membebani diri sendiri untuk melakukan semuanya sendiri.
Kerjakan apa yang dapat dilakukan dan berhenti saat merasa lelah
3. Mintalah bantuan untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan
pemberian makan pada malam hari, mintalah pada suami untuk
mengangkat bayi untuk disusui saat malam hari sehingga ibu dapat
menyusui di tempat tidur tanpa harus banyak bergerak.
4. Bicarakan dengan suami, keluarga, teman, mengenai perasaan yang
dimiliki.
5. Jangan sendirian dalam jangka waktu lama, pergilah keluar rumah untuk
merubah suasana hati.
6. Bicaralah dengan ibunda agar dapat saling bertukar pengalaman.
7. Ikuti group support untuk perempuan dengan depresi melalui edukasi.

Page | 45
8. Jangan membuat perubahan hidup yang sangat drastis selama kehamilan
seperti pindah pekerjaan, pindah rumah, memulai usaha baru,
merenovasi atau membangun rumah.

Pencegahan yang dapat dilakukan pada ibu Depresi Postpartum :


Pencegahan terjadinya gangguan psikologis selama periode postpartum adalah
dengan mengurangi faktor resiko terjadinya gangguan tersebut, yaitu (Anonim dalam
Macmudah, 2008) :
1. Pemberian dukungan dari pasangan, keluarga, lingkungan maupun professional
selama pasca persalinan.
2. Mengkaji riwayat adanya gangguan psikologis ibu postpartum, sehingga jika terjadi
gejala dapat dikenali dengan segera.
3. Mengkonsumsi makanan sehat, istirahat dan menjaga suasana hati tetap baik.
4. Mencegah pengambilan keputusan yang berat selama nifas.
5. Mempersiapkan diri secara mental terkait dengan perubahan fisik dan psikis pasca
persalinan.
6. Menyiapkan seseorang untuk membantu pekerjaan dirumah.
7. Jika ada resiko mengalami gangguan psikologis, lakukan pengobatan profilaksis
dan therapy psikologis selama kehamilan untuk mencegah dan menghilangkan
gangguan.
Menurut Erikania (1999), yang harus dilakukan jika seseorang mengalami perasaan
negatif dan kacau setelah melahirkan, yaitu :
1) Tanamkan dalam pikiran
Sesuatu yang positif dari gejala-gejala yang dirasakan setelah melahirkan;
2) Carilah waktu istirahat sebanyak mungkin, berhentilah memaksa diri sendiri
melakukan segala sesuatuagar dapat tidur dengan nyenyak dan perhatikan
asupan makanan
3) Jangan menghabiskan waktu sendirian sesekali luangkan waktu untuk
berduaan saja dengan suami. Mencurahkan perasaan pada suami, keluarga
sahabat akan membantu seseorang yang depresi mengeluarkan perasaan
tertekan yang dialaminya
4) Kalau anda sering menangis tanpa sebab jangan memaksa untuk mencari
jawabannya, manfaatkan air mata yang keluar untuk mengikis perasaan
khawatir yang mengendap di dalam hati

Page | 46
5) Bila gejala-gejala depresi tersebut tidak hilang dalam waktu dua minggu,
sebaiknya carilah bantuan tenaga profesional.

Page | 47

Anda mungkin juga menyukai